Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STUDI KASUS

FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK

“PENYIMPANAN OBAT”

Dosen Pengampu :

Dr. Tri Wijayanti, S.Farm., MPH., Apt

APOTEKER XXXVII

Nanda Ardianto 1920374149

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan segi manajemen rumah sakit yang
penting. Tujuan pengelolaan obat yang baik di rumah sakit adalah agar obat yang
di perlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang cukup dan terjamin untuk
mendukung pelayanan bermutu. Obat sebagai salah satu unsur penting bagi upaya
penyembuhan dan operasional rumah sakit. Di rumah sakit pengelolaan obat di
laksanakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). (Anonim, 2008)
Pengelolaan obat termasuk proses penyimpanan haruslah efektif dan efisien.
Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan
kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem. Dan juga
tanpa manajamen dari seorang kepala IFRS maka semua usaha akan sia-sia dan
pencapaian tujuan akan lebih sulit.
Pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), meliputi:
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan obat. IFRS
merupakan bagian dari unit pelayanan penunjang medik yang sangat penting di
rumah sakit karena memberikan pelayanan obat serta bahan dan alat kesehatan
habis pakai dari kebutuhan rumah sakit. Selain itu merupakan unit yang paling
banyak menggunakan anggaran untuk pengadaan obat. Di lain pihak IFRS
merupakan sumber penerimaan bagi rumah sakit.
Penyimpanan perbekalan farmasi (obat-obatan dan alat kesehatan) memiliki
peranan yang sangat penting dalam suatu siklus manajemen logistik obat.
Penyimpanan obat yang baik dapat membantu dalam menghindari kekosongan obat
(out of stock). Selain itu juga membantu dalam menghemat biaya serta
mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga obat dan untuk mempercepat
pendistribusian obat. Jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan logistik obat di
instalasi farmasi akan menyebabkan kerugian bagi rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Penyimpanan
perbekalan farmasi dimaksudkan juga untuk pengaturan tempat penyimpanan
perbekalan farmasi sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memudahkan dalam
pengontrolan ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Dalam upaya terciptanya sistem penyimpanan perbekalan farmasi yang baik,
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
untuk mengatur tempat penyimpanan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu
dan kestabilannya, sifat bahan (b3, mudah tidaknya meledak atau terbakar), tahan
tidaknya terhadap cahaya, tingkat kewaspadaan (obat-obat kewaspadaan tinggi).

II. TUJUAN
Menurut Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010),
Tujuan penyimpanan adalah:
a. Memelihara mutu sediaan farmasi
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga ketersediaan Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Sedangkan menurut Depkes RI (2004) menyatakan bahwa tujuan
penyimpanan antara lain:
a. Aman, yaitu setiap barang/obat yang disimpan tetap aman dari kehilangan dan
kerusakan.
1. Kehilangan karena dicuri orang lain, dicuri karyawan sendiri, dimakan
hama (tikus) atau hilang sendiri (tumpah, menguap)
2. Kerusakan, yaitu akibat barang itu sendiri rusak atau barang itu merusak
lingkungan (polusi)
b. Awet, yaitu barang tidak berubah warnanya, baunya, gunanya, sifatnya,
ukurannya, fungsinya dan lain-lain.
c. Cepat, yaitu cepat dalam penanganan barang berupa menaruh atau menyimpan,
mengambil, dan lain-lainnya.
d. Tepat, dimana bila ada permintaan barang, barang yang diserahkan memenuhi
lima tepat,yaitu tepat barang, kondisi, jumlah, waktu dan harganya.
e. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
f. Mudah, yaitu:
1. Mudah menangani barang dan mudah menempatkan barang di tempatnya
dan menemukan dan mengambilnya.
2. Mudah mengetahui jumlah persediaan
3. Mudah dalam pengawasan barang
4. Murah, yaitu biaya yang dikeluarkan sedikit untuk menanganinya, yaitu
murah dalam menghitung persediaan, pengamanan dan pengawasannya.
Adapun kegiatan penyimpanan meliputi :
a. Perencanaan/persiapan dan pengembangan ruang-ruang penyimpanan (storage
space)
b. Penyelenggaraan tata laksanan penyimpanan (storage procedure)
c. Perencanaan/penyimpanan dan pengoperasian alat-alat pembantu pengaturan
barang (material handling equipment)
d. Tindakan-tindakan kemananan dan keselamatan

