Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMASI KOMUNITAS

TENTANG
PENYIMPANAN OBAT

DISUSUN OLEH :

NAMA : MARIA ULFA

KELAS : 6A FARMASI

NIM : 51704019

DOSEN PEMBIMBING : DENNY PURI A, MARS., Apt.

PROGRAM STUDI S1FARMASI STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa kami telah menyelesaikan
tugas mata kuliah Farmasi Komunitas dalam bentuk makalah. Makalah ini saya tulis berdasarkan
hasil pencarian saya dari beberapa sumber. Makalah ini di harapkan cukup untuk memberikan
pemahaman tentang penyimpanan obat, walaupun  tidak secara detail. Sudah tentu makalah ini
masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak kekurangannya. Maka saran, petunjuk 
pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
mendapat Ridho dari Allah SWT, dan bisa bermanfaat bagi kita semua.
 
 
 
 
 
 
 
 
Palembang, 01 Mei 2020

Penyusun

 
 
 
 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………........3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………..6
C. Tujuan……………………………………………………………………………………6
BAB II ISI
1. Pengertian Pengertian Obat……….………………..……………………………….…...6
2. Pengaturan Tata Ruang……………………………………………………………….….7
3. Penyusunan Stok Obat……………………………………………………………….…..8
4. Pencatatan dan Kartu Stok…………………………………………………………….....8
5. Pengamatan Mutu Obat………………………………………………………………….11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….……9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyimpanan adalah proses jeda sementara antara penerimaan dan distribusi
berikutnya, dimana penyimpanan sebenarnya adalah pengaman kebutuhan distribusi,
dalam proses penyimpanan harus dipastikan dulu keberadaan tempat penyimpanan,
setelah ada tempat penyimpanan barulah kemudian tempat itu dibuat sedemikian rupa
sehingga tempat itu dapat menjamin kualitas, mutu dan keamanan perbekalan farmasi
sesuai dengan syarat farmasi maupun masing-masing perbekalan farmasi

Menjamin mutu berarti ada syarat yang diberlakukan untuk mempertahankan mutu
tersebut, dimana tempat penyimpanan harus mempunyai persyaratan stabilitas, seperti
terhindar dari cahaya matahari, cahaya lampu, kelembapan, suhu, dan jenis perbekalan
farmasi, dan persyaratan keamanan adalah bebas dari binatang pengerat, resiko
kehilangan dan kesurasakan

Dalam penyimpanan harus diperhatikan antara lain :


a) Perbekalan farmasi diberi label penanda khususnya obat, bahan obat dan bahan kimia
obat, secara jelas terbaca, dan ada tanggal kemasan awal dibuka dan kapan masa
berakhir aktifitasnya (beyond use date)
b) Elektrolit konsetrasi tinggi disimpan difarmasi dan ruang perawatan khusus saja
dengan disertai catatan atau peringatan khusus.
c) Elektrolit konsetrasi tinggi yang disimpan di ruang perawatan selain diberi label
diberi tanda dan pengaman khusus serta diawasi dan dibatasi (restriced) baik akses
maupun pengambilan, disini dimaksudkan untuk mencegah peñatalaksanaan yang
kurang hati-hati
d) Perbekalan farmasi yang dibawa oleh pasien dari lingkungan luar rumah sakit harus
diidentifikasi, dicatat, dan dikonsultasikan dengan dokter penanggung jawab pasien,
bila perlu dan demi keamanan perbekalan farmasi yang dibawa pasien dan rumah
sakit punya persediaannya, maka diganti dengan perbekalan farmasi dari rumah sakit,
tetapi itu perlu kebijakan tersendiri
e) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan menyimpan sesuatu yang lain selain
perbekalan farmasi, bila perlu pisahkan antara obat, bahan obat, alat kesehatan, dan
jangan simpan bersamaan dengan sesuatu yang mudah atau dapat saling
mengkontaminasi.

