Anda di halaman 1dari 13

KARYA ILMIAH

EVALUASI PENYIMPANAN OBAT DI APOTEK MELATI 2020

Oleh :
Donna fitriani

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2021
ABSTARK
Penyimpanan obat perlu di perhatikan karena banyak kejadian obat rusak dan kadaluarsa
yang membuat kerugian besar bagi rumah sakit. Penyimpanan obat yang salah dapat membuat
obat yang di konsumsi pasien menjadi tidak efektif. Perlu dilakukan evaluasi terhadap
penyimpanan obat untuk menjaga kualitas obat yang ada di gudang farmasi dan mempermudah
dalam melakukan pendistribusian obat.
Penelitian ini dibuat untuk tujuan mengetahui kesesuaian terhadap penyimpanan obat
yang ada di apotek melati dengan standar yang telah di tetapkan . penelitian ini termasuk
kedalam penelitian non eksperimental yaitu survei, data hasil yang diperoleh disajikan dalam
bentuk deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan agustus 2020 di apotek melati.
Penyimpanan obat berdasarkan alfabetis , bentuk dan sediaan , FIFO dan FEFO ,
penyimpanan obat lasa tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penanda khusus, tempat
penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainya ,penyimanan narkotik
dan psikotropik ditempatkan pada lemari khusus , yang terbuat dari bahan yang kuat, tidak
mudah di pindah tempatkan , mempunyai dua buah kunci yang berbeda, kunci dikuasakan oleh
apoteker .
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim,
Puji dan syukur kepada Tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia- Nya sehingga penulis diberikan hikmat untuk menyusun dan menyelesaikan Karya tulis
ilmiah dengan judul “ Evaluasi penyimpanan obat di apotek “ penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Risandar sudarman S.Pd. selaku asisten dosen dimata kuliah bahasa indoensia .
2. Ari triatna selaku penyemangat dalam setiap pengerjaan tugas .
3. Keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat serta
dukungan baik materi ataupun non – materi kepada penulis.
4. Tika dewi , selaku teman yang sama- sama mengerjakan laporapenn penelitian
ini.
5. Pihak lain yang telah memberikan dorongan kepada penulis
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulisan ilmiah tidak luput dari
kekuranganan . segala kritik dan saran yang membangun penulis harapkan guna tersusunya
karya tulis ilmiah yang lebih baik. Besar harapan penulis agar proposal penelitian ini mampu
bermanfaat bagi banyak pihak.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan erat dengan kefarmasian dengan tujuan mencapai hasil yang konkrit guna
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Standar Kefarmasian merupakan tolak ukur yang
berlaku dan digunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan
pelayanan kefarmasian. ( Permenkes RI no 73 tahun 2016 ).

Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa praktek obat


meliputi pengendalian mutu obat, keamanan, pengadaan, penyimpanan, peredaran obat,
pelayanan obat berdasarkan resep, pelayanan informasi obat dan pengembangan obat, bahan
obat dan tradisional. Profesional perawat kesehatan dengan keahlian dan kekuatan yang
disyaratkan oleh hukum .

Sistem penyimpanan obat disusun menurut abjad, dengan memperhatikan kelas persiapan
pengobatan dan perlakuan obat, serta mendistribusikan obat dengan sistem first expired first
out (FEFO) dan first in first out (FIFO) (Permenkes RI No. 73, 2016).

Karena banyaknya kasus obat kadaluarsa, penyimpanan obat penting untuk diperhatikan.
Penyimpanan obat yang tidak tepat dapat menyebabkan pasien menderita penyakit yang tidak
semestinya dengan meminum obat yang rusak. Efek obat yang rusak tidak hanya
mempengaruhi pasien tetapi juga apotek itu sendiri sehingga menimbulkan kerugian baik
materi atau moral. Kerusakan obat dan obat kadaluarsa menyebabkan obat tidak terjaual
dengan maksimal. Hal ini dapat diminimalisir dengan penanganan penyimpanan yang tepat.

