Anda di halaman 1dari 36

PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KUMPULAN

KABUPATEN PASAMAN
NAMA : DEFGAN FEBRIANTONIO

NIM : 2111022

I. PENDAHULUAN

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit pelaksana teknisdinas

kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Di puskesmas terdapat salah satu

bagian yang penting dalam pengelolaan obat yaitu, penyimpanan. Penyimpanan

obat sangat penting untuk menjamin efek obat dalam tubuh, maka sudah

seharusnya semua obat disimpan ditempat yang tepat dan harus sesuai dengan

ketetapan yang sudah diatur sehingga mutu obat terjamin dan juga terhindar dari

kerusakan fisik maupun kimia. Pengelolaan penyimpanan obat yang baik juga

mengurangi resiko terjadinya kehilangan obat, kerusakan obat dan kadaluarsaan

obat. Sehingga pasien dapat terlayani dengan baik serta menghindari terjadinya

kekosongan obat (Permenkes no 74 tahun 2016).

Agar terhindarnya kekosongan obat dan terjaminnya pelayanan terhadap

pasien maka dilakukan kegiatan penyimpanan dan pemeliharaan obat dengan cara

meletakan obat yang diterima ditempat yang aman dari gangguan fisik maupun

pencurian dalam penyimpanan obat. Penyimpanan obat mencakup


Hasil penelitian ini akan diseminarkan di Akademi Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi Pada
Hari/tanggal :
Pukul :
Pembimbing : 1. Shaula Febrioldini E,S.Pd,M.Mkes
2. Apt.Ariya Eka Kusuma,M.farm

1
proses sejak penerimaan obat sampai mengirimkan obat ke unit pelayanan di

Puskesmas. Penyimpanan obat ini memiliki tujuan untuk mempertahankan mutu

obat dari kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik serta agar memudahkan

dalam pencarian dan pengawasan obat (Hurria & Sakri, 2018).

Penyimpanan obat di Puskesmas mempunyai dampak besar dalam pelayanan

kesehatan di Puskesmas, karena hampir 40-50% kabutuhan logistik puskesmas

terutama obat-obatan dan alat kesehatan. Artinya jika terjadi kesalahan dalam

pengelolaan penyimpanan obat di puskesmas maka puskesmas tersebut akan

mengalami kerugian. Untuk itu sangat diperlukan pengelolaan obatyang baik dan

efisien untuk mencegah terjadinya kerugian akibat terjadinya kesalahan dalam

penyimpanan obat (Merkuri,dkk 2019).

Berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukan bahwa di beberapa Puskesmas

terdapat kegiatan penyimpanan obat yang belum dapat dilakukan dengan baik

contohnya pada Puskesmas di Kota Jambi, dari dua puluh Puskesmas delapan

diantaranya memiliki kriteria penyimpanan obat yang kurang baik ( Poernomo dkk,

2018 ). Penelitian dilakukan di Puskesmas Kota Padang Provinsi Sumatra Barat.

Dari hasil penelitian bahwa persyaratan gudang penyimpanan obat di 11 Puskesmas

Kota Padang dinilai masih kurang baik dengan persentase 13,64% (Nasif H dkk,

2021). Dan penelitian lainnya juga dilakukan ( Fransiska dkk, 2022 ). Penyusunan

gudang obat di Puskesmas sindang dataran dinilai sangat baik dengan (80%)

memenuhi standar, dan (20%) belum memenuhi standar yang ditetapkan Permenkes

No. 74 tahun 2016.

2
Bardasarkan penelitian diatas masih ada proses penyimpanan obat yang

belum memenuhi standar dan dapat menyebabkan kerugian pada Puskesmas

sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai penyimpanan obat di Puskesmas.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana profil penyimpanan obat di

Puskesmas Kumpulan Kabupaten Pasaman. Manfaat dari penelitian tentang profil

penyimpanan obat di Puskesmas Kumpulan Kabupaten Pasaman dapat menambah

pengetahuan peneliti tentang penyimpanan obat di Puskesmas, sedangkan manfaat

penelitian ini bagi Puskesmas kumpulan dapat menjadi masukan yang positif

mengenai penyimpanan obat yang baik dan benar, sehingga dapat diperbaiki jika

ada kesalahan dalam penyimpanan obat di puskesmas Kumpulan Kabupaten

Pasaman.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat

Obat adalah bahan yang termasuk produk biologi yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi untuk manusia. (Permenkes No.72 Tahun 2016).

2.2 Penyimpanan Obat

2.2.1 Pengertian Penyimpanan Obat

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara

menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari

pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Permenkes No. 30

Tahun 2014).

a) Pengaturan Tata Ruang

Dalam pengaturan tata ruangan untuk mendapatkan kemudahan dalam

penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan obat, maka perlu

pengaturan tata ruang gudang dengan baik. pengaturan tata ruang selain harus

memperhatikan kebersihan dan menjaga gudang dari kebocoran dan hewan

pengerat juga harus diperhatikan ergonominya (Saputera dkk, 2019).