III. PROSEDUR PENYIMPANAN OBAT MENURUT KEMENKES RI


Prosedur penyimpanan obat menurut Kemenkes RI antara lain mencakup
sarana penyimpanan, pengaturan persediaan, serta sistem penyimpanan (Dirjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010).
a. Prosedur Sarana Penyimpanan
Obat harus selalu disimpan di ruang penyimpanan yang layak. Bila obat
rusak, maka mutu obat akan menurun dan akan memberi pengaruh buruk bagi
pengguna obat. Beberapa ketentuan mengenai sarana penyimpanan obat
menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010) antara lain:
1. Gudang atau tempat penyimpanan
Gudang penyimpanan harus cukup luas (minimal 3 x 4 m2), kondisi
ruangan harus kering tidak terlalu lembab. Pada gudang harus terdapat
ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas dan harus terdapat
cahaya. Gudang harus dilengkapi pula dengan jendela yang mempunyai
pelindung (gorden atau kaca di cat) untukmenghindarkan adanya cahaya
langsung dan berteralis. Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak
memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain. Bila perlu
seluruhnyadiberi alas papan (palet). Selain itu, dinding gudang dibuat licin.
Sebaiknya menghindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.
Fungsi gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat. Gudang juga harus
mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda. Perlu disediakan lemari/laci
khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci dan dilengkapi
dengan pengukur suhu ruangan.
2. Kondisi Penyimpanan
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan beberapa faktor seperti
kelembaban udara, sinar matahari dan temperatur udara. Udara lembab dapat
mempengaruhi obat-obatan yang tidak tertutup sehingga mempercepat
kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut :
- Terdapat ventilasi pada ruangan, jendela dapat dibuka
- Simpan obat ditempat yang kering
- Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan terbuka
- Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena makin panas
udara di dalam ruangan maka udara semakin lembab
- Biarkan pengering tetap dalam wadah tablet/kapsul
- Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki
Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar
matahari. Sebagai contoh : Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari,
akan berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluarsa. Obat
seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap pengaruh panas,
dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari udara panas. Ruangan obat
harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari pendingin
pada suhu 4-8 derajat celcius, sepert vaksin, sera dan produk darah, antitoksin,
insulin, injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa) dan injeksi oksitosin.
b. Prosedur Pengaturan Tata Ruang dan Penyusunan Obat
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan obat-obatan, maka diperlukan pengaturan tata ruang
gudang dengan baik.
 Tata Ruang Penyimpanan Obat
a. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat-obatan, ruang
gudang dapat ditata dengan sistem: arah garis lurus, arus U, arus L.
b. Semua obat harus disimpan dalam ruangan, disusun menurut bentuk
sediaan dan bentuk abjad. Apabila tidak memungkinkan, obat yang
sejenis dikelompokkan menjadi satu.
c. Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-
langkah penyusunan stok sebagai berikut :
1. Menyusun obat yang berjumlah besar di atas pallet atau diganjal
dengan kayu secara rapi dan teratur.
2. Mencantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.
 Penyusunan Obat
a. Obat-obatan dipisahkan dari bahan beracun.
b. Obat luar dipisahkan dari obat dalam.
c. Obat cairan dipisahkandari obat padatan.
d. Obat ditempatkan menurut kelompok, berat dan besarnya :
1. Untuk obat yang berat ditempatkan pada ketinggian yang
memungkinkan pengangkatannya dilakukan dengan mudah.
2. Untuk obat yang besar harus ditempatkan sedemikian rupa,
sehingga apabila barang tersebut dikeluarkan tidak mengganggu
barang yang lain.
3. Untuk obat yang kecil sebaiknya dimasukkan dalam kotak yang
ukurannya agak besar dan ditempatkansedemikian rupa, sehingga
mudah dilihat/ditemukan apabila diperlukan.
e. Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas dapat
dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan namun harus diberi
keterangan obat.
f. Barang-barang seperti kapas dapat disimpan dalam dus besar dan obat-
obatan dalam kaleng disimpan dalam dus kecil.
g. Apabila persediaan obat cukup banyak maka biarkan obat tetap dalam
box masing-masing, ambil seperlunya dan susun dalam dus bersama
obat lainnya
h. Narkotika dan psikotropika dipisahkan dari obat-obatan lain dan
disimpan di lemari khusus yang mempunyai kunci.
i. Menyusun obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya
dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
j. Menyusun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat
dalam dengan obat-obatan untuk pemakaian luar.
k. Tablet, kapsul dan oralit disimpan dalam kemasan kedap udara dan
diletakkan di rak bagian atas.
l. Cairan, salep dan injeksi disimpan di rak bagian tengah.
m. Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian perlu dilakukan
rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada di belakang yang dapat
menyebabkan kadaluarsa.
n. Obat yang membutuhkan suhu dingin disimpan dalam kulkas.
c. Prosedur Sistem Penyimpanan
1. Obat disusun berdasarkan abjad (alfabetis) atau nomor.
2. Obat disusun berdasarkan frekuensi penggunaan:
 FIFO (First In First Out), yang berarti obat yang datang lebih awal
harus dikeluarkan lebih dahulu. Obat lama diletakan dan disusun
paling depan, obat baru diletakkan paling belakang. Tujuannya agar
obat yang pertama diterima harus pertama juga digunakan, sebab
umumnya obat yang datang pertama biasanya akan kadaluarsa lebih
awal juga.
 FEFO (First Expired First Out) yang berarti obat yang lebih awal
kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu.
3. Obat disusun berdasarkan volume
 Barang yang jumlahnya banyak ditempatkan sedemikian rupa agar
tidak terpisah, sehingga mudah pengawasan dan penanganannya.
 Barang yang jumlah sedikit harus diberi perhatian/tanda khusus agar
mudah ditemukan kembali.
d. Dokumen Pencatatan Penyimpanan Obat
1. Buku Penerimaan dan Pengeluaran Obat
2. Kartu Stok
3. Catatan obat rusak atau kadaluarsa
4. Laporan mutasi obat