Dalam PERMENKES No 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian


di Rumah Sakit disebutkan bahwa :
a) Bahan yang mudah terbakar dan dapat menimbulkan kebakaran diberi label dan
ditempatkan terpisah atau tersendiri dan atau disimpan pada tempat yang tidak mudah
terbakar dan diberi tanda atau stiker khusus bahan berbahaya mudah terbakar.
b) Gas medis bila masih menggunakan tabung maka diletakkan dalam posisi berdiri
(ujung tempat saluran gas berada diatas), terikat (supaya tidak mudah jatuh menimpa
barang sekitarnya, ataupun bocor) kemudian diberi tanda untuk menghindari
kesalahan pengambilan gas medis (contoh tabung berwarna putih untuk oksigen dan
diberi tulisan pada badan tabung tulisan oksigen), tabung kosong dipisahkan dengan
tabung yang masih isi gas, penyimpanan di ruangan diberi penutup demi keselamatan.
Pada proses penyimpanan harus dilakukan metode FIFO ( First In First Out ) atau
perbekalan farmasi yang diterima pertama maka didistribusikan yang pertama pula
sehingga, terhindar dari penyimpanan barang yang terlalu lama disimpan, ataupun
dengan metode FEFO ( First Expire First Out ) atau perbekalan farmasi yang
mempunyai tanggal kadaluwarsa pendek digunakan lebih dahulu disbanding dengan
perbekalan farmasi yang mempunyai tanggal kawaluwarsa panjang atau lama.
Hindarkan penyimpanan produk yang mempunyai kemiripan atau kesamanaan atau
bahkan sama dalam nama obat, penyebutan serta kemasan, kita mungkin yang di
lingkungan rumah sakit sudah familiar dengan LASA (Look Alike Sound Alike) atau
NORUM (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip), untuk menghidarkan dari kesalahan
penyiapan dan pengambilan maka dibuat cara sedemikian rupa seperti:
a) Memberikan stiker peringatan LASA atau NORUM
b) Meletakkan perbekalan yang mempunyai LASA atau NORUM tidak bersebelahan,
melainkan diberi sela atau jeda atau dibedakan dalam rak atau almari yang berbeda
pula
c) Diberi peringatan untuk chek berulang dan pemastian penyiapan atau pengambilan
perbekalan
d) Buat daftar perbekalan farmasi yang masuk dalam katagori LASA atau NORUM dan
sosialisasikan berulang

Pada proses penyimpanan ada juga penyimpanan perbekalan emergency di ruang


perawatan maupun di unit penunjang, dimana perbekalan emergency ditetapkan dengan
cara diidentifikasi tentang kedaruratan di suatu unit tertentu, karena emergency di suatu
unit belum tentu sama dengan kedaruratan di unit lain, setelah itu disepakati apa saja
perbekalannya barulah ditetapkan oleh manajemen dan bila perlu dengan surat keputusan
direktur untuk masing-masing unit, sosialisasikan dan perbekalan emergency
ditempatkan di tempat yang mudah diakses akan tetapi terjamin keamanannya dengan
cara diberi kunci sagel pengaman yang diberi nomor seri untuk kemudian bila sewaktu-
waktu digunakan (misal bila ada kode biru atau code blue) maka mudah diakses dengan
memotong kunci segelnya.
Pengelolaan penyimpanan perbekalan emergency harus menjamin :
a) Jumlah dan jenis obat, sesuai dengan daftar obat emergency yang disepakati dan telah
ditetapkan oleh manajemen
b) Tidak boleh bercampur antara obat emergency dengan persediaan obat lainnya, misal
obat rutin pasien, obat persediaan ruangan (bila ada), dan sebagainya
c) Bila sudah dilakukan untuk keperluan tindakan emergency maka segera dilakukan
mekanisme penggantian, contoh mekanisme penggantian adalah, petugas farmasi unit
atau perawat setelah menggunakan obat emergency maka lapor ke farmasi pusat atau
farmasi depo atau farmasi inti, untuk kemudian oleh farmasi pusat maka disiapkan
perbekalan sesuai laporan, dibawa ke unit yang menggunakan proses ganti perbekalan
dilakukan, dan semua dilakukan dengan dicatat atau didokumentasikan
d) Dilakukan pengecekan secara berkala dengan kurun waktu yang telah ditentukan,
misalnya bila dilakukan pengecekan bersamaan dengan stok opname, atau dilakukan
sebulan sekali, dan sebagainya
e) Tidak berlaku untuk saling dipinjamkan antara satu unit dengan unit lain, atau untuk
kebutuhan diluar emergency.
Penyimpanan perbekalan farmasi seperti perbekalan narkotik dan psikotropik dibuat
atau disimpan dalam almari khusus, terpisah dengan perbekalan farmasi lain, almari
terbuat dari bahan yang kuat, almari menempel pada lantai atau tembok, almari tidak
mudah dipindah-pindahkan, terdiri dari dua pintu bersusun dan masing-masing pintu
dilengkapi dengan kunci.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyimpanan obat?
2. Bagaimana pengaturan tata ruang?
3. Bagaimana penyusunan stok obat?
4. Bagaimana pencatatan dan kartu stok?
5. Bagaimana pengamatan mutu obat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyimpanan obat
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan tata ruang
3. Untuk mengetahui bagaimana penyusunan stok obat
4. Untuk mengetahui bagaimana pencatatan dan kartu stok
5. Untuk mengetahui bagaimana pengamatan mutu obat
BAB II
ISI