1. Kemudahan Bergerak

4
a. Sebaiknya tidak menggunakan sekat didalam penyimpanan obat dengan

sistem satu lantai karena dapat membatasi pengaturan ruangan

b. Jika didasarkan pada arus penerimaan dan pengeluaran obat dapat

menggunakan sistim :

1. Arus garis lurus

2. Arus U

3. Arus L

2. Suhu yang sesuai

Macam-macam suhu penyimpanan obat :

a. Suhu dingin tidak lebih dari 8°C. lemari pendingin memiliki suhu

antara2° - 8 °C dan lemari pembeku memiliki suhu antara 20° - 10°C

b. Suhu sejuk antara 8° - 15°C kecuali dinyatakan lain harus disimpan di

suhusejuk dapat disimpan dilemari pendingin.

c. Suhu kamar antara 15° - 30°C

d. Suhu hangat antara 30° - 40°C

e. Suhu panas berlebih yaitu diatas 40°C

3. Kondisi penyimpanan khusus


a. Narkotik dan Psikotropik yang harganya mahal dalam jumlah sedikit

harusdisimpan di dalam lemari khusus yang selalu terkunci.

b. Bahan yang mudah terbakar dan meledak seperti alkohol dan eter

harusdisimpan di dalam lemari khusus dan terpisah.

5
c. Vaksin juga harus disimpan khusus dikulkas dan juga dilindungi dari

kemungkinan putusnya aliran listrik.

d. Sitotoksik merupakan obat yang sifatnya membunuh,obat ini termasuk

obat berbahaya.obat obatan sitotoksik harus disimpan sesuai dengan kode

obat,reconstitude obat sitotoksik disimpan seperti yang ditunjukan oleh

label pada obat.

4. Rak dan Pallet


Cara penetapan rak dan penggunaan pallet yang tepat dapat meningkatkan

sirkulasi udara dan gerakan stok obat, keuntungan menggunakan pallet adalah

adanya sirkulasi udara dari bawah, peningkatan efisiensi penanganan stok, dapat

menampung obat lebih lama, pallet murah dari rak.

5. Pencegahan Kebakaran
Bahan yang mudah terbakar seperti kardus, karton, plastic dan lainnya tidak

boleh ditumpuk. Alat pemadam kebakaran yang masih berfungsi dengan baik

dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dalam jumlah yang cukup.

b) Penyusunan Obat

1. Penyusunan obat secara abjad dengan cara menyusun obat berdasarkan

nama, misalnya awalan A amoksisilin, dan awalan B bromhexine, dan

awalan C ctm dst.

2. Susunan obat secara kelas terapi obat dikelompokkan berdasarkan khasiat

atau induksi obat tersebut, misal golongan antibiotika, golongan kelas terapi

6
hipertensi, dan lain sebagainya. Penyusunan secara kelas terapi memerlukan

keahlian khusus artinya kita harus tahu penggolongan obat untuk menyusun

obat berdasarkan kelas terapi.

3. FIFO,FEFO dan LIFO Untuk distribusi atau keluar masuk obat harus disusun

berdasarkan FIFO(Frist in Frist Out) yang artimya obat yang masuk dahulu

dikeluarkan dahulu,FEFO(First Expired Frist Out) artinya obat yang

memilikitanggal kadarluasa lebih cepat maka dikeluarkan terlebih

dahulu,dan LIFO (Last In First Out) artinya barang yang masuk dahulu

dikeluarkan dahulu (Karamoy dan Anwar 2014).

4. LASA (Look Alike Sound Alike ) termaksud kedalam obat-obatan yang perlu

diwaspadai (high alert) obat yang sering menyebabkan kesalahan serius dan

obat berisiko tinggi menyebabkan Dampak obat yang tidak diinginkan.

LASA (Look Alike Sound Alike) di Indonesia sering disebut dengan

NORUM (Nama Obat dan Ucapan Mirip)merupakan jenis obat yang

memiliki kemasan atau nama penyebutannya yang mirip (Hasyim dkk,

2012.).

Faktor risiko umum terkait obat-obatan LASA menurut ( Hasna N, 2021).

a. Tulisan tangan yang tidak jelas dan tidak jelas dan tidak dapat dibaca.

b. Pengetahuan dengan nama obat yang tidak lengkap.

c. Produk baru yang tersedia.

7
d. Kemasan atau perlabelan yang serupa/mirip.

e. Kekuatan,bentuk sediaan,serta frekuensi pemberian yang serupa.

f. Penggunaan klinis yang mirip.

c) Pengamatan Mutu Obat

Pengamatan mutu obat dilakukan untuk menjaga mutu obat agar tidak terjadi

kerusakan seperti perubahan warna obat pada obat salep,tablet,cairan dan lain-lain

yang disimpan didalam digudang penyimpanan obat.melakukan pengamatan mutu

obat ini dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya kerusakan obat secara fisik

maupun kimia dan juga untuk menghindari terjadinya obat kadarluwasa (Nurniati

dkk,2016).

Secara teknis, kriteria mutu obat mencakup identitas, kemurniaan, potensi,

keseragamaan, dan ketersediaan hayati (Badriyah, 2020).adalah sebagai berikut:

1. Identitas, yaitu untuk obat yang dibelanjakan atau dibeli harus dijamin

bahwa isi kandungannya benar.

2. Kemurniaa, yaitu beberapa jenis obat yang memang memerlukan bahan

tambahan untuk membentuk sediaan, untuk itu harus dijamin didalam

sediaan tidak terdapat bahan tambahan yang berbahaya atau mengganggu

stabilitas dari obat.

8
3. Potensi, yaitu setiap sediaan harus berisi kandungan obat yang sesuai dengan

apa yang tertera dalam label. Secara teknisi ditetapkan bahwa kandungan

obat adalah rentang tertentu.

4. Keseragamaan, yaitu secara fisik, bentuk, warna, konsistensi, ukurantablet,

kapsul, krim, dan cairan sebaiknya seragam antara satu obat denganlain obat.

5. Ketersediaan hayati, yaitu obat mencerminkan kecepatan luasnya absorpi

obat oleh tubuh berdasarkan dosis dan sediaan.

2.2.2 Pencatatan Kartu Stok Obat

Kartu stok obat adalah salah satu dokumen yang wajib ada Puskesmas

1. Fungsi pencatatan kartu stok obat menurut Yunita, dkk (2016) yaitu:

a. Pencatatan kartu stok digunakan untuk mencatat mutase obat dari

penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak dan kadaluarsa.

b. Tiap baris data hanya diperbolehkan mencatat satu kejadian mutasi obat.

c. Tiap satu lembar kartu stok hanya diperbolehkan mencatat data mutasi satu

jenis obat yang berasal dari sumber yang sama.

d. Data pada kartu stok obat digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan,

pengadaan, distribusi, dan sebagai pembanding untuk keadaan fisik obat di

dalam penyimpanannya.

9
2. Manfaat informasi yang digunakan dapat dari pencatatan kartu stok obat.

a. Dapat mengetahui dengan cepat jumlah sediaan obat yang masih ada

maupunyang sudah habis.

b. Mempermudah dalam pengendalian persediaan obat.

1) Obat disusun menurut ketentuan sebagai berikut:

a) Obat dalam jumlah besar atau banyak yang disimpan didalam

kardusdiletakkan di atas pallet dengan memperhatikan tanda- tanda

khusus.

b) Penyimpanan obat antara jenis satu dengan yang lainnya harus jelas

untukmempermudah dalam pengeluaran dan perhitungan,

c) Obat dalam jumlah kecil dan harga mahal disimpan dalam lemari

terkunci.

d) Satu jenis obat disimpan dalam satu lokasi dan juga obat yang

mempunyaisifat khusus disimpan di tempat khusus.

2) Obat disimpan menurut sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first

expired firt out)

3) Bagian judul pada kartu stok diisi dengan nama obat, kemasan dan

isikemasan.

4) Kartu stok memuat nama obat, satuan asal (sumber) dan diletakkan

bersamaan dengan obat di lokasi penyimpanan.

5) Kolom-kolom pada kartu stok:

a) Tanggal penerimaan atau pengeluaran

10
b) Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran

c) Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim.

d) Tanggal kadaluarsa.

e) Nomor batch atau nomor lot.

f) Jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran.

g) Sisa stok.

h) Paraf petugas yang mengerjakan.

2.2.3 Indikator Penyimpanan Obat

Macam-macam indicator penyimpanan obat menurut Sheina (2010) adalah

sebagaiberikut:

1. Kecocokan antara harga barang dan kartu stok.

Digunakan untuk mengetahui ketelitian petugas gudang dan mempermudah

dalam pengecekan obat, membantu dalam perencanaan dan pengadaan obat

supaya tidak menyebabkan terjadinya kekosongan obat dan akumulasi obat.

2. Turn over ratio

Digunakan untuk mengetahui kecepatan perputaran obat, yaitu seberapa cepat

obat dibeli, didistribusi dan sampai dipesan kembali. Maka nilai TOR akan

berpengaruh terhadap ketersediaan obat, TOR yang tinggi berarti mempunyai

pengendalian persediaan yang baik sedangkan TOR yang rendah berarti

mempunyai pengendalian persediaan yang buruk.

11
3. Persantase obat yang sampai kadaluarsa atau rusakDigunakan untuk menilai

kerugian puskesmas

4. Sistem penataan gudang

Digunakan untuk menilai sisitem penataan gudang standar adalah FIFO


dan

FEFO
5. Persantase stok mati

Digunakan untuk menunjukan item persediaan obat di gudang yang tidak

mengalami transaski dalam waktu minimal tiga bulan.

6. Persentase nilai stok akhir

Digunakan untuk menunjukkan berapa besar persentase jumlah barang

yang tersisa pada periode tertentu, dan nilai persentase stok akhir berbanding

terbalik dengan nilai TOR.

Menurut Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (

Kemenkes RI, 2019 ) indikator penyimpanan obat terbagi menjadi dua aspek

yaituaspek umum dan aspek khusus.

1. adapun aspek umum yang diperhatikan dalam peyimpanan obat.

a. persediaan obat dan BMHP Puskesmas disimpan di gudang obat yang

dilengkapi lemari dan rak-rak penyimpanan obat

b. suhu penyimpanan obat harus menjamin kestabilan obat.

c. Sediaan farmasi dalam jumlah besar(bulk) disimpan diatas pallet,teratur

memperhatikan tanda-tanda khusus.

12
d. Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan sistem, First

Expired First Out ( FIFO ), high alert dan life saving (obat emergency)

e. Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari terkunci dan

kuncinya dipegang oleh apoteker atau tenaga kefarmasian yang

dikuasakan.

f. Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan ditempat

khusus dan terpisah dari obat lain.

g. Tersedian lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu yang

disertai dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap harinya.

h. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan pengaman terhadap

obat yang disimpan pada suhu dingin. Sedapat mungkin tempat

penyimpanan obat termaksud dalam prioritas yang mendapat listrik

cadangan (genset)

i. Obat yang mendekati kadaluarsa (3 sampai 6 bulan sebelum tanggal

kadaluarsa tergantung kebijakan Puskesmas) diberikan penandaan

khusus dan diletakan ditempat yang mudah diliat agar bisa digunakan

terlebih dahulu sebelum tiba masa kadaluarsa.

j. Inspeksi atau pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan

obat.

2. Adapun aspek khusus yang diperhatikan dalam penyimpanan obat

a. Elektrolit risiko tinggi dan obat risiko tinggi harus disimpan terpisah

dengan penandaan yang jelas untuk menghindari kesalahan

pengambilan dan penggunaan.

13
b. Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi

label khusus sehingga petugas dapat lebih mewaspadai adanya obat

LASA/NORUM.

c. Obat narkotik, psikotropik dan prekursor disimpan dilemari dengan 2

buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang apoteker penanggung

jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh tenaga teknis

kefarmasian/tenaga kesehatan lain yang dikuasakan.

d. Penyimpanan obat kegawat daruratan medis memperhatikan sisi

kemudahan, ketepatan dan kecepatan reaksi apabila terjadi kegawat

daruratan.

e. Penetapan jenis obat kegawat daruratan medis termaksud antidote harus

disepakati bersama antara apoteker/tenaga kefarmasian, dokter dan

perawat.

f. Monitoring terhadap obat kegawat daruratan medis dilakukan secara

berkala.

2.3 Puskesmas

2.3.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan mengutamakan upaya promotif dan

preventif, untuk mencapai kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di

wilayah kerjanya (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 43 Tahun 2019).

14
2.3.2 Fungsi Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun

2019. tentang puskesmas sebagai berikut:

1. Penyelenggaran Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di

wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk:

1) Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis

masalahkesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan.

4) Menggerakan masyarakat untuk mengindentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerja sama dengan pimpinan wilayah dan sector lain terkait.

5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan pelayanan

Puskesmas dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.

6) Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber

daya manusia Puskesmas.

7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

8) Memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada keluarga,

kelompok, dan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor biologis,

psikologis, sosila, budaya, dan spiritual.

15
9) Melaksanakan pencatatan, palaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan pelayanan kesehatan.

10) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat kepada

dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan sistem kewaspadaan

dini, dan respon penangulanggan penyakit.

11) Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga.

12) Melakukan kolaborasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama

dan rumah sakit di wilayah kerjanya, melalui pengoordinasian sumber daya

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Peroranagan (UPK) tingkat pertama di

wilayah kerjanya, puskesmas berwenang untuk:

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

bersinambungan, bermutu, dan holistic yang mengintegrasikan faktor

biologis, psikologi, sosial, dan budaya dengan membina hubungan dokter-

pasien yang erat dan setara.

2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif.

3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berpusat pada

individu, berfokus pada keluarga, dan berorientasi pada kelompok

danmasyarakat.

4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan kesehatan,

keamanan, keselamatan pasien, petugas, penunjang, dan lingkungan kerja.

16
5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif

dankerja sama inter dan antar profesi.

6) Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis.

7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan

aksespelayanan kesehatan.

8) Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi

sumberdaya manusia Puskesmas.

9) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan

sistemrujukan.

10) Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan fasilitas pelayanan

kesehatandi wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undang.

2.3.2 Puskesmas Kumpulan.

Puskesmas Kumpulan merupakan Puskesmas yang terletak di Kecamatan

Bonjol perbatasan dengan Kabupaten Agam dengan batas-batas wilayah:Utara

: Nagari Ganggo SimpatiBarat : Kecamatan Simpati Timur : Kabupaten

Agam

Selatan : Kabupaten Lima Puluh Kota

Puskesmas Kumpulan dibangun pada tahun 2007, dan mulai berpotensi pada

tahun 2008, dengan luas wilayah 48,01 km² yang terdiri dari 11 Jorong dengan jarak

tempuh dari Jorong ke Puskesmas rata-rata 5 km. Sedangkan untuk waktu temuh

dari Pusekesmas ke Kabupaten ± 30 menit.

17
Wilayah kerja merupakan daerah perbukitan dengan curah hujan tinggi

tahunnya. Tiap jorong dapat dijaungkau dengan roda dua atau roda empat, jalan

beraspal tetapi masih ada wilayah di kejorongan yang sulit dijaungkau dengan

kendaraan roda empat karena kondisi jalannya yang belum beraspal. Dan mata

pencaharian penduduk sebagian besar petani, pedagang dan wiraswasta. Kondisi

fisik Pusekesmas Kumpulan saat ini sangat baik dimana tahun 2007 baru dibangun.

Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Puskesmas Kumpulan

telah membuat kesepakatan moto untuk menjadi acuan yaitu “Puskesmas Siap

Menjadi Sahabat Anda Senyum Inovatif Amanah Profesional”.

Visi puskesmas kumpulan

Menjadikan puskesmas kumpulan sebagai pusat pelayanan kesehatan yang

berkualitas, menjadi kebanggaan masyarakat kumpulan.

Dan 4 Misi puskesmas kumpulan yaitu:

1. Memberikan pelayanan bermutu dan berkualitas

2. Memperkokoh dan mempertahankan kerja sama tim

3. Mempererat hubungan lintas sektor dalam pelayanan kesehatan

4. Mewujudkan masyarakat sehat mandiri

18
III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif observasi dengan menyajikan data

primer dan data sekunder di Puskesmas Kumpulan Kabupaten Pasaman. Metode

penelitian deskriptif adalah sifat penelitian yang menggambarkan suatu fenomena

dengan data yang akurat (Sahir, 2022).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Puskesmas Kumpulan Kabupaten Pasaman, penelitian

dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2023.

3.3 Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas ceklist dan kamera

2. Bahan yang digunakan adalah kartu stok obat, laporan bulanan, laporan obat

kadaluarsa, surat bukti barang masuk dan keluar, ruangan dan perlengkapan

yang digunakan untuk penyimpanan obat.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari, apa yang akan di teliti oleh peneliti sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam

penelitian ini adalah aspek umum dan aspek khusus berdasarkan Petunjuk Teknis

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (Kemenkes RI, 2019).

19
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder

a. Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara yang secara

langsung dengan apoteker atau asisten apoteker di Puskesmas Kumpulan

Kabupaten Pasaman. Observasi berarti melihat dengan penuh perhatian.

Dalam konteks penelitian, observasi diartikan sebagai cara-cara

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan

melihat atau mengamati tingkah laku individu atau kelompok yang diteliti

secara langsung (Rahmadi, 2011). Dalam penelitian ini observasi

dilakukan dengan menggunakan check list. Wawancara merupakan

sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan data dengan bertanya

langsung secara bertatap muka dengan responden atau informan yang

menjadi subjek penelitian (Rahmadi, 2011).

b. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi kartu stok, laporan bulanan dan

obat kadaluarsa di Puskesmas Kumpulan Kabupaten Pasaman.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

data dianalisis secara deskriptif yang diperoleh dan disajikan dengan tabel

chek list dengan melihat keadaan di Puskesmas Kumpulan Kabupaten Pasaman.

Skor perolehan dihitung berdasarkan skala gutman : (Nasif H dkk, 2021).

Ya : skor 1

Tidak : skor 0

20
skor perolehan
%= 100%
skor maksimal

Kemudian hasilnya dianalisa secara deskriptif, persentase dari sisitem

penyimpanan obat yang baik dan benar terbagi menjadi tiga yakni:

1. Baik : > 75%

2. Cukup : 60 –
75%
3. Kurang : < 60%

21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Setelah dilakukan penelitian mengenai profil penyimpanan obat di Puskesmas

Kumpulan Kabupaten Pasaman di peroleh hasil penilaian penyimpanan obat

sebagai berikut :

1. Persentase penilaian penyimpanan aspek umum di Puskesmas Kumpulan

Dari 10 (sepuluh) pertanyaan terdapat jawaban ya pada semua pertanyaan

dengan persentase 100% yang bisa dilihat pada tabel di lampiran 3.

2. Persentase penilaian penyimpanan aspek khusus di Puskesmas Kumpulan

Dari 6 (enam) pertanyaan terdapat jawaban ya pada semua pertanyaan dengan

persentase 100% yang bisa dilihat pada tabel di lampiran 3.

4.2 Pembahasan

Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi,

menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan,

serta memudahkan pencarian dan pengawasan (Kemenkes RI, 2019). Dari hasil

penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Kumpulan Kabupaten Pasaman

mengenai profil penyimpanan obat di Puskesmas. Hasil check list lembar

observasi menunjukan bahwa pada aspek umum memiliki 100% penyimpanan

obat yang sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Kumpulan, sedangkan pada aspek khusus memiliki 100 % penyimpanan obat

yang sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kumpulan.

22
Aspek umum penyimpanan obat di Puskesmas Kumpulan untuk persediaan

obat sudah disusun di rak-rak penyimpanan obat dan BMHP (Bahan Medis Habis

Pakai) sudah disimpan di gudang obat dan rak rak penyimpanan obat, untuk

penyimpanan yang baik dan benar akan memudahkan dalam pengambilan obat

dan BMHP (Bahan Medis Habi Pakai) serta dapat mempertahankan mutu dan

stabilitas obat (Kemenkes RI, 2016).

Kemudian didalam ruangan gudang di Puskesmas Kumpulan terdapat juga

alat pengukur suhu, dengan pantauan suhu dari 23 sampai 24 derajat celcius,

menurut Linda E.S (2015) cara penyimpanan obat dan BMHP (Bahan Medis

Habis Pakai) mempengaruhi kestabilan obat dan BMHP (Bahan Medis Habis

Pakai) dilihat dari penyimpanan pada suhu udara panas, kelembaban udara yang

tinggi dan terpapar cahaya.

Untuk sediaan farmasi dalam jumlah banyak di Puskesmas Kumpulan sudah

diletakan di atas pallet, teratur dan diberi tanda-tanda khusus, menurut kemenkes

RI (2019) sediaan farmasi yang dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet,

teratur dan memperhatikan tanda-tanda khusus.

Di Puskesmas Kumpulan bentuk penyimpanan obat sesuai alphabet dengan

sistem FEFO (first expired first out). Husnawati, dkk (2016) melakukan penelitian

dan menemukan hasil yang sama didalam penyimpanan obat sudah sesuai

alphabet dan kelas terapi sehingga dapat mempermudah dalam pencarian obat

dengan menggunakan sistem FEFO (first expired first out) dimana obat yang

memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat maka itu yang dikeluarkan terlebih

dahulu. Untuk obat hight alert dan last saving (obat emergency) di Puskesmas

23
Kumpulan juga sudah disimpan terpisah dan diberi penandaan khusus, hight alert

merupakan obat yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius dan obat

berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (Permenkes Nomor

58 Tahun 2014).

Untuk sediaan Psikotropik dan Narkotik di Puskesmas Kumpulan disimpan

pada lemari terkunci yang kuncinya dipegang oleh asisten apoteker, menurut

Ramadhani F (2022) melakukan penelitian tentang Evaluasi Sistem Penyimpanan

Obat Narkotik dan Psikotropika di Gudang Farmasi UPT Puskesmas Pademawu

Kabupaten Pamekasan disimpan di lemari khusus terpisah dan menempel pada

dinding serta memiliki dua pintu.

Penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) yang

mudah terbakar di simpan di gudang yang terletak di sudut ruangan dan terpisah

dari obat-obat lain. Menurut Ernawati (2020) yang melakukan penelitian mengenai

profil penyimpanan obat di Puskesmas Talang Kabupaten Tegal mengatakan bahwa

sediaan farmasi atau bahan yang mudah meledak harus disimpan di tempat khusus

dan terpisah.

Di Puskesmas Kumpulan sudah ada lemari pendingin untuk penyimpanan

obat tertentu yang disertai dengan alat pemantau suhu dan kartu suhu yang diisi

setiap hari, jika terjadi pemadaman listrik di Puskesmas Kumpulan juga telah

menyediakan genset, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Badriyah (2020) tentang Sistem Penyimpanan Obat berdasarkan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Tegal Selatan, mengatakan bahwa untuk

penyimpanan obat tertentu yang disimpan di lemari pendingin dan disertai alat

24
pemantauan suhu yang diisi setiap hari begitu juga bila terjadi pemadaman listrik

di Puskesmas harus menyediakan genset.

Di Puskesmas Kumpulan inspeksi atau pemantauan secara berkala terhadap

tempat penyimpanan obat telah dilakukan 1 kali 3 bulan. Hal ini telah sesuai

dengan standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang mengatakan bahwa

inspeksi atau pemantauan dilakukan secara berkala terhadap penyimpanan obat

(Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan uraian diatas seluruh aspek umum yang dilihat di Puskesmas

telah sesuai dengan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas 2019.

Pada aspek khusus mengenai penyimpanan obat di Puskesmas Kumpulan

dapat dilihat bahwa obat high alert resiko tinggi yang telah menyimpan sediaan

secara terpisah dan diberi penandaan yang jelas pada tempat penyimpanan

sediaan kemudiaan untuk penyimpanan obat LASA/NORUM di Puskesmas

Kumpulan diletakkan secara berdekatan tetapi diberi label yang jelas sehingga

petugas dapat lebih mewaspadai adanya obat LASA/NORUM. Sedangkan

menurut Kemenkes RI, (2019) Obat hight alert elektrolit resiko tinggi dan obat

resiko tinggi harus disimpan terpisah dengan penandaan yang jelas untuk

menghindari kesalahan pengambilan dan penggunaan serta penyimpanan obat

LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi label khusus sehingga petugas

dapat lebih mewaspadai adanya obat LASA/NORUM.

Untuk sediaan psikotropik dan narkotik di Puskesmas Kumpulan disimpan

pada lemari terkunci yang kuncinya dipegang oleh asisten apoteker, menurut

25
Mas’ul K (2020) penyimpanan obat Narkotik, Psikotropik dan Precursor

disimpan dilemari khusus, terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan

dan mempunyai dua pintu dan dua kunci yang dikuasai oleh Apoteker atau

petugas yang dikuasakan dan diletakkan di tempat yang aman tidak terlihat oleh

umum

Penyimpanan obat kegawatdaruratan medis harus diperhatikan dari sisi

kemudahan, ketepatan dan kecepatan reaksi bila terjadi kegawatdaruratan serta

penetapan jenis obat kegawatdaruratan medis termaksud antidote harus disepakati

bersama antara Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, Dokter dan Perawat.

Untuk monitoring terhadap obat kegawatdaruratan medis dilakukan secara

berkala (Kemenkes RI, 2019). Di Puskesmas Kumpulan dilihat dari penyimpanan

obat kegawatdaruratan medis disimpan di tempat yang mudah dijangkau dengan

memperhatikan sisi kemudahaan, ketepatan dan kecepatan apabila terjadi kondisi

kegawatdaruratan, untuk penetapan jenis obat kegawatdaruratan medis termasuk

antidote sudah disepakati bersama apoteker/ tenaga farmasi, dokter dan perawat

serta monitoring obat kegawatdaruratan diisi secara berkala.

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa penyimpanan aspek khusus seluruhnya

telah memenuhi Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

2019.

26
V . KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Profil penyimpanan obat di Puskesmas Kumpulan Kabupaten Pasaman

telah memenuhi syarat bagaimana penyimpanan obat yang baik dan benar. Sesuai

Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas terdapat dua

aspek yang perlu diperhatikan yakni aspek umum dan aspek khusus. Puskesmas

Kumpulan dari segi aspek umum memiliki persentase 100 % dan dari segi aspek

khusus memiliki persentase 100 % , sehingga penyimpanan obat di Puskesmas

Kumpulan termaksud kedalam kategori Baik.

5.2 Saran

Diharapkan kepada Puskesmas Kumpulan Kabupaten Pasaman dapat

mempertahankan dan meningkatkan sistem penyimpanan obat menurut aturan

yang berlaku di Puskesmas.

27
DAFTAR PUSTAKA

A’tia bt H,Lijah bt H, Azia mt A,. Chelia., M, Subasyini., Johari bt., A, Suhaida.,


N, Gillian., F, S, Y. 2012. Guide On Handling Look Alike Sound Alike
Medication. Farmasi Jasa Devisi Kementerian dari Kesehatan Malaysia.

Anwar, NF., & Karamoy, 2014.“Analisis Penerapan Metode Pencatatan Dan


Penilaian Terhadap Persediaan Barang Menurut Psak No.14 Pada Pt. Tirta
Investama DC Manado.” Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan
Akuntansi 2(2):1296–1305.

Badriyah,L., 2020, Sistem Penyimpanan Obat Brerdasarkan Standar Pelayanan


Kefarmasian di Puskesmas, Karya Tulis Ilmiah, Tegal : Politeknik Harapan
Bersama Kota Tegal.
Ernawati, j., 2020, Profil Penyimpanan Obat di Puskesmas Talang Kabupaten
Tegal, karya tulis ilmiah, Tegal : Politeknik Harapan Bersama Tegal.

Hasna, N., 2021. “Pengelolaan Obat LASA ( Look Alike Sound Alike ) di
Indonesia dengan Metode Sistematika Literatur Review. Skripsi, Jakarta :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Hurria & Sakri, M., 2018, Profil Pengelolaan Penyimpanan Obat di Puskesmas
Tompobolu Kabupaten Maros, Jf Fik Uinam, 7(1):1

Husnawati, lukman, A., Ardyansyah, I., 2016 Implementasi Sistem Penyimpanan


Obat di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kotamadya Pekanbaru,
scientia,6(1):1

Linda, ES., 2015 Profil Penyimpanan dan Pemeriksaan Mutu Obat di Puskesmas
Bayumas, skripsi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Marbun, SF, S, Rahmawati. Iksan 2022, Profil Penyimpanan Obat Di Puskesmas


Sindang Dataran Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, Jurnal
Kesehatan Tambusai.

Mas’ul, K., 2015 Gambaran Penyimpanan Obat dan Pendistribusian Obat


Psikotropika dan Narkotik di RSI PKU Muhammadiyah Tegal, Karya Tulis
Ilmiah, Tegal: Politeknik Bersama Tegal.

Merkuri. C D. Rosang, Febi K. Kolibu, Adistia A, Rumayar, 2019, Analisis


ProsesPenyimpanan Obat Di Puskesmas Airmadidi Kabupaten Minahasa
Utara tahun 2021, Jurnal KESMAS Vol.8 No.6

Nasif, H., Sari Y, O., Rahmadriza, Z., 2021. Profil Penyimpanan Obat Pada
Puskesmas di Kota padang Sumatra Barat. Jurnal Sains Farmasi & Klinis:
309-315.

28
Nurniati,L., Lestari, H., Lisnawaty, 2016, Studi Tentang Pengelolaan Obat DI
Puskesmas Buranga Kabupaten Wakatobi Tahun 2016.Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Sulawesi Tenggara:Universitas Halu Oleo:1-9

Permenkes No. 30 Tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang standar Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas, Jakarta.

Permenkes No. 58 Tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit.
Permenkes No.72 Tahun 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016 Tentang standar Pelayanan Kefarmasiandi Rumah
Sakit, Jakarta.
Permenkes No. 74 Tahun 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang standar pelayanan kefarmasian
di Puskesmas, Jakarta.

Permenkes No 43 tahun 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No 43 tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Permenkes, 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di


Puskesmas. Dirjen Pelayanan Kefarmasian.

Poernomo, DH., dkk., 2018, Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Penyimpanan Obat di Puskesmas Kota Jambi Tahun 2018, Scientia Journal,
8(1) : 3,4.

Rahmadhani, F., 2022, Evaluasi Sistem Penyimpanan Obat Narkotik dan


Psikotropika di Gudang Farmasi UPT Puskesmas Pademawu Kabupaten
Pamekesan. Jurnal ilmiah farmasi attamru, Madura : Universitas Islam
Madura.

Rahmadi, 2011. Buku Pengantar Metodologi Penelitian. Hal 129, Banjarmasin.

Sahir, S, H., 2022. Buku Metodologi Penelitian. Hal 16, Medan.

Saputera,M, M, A., Afriatul H, Achmad S, 2019.“Evaluasi sistem penyimpanan


obat di upt intalasi farmasi kabupaten banjar.” Jurnal Insan Farmasi
Indonesia. Scientia Journal 8 (1):54–63.

Sheina, B., 2010, Penyimpanan Obat di Gudang Instalasi Farmasi RS PKU


Muhammadiyah Yogyakarta Unit I. Jurnal KES MAS, Yogyakarta :
Universitas Ahmad Dahlan.
Yunita, F., Imran, Mudatsir, 2016, Manajemen Pengelolaan Obat-Obat di
Instalansi Farmasi Rumah Sakit Banda Aceh dalam Menghadapi Bencana
Gempa Bumi, Jurnal, Aceh : Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

29
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Kampus

30
Lampiran 2 Surat Izin dari Pelayanan Terpadu Satu Pintu

31
Lampiran 3. Daftar tilik penyimpanan obat di Puskesmas Kumpulan
Kabupaten Pasaman.

1. Aspek umum yang perlu diperhatikan

No. Variabel evaluasi Ya Tidak Keterangan

1. Persediaan obat dan BMHP 


Puskesmas disimpan di
gudangobat dan rak-rak
penyimpanan obat.

2. Suhu ruang penyimpanan 


harus dapat menjamin
kestabilan obat.

3. Sediaan farmasi dalam jumlah 


besar(bulk) di simpan diatas
pallet, teratur dan
memperhatikan tanda-tanda
khusus.

4. Penyimpanan sesuai alphabet 


atau kelas terapi dengan
sistemFEFO(First Expired
First Out),hight alert dan last
saving (obatemergency).

5. Sediaan Psikotropik dan 


Narkotik disimpan dilemari
terkunci dan kuncinya
dipegangoleh apoteker atau
tenaga tekniskefarmasian
yang dikuasakan

32
6. Sediaan farmasi dan BMHP 
yang mudah terbakar,disimpan
ditempat khusus dan terpisah
dari obat lain.

7. Tersedia lemari pendingin 


untukpenyimpanan obat
tertentu yangdisertai dengan
alat pemantau dan kartu suhu
yang diisi setiap harinya.

8. Jika terjadi pemadaman listrik, 


dilakukan tindakan
pengamananterhadap obat yang
disimpan disuhu dingin.

9. Obat yang mendekati 


kadaluarsadiberi penandaan
khusus dan diletakan di tempat
yang mudah terlihat.

10 Inspeksi atau pemantauan 


. secaraberkala terhadap tempat
penyimpanan obat.

Skor perolehan 10 0

Persentase 100% Baik

33
2. Aspek khusus yang perlu diperhatikan

No. Variabel evaluasi Ya Tidak Keterangan

Obat hight alert

1. a. Obat risiko tinggi


harusdisimpan 
terpisah dengan
penandaan yang
jelas.
b. Penyimpanan obat
LASA/NORUM
disimpan terpisah 
dengan penandaan
yangjelas.

c. Elektrolit risiko
tinggi disimpan
terpisah dengan 
penandaan yang
jelas.
2. Obat narkotik, psikotropik
danprecursor disimpan

dilemari dengan 2 buah
kunci berbeda.
3. Obat kegawat daruratan
medis
a. Penyimpanan obat
kegawat daruratan
medis
memperhatikan sisi 
kemudahan,
ketepatan dan
kecepatanreaksi
apabila terjadi
kegawat daruratan
b. Monitoring terhadap
obat kegawat
darurat medis
dilakukan secara
berkala. 

Skor perolehan 6 0
Persentase 100 % Baik
Sumber : Petunjuk Teknis Standar kefarmasian di Puskesmas 2019.
34
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian

Gambar Keterangan
Wawancara dengan apoteker
penanggung jawab di Puskesmas
Kumpulan Kab.Pasaman

Pengamatan tempat penyimpanan


obat khusus di Puskesmas Kumpulan
Kab.Pasaman

Lemari pendingin untuk tempat


penyimpanan obat khusus di
Puskesmas Kumpulan Kab.Pasaman

Tersedianya ginset sebagai listrik


cadangan ketika listrik padam di
Puskesmas Kumpulan Kab.Pasaman

Lemari penyimpanan obat narkotik


dan psikotropika di Puskesmas
Kumpulan Kab.Pasaman

Rak penyimpanan obat di Gudang


Puskesmas Kumpulan Kab.Pasaman.

35
Alat pengatur suhu lemari pendingin
di Puskesmas Kumpulan
Kab.Pasaman.

36

Anda mungkin juga menyukai