Anda di halaman 1dari 18

STUDI KASUS FARMASI KOMUNITAS

MANAGERIAL
(PEMUSNAHAN, PENGENDALIAN, ADMINISTRASI)

Dosen Pengampu :
Dr. apt. Ika Purwidyaningrum, M.Sc

Disusun Oleh:
Kelompok 5/ C1
Susan Dita Rahmadani 2120424776
Tatiana Siska Wardani 2120424777

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER 42


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit
Alur pengelolaan sediaan farmasi meliputi empat fungsi dasar, yaitu seleksi
(selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi dan penyimpanan
(distribution) dan (storage), serta penggunaan (use) yang meliputi monitoring dan
evaluasi (monitoring) dan (evaluation) yang memerlukan dukungan dari organisasi
(organization), pendanaan (financing), pengelolaan informasi (information management)
dan pengembangan sumber daya manusia (human resources) (Quick dkk., 1997).
Menurut Permenkes RI No 58 tahun 2014, pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan proses yang berkesinambungan yang
dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan administrasi yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian.
1. Pemilihan
Menurut Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 Pemilihan adalah kegiatan untuk
menetapkan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai ini berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang telah
ditetapkan
c. Pola penyakit
d. Efektifitas dan keamanan
e. Pengobatan berbasis bukti
f. Mutu
g. Harga
h. Ketersediaan di pasaran
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan
sediaan farmasi, alat kesahatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan
pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan
efisien (Permenkes, 2014).
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan dan
harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu (Permenkes, 2014).
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang
harus tersimpan dengan baik (Permenkes, 2014).
5. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan dan memelihara dengan cara menempatkan
perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta
gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Menurut Dirjend Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan (2010), tujuan penyimpanan adalah:
a. Memelihara mutu sediaan farmasi
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga ketersediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan.
Menurut peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar
pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bahwa untuk menjamin kualitas dan keamanan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus sesuai dengan
persyaratan kefarmasian yang meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi,
cahaya, kelembaban dan ventilasi. Komponen yang harus di perhatikan dalam
penyimpanan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal
kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi
dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi
ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
d. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dibawa oleh
pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
Sistem penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang harus disimpan terpisah yaitu:
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda
khusus bahan berbahaya. Menurut Suliyanto dkk., 2011 Syarat penyimpanan
bahan yang mudah terbakar:
1) Ruang dingin dan berventilasi
2) Jauh dari sumber panas atau api
3) Tersedia alat pemadam kebakaran
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas
medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan
tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Persyaratan penyimpanan gas medis menurut Permenkes RI No 4 tahun 2016 :
1) Tabung-tabung gas medis harus disimpan berdiri, dilengkapi dengan tali
pengaman untuk menghindari jatuh pada saat terjadi goncangan
2) Lokasi penyimpanan harus khusus dan diberi penandaan
3) Penyimpanan tabung gas medis yang ada isinya terpisah tabung gas medis
kosong, untuk memudahkan pemeriksaan dan penggantian.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan,
dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan disusun
secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In
First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang penampilan dan penamaan yang
mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi
penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat emergensi untuk
kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar
dari penyalahgunaan dan pencurian. Pengelolaan obat emergensi harus menjamin:
a. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah ditetapkan.
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain.
c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti.
d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa.
e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
Indikator penyimpanan obat terbagi sebagai berikut (Pudjaningsih, 1996) :
a. Persentase kecocokan antara barang dan stok komputer atau kartu stok
b. Turn Over Ratio (TOR)
c. Sistem penataan gudang
d. Persentase nilai obat yang kadaluarsa atau rusak
e. Persentase stok mati
f. Persentase nilai stok akhir obat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan barang :
a. Desain gudang
b. Prosedur penyimpanan
c. Lokasi gudang
d. Pemakaian alat bantu
e. Jenis barang.
Selain ditentukan oleh besarnya ruangan gudang, kapasitas gudang juga ditentukan
oleh tata letak (layout) ruangan. Gudang dengan desain layout yang tidak teratur dan tidak
rapi menunjukkan ketidakefisienan pengaturan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan
pengaturan barang yang didesain sesuai dengan arus masuk barang barang yakni slow
moving (barang yang perputarannya lambat) atau fast moving (barang yang perputarannya
cepat) (Apple, 1990).
Menurut Rienna seperti dikutip oleh oleh Wirawan (2015) terdapat beberapa layout
gudang a. Arah garis lurus
Yaitu dimana proses keluar masuk barang tidak melalui gang atau lorong yang
berbelok belok sehingga proses pengambilan dan penyimpanan barang relatif cepat.
Barang yang slow moving disimpan di lokasi yang berjauhan dengan pintu keluar,
sebaliknya barang yang fast moving disimpan di lokasi yang dekat dengan pintu keluar.
b. Arus U
Yaitu dimana proses keluar masuk barang melintasi lorong-lorong yang berkelok-
kelok, akibatnya pengambilan barang relatif lebih lama. Lokasi barang slow moving dan
fast moving dibedakan. Barang slow moving diletakkan dekat dengan pintu penerimaan
barang/barang datang, sedangkan barang fast moving diletakkan dekat dengan pintu
keluar.