1. Pengertian Penyimpanan Obat


Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat – obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian
serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan obat – obatan adalah untuk :
-       Memelihara mutu obat
-       Menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab
-       Menjaga kelangsungan persediaan
-       Memudahkan pencarian dan pengawasan
Kegiatan penyimpanan obat meliputi :
a. Pengaturan tata ruang
b. Penyusunan stok obat
c. Pencatatan stok obat
d. Pengamatan mutu obat

2. Pengaturan Tata Ruang


Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan
pengawasan obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang adalah sebagai berikut:
 Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata sebagai berikut:
a. Gudang menggunakan sistem satu lantai jangan menggunakan sekat – sekat karena akan
membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu
untuk mempermudah gerakan.
b. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang gudang dapat ditata
berdasarkan sistem :
-       Arus garis lurus
-       Arus U
-       Arus L
 Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi udara yang
cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur hidup
dari obat sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja.
Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal untuk ruang
gudang yang luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas angin. Apabila kipas angin
belum cukup maka perlu ventilasi melalui atap.
 Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan sirkulasi
udara dan gerakan stok obat.
Penggunaan pallet memberikan keuntungan :
-       Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir
-       Peningkatan efisiensi penanganan stok
-       Dapat menampung obat lebih banyak
-       Pallet lebih murah daripada rak
 Kondisi penyimpanan khusus
-       Vaksin memerlukan “cold chain” khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan
putusnya arus listrik.
-       Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu
terkunci.
-       Bahan – bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam ruangan
khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.
 Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan – bahan yang mudah terbakar seperti dus,
kartun dan lain – lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah
dijangkau dan dalam jumlah yang cukup.

3. Penyusunan Stok Obat


Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk memudahkan
pengendalian stok maka dilakukan langkah – langkah berikut:
 Gunakan prinsip FIFO (First In First Out) dalam penyusunan obat yaitu obat yang
masa kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus digunakan lebih
awal sebab umumnya obat yang datang lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal
dan umumnya relatif lebih tua dan masa kadaluarsanya mungkin lebih awal.
  Susun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan teratur.
 Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika.
 Simpan obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi
bakteri pada tempat yang sesuai.
 Simpan obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam dengan obat –
obatan untuk pemakaian luar.
 Cantukmkan nama masing – masing obat pada rak dengan rapi.
 Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap dalam box masing –
masing, ambil seperlunya.
 Obat – obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian perlu dilakukan rotasi stok
agar obat tersebut tidak selalu berada di belakang sehingga obat dapat dimanfaatkan
sebelum masa kadaluarsa habis.

4. Pencatatan dan Kartu Stok


Fungsi :
 Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang,
rusak atau kadaluarsa).
 Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu) jenis obat
yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran.
 Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat.
 Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan pengadaan
distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat
penyimpanannya.
Kegiatan yang harus dilakukan :
 Kartu stok diletakkan bersamaan / berdekatan dengan obat bersangkutan.
 Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari.
 Setiap terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/kadaluarsa)
langsung dicatat dalam kartu stok.
 Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan.
Informasi yang didapat :
 Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)
 Jumlah obat yang diterima
 Jumlah obat yang keluar
 Jumlah obat yang hilang/rusak/kadaluarsa
Manfaat informasi yang didapat :
 Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat.
 Penyusunan laporan.
 Perencanaan pengadaan dan distribusi
 Pengendalian persediaan
 Untuk pertanggungjawaban bagi petugas penyimpanan dan penyaluran
 Sebagai alat bantu kontrol bagi Kepala Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan / Bendaharawan Obat

Petunjuk pengisian
a) Petugas penyimpanan dan penyaluran mencatat segala penerimaan dan pengeluaran obat
di Kartu Stok (formulir I) sesuai dengan apa yang tercantum didalam dokumen,
Dokumen Bukti Mutasi Barang (DBMB), atau dokumen lain yang sejenis.
b) Obat disusun menurut ketentuan – ketentuan berikut :
 Obat dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet atau diganjal kayu secara rapi,
teratur dengan memperhatikan tanda – tanda khusus (tidak boleh terbalik, berat, bulat,
segi empat dan lain – lain)
 Penyimpanan antara kelompok/jenis satu dengan yang lain harus jelas sehingga
memudahkan pengeluaran dan perhitungan
 Penyimpanan bersusun dapat dilaksanakan dengan adanya forklift untuk obat – obat
berat
 Obat – obat dalam jumlah kecil dan mahal harganya disimpan dalam lemari terkunci
dipegang oleh petugas penyimpanan dan penyaluran.
 Satu jenis obat disimpan dalam satu lokasi (rak, lemari dan lain – lain)
 Obat dan alat kesehatan yang mempunyai sifat khusus disimpan dalam tempat
khusus. Contoh: eter, film dan lain – lain
c) Obat – obat disimpan menurut sistem FIFO (First In First Out)
d) Kartu stok memuat nama obat, satuan, asal (sumber) dan diletakkan bersama obat pada
lokasi penyimpanan
e) Bagian judul pada kartu stok diisi dengan:
-       Nama obat
-       Kemasan
-       Isi kemasan
-       Nama sumber dana atau dari mana asalnya obat
f) Kolom – kolom pada kartu stok diisi sebagai berikut:
 Tanggal penerimaan atau pengeluaran
 Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran
 Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim
 No. Batch/no. Lot
 Tanggal kadaluarsa
 Jumlah penerimaan
 Jumlah pengeluaran
 Sisa stok
 Paraf petugas yang mengerjakan

Pencatatan dan Kartu Stok Induk


Fungsi:
o Kartu stok induk digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran,
hilang, rusak atau kadaluarsa).
o Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu) jenis obat
yang berasal dari semua sumber anggaran.
o Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat.
o Data pada kartu stok induk digunakan sebagai:
o Alat kendali bagi Kepala Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terhadap
keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanan.
o Alat bantu untuk penyusunan laporan, perencanaan pengadaan dan distribusi serta
pengendalian persediaan.

Kegiatan yang harus dilakukan:


 Kartu stok diletakkan di ruang Kepala Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan.
 Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari.
 Setiap terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak / kadaluarsa) langsung
dicatat didalam kartu stok.
 Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan.

