OLEH
INDRI YULI YANTI
19080149
BAB I
PENDAHULUAN
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Depkes RI, 2009). Maka
apotek perlu memberi perhatian pada tahap pengelolaan obat. Pengelolaan obat
yang baik dan benar diperlukan untuk menjamin ketersediaan jumlah obat yang
atau pelaporan obat merupakan cakupan dari pengelolaan obat (Aziz, et al., 2005).
Sediaan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, obat tradisional, dan
menghindari perhitungan kebutuhan obat yang tidak akurat dan tidak rasional
bertujuan terjaminnya ketersediaan obat yang bermutu baik, secara tepat jenis,
tepat jumlah, dan tepat waktu serta digunakan secara rasional (Palung dkk,
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Obat adalah bahan atau paduan bahan,
untuk manusia (Supardi dkk, 2012). Berdasarkan bentuk sediaan obat, obat
setengah padat, bentuk cair atau larutan, dan bentuk gas ( Syamsuni, 2006).
menyimpan obat secara baik dan benar agar kualitas tetap terjamin sampai
kadaluarsa. Hal ini dapat menyebabkan kerugian untuk Apotek yang berimbas
pada sistem pelayanan pasien. Resiko lain dari kurang terjaminnya sistem
obat. Oleh karena itu, dalam pemilihan sistem distribusi harus dipilih dan
dilaksanankan secara tepat guna dan hasil guna (Ibrahim dkk, 2016).
Penyimpanan obat itu sendiri adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara
menempatkan obat obatan yang diterima pada tempat yang di nilai aman,
dimana kegiatan penyimpanan ini mencakup tiga faktor yaitu pengturan tata
ruang dan stok obat, pengamatan mutu obat, serta pencatatan stok obat, fungsi
2013). Ada pun tujuan dari penyimpanan obat adalah mempertahankan mutu
4
(Muharomah, 2008)
Apotek Tuwel Sehat yang berada di Jl. Tuwel Guci, RT.01/RW.01, Krajan Barat,
penyimpanan sediaan obat dan kosmetik di Apotek Tuwel Sehat, apakah sesuai
dengan dengan tata cara penyimpanan obat dan kosmetik di Apotek sudah diatur
1. Bahwa penelitian ini diteliti berdasarkan bentuk sediaan Obat dan Kosmetik
kefarmasian di apotek.
(2020) (2018)
Kosmetik Eceran
6
Besar Farmasi
(PBF) di Jakarta
Pusat
Bogor
deskriptif
bangunan, Kesehatan
2016 tentang
standar
pelayanan
kefarmasian di
Apotek
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apotek
Indonesia No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek Pasal 1, yang dimaksud dengan
sediaan farmasi, antara lain obat, bahn baku obat, obat tradisional, dan
kosmetik.
(Bogadenta A,2013)
pelayan apotek.
farmasi lainnya.
2013).
1. Perencanaan
2. Pengadaan
peraturan perundangundangan.
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
perundang-undangan.
6. Pengendalian
73/2016)
sebagai berikut:
tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh
harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk
medikasi pasien
13
- Ruang racikan
- Pola penyakit
- Kemampuan masyarakat
- Budaya masyarakat.
2. Pengadaan
3. Penyimpanan
a. Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik.
1027/2004).
c. Administrasi
2. Pelayanan
a. Pelayanan resep
1. Skrining resep
2. Penyiapan obat
c. Pelayanan residensial
2. Dimensi waktu
3. Prosedur tetap
2.2 Obat
Nomor 73 Tahun 2016 adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
kontrasepsi untuk manusia. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam
penyakit tidak dapat lepas dari tindakan terapi dengan obat atau
farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga obat harus
selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal
penandaan terdiri dari: obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek,
1. Obat Bebas
dokter. Zat aktif yang terkandung didalamnya cenderung relatif aman dan
lingkaran berwarna hijau bergaris tepi hitam yang terdapat pada kemasan.
kategori obat keras namun dalam jumlah tertentu masih dapat dijual di
apotek dan dapat diperoleh tanpa resep dari dokter. Obat ini disimbolkan
3. Obat Keras
lingkaran merah bergaris tepi hitam dan terdapat huruf “K” di dalamnya.
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
pemakainya.
1. Sediaan serbuk
Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
(Syamsuni, 2006)
2. Tablet
yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan
metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (tahan karat)
tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kompa cetak dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, mengandungsatu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan yang berfungsisebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelicin, dan zat pembasah (Ditjen POM, 1979). Tablet merupakan
bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan
3. Pil (Pilulae)
Pillulae berasal dari kata “pila” menurut FI III pilulae adalah suatu
sediaan yang berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat
20
yang digunakan untuk obat dalam dan bobotnya 50-300mg per pil (ada juga
yang menyebutkan bobot pil adalah 1-5 g). Boli adalah pil yang bobotnya
diatas 300 mg;granula bobotnya 20-60 mg dan parvul bobotnya dibawah 20mg per
4. Kapsul
Sediaan Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul umumnya
terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai
5. Suppositoria
umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak, atau meleleh pada suhu
tubuh (Anonim, 1995). Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga
dengan mudah dapat dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diingankan
1. Salep/unguenta
digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok (Farmakope Indonesia III); salep
adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
2. Cream (krim)
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat
dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A)( Farmakope Indonesia IV).
3. Pasta
Sediaan yang mirip dengan salep tetapi mengandung lebih dari 50% zat
4. Cerata
(ceratum labiale)
5. Gelones/spumae/jelly .
Gel merupakan sediaan setengah padat yang tersusun atas dispersi partikel
anorganik kecil atau molekul organik besar terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika
masa gel terdiri dari jaringan partike kecil yang terpisah, digolongkan
sebagai sistem dua fase (gel aluminium hidroksida). Dalam sistem dua
fase, jika ukuran partikel dari terdispersi relatif besar disebut magma
(misalnya magma bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik,
membentuk semi padat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan.
Salep yang lebih halus,umumnya cair dan sedikit mengandung atau tanpa
22
1. Potiones
larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral), potio juga
dapat berbentuk suspensi atau emulsi. Misalnya Potio alba contra Tussim
(Obat batuk putih/OBP) dan Potio nigra contra Tussim (Obat batuk
hitam/OBH).
2. Sirup
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang
berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan
lain.
3. Eliksir
yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat
tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat wangi dan
2.3 Kosmetik
kecantikan seperti bedak, krem, lotion, dan lain-lain untuk memperindah wajah,
kulit dan sebagainya. Istilah kosmetika berasal dari bahasa yunani yaitu
“kosmein” yang berarti “berhias”. Istilah kosmetik berasal dari bahasa Yunani
golongan obat. Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan
organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Sekarang
kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan
penampilan fisik manusia dan melindungi bagian tubuh dari kerusakan yang
bayi seperti minyak bayi, bedak khusus untuk bayi, dan serta produk
lainnya.
fungsinya yang digunakan bagi mata, seperti mascare, eye shadow, eye
liner
lainnya
terhadap berbagi produk seperti pewarna rambut, cat rambut dan lain-lain
kecuali mata contoh dari golongan ini adalah bedak, lipstick dan lain-lain
25
deodorant.
10. Preparat untuk kuku Preparat kuku merupakan salah satu golongan
kosmetik yang sangat umum dikenal oleh banyak orang seperti cat kuku,
dan lain-lain.
13. Preparat untuk sunscreen serta suntan Penggolongan kosmetik ini meliputi
1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern
2. Kosmetik tradisional :
b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar
tahan lama
1. Kosmetik perawat kulit (skin-care cosmetics) Jenis ini perlu untuk merawat
scrub cream yang berisi butiran butiran halus yang berfungsi sebagai
pengampelas (abrasive).
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) Jenis ini untuk merias dan menutup
cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta
menimbulkan efek psikologis yang bauk seperti percaya diri. Dalam kosmetik
riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik dekoratif terbagi
dan lain-lain.
27
lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting
tata cara mengenai penyimpanan sediaan farmasi yang baik dan benar diatur
dalam Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Sediaan farmasi
adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, Penyimpanan obat
hal, yaitu bentuk dan jenis sediaan, mudah atau tidaknya meledak/terbakar,
terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai
obat.
sebagai berikut :
1. Aman, yaitu setiap barang/obat yang disimpan tetap aman dari kehilangan
dan kerusakan. Kehilangan yang dimaksud adalah dicuri orang lain, dicuri
karyawan sendiri, dimakan hama (tikus), dan hilang sendiri (susut, tumpah,
kosmetk, atau sediaan farmasi yang lain itu sendiri rusak karena lingkungan
(polusi).
2. Awet, yaitu barang baik obat atau kosmetik tidak berubah warnanya,
4. Tepat, dimana bila ada permintaan barang baik obat atau kosmetik yang
diserahkan memenuhi lima tepat yaitu: tepat barang, kondisi, jumlah, waktu,
dan harganya.
penyimpanan obat yang yang dating lebih dulu akan dikeluarkan lebih
dulu.
arsip.
30
penyimpanan
yang terpisah/berbeda
4. Struktur gudang dalam bentuk yang baik, tidak ada retakan, lubang
6. Gudang rapi, rak dan lantai tidak berdebu dan dinding bersih.
11. jendela dicat putih atau mempunyai gorden serta aman dan
mempunyai tralis.
13. Terdapat lemari pendingin untuk obat tertentu dan dalam keadaan
baik.
kuasa
15. Terdapat alat bantu lain untuk pengepakan dan perpindahan barang
b. Pengaturan Persediaan
dari obat dan kosmetik lain yang masih baik dan disimpan
diluar gudang.
diperlukan.
c. sistem Penyimpanan
bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi,seperti obat, bahan obat, obat
herbal, kosmetik, alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi
Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip
psikotropika
34
dan psikotropika
2016 :
1. Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
Tuwel Sehat
Pengelolaan
Apotek
Obat Kosmetik
1. Alfabetis
2. FIFO dan FEFO
3. Menurut penggolongan
obat dan kosmetik
4. Bentuk sediaan
5. Menurut suhu (obat)
yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
obat yang disesuaikan dengan kondisi atau keadaan yang ada di Apotek
Tuwel Sehat.
Pengelolaan
Penyimpanan obat dan
apotek
kosmetik
Analisis bagaimana?
1. Alfabetis
2. FIFO dan FEFO
3. Menurut
penggolongan obat
dan kosmetik
4. Bentuk sediaan obat
dan kosmetik
5. Menurut suhu (obat)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1 populasi
atau generalisasi (Sudibyo 2014). Populasi penelitian ini adalah semua jenis
3.3.2 Sampel
populasi yaitu semua jenis obat dan jenis kosmetik yang ada di Apotek
Tuwel sehat.
1. Wawancara mendalam
2. Observasi
1. Data primer
2. Data sekunder
Menurut Ulber Silalahi (2012) bahwa: “Data yang dikumpulkan dari tangan
kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian
dilakukan”.
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan oleh penulis adalah
sumber data primer dan sekunder. Dimana sumber data primer adalah data
40
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui
dalam penelitian ini adalah penyimpanan obat dan kosmetik di Apotek Tuwel
Sehat.
Variabel Definisi
operasional Pengukuran
Cara Alat
sekunder
41
obat dan
kosmetik dari
distributor
gudang
penyimpanan
penyusuanan
atau
pengaturan
stok obat dan
kosmetik
(sedian
farmasi)
pada penelitian ini data yang diambil yaitu data kualitatif, yaitu data
Kefarmasian
1. Reduksi data
2. Penyajian data
atau teori.
Bersama Tegal Prodi Farmasi dan permintaan izin kepada pihak yang
2. Bagaimana proses
penyimpanan dan penyususnan
stok di Apotek tuwel sehat?
3. Bagaimana proses
penyimpanan dan penyususnan
(obat dan kosmetik) stok di
Apotek tuwel sehat?
5. Bagaimanakah system
penyimpanan obat bentuk
sediaan tablet(sediaan padat)?
6. Bagaimana system
penyimpanan kosmetik dalam
bentuk padat?
7. Bagaimana system
penyimpanan obat bentuk
sediaan cair?
47
8. bagaimana system
penyimpanan kosmetik bentuk
sediaan cair?
9. bagaimana system
penyimpanan kosmetik dalam
bentuk padat, cair, liquid?