IV. GUDANG OBAT


Gudang merupakan tempat pemberhentian sementara barang sebelum
dialirkan, dan berfungsi mendekatkan barang kepada pemakai hingga menjamin
kelancaran permintaan dan keamanan persediaan. Fasilitas penyimpanan dapat
dimanfaatkan secara optimal bila kegiatan lain dalam sistem suplai obat (seperti
seleksi obat, perencanaan biaya dan pengadaan) ditetapkan secara tepat.
a. Jenis Gudang
Jenis gudang terdiri dari :
1. Gudang transit: penyimpanan sesaat dalam proses distribusi
2. Gudang serba guna: penyimpanan semua jenis barang
3. Gudang pendingin: gudang yang terbagi dalam dua ruangan yaitu
4. kamar sejuk dengan suhu 6 sampai 10 derajat Celcius dan kamarbeku
dengan suhu sampai -35 derajat Celcius.
5. Gudang penyimpanan tahan api : penyimpanan barang yang mudah
meledak/terbakar.
b. Persiapan Gudang Penyimpanan Obat
Rancangan pembuatan atau pendayagunaan gudang dimaksudkan untuk
mengoptimalkan fasilitas penyimpanan. Prinsip utama pada perancangan
pembuatan atau pemakaian gudang adalah adanya ketentuan parameter dan
prasyarat untuk mencapai indeks efisiensi dan efektifitas yang optimum,
terjaminnya mutu dan jumlahobat untuk pelayanan distribusi. Adapun faktor
yang berpengaruh pada pembuatan desain gudang antara lain :
c. Jenis layout gudang
Selain ditentukan oleh besarnya ruangan gudang, kapsitas gudang juga
ditentukan oleh layout (tata letak) ruangan. Gudang dengan design layout yang
tidak rapi dan tidak teratur menunjukkan ketidak efisienan pengaturan.
Untuk itu diperlukan pengaturan barang yang di design sesuai dengan arus
masuk barang, apakah tergolong fast moving atau slow moving. Terdapat
beberapa bentuk layout gudang, diantaranya :
 Arus garis lurus sederhana
Yaitu dimana proses keluar masuk barang tidak melalui lorong atau gang
yang berbelok sehingga proses penyimpanan dan pengambilan barang
relative cepat.
 Arus U
Yaitu dimana proses keluar masuk barang melintasi lorong yang berkelok-
kelok, akibatnya pengambilan barang relative lebih lama.
 Arus L
Dimana proses keluar masuk barang melalui lorong/ruangan yang tidak
berbelok-belok, namun lorong membentuk huruf L sehingga proses
penyimpanan dan pengambilan barang relatif cepat.
d. Persyaratan Gudang
Gudang harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam cara
pembuatan obat yang baik (CPOB) agar dapat menjalankan fungsinya dengan
benar. Persyaratannya antara lain:
1. Gudang harus mempunyai prosedur tetap (protap) yang mengatur tata cara
kerja
bagian gudang termasuk di dalamnya mencakup tentang tata cara
penerimaan
barang, penyimpanan, dan distribusi bahan atau produk.
2. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam
keadaan
kering, suhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur.
3. Gudang harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang
mudah
terbakar atau mudah meledak (misalnya alkohol atau pelarut organik).
4. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status karantina
dan
ditolak.
5. Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling (sampling room)
dengan
kualitas ruangan seperti ruang produksi (grey area).
6. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First Out)
atau
FEFO (First Expired First Out) (Priyambodo, 2007).

V. PENYUSUNAN STOK PERBEKALAN FARMASI


Perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk
memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah berikut:
1. Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out)
Dalam penyusunan perbekalan farmasi yaitu perbekalan farmasi yang masa
kadaluwarsanya lebih awal atau yang dietrima lebih awal harus digunakan
lebih awal sebab umumnya perbekalan farmasi yang datang lebih awal
biasanya juga diproduksi lebih awal dan umumnya relatif lebih tua dan masa
kadaluwarsanya lebih awal.
2. Susun perbekalan farmasi dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan
teratur.
3. Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan narkotika.
4. Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur , udara,
cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
5. Simpan perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan
perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi perbekalan farmasi
untukpenggunaan luar.
6. Cantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak dengan rapi.
7. Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka biarkan
perbekalan farmasi tetap dalam boks masing-masing.
8. Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan perlu dilakukan
rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu berada di
belakangsehingga dapat dimanfaatkan sebelum masa kadaluwarsa habis.
9. Item perbekalan farmasi yang sama ditempatkan pada satu lokasi walaupun
dari sumber anggaran yang berbeda.

VI. PENGATURAN TATA RUANG


Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian
dan pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan tata ruang gudang
dengan baik.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang bangunan
gudang adalah sbb:
1. Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut:
a. Gudang menggunakan sistem satu lantai,jangan menggunakan sekat-sekat
karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,
perhatikanposisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.
b. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi,
ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau
arus
2. Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah
adanya sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang
baik akan memaksimalkan umur hidup dari perbekalan farmasi sekaligus
bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya
dalam gudang terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal untuk ruang
gudang yang luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas angin, apabila
kipas angin belum cukup maka perlu ventilasi melalui atap.
3. Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat
meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan farmasi.
Keuntungan penggunaan pallet :
- Sirkulasi udara dari bawah dan perlingungan terhadap banjir,
- Peningkatan efisiensi penanganan stok,
- Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak,
- Pallet lebih murah dari pada rak.
4. Kondisi penyimpanan khusus
- Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari
kemungkinan terputusnya arus listrik.
- Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan
selalu terkunci.
- Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam
ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari
gudang induk.
5. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar
seperti dus, karton, dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang
pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung
pemadam kebakaran agar diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih
berfungsi atau tidak.

VII. HIGH ALERT


Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications) adalah sejumlah
obat-obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada
pasien jika tidak digunakan secara tepat (drugs that bear a heightened risk of
causing significant patient harm when they are used in error (ISMP - Institute for
Safe Medication Practices).
Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications) merupakan obat yang
persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan / error dan / atau
kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak
yang tidak diinginkan (adverse outcome) termasuk obat-obat yang tampak mirip
(Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike /
LASA), termasuk pula elektrolit konsentrasi tinggi.
Jadi, obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang memerlukan
kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat
menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan.
1. Penyimpanan
1.1 Lokasi Penyimpanan
Lokasi penyimpanan obat yang perlu diwaspadai berada di logistik
farmasi dan pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit konsentrasi tinggi
terdapat juga di unit pelayanan, yaitu ICU dan kamar bersalin (VK) dalam
jumlah yang terbatas. Obat disimpan sesuai dengan kriteria penyimpanan
perbekalan farmasi, utamanya dengan memperhatikan jenis sediaan obat
(rak/kotak penyimpanan, lemari pendingin), sistem FIFO dan FEFO serta
ditempatkan sesuai ketentuan obat “High Alert”.
1.2 Penyimpanan Elektrolit Konsentrasi Tinggi
a. Asisten apoteker (logistik farmasi / pelayanan farmasi) yang
menerima obat segera memisahkan obat yang termasuk kelompok
obat yang “High Alert”
b. Tempelkan stiker merah bertuliskan “High Alert” pada
setiap kemasan obat high alert
c. Berikan selotip merah pada sekeliling tempat penyimpanan obat high
alert yang terpisah dari obat lain
1.3 Penyimpanan Obat LASA (Look Alike)
a. LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan sebuah peringatan
(warning) untuk keselamatan pasien (patient safety) : obat-
obatan yang bentuk / rupanya mirip dan pengucapannya /
namanya mirip TIDAK BOLEH diletakkan berdekatan.
b. Walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama harus diselingi
dengan minimal 2 (dua) obat dengan kategori LASA diantara atau
ditengahnya.
c. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat
memberi/menerima instruksi
2. Mengolola Obat High Alert
• Obat high alert yang diresepkan, disimpan, dan diberikan harus terjamin/
terbukti keamanannya.
• Obat high alert harus diberi label “HIGH ALERT MEDICATION” pada:
 Rak/lemari penyimpanan obat.
 Kotak obat.
 Paket Produk obat.
 Vial dan Ampul tunggal.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Binakefarmasian Dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. 2010 Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit
SusantoA. K., Gayatri C., dan Widya A., L. 2017. Evaluasi Penyimpanan Dan
Pendistribusian Obat Di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent
Manado.PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi, 87-96, 6(4).
Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Edisi Pertama. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Global Pustaka Utama. Hal. 2-3, 283-287.

Anda mungkin juga menyukai