c. Arus L
Yaitu dimana proses keluar masuk barang melalui lorong/ruang yang tidak berbelok-
belok sehingga proses pengembalian dan penyimpanan barang relatif cepat. Lokasi barang
dibedakan atas barang slow moving dan fast moving. Barang yang fast moving ditempatkan
pada posisi dekat dengan pintu keluar sedangkan barang slow moving dekat dengan pintu
masuk.
6. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan dalam rangka menyalurkan / menyerahkan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai
kepada unit pelayanan / pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu. Rumah sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai di unit pelayanan (Permenkes, 2014).
7. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku (Permenkes, 2014).
8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan dapat dilakukan oleh Instalasi
Farmasi bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di rumah sakit (Permenkes,
2014).
9. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan
penelusuran kegiatan yang sudah berlaku (Permenkes, 2014).
BAB II
PEMBAHASAN
KASUS 5
SOAL
5A. Jika di suatu rumah sakit memiliki clinical pathway untuk pasien operasi appendiksitis
akut sebagai berikut:
Anak
Injeksi:
Cefotaxim 100 mg/kgBB/Hari, Paracetamol 15 mg/kg/BB/hari, Ranitidin 2
mg/kg/BB/kali,/ 12 jam, RL 10 tpm (hari pertama sampai hari ketiga)
Oral :
Amoxicilin 50mg/kg/BB/kali, 3 x sehari, Paracetamol 10mg/kg/BB/kali, 3 x sehari
(untuk obat pulang selama 5 hari)
Dewasa
Injeksi :
Parasetamol 15mg/KgBB/hari, Ketorolac 1amp/12jam, Ceftriaxone1gr/12jam, Infus RL
20 tpm (hari pertama sampai hari ketiga)
Oral :
Cefadroxil 3 x 500 mg, Asam Mefenamat 3 x 500 mg (untuk obat pulang selama 5 hari).
Jumlah pasien pada bulan lalu untuk operasi appendiksitis anak sebanyak 30 pasien
dengan berat badan 10 kg dan dewasa sebanyak 20 pasien dengan berat badan 60 kg.
Dengan data tersebut buatlah perhitungan kebutuhan obat selama 6 bulan jika waktu
tunggu pengadaan selama 20 hari dengan adanya penambahan stok pengaman sebanyak
10 % untuk mengantisipasi kejadian luar biasa.

Nama Obat Sisa Obat


Cefotaxime inj 50
Paracetamol infus 20
Ranitidine inj 40
Amoxicillin tab 200
Paracetamol tab 200
Ketorolac inj 40
Ceftriaxone inj 60
RL 80
Cefadroxil cap 100
Asam Mefenamat tab 100

Penyelesaian
Berdasarkan kasus diatas dapat dsimpulkan bahwa metode yang digunakan adalah metode
morbiditas (epidemiologi). Perencanaan metode Epidemiologi dilakukan dengan langkah-
langkah berikut :
A. Penyakit Utama
Appendisiktis Akut
B. Pengumpulan Data
Didapatkan data pasien yang operasi bulan lalu:
Pasien Anak : sebanyak 30 dengan BB 10 kg
Pasien Dewasa : sebanyak 20 dengan BB 60 kg
C. Perhitungan jumlah penggunaan obat dalam tiap terapi:

Pasien Anak
Injeksi Oral
Cefotaxime 100 mg/kg BB/hari Amoxicillin 50 mg/kgBB/kali (3xsehari)
= 3000 mg / terapi (3 hari) = 1500 mg/hari x 5 hari
= 7500 mg/terapi
Paracetamol 15 mg/kgBB/hari Paracetamol 10 mg/kgBB/kali (3xsehari)
= 450 mg / terapi (3 hari) = 300 mg/hari x 5 hari
= 1500 mg/terapi
Ranitidin 2 mg/kgBB/kali/12 jam
= 120 mg / terapi (3 hari)
RL 10 tpm/hari = 0,5 ml/menit
= 30 ml/jam x 24 jam
= 720 ml/hari x 3 hari
= 2.160 ml x 30 anak
= 64.800 ml

Pasien Dewasa
Injeksi Oral
Paracetamol 15 mg/kgBB/hari Cefadroxil 3 x 500 mg
= 2700 mg/terapi (3 hari) = 7500 mg/terapi (5 hari)
Ketorolac 1 ampul/12 jam Asam Mefenamat 3 x 500 mg
= 6 ampul /terapi (3 hari) = 7500 mg/terapi (5 hari)
Ceftriaxone 1 gr/12 jam
= 6 gr/terapi (3 hari)
RL 20 tpm/hari = 1 ml/menit
= 60 ml/jam x 24 jam
= 1440 ml/hari x 3 hari
= 4320 ml x 20 pasien= 86.400 ml

D. Perhitungan kebutuhan berdasar jumlah pasien bulan lalu (1 bulan)

Pasien Anak
Injeksi Oral
Cefotaxime 3000 mg / terapi (3 hari) x 30 Amoxicillin 7500 mg/terapi x 30 pasien
pasien = 225.000 mg/ bulan
= 90.000 mg / bulan
Paracetamol 450 mg / terapi (3 hari) x 30 Paracetamol 1500 mg/terapi x 30 pasien
pasien = 45.000 mg /bulan
= 13.500 mg/ bulan
Ranitidin 120 mg / terapi (3 hari) x 30
pasien
= 3600 mg/ bulan
RL 10 tpm = 64.800 ml/bulan

Pasien Dewasa
Injeksi Oral
Paracetamol 2700 mg/terapi (3 hari) x 20 Cefadroxil 7500 mg/terapi (5 hari) x 20
pasien pasien
= 54.000 mg/bulan = 150.000 mg/bulan
Ketorolac 6 ampul /terapi (3 hari) x 20 Asam Mefenamat 7500 mg/terapi (5 hari) x
pasien 20 pasien
= 120 ampul/bulan = 150.000 mg/bulan
Ceftriaxone 6 gr/terapi (3 hari) x 20
pasien
= 120 gr/bulan
RL 20 tpm = 86.400 ml/bulan

Total Penggunaan Obat


Injeksi Oral
Cefotaxime = 90.000 mg/ (90 vial @1g) Amoxicillin = 225.000 mg/ 450 tab
Parasetamol = 67.500 mg/ (67,5 infus Paracetamol = 45.000 mg/ 90 tab
@1g)
Ranitidin = 3600 mg/ (72 ampul @50mg) Cefadroxil = 150.000 mg/ 300 tab
Ketorolac = 120 ampul Asam Mefenamat = 150.000 mg/ 300 tab
Ceftriaxone = 120 gr/ 120 vial @1g
RL = 64800 ml + 86400 ml = 151.200 ml
= 302,4 infus RL @500ml

E. Perhitungan Kebutuhan Obat Untuk 6 Bulan


Rumus Pengadaan Obat :
CT = (CA x PP) + buffer stock + SS – Sisa Stok
Keterangan
CT = rencana pengadaan
CA = pemakaian rata rata perbulan
PP = persediaan untuk 6 bulan
Buffer stock = stock pengaman 10% x CA x PP
LT = waktu tunggu
SS = Safety Stock (Rumus Safety Stok = LTx CA)

Nama Obat Sisa Obat


Cefotaxime inj 50
Paracetamol infus 20
Ranitidine inj 40
Amoxicillin tab 200
Paracetamol tab 200
Ketorolac inj 40
Ceftriaxone inj 60
RL 80
Cefadroxil cap 100
Asam Mefenamat tab 100

1. Cefotaxime

CT = (90x6) + (10%x90x6) + (20/30x90)- 50


= 540 + 54 + 60 – 50
= 604 vial

2. Paracetamol

CT = (67,5 x 6)+(10%x67,5x6)+(20/30x67,5)-50
= 405 + 40,5 + 45 -20
= 470,5 infus (471 infus)

3. Ranitidine Inj

CT = (72 x 6)+(10%x72x6)+(20/30x72)-40
= 432 + 43,2 + 48 – 40
= 483,2 ampul (484 ampul)

4. Amoxicillin tab

CT = (450x6)+(10%x450x6)+(20/30x450)-200
= 2700 + 270 + 300 – 200
= 3070 tab

5. Paracetamol tab

CT = (90x6)+(10%x90x6)+(20/30x90)-200
= 540 + 54 + 60 – 200
= 454 tab

6. Ketorolac inj

CT = (120x6)+(10%x120x6)+(20/30x120)-40
= 720 + 72 + 80 – 40
= 832 ampul

7. Ceftriaxone inj

CT = (120x6)+(10%x120x6)+(20/30x120)-60
= 720 +72 + 80 – 60
= 812 vial

8. RL

CT = (302,4x6)+(10%x302,4x6)+(20/30x302,4)-80
= 1.814,4 + 181,44 + 201,6 -80
= 2118 infus

9. Cefadroxil caps

CT = (300x6)+(10%x300x6)+(20/30x300)-100
= 1800 + 180 + 200 – 100
= 2080 capsul

10. Asam Mefenamat tab

CT = (300x6)+(10%x300x6)+(20/30x300)-100
= 1800 + 180 + 200 – 100
= 2080 tablet
5B. Jika disuatu rumah sakit memiliki standar terapi untuk pasien demam typhoid sebagai
berikut:
Seftriakson 4 gram dalam dekstrosa 100ml selama 30 menit 1x sehari selama 5 hari RL 20
tpm. Untuk obat pulang diberikan Tiamfenicol 4x500mg serta Paracetamol 3 x 500 mg
selama 7 hari. Tingkat kejadian pasien demam tipoid selama bulan September hingga
desember 2016 sebanyak 240 pasien, hitung kebutuhan obat selama 1 tahun jika
diketahui waktu tunggu pengadaan 30 hari. Sisa stok per 31 desember 2016 untuk
seftriakson 1 g inj 300 vial, dekstrosa 100 ml 100 botol, RL 200 botol, thiamfenicol 150
kapsul, paracetamol 100 tablet.

Nama Obat Harga satuan(Rp)


Seftriakson 20000
Dekstrose 13000
RL 10000
Thiamfenicol 500
Paracetamol 200

Hitung besar biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan obat tersebut selama 1 tahun, dan jika
diketahui besarnya biaya pemesanan sebesar Rp. 5000 dan biaya penyimpanan sebesar
20%, hitunglah jumlah pengadaan yang paling ekonomis serta interval pengadaan yang
paling ekonomis untuk masing-masing obat.
Penyelesaian
1. Perhitungan besar biaya yang diperlukan untuk pengadaan obat selama 1 tahun :
a. Pemakaian dalam 1x terapi
1. Seftriakson Sekali Sehari = 4g x 5 hari = 20g
2. Tiamfenicol 4xsehari = 4 x 7 hari = 28tablet
3. Paracetamol 3xsehari = 3 x 7 hari = 21 tablet
4. Dextrose Sekali sehari = 100 ml x 5 hari = 500ml
ml
5. RL 20tpm/hari = 20 tpm= =600tetes /30 menit
30 menit
(1 ml = 20 tetes, maka 600tetes/20 = 30ml)
Jadi, 30ml/hari x 5 hari =150ml
b. Pemakaian untuk 1 bulan
1. Seftriakson = 4g x 30hari =120g/bulan
2. Tiamfenicol = 4tab x 30hari = 120cap/bulan
3. Paracetamol = 3tab x 30hari = 90tab/bulan
4. Dextrose = 100ml x 30 hari =3000ml/bulan= 30 botol/bulan
5. RL = 30ml x 30hari =90ml/ bulan

c. Pemakaian setahun
1. Seftriakson = 4g x 365hari =1460 g/tahun
2. Tiamfenicol = 4tab x 365hari = 1460 cap/tahun
3. Paracetamol = 3tab x 365hari =1095 tab/tahun
4. Dextrose = 100ml x 365 hari =36.500ml/tahun
5. RL = 30ml x 365hari =10.950 ml/tahun

2. Perhitungan biaya pengadaan


CT= (CA x PP(12bulan)) + SS – Sisa Stock
a. Seftriakson = CT = (120 x 12) +30/30x120 – 300
CT = 1260 vial x Rp 20000
= Rp 25.200.000
b. Tiamfenicol = CT = (120 x 12) +30/30x120 – 150
CT = 1410 capsul x Rp 500
= Rp 705.000
c. Paracetamol = CT = (90 x 12) +30/30x90 – 100
CT = 1070 tab x Rp 200
= Rp 214.000
d. Dextrose = CT = (30 botol x 12) +30/30x30botol – 100
CT = 290 botol x Rp 13000
= Rp 3.770.000
e. RL = CT = (90 x 12) +30/30x90 – 200
CT = 1190ml x Rp 10000
= Rp 11.900.000
Total biaya yang dibutuhkan selama 1 tahun adalah Rp 543.719.000

3. Perhitungan pengadaan paling ekonomis (EOQ)


2 x pemakaian ( thn ) x biaya pemesanan
EOQ=
√ 20 % x harga obat
2 x 1460 x 5000
a. Seftriakson =

20 % x 20000
2 x 1460 x 5000
= √3650=60 gram

b. Tiamfenicol ¿

20 % x 500
2 x 1095 x 5000
= √29200=170 cap

c. Paracetamol =

20 % x 200
2 x 36500 x 5000
= √273750=523 tab

d. Dextrose =
√ 20 % x 13000
2 x 10950 x 5000
= √ 14038=375

e. RL =
√20 % x 10000
= √54750=234

4. Perhitungan Interval
2 x biaya pemesanan
EOI=

Biaya obat x Konsumsi 1 thn

2 x 5000
a. Seftriakson =

20000 x 1460
2 x 5000
=0,018

b. Tiamfencol =

500 x 1460
2 x 5000
=0,11

c. Paracetamol =

200 x 1095
2 x 5000
=0,045

d. Dextrose =

13000 x 36500
=0,004
2 x 5000
e. RL =
√ 10000 x 10950
=0,009
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pada kasus 5A bisa diambil kesimpulan bahwa kebutuhan masing-masing obat
untuk 6 bulan kedepan adalah sebagai berikut :
a. Cefotaxime inj sebanyak 604 vial
b. Paracetamol infus sebanyak 471
c. Ranitidine inj sebanyak 484
d. Amoxicillin tablet sebanyak 3070
e. Parasetamol tablet sebanyak 454
f. Ketorolac inj sebanyak 832
g. Ceftriaxone inj sebanyak 812
h. RL sebanyak 2118 infus
i. Cefadroxil capsule sebanyak 2080
j. Asam mefenamat tablet sebanyak 2080
2. Pada kasus 5B total biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan Seftriakson,
Thiamfenicol, Dekstrose, RL dan Paracetamol selama 1 tahun adalah Rp
543.719.000

Anda mungkin juga menyukai