Mengutip penelitian Utami (2018) di RSJD RM Soedjarwadi Klaten, masih terdapat obat
kadaluarsa yang tersimpan yang menyebabkan kerugian rumah sakit. Obat-obatan yang telah
melewati tanggal kadaluarsa sangat berbahaya, karena menurunkan manfaat obat dan dapat
menimbulkan efek racun (zat toksik). Hal ini dikarenakan obat tersebut tidak berfungsi
secara maksimal. Padahal, obat-obatan yang belum kadaluarsa dapat menimbulkan efek
negatif, jika mengalami cara penyimpanan yang tidak tepat (utami, 2018).

B. Fokus dan sub- fokus


1.1 fokus
karya ilmiah ini membahas tentang evaluasi penyimpanan obat di apotek melati
berdasarkan peraturan mentri kesehatan republik Indonesia nomor 73 tahun 2016
tentang standar pelayanan kefarmasian . penelitian ini merupakan bagian dari penelitian
deskriptif observasional yang memberikan pemantauan terhadap sistem penyimpanan
obat di apotek melati . pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung
terhadap sistem penyimpanan obat di apotek dengan menggunakan lembar observasi
dan wawancara secara rinci dengan apoteker .berdasarkan observasi awal , ditetapkan
bahwa petugas apotek menerapkan sistem FIFO ( first in first out ) dan FEFO ( first
expired first out ) . Selain itu juga setelah dilakukan pengamatan di peroleh hasil
persentase yang sangat baik yaitu 81 % - 100% dengan nilai 100 % . hal ini
menunjukkan bahwa apotek melati telah berhasil memenuhi standar penyimpanan obat
berdasarkan kemenkes No.73 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di
Apotek.
1.2 sub – fokus
kesalahan dalam penyimpanan obat ( medication eror ) menurut National
coorinating counci medication eror reporting and prevention ( NCC MERP ) yaitu
setiap kejadian yang dapat menimbulkan atau mengakibatkan pada pelayanan obat yang
tidak tepat atau membahayakan kepada kesehatan pasien sementara obat berada dalam
pengawasan tenaga kesehatan atau pasien. Kejadian seperti ini sangat berhubungan
dengan praktik profesi , produk , prosedur dan sistem .
kesalahan pelayanan obat dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan obat
kepada pasien , mulai dari industri , dalam peresepan , dalam pembacaan resep ,
peracikan ,penyerahan dan PIO ( pemberian informasi obat ). Setiap rantai memiliki
beberapa tindakan , setiap tindakan dapat menyebabkan kesalahan .
medication eror ini dapat menyebabkan efek samping yang sangat membahayakan
dan bisa berpotensi memicu risiko fatal dari penyakit yang diderita. Tanggung jawab
seorang apoteker dan perawat dalam dispensing dan pemberian obat menjadi semakin
sulit akibat ketersediaan obat tertentu yang membutuhkan lebih banyak obat untuk satu
penyakit , waktu kadaluarsa obat yang semakin cepat , dan banyaknya jenis obat baru
yang tertulis pada resep . berdasarkan hal tersebut , penulis melihat bahwa upaya
antisipasi memiliki posisi penting dalam mengamankan rantai pasok yang dalam hal ini
merumuskan langkah antisipasif untuk menhindari terjadinya medication eror .

C .Rumusan masalah

Dari pengamatan yang telah dilakukan penulis, penulis mengambil sampel permasalahan
di apotek Melati selama satu bulan di tahun 2020 dan mengusulkan pertanyaan problematik
sebagai berikut :

1. Apakah penanganan dalam penyimpanan obat- obatan di apotek melati sudah


sesuai dengan permenkes ??

D. Tujuan penelitian

1. Mengetahui kesesuaian obat dengan Apotek Melati 2020

2. Mengetahui persentase obat kadaluarsa dengan Apotek Melati 2020

E. Manfaat penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat yaitu manfaat secara praktis dan teoritis yaitu :

1. Manfaat praktis
a) Dapat mengusulkan tata kelola penyimpanan atau prosedur bagaimana
penanganan obat jika terjadi kerusakan atau kadaluarsa dan memberi masukan
terkait antisipasinya.
b) Merupakan salah satu sumbanganan pemikiran untuk apotek melati dalam proses
penanganan obat rusak dan kadalursa agar lebih memperhatikan tanggal
kadaluarsa dan kondisi obat.
c) Sebagai kontribusi wawasan tentang bagaimana proses penanganan obat rusak
atau kadaluarsa sesuai dengan kaidah empirik.
2. Manfaat teoritis
Selain manfaat praktis yang disebutkan diatas , penelitian ini juga memiliki
keunggulan secara teoritis artinya untuk memberikan dasar bagi peneliti lain yang
memiliki penelitian sejenis dalam rangka upaya peningkatan kemampuan dalam
memecahkan masalah mahasiswa.
BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

A. Pengertian penyimpanan obat

Penyimpanan obat adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk melindungi obat
yang disimpan dari risiko kehilangan, kerusakan , pencurian dan cacat fisik yang dapat
mempengaruhi mutu obat .

B. Tujuan penyimpanan obat

Tujuan penyimpanan obat adalah untuk menjaga mutu dan stabilitas obat menjaga obat-
obatan, keamanan, ketersediaan Penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab. Menurut
PERMENKESRI Ada edisi ke-72 tahun 2016 untuk memastian ketersediaan obat itu ada .

Ada beberapa sistem atau tata cara penyimpanan obat yang di terapkan di apotek ,
instalasi farmasi dan gudang farmasi diantaranya :
a. FIFO dan FEFO
Fifo ( first in first out ) yang artinya barang yang sudah datang dahulu maka
dikeluarkan pertama dan fefo ( first expired first out) adalah barang yang sudah lama
kadaluarsa dikeluarkan lebih dulu .
b. Sesuai abjad
Metode ini bertujuan untuk mempermudah pengambilan obat dan harus sesuai
dengan bentuk sediaan .
c. Berdasarkan generik dan non generik
Generik dan non-generik diurutkan berdasarkan abjad dan dalam bentuk sediaan
untuk memudahkan asupan obat generik dan non-generik
d. Menurut kelas obat
Obat-obat ini dikelompokkan berdasarkan khasiat dan indikasinya. Misalnya
golongan antibiotik dikelompokkan dengan golongan antibiotik.
e. Berdasarkan bentuk sediaan
Obat yang memiliki kesamaan bentuk sediaan disimpan secara bersamaan di atas
rak.

f. Berdasarkan stabilitas obat


Karena obat yang disimpan dapat rusak karena stabilitas obat yang terganggu,
perhatian juga harus diberikan pada faktor stabilitas obat berikut saat menyimpan:
 Suhu
 Cahaya
 Kelembapan
Obat psikotropika dan obat yang terkandung dalam narkotika harus diedit dan
disimpan secara terpisah dari obat lain karena laporan khusus harus disampaikan
kepada Kementerian Kesehatan setiap bulan. Narkoba tersebut disimpan dalam lemari
penyimpanan narkotika kayu berukuran 40x80x120. Lemari obat harus dikunci dua
kali dan diletakkan di lantai, dan lemari obat psikotropika juga harus dikunci.
C. Indikator penyimpanan obat
Macam macam indikator penyimpanan obat menurut sheina ( 2010) sebagai
berikut :
1) Kecocokan barang dengan kartu stok
Indikator ini dilakukan guna mengetahui ketelitian petugas bagian gudang dan
mempermudah dalam proses pengecekan obat , membantu dalam proses perencanaan dan
pengadaan obat sehingga tidak terjadi akumulasi obat dan kekosongan obat .
2) Turn on ratio
Proses ini dilakukan guna mengetahui terjadinya perputaran obat yaitu untuk memperoleh
data seberapa cepat obat dibeli, didistribusi, sampai di pesan kembali .
3) Persentase obat yang sampai kadaluarsa atau rusak
Indikator ini digunakan untuk proses penilaian terhadap kerugian apotek .
4) Sistem penataan gudang
Indikator ini digunakan untuk mengetahui nilai sistem penataan gudang dengan
penerapan FIFO dan FEFO
5) Persentasi stok mati
Stok mati merupakan istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan item persediaan
obat yang terdapat di gudang yang tidak mengalami transaksi dalam waktu minimal 3
bulan .
6) Persentase nilai stok akhir
Indikator ini merupakan untuk menunjukn berapa besar persentase jumlah barang yang
tersisa pada priode tertentu.

D. Sarana , prasarana dan peralatan


Sarana dan prasarana yang di perlukan di apotek untuk menunjang pelayanan
kefarmasian di apotek meliputi ( permenkes RI No.35 tahun 2014 )
1. Ruang peneriman resep
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan ( produksi sediaan secara terbatas )
3. Ruang penyerahan obat
4. Ruang konseling
5. Ruang penyimpanan sediaan farmasi , alat kesehatan , dan bahas medis habis
6. Ruang arsip
E. Penyimpanan obat khusus prikotropika dan narkotika

Menurut permenkes No. 3 tahun 2015 narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman , baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran , hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri ,
dan dapat menimbulkan ketergantungan . Psikotropika adalah zat atau obat atau bukan
narkotika, baik alamiah atau sintetis berkhasiat psikoatif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada katifitas mental dan
perilaku .

Penyimpanan obat golongan psikotropika belum diatur oleh peraturan


perundang – undangan . obat psikotropika cenderung di salah gunakan maka disarankan
pelayanan obat – obatan golongan ini diletakan tersendiri di rak atau lemari khusus dan
tidak terlihat oleh umum .

1. Lemari terbuat dari bahan kuat


2. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 buah kunci yang berbeda
3. Harus di letakkan dalam ruangan khudud disudut gudang
4. Dibagi 2 rak dengan kunci yang berlainan , rak pertama di gunakan
sebagai persediaan obat narkotika dan yang ke dua digunkan untuk
narkotika yang dipakai sehari – hari
5. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum
6. Kunci lemari khusus di kuasai oleh apoteker penanggung jawab
7. Lemari harus menempel pada tembok atau lantai dengan cara dipaku atau
di sekrup
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriftif yang menggunakan metode
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif . dengan tujuan untuk mengetahui
secara jelas bagaimana mendalam tentang penyimpanan obat di apotek melati 2020 .
B. Lokasi dan waktu penelitian
1) Lokasi penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di apotek melati yang berlokasi di jalan rajadesa
ciamis jawa barat dengan pertimbangan kurang optimalnya penyimpanan obat
di apotek melati .
2) Waktu penelitian
Penelitian ini dimulai pada saat penulis melakukan kegiatan PKL ( praktik
kerja lapangan ) pada saat sekolah dengan survei pendahuluam pada bulan
agustus 2020 s/d september 2020 .
C. Data dan sumber data
Data ini di peroleh dengan cara penulis melakukan observasi secara langsung pada
saat PKL ( praktik kerja lapangan) pada saat smk yang di lakukan selama 1 bulan
penuh .
D. Pengumpulan data
Data yang di peroleh di dapatkan dari hasil observasi penulis secara langsung di
apotek melati dan melakukan riset langsung tentang evaluasi penyimpanan obat di
apotek dari mulai penataan obat yang baru datang sampai melakukan penyerahan obat
kepada pasien dan dilakukan pembimbingan khusus oleh apoeteker dan tenaga teknis
kefarmasian tersebut .
E. Teknik analisis data
Dengan cara melakukan pencatatan hasil kegiatan sehari – hari yang dilakukan di
penulis di buku catatan khusus yang sudah disiapkan dari pihak sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai