Anda di halaman 1dari 47

1

GAMBARAN PENYIMPANAN OBAT DAN KOSMETIK DIAPOTEK


TUWEL SEHAT

PROPOSAL TUGAS AKHIR

OLEH
INDRI YULI YANTI
19080149

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2021
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan

praktek kefarmasian oleh apoteker, sedangkan pelayanan kefarmasian

merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien

yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang

pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Depkes RI, 2009). Maka

apotek perlu memberi perhatian pada tahap pengelolaan obat. Pengelolaan obat

yang baik dan benar diperlukan untuk menjamin ketersediaan jumlah obat yang

cukup dan bermutuagar tercapai tujuan pelayanan yang optimal (Wahyuni,

2007). Perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pencatatan

atau pelaporan obat merupakan cakupan dari pengelolaan obat (Aziz, et al., 2005).

Sediaan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, obat tradisional, dan

kosmetika. Sediaan farmasi harus memenuhi kriteria aman, berkualitas, dan

bermanfaat pada semua tahapan, termasuk distribusi Pengelolaan obat yang

efisien sangat menentukan keberhasilan manajemen secara keseluruhan, untuk

menghindari perhitungan kebutuhan obat yang tidak akurat dan tidak rasional

sehingga perlu dilakukan pengelolaan obat yang sesuai. Pengelolaan obat

bertujuan terjaminnya ketersediaan obat yang bermutu baik, secara tepat jenis,

tepat jumlah, dan tepat waktu serta digunakan secara rasional (Palung dkk,

2016). Sedangkan pengertian obat menurut Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Obat adalah bahan atau paduan bahan,

termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki


3

sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,

untuk manusia (Supardi dkk, 2012). Berdasarkan bentuk sediaan obat, obat

digolongkan menjadi beberapa bentuk antara lain bentuk padat, bentuk

setengah padat, bentuk cair atau larutan, dan bentuk gas ( Syamsuni, 2006).

Mengingat banyaknya sediaan obat berdasarkan bentuknya maka wajib untuk

menyimpan obat secara baik dan benar agar kualitas tetap terjamin sampai

ketangan konsumen berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun

2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Penyimpanan perbekalan farmasi yang tidak tepat dapat berakibat pada

kerusakan obat, terganggunya distribusi obat dan terdapatnya obat yang

kadaluarsa. Hal ini dapat menyebabkan kerugian untuk Apotek yang berimbas

pada sistem pelayanan pasien. Resiko lain dari kurang terjaminnya sistem

penyimpanan dan pendistribusian yaitu besarnya resiko penyalahgunaan akan

obat. Oleh karena itu, dalam pemilihan sistem distribusi harus dipilih dan

disesuaikan dengan kondisi yang ada sehingga pelayanan obat dapat

dilaksanankan secara tepat guna dan hasil guna (Ibrahim dkk, 2016).

Penyimpanan obat itu sendiri adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara

menempatkan obat obatan yang diterima pada tempat yang di nilai aman,

dimana kegiatan penyimpanan ini mencakup tiga faktor yaitu pengturan tata

ruang dan stok obat, pengamatan mutu obat, serta pencatatan stok obat, fungsi

dari penyimpanan obat di apotek adalah menjamin mutu obat, menjamin

ketersediaan obat, serta memudahkan pencarian dan pengawasan (Anggraini,

2013). Ada pun tujuan dari penyimpanan obat adalah mempertahankan mutu
4

obat dari kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik, mempermudah

pencarian digudang atau kamar obat, mencegah kehilangan, mempermudah stok

opname dan pengawasan, dan mencegah bahaya penyimpanan yang salah

(Muharomah, 2008)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di

Apotek Tuwel Sehat yang berada di Jl. Tuwel Guci, RT.01/RW.01, Krajan Barat,

Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal untuk mengetahui bagaimana

penyimpanan sediaan obat dan kosmetik di Apotek Tuwel Sehat, apakah sesuai

dengan dengan tata cara penyimpanan obat dan kosmetik di Apotek sudah diatur

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran penyimpananan obat berdasarkan bentuk sediaan

obat dan kosmetik di Apotek Tuwel

2. Apakah penyimpanan obat dan kosmetik di Apotek Tuwel sudah sesuai

dengan peraturan pemerintah nomor 73 tahun 2016 Tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek?

1.3 Batasan Masalah

1. Bahwa penelitian ini diteliti berdasarkan bentuk sediaan Obat dan Kosmetik

yang ada di Apotek Tuwel

2. Tempat Penelitian dilaksanakan di Apotek Tuwel

3. Penelitian ini membahas tentang gambaran penyimpanan sediaan obat dan

kosmetik berdasarkan bentuk sediaan obat, alfabetis, penggolongan obat, FEFO,

FIFO, yang ada di Apotek Tuwel


5

1.4 Tujuan Masalah

1. Mengetahui bagaimana gambaran pengaturan penyimpanan obat dan

kosmetik di Apotek Tuwel

2. Untuk mengetahui penyimpanan obat berdasarkan peraturan

pemerintah nomor 73 tahun 2016 tentang standar pelayanan

kefarmasian di apotek.

1.5 Manfaat penelitian

1. Dapat dijadikan evaluasi bagi Apotek Tuwel dalam meningkatkan

manajemen penyimpanan obat dan Kosmetik

2. Bagi peneliti, agar mendapat pemahaman yang lebihdalam tentang masalah

penyimpanan obat di Apotek Tuwel

3. Bagi pengamat lain , Hasil Pengamat dapat dijadikan tambahan referensi

bagi peneliti lain yang ingin melakukan pengamatan mengenai pengelolan

penyimpanan obat di instansi kesehatan lainnya

1.6 keaslian Penelitian

No Pembeda Kristanti,Dkk Afqary,DKK Yanti (2021)

(2020) (2018)

1 Judul Evaluasi Evaluasi Gambaran

penelitian Kesesuaian Sistem Penyimpanan Penyimpanan

Penyimpanan Obat, Obat Dan Alat Obat dan

Suplemen, dan Kesehatan Di Kosmetik di

Kosmetik Eceran
6

pada Salah Satu Apotek Restu Apotek Tuwel

Gudang Pedagang Farma Sehat

Besar Farmasi

(PBF) di Jakarta

Pusat

2 Tempat di salah satu PBF di di Apotek Apotek Tuwel

penelitian Jakarta Pusat Restu, Kab Sehat, Kab.Tegal

Bogor

3 Metode Wawancara dan Wawancara dan Pengambilan data


dengan cara
pengumpulan observasi Pengamatan
wawancara
data langsung
mendalam serta
observasi
4 Metode Metode Metode Metode

penelitian observasional yang observasional observasional

bersifat deskriptif yang bersifat deskriptif

deskriptif

5 hasil sistem penyimpanan Apotek Restu

obat, suplemen, dan Farma sudah

kosmetik eceran menerapkan

pada salah satu tata cara

gudang pbf di penyimpanan

jakarta pusat sudah sesuai dengan

memenuhi syarat Peraturan

cdob pada aspek Menteri


7

bangunan, Kesehatan

peralatan, dan suhu No.73 Tahun

2016 tentang

standar

pelayanan

kefarmasian di

Apotek
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apotek

2.1.1 definisi Apotek

Apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya

pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek Pasal 1, yang dimaksud dengan

apotek adalah saranan pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh Apoteker.

2.2.2 Tujuan Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

9 Tahun 2017, tujuan apotek adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian diapotek.

b. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh

pelayanan kefarmasian di apotek.

c. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan

pelayanan kefarmasian di apotek (Permenkes RI No.9/2017).

2.2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan apoteker

b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.


9

c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan

sediaan farmasi, antara lain obat, bahn baku obat, obat tradisional, dan

kosmetik.

d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional

(Bogadenta A,2013)

2.2.4 Pengelolaan di Apotek

Pengolahan apotek merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan

seorang apoteker dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai

pelayan apotek.

a. Pengolahan apotek berdasarkan Peraturan Meteri Kesehatan No.

922/MENKES/Per/1993 Pasal 10 dan 11, pengolahan apotek meliputi:


Penulisan penomoran diperbaiki
- Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, penyimpanan, dan penjualan obat atau bahan obat.

- Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan

farmasi lainnya.

- Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, yang meliputi

informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan

kepada dokter, tenaga kesehatan, dan masyarakat (Bogadenta A,

2013).

- Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73

tahun 2016, pengolahan sediaan farmasi di apotek meliputi:


10

1. Perencanaan

Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan

pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.

2. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan

sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan

peraturan perundangundangan.

3. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera

dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

4. Penyimpanan

- Semua obat atau bahan obat harus disimpan pada kondisi

yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya

- Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan

bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusunsecara

alfabetis. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First

Expire First Out) dan FIFO (First In Firs Out).

5. Pemusnahan dan penarikan

a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai

dengan jenis dan bentuk sediaan.

b. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis

habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan


11

dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

6. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah

persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem

pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran.

7. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolahan sediaan

farmasi yang di sesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan digunakan

untuk mengetahui kebutuhan manajemen apotek, dan untuk

memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang undangan dan pelaporan lainnya (Permenkes RI No.

73/2016)

2.2.5 Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.1027/MENKES/SK/IX/2004 adalah

sebagai berikut:

1. Pengelolahan Sumber Daya

a. Sumber daya manusia

Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola

oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolahan apoteker

senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan

pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan

berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan


12

dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara

efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan membantu memberi

pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan

(Kemenkes RI. No 1027/2004).

b. Sarana dan prasarana

Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh

masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas

tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh

anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada

tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk

lainnya, hal ini berguna untuk menunjukan intergritas dan kualitas

produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. Masyarakat

harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk

memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus

dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat,

serangga atau pest. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan,

terutama untuk lemari pendingin. Apotek harus memiliki:


Penulisan penomoran diperbaiki
- Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien

- Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk

penempatan brosur atau materi informasi

- Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi

dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan

medikasi pasien
13

- Ruang racikan

- Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak

penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan

rapi, terlindungi dari debu, kelembaban dan cahaya yang

berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan

temperatur yang telah ditetapkan (Kemenkes RI. No 1027/2004).

c. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi

perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan.

Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (first in first out) dan

FEFO (first expire first out).

1. Perencanaan Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan

farmasi perlu diperhatikan sebagai berikut:

- Pola penyakit

- Kemampuan masyarakat

- Budaya masyarakat.

2. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka

pengadaan sediaan farmasi harus jalur resmi.


14

3. Penyimpanan

a. Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari

pabrik.

b. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai,

layak dan menjamin kestabilan bahan (Kemenkes RI. No

1027/2004).

c. Administrasi

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Apotek, perlu

dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi:

1. Administrasi umum Pencatatan, pengarsipan, pelaporan

narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

2. Administrasi pelayanan Pengarsipan resep, pengarsipan

cacatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring

penggunaan obat (Kemenkes RI. No 1027/2004)

2. Pelayanan

a. Pelayanan resep

1. Skrining resep

2. Penyiapan obat

b. Promosi dan edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus

berpartisipasi secara efektif dalam promosi dan edukasi.


15

c. Pelayanan residensial

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan

pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya

untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis

lainnya (Kemenkes RI.No 1027/2004).

3. Evaluasi Mutu pelayanan

Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah

1. Tingkat kepuasan konsumen

Dilakukan dengan survei berupa angka atau wawancara

2. Dimensi waktu

Lama pelayanan diukur dengan waktu

3. Prosedur tetap

Untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah

ditetapkan (Kemenkes RI. No 1027/2004).

2.2 Obat

2.2.1 definisi obat

Obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 73 Tahun 2016 adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk

biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem

fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pecegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi untuk manusia. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam

upaya penyelenggaraan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai


16

penyakit tidak dapat lepas dari tindakan terapi dengan obat atau

farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga obat harus

selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal

(Badan POM, 2017).

2.2.2 Penggolongan Obat

Penggolongan Obat Berdasarkan Jenisnya (Penandaan)

Penggolongan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI

Nomor 949/Menkes/Per/IV/2000. Penggolongan obat berdasarkan jenis dan

penandaan terdiri dari: obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek,

obat keras, psikotropika dan narkotika.

1. Obat Bebas

Obat yang boleh dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep

dokter. Zat aktif yang terkandung didalamnya cenderung relatif aman dan

memiliki efek samping yang rendah. Obat ini disimbolkan dengan

lingkaran berwarna hijau bergaris tepi hitam yang terdapat pada kemasan.

Gambar 2.1 Obat Bebas

2. Obat Bebas Terbatas

Obat yang boleh dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep

dokter, namun mempunyai peringatan khusus saat menggunakannya.

Obat golongan ini merupakan obat yang sebenarnya masuk ke dalam


17

kategori obat keras namun dalam jumlah tertentu masih dapat dijual di

apotek dan dapat diperoleh tanpa resep dari dokter. Obat ini disimbolkan

dengan lingkaran biru bergaris tepi hitam.

Gambar 2.2 Obat Bebas Terbatas

3. Obat Keras

Obat hanya boleh dibeli menggunakan resep dokter. Obat-obat yang

masuk dalam kategori ini jika digunakan tidak berdasarkan pengawasan

dari dokter dikhawatirkan dapat memperparah penyakit, meracuni tubuh,

bahkan berujung pada kematian. Obat golongan ini disimbolkan dengan

lingkaran merah bergaris tepi hitam dan terdapat huruf “K” di dalamnya.

Gambar 2.3 Obat Keras

4. Obat Narkotik dan Psikotropik

Obat hanya boleh dibeli menggunakan resep dokter dan dapat

menyebabkan ketergantungan. Golongan I tidak untuk

pengobatan. Obat golongan ini disimbolkan dengan lingkaran putih

bergaris tepi merah dan terdapat simbol palang berwarna merah di


18

dalamnya. Psikotropika adalah Zat/obat yang dapat menurunkan

aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan

menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi

(mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan

dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek

stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Narkotika adalah zat

atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis

maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh

tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke

dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa pembiusan,

hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, alusinasi/timbulnya

khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi

pemakainya.

Gambar 2.4 Obat Narkotik

Gambar 2.5 Obat Psikotropik


19

2.2.3 Jenis-Jenis Obat Berdasarkan Bentuk Sediaan

2.2.3.1 bentuk sediaan padat

1. Sediaan serbuk

Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang

dihaluskan untuk pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar.

(Syamsuni, 2006)

2. Tablet

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Tablet adalah sediaan padat

yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan

metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.

Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan

rendah ke dalam cetakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan

tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (tahan karat)

(Farmakope Indonesia Edisi IV 1995).

tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kompa cetak dalam

bentuk tabung pipih atau sirkuler, mengandungsatu jenis obat atau lebih dengan

atau tanpa zat tambahan yang berfungsisebagai zat pengisi, zat pengembang,

zat pengikat, zat pelicin, dan zat pembasah (Ditjen POM, 1979). Tablet merupakan

bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan

penambahan bahan farmasetika yang sesuai. (Ansel, 1989).

3. Pil (Pilulae)

Pillulae berasal dari kata “pila” menurut FI III pilulae adalah suatu

sediaan yang berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat
20

yang digunakan untuk obat dalam dan bobotnya 50-300mg per pil (ada juga

yang menyebutkan bobot pil adalah 1-5 g). Boli adalah pil yang bobotnya

diatas 300 mg;granula bobotnya 20-60 mg dan parvul bobotnya dibawah 20mg per

buah (Syamsuni, 2006).

4. Kapsul

Sediaan Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam

cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul umumnya

terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai

(Gatri dan Ega Priani, 2016).

5. Suppositoria

Supositoria adalah sediaan padat yang biasa digunakan melalui dubur,

umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak, atau meleleh pada suhu

tubuh (Anonim, 1995). Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga

dengan mudah dapat dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diingankan

tanpa menimbulkan kejanggalan dalam penggelembungan begitu masuk dan harus

bertahan untuk suatu waktu dan suhu tertentu (Rahmawati, 2008).

2.2.3.2 Bentuk Sediaan Setengah Padat

1. Salep/unguenta

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan

digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi

homogen dalam dasar salep yang cocok (Farmakope Indonesia III); salep

adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit

atau selaput lendir (Farmakope Indonesia IV).


21

2. Cream (krim)

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau

lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat

yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air

dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A)( Farmakope Indonesia IV).

3. Pasta

Sediaan yang mirip dengan salep tetapi mengandung lebih dari 50% zat

padat/serbuk,suatu salep tebal, karena merupakan penutup atau pelindung

bagian kulit yang diolesi.

4. Cerata

Sediaan semipadat mirip dengan salep berlemak yang mengandung

persentase lilin (wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih keras

(ceratum labiale)

5. Gelones/spumae/jelly .

Gel merupakan sediaan setengah padat yang tersusun atas dispersi partikel

anorganik kecil atau molekul organik besar terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika

masa gel terdiri dari jaringan partike kecil yang terpisah, digolongkan

sebagai sistem dua fase (gel aluminium hidroksida). Dalam sistem dua

fase, jika ukuran partikel dari terdispersi relatif besar disebut magma

(misalnya magma bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik,

membentuk semi padat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan.

Salep yang lebih halus,umumnya cair dan sedikit mengandung atau tanpa
22

mukosa, sebagian pelicin atau basis, biasanya terdiri atas campuran

sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah.

Contoh : starch jellies (10% amilum dengan air mendidih)

6. Salep Mata (oculenta)

Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata denngan

menggunakan dasar salep yang cocok.

2.2.3.3 Bentuk Sediaan Oral

1. Potiones

Obat minum bahasa latin disebut Potiones, merupakanbentuk sediaan

larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral), potio juga

dapat berbentuk suspensi atau emulsi. Misalnya Potio alba contra Tussim

(Obat batuk putih/OBP) dan Potio nigra contra Tussim (Obat batuk

hitam/OBH).

2. Sirup

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang

berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan

sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64 - 66%, kecuali dinyatakan

lain.

3. Eliksir

Menurut Farmakope Indonesia III: Elixir adalah sediaan berupa larutan

yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat

tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat wangi dan

zat pengawet; digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama

digunakan etanol yang dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat


23

ditambahkan Gliserol, sorbitol dan proilenglikol; sebagai pengganti gula dapat

digunakan sirop gula

2.3 Kosmetik

2.3.1 Pengertian Kosmetik

Kosmetik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti alat-alat

kecantikan seperti bedak, krem, lotion, dan lain-lain untuk memperindah wajah,

kulit dan sebagainya. Istilah kosmetika berasal dari bahasa yunani yaitu

“kosmein” yang berarti “berhias”. Istilah kosmetik berasal dari bahasa Yunani

yakni “Kosmetikos” yang berarti keahlian dalam menghias. Berdasarkan asal

katanya kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,

dilekatkan, dituangkan atau disemprotkan pada bagian badan manusia dengan

maksut membersihkan, memelihara, menambah daya tarik dan tidak termasuk

golongan obat. Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan

organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau

badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Sekarang

kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan

untuk maksud meningkatan kecantikan.

Kosmetik berguna untuk memperbaiki kesehatan, kebersihan dan

penampilan fisik manusia dan melindungi bagian tubuh dari kerusakan yang

disebabkan oleh lingkungan. Kosmetik termasuk dalam sediaan farmasi, maka

pembuatannya harus mengikuti persyaratan, keamanan, dan pemanfaatan sesuai

Undang-Undang kesehatan serta peraturan pelaksanaannya.


24

2.3.2 Macam-Macam Kosmetik

2.3.2.1 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, kosmetik

dibagi dalam 13 kelompok yaitu:

1. Preparat untuk keperluan bayi Penggolongan kosmetik ke dalam preparat

untuk bayi mencakup berbagi produk kosmetik yang dibutuhkan untuk

bayi seperti minyak bayi, bedak khusus untuk bayi, dan serta produk

lainnya.

2. Preparat untuk keperluan mandi Jenis penggolongan kosmetik juga

mencakup berbagi produk untuk keperluan mandi, yaitu seperti sabun

mandi, produk bath, capsule serta yang lainnya

3. Preparat untuk mata Jenis kosmetik ini digolongkan berdasarkan

fungsinya yang digunakan bagi mata, seperti mascare, eye shadow, eye

liner

4. Preparat untuk keperluan wangi-wangian Preparat untuk kebutuhan akan

wangi-wangian seperti parfum, toilet water, baody cologne, dan lain-

lainnya

5. Preparat untuk urusan rambut Penggolongan kosmetik berikutnya adalah

segala produk kosmetik yang digunakan untuk rambut. Produk tesebut

misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain

6. Preparat untuk pewarna rambut Penggolongan kosmetik juga dilakukan

terhadap berbagi produk seperti pewarna rambut, cat rambut dan lain-lain

7. Preparat make up (selain) mata Penggolongan kosmetik lainnya adalah

penggelompokkan berdasarkan fungsinya yang digunakan untuk make up

kecuali mata contoh dari golongan ini adalah bedak, lipstick dan lain-lain
25

8. Preparat untuk menjaga kebersihan mulut Berbagai produk seperti pasta

gigi, mouth washes serta produk-produk lain yang berfungsi untuk

membantu menjaga kebersihan mulut

9. Preparat untuk menjaga kebersihan badan Produk kosmetik yang memiliki

kegunaan dan manfaat untuk membantu menjaga kebersihan badan seperi

deodorant.

10. Preparat untuk kuku Preparat kuku merupakan salah satu golongan

kosmetik yang sangat umum dikenal oleh banyak orang seperti cat kuku,

lation kuku, pembersih kuku dan lain-lain..

11. Preparat untuk perawat kulit Kosmetik-kosmetik yang digunakan untuk

membantu menjaga dan merawat kesehatan atau kecantikan kulit

digolongkan dalam preparat ini seperti pembersih, pelindung, pelembab

dan lain-lain.

12. Preparat untuk cukur Penggolongan kosmetik yang termasuk dalam

preparat cukur adalah sabun cukur dan lain-lain.

13. Preparat untuk sunscreen serta suntan Penggolongan kosmetik ini meliputi

produk-produk kosmetik seperti sunscreen foundation dan lain-lain.

2.3.2.2 Penggolongan Menurut Sifat Dan Cara Pembuatannya Yaitu:

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern

(termasuk antaranya adalah cosmetics)

2. Kosmetik tradisional :

a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan

alam dan diolah menurut resep dan cara turun-temurun.


26

b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar

tahan lama

c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar

tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional

2.3.2.3 Penggolongan Menurut Kegunaannya Bagi Kulit Yaitu:

1. Kosmetik perawat kulit (skin-care cosmetics) Jenis ini perlu untuk merawat

kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya,

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) : sabun, cleansing cream,

cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener)

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturiz-ing

cream, night cream, anti wrinkle cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream, dan sunscreen

foundation, sun block cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya

scrub cream yang berisi butiran butiran halus yang berfungsi sebagai

pengampelas (abrasive).

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) Jenis ini untuk merias dan menutup

cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta

menimbulkan efek psikologis yang bauk seperti percaya diri. Dalam kosmetik

riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik dekoratif terbagi

menjadi 2 (dua) golongan, yaitu:

a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaian sebentar, misalnya lipstick, bedak, pemerah pipi, eye shadow,

dan lain-lain.
27

b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu

lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting

rambut, dan lain-lain.

2.4 Penyimpanan Sediaan Farmasi

tata cara mengenai penyimpanan sediaan farmasi yang baik dan benar diatur

dalam Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Sediaan farmasi

adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, Penyimpanan obat

merupakan salah satu bagian dari management/pengelolaan obat yang masuk

dalam yang menjadi topic utama dari penulisan ini.

2.4.1 Definisi Penyimpanan Sediaan Farmasi

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan obat agar

terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia, agar aman dan

mutunya terjamin.Penyimpanan obat harus mempertimbangkan berbagai

hal, yaitu bentuk dan jenis sediaan, mudah atau tidaknya meledak/terbakar,

stabilitas obat narkotika dan psikotropika disimpa dalam lemari khusus

(PermenkesRI, 2014). Penyimpanan sediaan farmasi merupakan suatu

kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman,

terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai

persyaratan yang ditetapkan (Akbar, 2016).

2.4.2 Tujuan Penyimpanan Sediaan Farmasi

Tujuan dari penyimpanan sediaan framasi adalah memastikan mutu

sediaan farmasi sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya,

mempermudah pencarian, memcegah kehilangan, serta mempermudah stock


28

opname dan pengawasan. untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan

obat.

Secara lebih jelas, menurut muharomah (2013), penyimpanan memliki tujuan

sebagai berikut :

1. Aman, yaitu setiap barang/obat yang disimpan tetap aman dari kehilangan

dan kerusakan. Kehilangan yang dimaksud adalah dicuri orang lain, dicuri

karyawan sendiri, dimakan hama (tikus), dan hilang sendiri (susut, tumpah,

menguap). Dan kerusakan yang dimaksud adalah barang, baik obat,

kosmetk, atau sediaan farmasi yang lain itu sendiri rusak karena lingkungan

(polusi).

2. Awet, yaitu barang baik obat atau kosmetik tidak berubah warnanya,

baunya, kegunaannya sifatnya, ukurannya, fungsinya dan lain-lain.

3. Cepat, yaitu cepat dalam penanganan barang berupa menaruh/menyimpan,

mengambil dan lain-lain.

4. Tepat, dimana bila ada permintaan barang baik obat atau kosmetik yang

diserahkan memenuhi lima tepat yaitu: tepat barang, kondisi, jumlah, waktu,

dan harganya.

5. FIFO (First In First Out), Penyimpanan haruslah dilakukan sedemikian

rupa, sehingga dimungkinkan mendahulukan mengeluarkan barang (obat

atau kosmetik) yang masuk atau diterima terlebih dahulu.

6. Mudah, yaitu mudah menganai barang dan mudah menempatkan barang

ditempatnya, mudah menemukan dan mengambilnya kembali, mudah

mengetahui jumlah persediaan (minimum dan maksimum), mudah dalam

pengawasan barang (Muharohmah, 2013).


29

2.4.3 Prosedur Penyimpanan Sediaan Farmasi

Prosedur penyimpanan obat menurut Muharomah (2013), antara lain:

1. Pengaturan penyimpanan obat

Pengaturan dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun

secara alfabetis berdasarkan nama generiknya.

2. Penyusunan berdasarkan FIFO (First In First Out)

Penyusunan berdasarkan sistem First In First Out (FIFO) adalah

penyimpanan obat yang yang dating lebih dulu akan dikeluarkan lebih

dulu.

3. Penyusunan bedasarkan FEFO (First Epired First Out)

Penyusunan berdasarkan sistem First Expired First Out (FEFO) adalah

penyimpanan obat berdasarkan obat yang memiliki tanggal kadaluwarsa

lebih cepat maka akan dikeluarkan lebih dahulu

2.4.4 Sarana, Prasaran, Dan Peralatan

Sarana yang di perlakukan untuk menunjang pelayanan

kefarmasian di Apotek meliputi :

1. Bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang

berfungsi untuk penerimaan resep, pelayanan resep dan

peracikan, penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan,

konseling, penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dan

arsip.
30

2. Prasarana apotek paling sedikit terdiri atas instalasi air bersih,

instalasi listrik, sistem tata udara, dan sistem proteksi kebakaran.

3. Peralatan apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian meliputi rak obat, alat

peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi,

komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan

pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.

4. Sarana, prasarana, dan peralatan harus dalam keadaan terpelihara

dan berfungsi dengan baik. Istilah ruang disini tidak harus

diartikan sebagai wujud ruangan secara fisik, namun lebih kepada

fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap fungsi tersebut

disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak maka dapat

digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat

pemisahan yang jelas antar fungsi (Permenkes RI, 2014).

a. Gudang atau Tempat Penyimpanan

1. Gudang penyimpanan terpisah dari Apotek atau ruang

penyimpanan

2. Gudang cukup besar untuk menyimpan semua persediaan obat dan

cukup untuk pergerakan , minimal luasnya 3 x 4 m2.

3. Pintu gudang mempunyai kunci pengaman 2 buah

yang terpisah/berbeda

4. Struktur gudang dalam bentuk yang baik, tidak ada retakan, lubang

atau kerusakan oleh air.

5. Atap gudang dalam keadaan baik dan tidak bocor.


31

6. Gudang rapi, rak dan lantai tidak berdebu dan dinding bersih.

7. Gudang bebas hama dan tidak ada tanda infestasi hama.

8. Udara bergerak bebas digudang , kipas angin dan kawat nyamuk

dalam keadaan baik.

9. Tersedia ventilasi, sirkulasi udara, dan penerangan.

10. Tersedia alat penggukur suhu ruangan.

11. jendela dicat putih atau mempunyai gorden serta aman dan

mempunyai tralis.

12. Terdapat rak/ lemari penyimpanan.

13. Terdapat lemari pendingin untuk obat tertentu dan dalam keadaan

baik.

14. Terdapat dalam lemari khusus yang mempunyai kunci untuk

menyimpan narkotika dan psikotropika, menurut Permenkes No.

28/MenKes/Per/1987 mengenai tata cara penyimpanan Narkotik

pasal 5 dan 6 menyebutkan bahwa penyimpanan Narkotik yang

memenuhi persyaratan yaitu,


Penomoran diperbaiki
- Harus terbuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat

- Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan

- Dibagi 2 bagian, masing-masing dengan kunci berlainan

- Memiliki lemari khusus dengan ukuran kurang lebih

40×80×100cm3. Lemari tersebut harus menempel pada

tembok atau lantai (menemel dan tidak bisa dipindah-pindah)

- Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan

lain selain narkotik, kecuali ditentukan oleh Menkes


32

- Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh yang diberi

kuasa

- Lemari khusus harus diletakkan ditempat yang aman dan

tidak diketahui oleh umum

15. Terdapat alat bantu lain untuk pengepakan dan perpindahan barang

b. Pengaturan Persediaan

Menurut Muharomah (2013), pengaturan sediaan antara lain:

1. Obat-obatan, kosmetik dipisahkan dari bahan beracun.

2. Obat luar dipisahan dari obat dalam.

3. Narkotika dan psikotropika dipisahkan dari obat-obatan lain

dan disimpan dilemari khusus yang memiliki kunci khusus.

4. Tablet, kapsul dan oralit simpan dalam kemasan kedap udara

dan diletaakkan dirak bagian atas.

5. Cairan, sediaan semi padat baik obat maupun kosmetik dan

injeksi disimpan dirak bagian atas.

6. Obat yang membutuhkan suhu dingin disimpan dalam kulkas

7. Obat dan kosmetik yang rusak atau kadaluwarsa dipisahkan

dari obat dan kosmetik lain yang masih baik dan disimpan

diluar gudang.

8. Obat dan kosmetik cairan dipisahkan dari obat padatan.

9. Barang baik obat atau kosmetik dikelompokkan menurut

kelompok berat dan besarnya, untuk barang yang berat

ditempatkan pada ketinggian yang memungkinkan

pengangkatannya dilakukan dengan mudah, untuk barang yang


33

besar harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga apabila

barang tersebut dikeluarkan tidak mengganggu barang yang

lain dan untuk barang yang kecil sebaiknya dimasukkan dalam

kotak yang ukurannya agak besar dan ditempatkan sedemikian

rupa, sehingga mudah dilihat dan ditemukan apabila

diperlukan.

c. sistem Penyimpanan

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,

bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi,seperti obat, bahan obat, obat

herbal, kosmetik, alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan

disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First

Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi

manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip

(LASA), Look Alike Sound Alike tidak ditempatkan tidak ditempatkan

berdekatan dan harus diberi penandaan khusus.

Sistem penyimpanan obat menurut Muharomah (2013), adalah:

1. Menurut bentuk sediaan dan alfabetis.

2. Menerapkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

Expired First Out).

3. Menggunakan almari, rak dan pallet.

4. Menggunakan almari khusus untuk menyimpan narkotika dan

psikotropika
34

5. Menggunakan almari khusus untuk menyimpan narkotika

dan psikotropika

6. Dilengkapi kartu stok obat

Sistem Penyimpanan obat menurut Permenkes Nomor 73 Tahun

2016 :

1. Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari

pabrik, Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi

dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya

kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah

baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor

batch dan tanggal kadaluwarsa.

2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang

sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.

3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk

penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan

memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta

disusun secara alfabetis.

5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)

dan FIFO (First In First Out).


35

2.5 Kerangka teori

Skema proses penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek

Tuwel Sehat

Pengelolaan
Apotek

Pengadaan Penerimaan Penyimpanan Distribusi

Obat Kosmetik

1. Alfabetis
2. FIFO dan FEFO
3. Menurut penggolongan
obat dan kosmetik
4. Bentuk sediaan
5. Menurut suhu (obat)

Gambar 2.5 kerangka Teori

2.6 kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan gambaran tentang

hubungan atau kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel


36

yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini peneliti ingin

mengetahui gambaran penyimpanan Obat dan Kosmetik di Apotek

Tuwel Sehat salah satu fungsinya yaitu penyimpanan. Gambaran

mengenai penyimpanan sediaan obat dan kosmetik di Apotek Tuwel

Sehat di peroleh melalui pendekatan system dengan memperhatikan

Input ( Masukan), dan Proses dari kegiatan penyimpanan sediaan

obat yang disesuaikan dengan kondisi atau keadaan yang ada di Apotek

Tuwel Sehat.

Kerangka konsep dalam penelitian sebagai berikut:

Pengelolaan
Penyimpanan obat dan
apotek
kosmetik

Analisis bagaimana?

1. Alfabetis
2. FIFO dan FEFO
3. Menurut
penggolongan obat
dan kosmetik
4. Bentuk sediaan obat
dan kosmetik
5. Menurut suhu (obat)

Gambar 2.6 Kerangka Konsep


37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan

metode observasional yang bersifat deskriptif dimana dilakukan pemantauan

pada kegiatan yang sedang berjalan. Wawancara kepada penanggung jawab

gudang dilakukan untuk mengonfirmasi sistem yang diobservasi.

3.2 Rancangan Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode

observasional deskriptif, dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

tentang suatu keadaan secara obyektif (Suryana 2010). Pengumpulan data

dilakukan dengan metode observasi disertai wawancara sesuai standar

parameter penyimpanan obat yang baik dan benar menurut persyaratan

PerMenKes No 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek (Sudibyo 2014).

3.3 Populasi, Sampel, Dan Teknik Sampling

3.3.1 populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu

himpunan yang ingin diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi

atau generalisasi (Sudibyo 2014). Populasi penelitian ini adalah semua jenis

obat dan jensi kosmetik yang ada di Apotek Tuwel Sehat

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebuah gugusan atau sejumlah tertentu anggota

himpunan yang dipilih dengan cara tertentu agar mewakili


38

populasi, (Sudibyo 2014) . Sampel yang digunakan disini sama dengan

populasi yaitu semua jenis obat dan jenis kosmetik yang ada di Apotek

Tuwel sehat.

1.3.3. Teknk Sampling

Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive

sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang sudah diketahui

karakteristik atau ciri – ciri oleh peneliti (Sudibyo 2014)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain yaitu :

1. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam merupakan salah satu teknik

pengumpulan Data untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam

dengan cara melakukan tanyajawab secara langsung kepada informan baik

itu Apoteker Pengelola Apotek maupun Asisten Apoteker

2. Observasi

Observasi adalah aktivitas pengamatan terhadap suatu proses atau

objek dengan maksud memahami pengetahuan dari sebuah fenomena

berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya,

untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk

melanjutkan suatu penelitian.


39

3.5 Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu :

1. Data primer

Menurut Sugiyono (2012) bahwa : “Sumber primer adalah sumber

data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Menurut

Suharsimi Arikunto (2013) pengertian data primer adalah: “Data primer

adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapat

melalui wawancara, jejak dan lain-lain”. Dari pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa sumber data primer merupakn sumber data yang

langsung memberikan data dari pihak pertama kepada pengumpul data

yang biasanya melalui wawancara.

2. Data sekunder

Menurut Sugiyono (2012) mendefinisikan data sekunder adalah

sebagai berikut: “Sumber Sekunder adalah sumber data yang diperoleh

dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain

yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen”.

Menurut Ulber Silalahi (2012) bahwa: “Data yang dikumpulkan dari tangan

kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian

dilakukan”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sumber data

sekunder merupakan suatu cara membaca, mempelajari dan memahami

dengan tersedianya sumber-sumber lainnya sebelum penelitian dilakukan.

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan oleh penulis adalah

sumber data primer dan sekunder. Dimana sumber data primer adalah data
40

yang diperoleh secara langsung yang dikumpulkan melalui survey

langsung ke Apotek Tuwel Sehat,melalui wawancara kepada Apoteker

Pengelola Apoetek dan Asisten Apoteker. Sedangkan sumber data

sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui

sumber lain yang sudah tersedia sebelum penulis melakukan penelitian,

yaitu melalui buku-buku atau sumber lain mengenai standar penyimpanan

sediaan farmasi (obat dan kosmetik)

3.6 Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik dari subyek penelitian, atau

fenomena yang memiliki beberapa nilai (variasi nilai). Variabel yang

dikumpulkan harus mengacu pada tujuan, dan kerangka konsep. Variabel

dalam penelitian ini adalah penyimpanan obat dan kosmetik di Apotek Tuwel

Sehat.

3.7 Definisi Operasional Variabel

3.5.1 Tabel Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi

operasional Pengukuran

Cara Alat

Penerimaan Kegiatan 1. Observasi 1. Pedoman


Apotek Tuwel
obat dan 2. Wawancara observasi
Sehat dalam
kosmetik 3. Penulusaran 2. Pedoman
melaksanakan
kegiatan dokumen wawancara
penerimaan
3. Data

sekunder
41

obat dan
kosmetik dari
distributor
gudang
penyimpanan
penyusuanan
atau
pengaturan
stok obat dan
kosmetik
(sedian
farmasi)

Penyusunan kegiatan 1. Observasi 1. Pedoman


Apotek
obat dan 2. Wawancara observasi
Tuwel Sehat
kosmetik 3. Penulusaran 2. Pedoman
dalam
Melakukan dokumen wawancara
penyusunan
3. Data
serta
sekunder
pengaturan
stok obat dan
kosmetik
diruang
penyimpanan
tahun 2021
42

3.8 Pengolahan Data dan Analisis data

3.8.1 pengolahan data

pada penelitian ini data yang diambil yaitu data kualitatif, yaitu data

yang berhubungan dengan kategorisasi, karateristik, atau sifat variabel atau

hasil pengklarifikasikan atau penggolongan suatu data (Soekidjo,2012)

data-data yang didapat dari hasil observasi dan wawancara

mendalam diolah dengan cara mebandingkan serta menyesuaikan dengan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 Standar Pelayanan

Kefarmasian

3.8.2 Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2012) analisis

data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu :

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tabel, baganhubungan

antarakategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks


43

yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka

akanmemudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnyaberdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalampenelitian kualitatif

adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang

sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis

atau teori.

3.9 Etika Penelitian

Peneliti sudah mendapat rekomendasi dari Politeknik Harapan

Bersama Tegal Prodi Farmasi dan permintaan izin kepada pihak yang

bersangkutan sebagai subjek penelitian. Etika penelitiannya menggunakana

Inform Consent (Lembar Persetujuan) yang diberikan kepada Pemilik

Sarana Apotek dan Apoteker Pengelola Apotek.


44

Lembar Wawancara Kepada Apoteker Tuwel Sehat

Wawancara Hasil wawancara

Bagaimana pendapat Ibu mengenai


sumber daya manusia (SDM)
pelaksana kegiatan penyimpanan
obat di Apotek tuwel sehat
Bojong pada tahun 2021/2022?
Apakah pengetahuan dan
Keterampilan yang dimiliki SDM
sudah mencakupi dan sesuai
dengan pekerjaan?

Bagaimana kedisiplinan SDM


dalam melaksanakan tugasnya?

Pernahkan ada kesalahan dalam


proses penyimpanan obat atau
kosmetik?

Menurut Ibu perlukah diadakan


pelatihan mengenai penyimpanan
obat untuk SDM yang ada saat ini?
Materi apa yang menurut Ibu
paling penting untuk di berikan
dalam pelatihan?
45

Lembar Wawancara Kepada Apoteker Tuwel Sehat

Wawancara Hasil wawancara


Aspek yang ditanyakan ;
A.Proses penerimaan obat dan
kosmetik di Apotek Tuwel:

1. Apakah di apotek ini sudah


melakukan penerimaan baik
obat atau kosmetik dengan
baik?

2. Siapakah yang bertanggung


jawab serta yang melakukan
proses penerimaan (obat dan
kosmetik) di Apotek?

3. Bagaimana alur atau proses


penerimaan (obat dan
kosmetik) di Apotek tuwel
sehat?

4. Apa saja aspek yang perlu di


teliti dalam proses penerimaan
Obat dan kosmetik di Apotek
tuwel sehat?

5. Apakah ada hambatan dalam


proses penerimaan baik obat
atau kosmetik?
46

B. Aspek proses penyimpanan


obat di Apotek:

1. siapa yang bertanggung jawab


dan melakukan proses atau
penyusunan obat dan kosmetik
di apotek tuwel sehat

2. Bagaimana proses
penyimpanan dan penyususnan
stok di Apotek tuwel sehat?

3. Bagaimana proses
penyimpanan dan penyususnan
(obat dan kosmetik) stok di
Apotek tuwel sehat?

4. System apa saja yang


digunakan dalam proses
penyimpanan obat dan
kosmetik di Apotek tuwel
sehat?

5. Bagaimanakah system
penyimpanan obat bentuk
sediaan tablet(sediaan padat)?

6. Bagaimana system
penyimpanan kosmetik dalam
bentuk padat?

7. Bagaimana system
penyimpanan obat bentuk
sediaan cair?
47

8. bagaimana system
penyimpanan kosmetik bentuk
sediaan cair?

9. bagaimana system
penyimpanan kosmetik dalam
bentuk padat, cair, liquid?

10. Adakah obat jenis narkotika


dan psikotropikan di Apotek
Tuwel sehat? Bagaimanakan
system penyimpanan obat
narkotika dan psikotropika?

11. Lalu bagaimanakan system


penyimpanan sediaan obat
lainnya (suppositoria,tetes
mata, tetes telinga, obat
gosok,dan sediaan semi
padat)?

12. Hambatan apa saja yang


dirasakan selama
melaksanakan proses
penyimpanan obat?

13. Bagaimana upaya untuk


menanganinya?

Anda mungkin juga menyukai