KABUPATEN PASAMAN
NAMA : DEFGAN FEBRIANTONIO
NIM : 2111022
I. PENDAHULUAN
obat sangat penting untuk menjamin efek obat dalam tubuh, maka sudah
seharusnya semua obat disimpan ditempat yang tepat dan harus sesuai dengan
ketetapan yang sudah diatur sehingga mutu obat terjamin dan juga terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia. Pengelolaan penyimpanan obat yang baik juga
obat. Sehingga pasien dapat terlayani dengan baik serta menghindari terjadinya
pasien maka dilakukan kegiatan penyimpanan dan pemeliharaan obat dengan cara
meletakan obat yang diterima ditempat yang aman dari gangguan fisik maupun
Hasil penelitian ini akan diseminarkan di Akademi Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi Pada
Hari/tanggal :
Pukul :
Pembimbing : 1. Shaula Febrioldini E,S.Pd,M.Mkes
2. Apt.Ariya Eka Kusuma,M.farm
1
proses sejak penerimaan obat sampai mengirimkan obat ke unit pelayanan di
obat dari kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik serta agar memudahkan
terutama obat-obatan dan alat kesehatan. Artinya jika terjadi kesalahan dalam
mengalami kerugian. Untuk itu sangat diperlukan pengelolaan obatyang baik dan
terdapat kegiatan penyimpanan obat yang belum dapat dilakukan dengan baik
contohnya pada Puskesmas di Kota Jambi, dari dua puluh Puskesmas delapan
diantaranya memiliki kriteria penyimpanan obat yang kurang baik ( Poernomo dkk,
Kota Padang dinilai masih kurang baik dengan persentase 13,64% (Nasif H dkk,
2021). Dan penelitian lainnya juga dilakukan ( Fransiska dkk, 2022 ). Penyusunan
gudang obat di Puskesmas sindang dataran dinilai sangat baik dengan (80%)
memenuhi standar, dan (20%) belum memenuhi standar yang ditetapkan Permenkes
2
Bardasarkan penelitian diatas masih ada proses penyimpanan obat yang
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana profil penyimpanan obat di
penelitian ini bagi Puskesmas kumpulan dapat menjadi masukan yang positif
mengenai penyimpanan obat yang baik dan benar, sehingga dapat diperbaiki jika
Pasaman.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat
Obat adalah bahan yang termasuk produk biologi yang digunakan untuk
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Permenkes No. 30
Tahun 2014).
pengaturan tata ruang gudang dengan baik. pengaturan tata ruang selain harus
1. Kemudahan Bergerak
4
a. Sebaiknya tidak menggunakan sekat didalam penyimpanan obat dengan
menggunakan sistim :
2. Arus U
3. Arus L
a. Suhu dingin tidak lebih dari 8°C. lemari pendingin memiliki suhu
b. Bahan yang mudah terbakar dan meledak seperti alkohol dan eter
5
c. Vaksin juga harus disimpan khusus dikulkas dan juga dilindungi dari
sirkulasi udara dan gerakan stok obat, keuntungan menggunakan pallet adalah
adanya sirkulasi udara dari bawah, peningkatan efisiensi penanganan stok, dapat
5. Pencegahan Kebakaran
Bahan yang mudah terbakar seperti kardus, karton, plastic dan lainnya tidak
boleh ditumpuk. Alat pemadam kebakaran yang masih berfungsi dengan baik
dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dalam jumlah yang cukup.
b) Penyusunan Obat
atau induksi obat tersebut, misal golongan antibiotika, golongan kelas terapi
6
hipertensi, dan lain sebagainya. Penyusunan secara kelas terapi memerlukan
keahlian khusus artinya kita harus tahu penggolongan obat untuk menyusun
3. FIFO,FEFO dan LIFO Untuk distribusi atau keluar masuk obat harus disusun
berdasarkan FIFO(Frist in Frist Out) yang artimya obat yang masuk dahulu
dahulu,dan LIFO (Last In First Out) artinya barang yang masuk dahulu
4. LASA (Look Alike Sound Alike ) termaksud kedalam obat-obatan yang perlu
diwaspadai (high alert) obat yang sering menyebabkan kesalahan serius dan
2012.).
a. Tulisan tangan yang tidak jelas dan tidak jelas dan tidak dapat dibaca.
7
d. Kemasan atau perlabelan yang serupa/mirip.
Pengamatan mutu obat dilakukan untuk menjaga mutu obat agar tidak terjadi
kerusakan seperti perubahan warna obat pada obat salep,tablet,cairan dan lain-lain
obat ini dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya kerusakan obat secara fisik
maupun kimia dan juga untuk menghindari terjadinya obat kadarluwasa (Nurniati
dkk,2016).
1. Identitas, yaitu untuk obat yang dibelanjakan atau dibeli harus dijamin
8
3. Potensi, yaitu setiap sediaan harus berisi kandungan obat yang sesuai dengan
apa yang tertera dalam label. Secara teknisi ditetapkan bahwa kandungan
kapsul, krim, dan cairan sebaiknya seragam antara satu obat denganlain obat.
Kartu stok obat adalah salah satu dokumen yang wajib ada Puskesmas
1. Fungsi pencatatan kartu stok obat menurut Yunita, dkk (2016) yaitu:
b. Tiap baris data hanya diperbolehkan mencatat satu kejadian mutasi obat.
c. Tiap satu lembar kartu stok hanya diperbolehkan mencatat data mutasi satu
d. Data pada kartu stok obat digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan,
dalam penyimpanannya.
9
2. Manfaat informasi yang digunakan dapat dari pencatatan kartu stok obat.
a. Dapat mengetahui dengan cepat jumlah sediaan obat yang masih ada
khusus.
b) Penyimpanan obat antara jenis satu dengan yang lainnya harus jelas
c) Obat dalam jumlah kecil dan harga mahal disimpan dalam lemari
terkunci.
d) Satu jenis obat disimpan dalam satu lokasi dan juga obat yang
2) Obat disimpan menurut sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first
3) Bagian judul pada kartu stok diisi dengan nama obat, kemasan dan
isikemasan.
4) Kartu stok memuat nama obat, satuan asal (sumber) dan diletakkan
10
b) Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran
d) Tanggal kadaluarsa.
g) Sisa stok.
sebagaiberikut:
obat dibeli, didistribusi dan sampai dipesan kembali. Maka nilai TOR akan
11
3. Persantase obat yang sampai kadaluarsa atau rusakDigunakan untuk menilai
kerugian puskesmas
FEFO
5. Persantase stok mati
yang tersisa pada periode tertentu, dan nilai persentase stok akhir berbanding
Kemenkes RI, 2019 ) indikator penyimpanan obat terbagi menjadi dua aspek
12
d. Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan sistem, First
Expired First Out ( FIFO ), high alert dan life saving (obat emergency)
dikuasakan.
disertai dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap harinya.
cadangan (genset)
khusus dan diletakan ditempat yang mudah diliat agar bisa digunakan
obat.
a. Elektrolit risiko tinggi dan obat risiko tinggi harus disimpan terpisah
13
b. Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi
LASA/NORUM.
daruratan.
perawat.
berkala.
2.3 Puskesmas
14
2.3.2 Fungsi Puskesmas
15
9) Melaksanakan pencatatan, palaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
danmasyarakat.
16
5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
aksespelayanan kesehatan.
sistemrujukan.
perundang-undang.
Agam
Puskesmas Kumpulan dibangun pada tahun 2007, dan mulai berpotensi pada
tahun 2008, dengan luas wilayah 48,01 km² yang terdiri dari 11 Jorong dengan jarak
tempuh dari Jorong ke Puskesmas rata-rata 5 km. Sedangkan untuk waktu temuh
17
Wilayah kerja merupakan daerah perbukitan dengan curah hujan tinggi
tahunnya. Tiap jorong dapat dijaungkau dengan roda dua atau roda empat, jalan
beraspal tetapi masih ada wilayah di kejorongan yang sulit dijaungkau dengan
kendaraan roda empat karena kondisi jalannya yang belum beraspal. Dan mata
fisik Pusekesmas Kumpulan saat ini sangat baik dimana tahun 2007 baru dibangun.
telah membuat kesepakatan moto untuk menjadi acuan yaitu “Puskesmas Siap
18
III METODE PENELITIAN
1. Alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas ceklist dan kamera
2. Bahan yang digunakan adalah kartu stok obat, laporan bulanan, laporan obat
kadaluarsa, surat bukti barang masuk dan keluar, ruangan dan perlengkapan
Variabel merupakan suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari, apa yang akan di teliti oleh peneliti sehingga diperoleh
penelitian ini adalah aspek umum dan aspek khusus berdasarkan Petunjuk Teknis
19
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder
melihat atau mengamati tingkah laku individu atau kelompok yang diteliti
b. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi kartu stok, laporan bulanan dan
data dianalisis secara deskriptif yang diperoleh dan disajikan dengan tabel
Ya : skor 1
Tidak : skor 0
20
skor perolehan
%= 100%
skor maksimal
penyimpanan obat yang baik dan benar terbagi menjadi tiga yakni:
2. Cukup : 60 –
75%
3. Kurang : < 60%
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
sebagai berikut :
4.2 Pembahasan
serta memudahkan pencarian dan pengawasan (Kemenkes RI, 2019). Dari hasil
22
Aspek umum penyimpanan obat di Puskesmas Kumpulan untuk persediaan
obat sudah disusun di rak-rak penyimpanan obat dan BMHP (Bahan Medis Habis
Pakai) sudah disimpan di gudang obat dan rak rak penyimpanan obat, untuk
penyimpanan yang baik dan benar akan memudahkan dalam pengambilan obat
dan BMHP (Bahan Medis Habi Pakai) serta dapat mempertahankan mutu dan
alat pengukur suhu, dengan pantauan suhu dari 23 sampai 24 derajat celcius,
menurut Linda E.S (2015) cara penyimpanan obat dan BMHP (Bahan Medis
Habis Pakai) mempengaruhi kestabilan obat dan BMHP (Bahan Medis Habis
Pakai) dilihat dari penyimpanan pada suhu udara panas, kelembaban udara yang
diletakan di atas pallet, teratur dan diberi tanda-tanda khusus, menurut kemenkes
RI (2019) sediaan farmasi yang dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet,
sistem FEFO (first expired first out). Husnawati, dkk (2016) melakukan penelitian
dan menemukan hasil yang sama didalam penyimpanan obat sudah sesuai
alphabet dan kelas terapi sehingga dapat mempermudah dalam pencarian obat
dengan menggunakan sistem FEFO (first expired first out) dimana obat yang
memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat maka itu yang dikeluarkan terlebih
dahulu. Untuk obat hight alert dan last saving (obat emergency) di Puskesmas
23
Kumpulan juga sudah disimpan terpisah dan diberi penandaan khusus, hight alert
merupakan obat yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius dan obat
58 Tahun 2014).
pada lemari terkunci yang kuncinya dipegang oleh asisten apoteker, menurut
Penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) yang
mudah terbakar di simpan di gudang yang terletak di sudut ruangan dan terpisah
dari obat-obat lain. Menurut Ernawati (2020) yang melakukan penelitian mengenai
sediaan farmasi atau bahan yang mudah meledak harus disimpan di tempat khusus
dan terpisah.
obat tertentu yang disertai dengan alat pemantau suhu dan kartu suhu yang diisi
setiap hari, jika terjadi pemadaman listrik di Puskesmas Kumpulan juga telah
menyediakan genset, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
penyimpanan obat tertentu yang disimpan di lemari pendingin dan disertai alat
24
pemantauan suhu yang diisi setiap hari begitu juga bila terjadi pemadaman listrik
tempat penyimpanan obat telah dilakukan 1 kali 3 bulan. Hal ini telah sesuai
Puskesmas 2019.
dapat dilihat bahwa obat high alert resiko tinggi yang telah menyimpan sediaan
secara terpisah dan diberi penandaan yang jelas pada tempat penyimpanan
Kumpulan diletakkan secara berdekatan tetapi diberi label yang jelas sehingga
menurut Kemenkes RI, (2019) Obat hight alert elektrolit resiko tinggi dan obat
resiko tinggi harus disimpan terpisah dengan penandaan yang jelas untuk
LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi label khusus sehingga petugas
pada lemari terkunci yang kuncinya dipegang oleh asisten apoteker, menurut
25
Mas’ul K (2020) penyimpanan obat Narkotik, Psikotropik dan Precursor
disimpan dilemari khusus, terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan
dan mempunyai dua pintu dan dua kunci yang dikuasai oleh Apoteker atau
petugas yang dikuasakan dan diletakkan di tempat yang aman tidak terlihat oleh
umum
antidote sudah disepakati bersama apoteker/ tenaga farmasi, dokter dan perawat
2019.
26
V . KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
telah memenuhi syarat bagaimana penyimpanan obat yang baik dan benar. Sesuai
aspek yang perlu diperhatikan yakni aspek umum dan aspek khusus. Puskesmas
Kumpulan dari segi aspek umum memiliki persentase 100 % dan dari segi aspek
5.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Hasna, N., 2021. “Pengelolaan Obat LASA ( Look Alike Sound Alike ) di
Indonesia dengan Metode Sistematika Literatur Review. Skripsi, Jakarta :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Hurria & Sakri, M., 2018, Profil Pengelolaan Penyimpanan Obat di Puskesmas
Tompobolu Kabupaten Maros, Jf Fik Uinam, 7(1):1
Linda, ES., 2015 Profil Penyimpanan dan Pemeriksaan Mutu Obat di Puskesmas
Bayumas, skripsi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Nasif, H., Sari Y, O., Rahmadriza, Z., 2021. Profil Penyimpanan Obat Pada
Puskesmas di Kota padang Sumatra Barat. Jurnal Sains Farmasi & Klinis:
309-315.
28
Nurniati,L., Lestari, H., Lisnawaty, 2016, Studi Tentang Pengelolaan Obat DI
Puskesmas Buranga Kabupaten Wakatobi Tahun 2016.Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Sulawesi Tenggara:Universitas Halu Oleo:1-9
29
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Kampus
30
Lampiran 2 Surat Izin dari Pelayanan Terpadu Satu Pintu
31
Lampiran 3. Daftar tilik penyimpanan obat di Puskesmas Kumpulan
Kabupaten Pasaman.
32
6. Sediaan farmasi dan BMHP
yang mudah terbakar,disimpan
ditempat khusus dan terpisah
dari obat lain.
Skor perolehan 10 0
33
2. Aspek khusus yang perlu diperhatikan
c. Elektrolit risiko
tinggi disimpan
terpisah dengan
penandaan yang
jelas.
2. Obat narkotik, psikotropik
danprecursor disimpan
dilemari dengan 2 buah
kunci berbeda.
3. Obat kegawat daruratan
medis
a. Penyimpanan obat
kegawat daruratan
medis
memperhatikan sisi
kemudahan,
ketepatan dan
kecepatanreaksi
apabila terjadi
kegawat daruratan
b. Monitoring terhadap
obat kegawat
darurat medis
dilakukan secara
berkala.
Skor perolehan 6 0
Persentase 100 % Baik
Sumber : Petunjuk Teknis Standar kefarmasian di Puskesmas 2019.
34
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian
Gambar Keterangan
Wawancara dengan apoteker
penanggung jawab di Puskesmas
Kumpulan Kab.Pasaman
35
Alat pengatur suhu lemari pendingin
di Puskesmas Kumpulan
Kab.Pasaman.
36