Informasi yang didapat


 Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)
 Jumlah obat yang diterima
 Jumlah obat yang keluar
 Jumlah obat yang hilang/rusak/kadaluarsa
 Jangka waktu kekosongan obat

Manfaat informasi yang didapat


 Alat kontrol bagi Kepala Unit Pengelola  Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
 Alat bantu untuk :
-       Penyususan laporan
-       Perencaan pengadaan dan distribusi
-       Pengendalian persediaan

Kegiatan yang harus dilakukan


a) Petugas pencatatan dan evaluasi, mencatat segala penerimaan dan pengeluaran obat di
Kartu Stok Induk (Formulir II) berdasarkan BAPPB, SBBK atau dokumen lain yang
sejenis.
b) Kartu stok induk adalah:;
 Sebagai pencerminan obat – obat yang ada di gudang
 Alat pembantu bagi ordonatur untuk pengeluaran obat
 Alat pembantu dalam menentukan kebutuhan
c) Bagian judul pada Kartu Induk Persediaan Obat diisi dengan:
-       Nama obat tersebut
-       Satuan obat
-       Sumber / asal obat
-       Jumlah persediaan minimum yang harus ada dalam persediaan, dihitung sebesar stok
tunggu (6 bulan)
-       Jumlah persediaan maksimum yang harus ada dalam persediaan, dihitung sebesar stok
kerja + stok tunggu + stok pengaman (± 20 bulan)

d) Kolom – kolom pada Kartu Induk Persediaan Obat diisi sebagai berikut:
 Tanggal diterima atau dikeluarkan obat
 Nomor tanda bukti BAPPO dan atau DBMO dan lain – lain
 Dari siapa diterima obat atau kepada siapa dikirim obat
 Sampai dengan (9) jumlah obat yang diterima berdasar sumber anggaran
 Sampai dengan (15) jumlah obat yang dikeluarkan
 Sampai dengan (21) sisa stok obat dalam persediaan
 Keterangan yang dianggap perlu, misal tanggal dan tahun kadaluarsa, nomor batch dan
lain – lain.

5. Pengamatan Mutu Obat


Mutu obat yang disimpan di gudang dapat mengalami perubahan baik karena
faktor fisik maupun kimiawi. Perubahan mutu obat dapat diamati secara visual. Jika dari
pengamatan visual diduga ada kerusakan yang tidak dapat ditetapkan dengan cara
organoleptik, harus dilakukan sampling untuk pengujian laboratorium.
Tanda – tanda perubahan mutu obat
a) Tablet
 Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa

 Kerusakan berupa noda, berbintik – bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan atau
terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
 Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat
b) Kapsul
 Perubahan warna isi kapsul
 Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan yang lainnya
c) Tablet salut
 Pecah – pecah, terjadi perubahan warna
 Basah dan lengket satu dengan yang lainnya
 Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
d) Cairan
 Menjadi keruh atau timbul endapan
 Konsistensi berubah
 Warna atau rasa berubah
  Botol – botol plastik rusak atau bocor
e) Salep
 Warna berubah
 Pot atau tube rusak atau bocor
 Bau berubah
f) Injeksi
 Kebocoran wadah (vial, ampul)
 Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi
 Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada endapan
 Warna larutan berubah
 Tindak lanjut terhadap obat yang terbukti rusak adalah:
 Dikumpulkan dan disimpan terpisah
 Dikembalikan / diklaim sesuai dengan aturan yang berlaku
 Dihapuskan sesuai dengan aturan yang berlaku
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara


menempatkan obat – obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian
serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Untuk mendapatkan kemudahan
dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan obat, maka diperlukan
pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Obat disusun menurut bentuk sediaan dan
alfabetis. Untuk memudahkan pengendalian stok. Mutu obat yang disimpan di gudang
dapat mengalami perubahan baik karena faktor fisik maupun kimiawi. Perubahan mutu
obat dapat diamati secara visual. Jika dari pengamatan visual diduga ada kerusakan yang
tidak dapat ditetapkan dengan cara organoleptik, harus dilakukan samping untuk
pengujian laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta.

Republik Indonesia, 2014b, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 35 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai