Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN PRAKTIK KEFARMASIAN

RESUME BELAJAR MANDIRI

SKENARIO II
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI

OLEH :

NAMA : RIZKI WAHYUNI


STAMBUK : 151 2018 0163
KELOMPOK : III
ANGKATAN : VI (ENAM)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
RESUME BELAJAR MANDIRI

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan penyimpanan dan


pendistribusian perbekalan farmasi di rumah sakit
Jawab :

Tujuan Penyimpanan
Menurut Manajemen Obat di Rumah Sakit (Satibi, 2010)
1. Memelihara mutu sediaan farmasi
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga ketersediaan
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan
5. Mengurangi pencurian dan penipuan
6. Menjaga persediaan obat-obatan
7. Meminimalkan kerugian obat-obatan karena produk cacat/rusak dana tau
kadaluarsa

Menurut Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit (Binfar,


2010)
1. Memelihara mutu sediaan farmasi
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga ketersediaan
4. Memydahkan pencarian dan pengawasan

Menurut Jurnal Evaluasi Penyimpanan dan Pendistribusian Obat di PT. Unggul


Jaya Cipta Usaha Manado (Yulianti, dkk, 2017)
1. Memelihara mutu obat-obatan
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga kelangsungan sediaan
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan
5. Mengoptimalkan persediaan
6. Memberikan informasi kebutuhan obat yang akan datang
7. Mengurangi resiko kerusakan dan kehilangan
8. Untuk mempercepat proses pendistribusian
9. Untuk menghindari kekosongan obat
10. Mempermudah stock opname dan pengawasan

Tujuan Pendistribusian

Menurut Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit (Binfar,


2010)
Tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis
dan tepat jumlah
Menurut Jurnal Evaluasi Penyimpanan dan Pendistribusian Obat Di Gudang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent Manado (Susanto, dkk, 2017)
Tujuan Utama Pendistribusia adalah
1. Agar terselenggaranya suatu system jaminan kualitas oleh distributor
2. Terjaminya penyebaran obat secara merata dan teratur agar dapat diperoleh obat
yang dibutuhkan saat perlukan
3. Terlaksananya penggunaan obat tepat sampai kepada pihak yang membutuhkan
4. Untuk melindungi dari kesalahan dan penyalahgunaan obatd

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan


pada penyimpanan perbekalan farmasi di rumah sakit
Jawab :

Menurut PERMENKES No 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayana


kefarmasian Di Rumah Sakit :
Komponen yang harus diperhatikan dalam penyimpanan yaitu :
1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
2. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
3. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi
dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang
dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
5. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya
yang menyebabkan kontaminasi.
6. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda
khusus bahan berbahaya.
7. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas
medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan
tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.

Menurut Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik (Rusly,2016)


1. Masalah keamanan dan bahaya kebakaran merupakan risiko terbesar dari
penyimpanan, apalagi barang-barang farmasi sebagian adalah mudah terbakar.
2. Pergunakan tenaga manusia seefektif mungkin, jangan berlebih jumlah
karyawannya sehingga banyak waktu menganggur yang merupakan biaya,
demikian juga sebaliknya, kekurangan tenaga akan menimbulkan antrian di pusat
pelayanan yang akan merugikan kedua belah pihak.
3. Pergunakan ruangan yang tersedia seefisien mungkin, baik dari segi besarnya
ruangan dan pembagian ruangan.
4. Memelihara gudang dan peralatannya sebaik mungkin.
5. Menciptakan suatu sistem penataan yang lebih efektif untuk lebih memperlancar
arus barang.
Menurut PERMENKES No 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit :

1. Stabilitas dan Keamanan


2. Sanitasi
3. Cahaya
4. Kelembapan
5. Ventilasi
6. Penggolongan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis hanis pakai

Menurut Jurnal Suhu Penyimpanan Bahan Baku dan Produk Farmasi Di Gudang
Industri Farmasi (Karlida, 2017)

Dalam penyimpanan harus memperhatikan kondisi suhu penyimpanan yaitu :


1. Freezer (Beku)
Ruang penyimpanan dengan suhu dipertahankan antara -25˚C sampai dengan -
15 ˚C. Semua vaksin yang mengandung varicella harus disimpan dalam keadaan
beku sampai vaksin akan digunakan.
2. Cold (Dingin)
Kondisi penyimpanan dengan suhu tidak lebih dari 8˚C. Refrigerator merupakan
tempat penyimpanan dengan suhu dingin yang mempertahankan suhu
penyimpanan diantara 2-8 ˚C.
3. Cool (Sejuk)
Ruang penyimpanan dimana suhunya dipertahankan antara 8-15˚C.
4. Room Temperature (Suhu ruang)
Suhu ruang ini merupakan kondisi penyimpanan yang paling longgar dimana
suhunya disesuaikan dengan kondisi geografis industri. Untuk industri di Indonesia
sendiri seperti yang disebutkan di dalam PPOP CPOB 2012 suhu ruang yaitu tidak
boleh lebh dari 30 ˚C.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan metode dalam penyimpanan


dan pendistribusian perbekalan farmasi di rumah sakit
Jawab :
Metode Penyimpanan
Menurut Farmasi Rumah Sakit dan Klinik (Rusly, 2016)
Beberapa macam sistem penataan obat, antara lain:
1. First In First Out (FIFO) yaitu obat yang datang kemudian diletakkan di belakang
obat yang terdahulu.
2. Last in First Out (LIFO) yaitu obat yang datang kemudian/terakhir diletakkan di
depan obat yang datang dahulu.
3. First Expired First Out (FEFO) yaitu obat yang mempunyai tanggal kadaluwarsa
lebih dahulu diletakkan di depan obay yang mempunyai tanggal kadaluwarsa
kemudian.
Beberapa cara penempatan obat yang dapat dilakukan yaitu :
1. Menurut jenis
2. Menurut abjad
3. Menurut pabrik
4. Menurut farmakoterapi

Menurut Manajemen Obat Rumah Sakit (Satibi, 2014)


Pengaturan Penyimpanan Obat
1. Menurut bentuk sediaan dan alfabetis
2. Menerapkan sistem FIFO dan FEFO
First Expire First Out adalah mekanisme penggunaan obat yang berdasarkan
prioritas masa kadaluarsa obat tersebut. Semakin dekat masa kadaluarsa obat
tersebut, maka semakin menjadi prioritas untuk digunakan. First in First Out
mekanisme penggunaan obat yang tidak mempunyai masa kadaluarsa. Prioritas
penggunaan obat berdasarkan waktu kedatangan obat. Semakin awal
kedatangan obat tersebut, maka semakin menjasi prioritas untuk digunakan.
3. Menggunakan almari, rak, dan pallet
4. Menggunakan almari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika
5. Menggunakan almari khusus untuk perbekalan farmasi yang memerlukan
penyimpanan pada suhu tertentu
6. Dilengkapi kartu stock obat
Menurut Manajemen Obat di Rumah Sakit (Satibi, 2010)

4 sistem penyimpanan obat dalam gudang yaitu :

1. Fixed Location
Fixed location yaitu penempatan Item obat ditempatkan pada tempat yang
tetap/sama, keuntungannya ialah lokasi tidak berpindah-pindah atau tetap, cukup
untuk menempatkan jumlah barang maksimal untuk setiap item, administrasi
persediaan relatif mudah. Akan tetapi kerugian dari fixed location ialah tidak
fleksibel jika ada perubahan jumlah order, jika ada tambahan item baru tidak ada
tempat, pencurian meningkat, kemungkinan ada tempat penyimpanan yang tidak
terpakai.
2. Fluid Location
Penempatan persediaan di gudang yang dibagi dalam beberapa lokasi (diberi
tanda). Keuntungannya ialah ruang lebih efisien, lebih kecil 20-25% dari ruangan
fixed location. Diperlukan administrasi stock yang sempurna dan catatan tempat
stok harus selalu up to date.
3. Semifluid location
Adapun cara yang sering digunakan ialah kombinasi dari kedua fixed location dan
fluid location

Metode Pendistribusian

Menurut PERMENKES No 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayana


kefarmasian Di Rumah Sakit :

1. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)


a. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi
Farmasi.
b. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
2. Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
Instalasi Farmasi.
3. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan
untuk pasien rawat inap.
4. Sistem Kombinasi
Sistem ini menggunakan kombinasi antara floor stock dan resep perorangan atau
resep perorangan dan unit dosis atau antara floor stock dan uni dosis. Sistem
distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan:
a. efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan

b. metode sentralisasi atau desentralisasi.

Menurut KEPMENKES No.1197 Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan


Farmasi Di Rumah Sakit
Pendistribusian Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Sistem pelayanan distribusi :
1. Sistem persediaan lengkap di ruangan
a. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di ruang rawat
merupakan tanggung jawab perawat ruangan.
b. Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat.
c. Perbekalan yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol
secara berkala oleh petugas farmasi.
2. Sistem resep perorangan
Pendistribusian perbekalan farmasi resep perorangan/pasien rawat jalan dan
rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
3. Sistem unit dosis
Pendistribusian obat-obatan melalui resep perorangan yang disiapkan,
diberikan/digunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal atau ganda, yang berisi
obat dalam jumlah yang telah ditetapkan atau jumlah yang cukup untuk
penggunaan satu kali dosis biasa.
4. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di
ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh
Satelit Farmasi.
5. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Jalan
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh Apotik
Rumah Sakit.
6. Pendistribusian Perbekalan farmasi di Luar Jam Kerja
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh:
a. Apotik rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam
b. Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi
Menurut Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik (Rusly,2016)
1. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
a. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang disimpan di ruang rawat
harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
b. Dalam kondisi sementara di mana tidak ada petugas farmasi yang mengelola
(di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada
penanggung jawab ruangan.
c. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada
petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
2. Sistem Resep Perorangan (Individual Prescription)
Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan resep
perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
3. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan resep
perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk
penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien
rawat inap. Sistem unit dosis dapat menggunakan metode unit dose dispensing
(UDD) untuk satu unit dosis penggunaan (sekali pakai) atau once daily dose
(ODD) untuk dosis satu hari diberikan.
4. Sistem Kombinasi
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien
rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat
diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau
resep individu yang mencapai 18%.
5. Sentralisasi
sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu tempat
yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi, seluruh kebutuhan perbekalan farmasi
setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan barang
dasar ruangan disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut. Resep
orisinil oleh perawat dikirim ke IFRS, kemudian resep itu diproses sesuai dengan
kaidah cara dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan kepada
penderita tertentu.
6. Desentralisasi
sistem pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang
mempunyai cabang di dekat unit perawatan/pelayanan. Bagian ini dikenal dengan
istilah depo farmasi/satelit farmasi. Pada desentralisasi, penyimpanan dan
pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat
pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terhadap
efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi.
Menurut Manajemen Obat Di Rumah Sakit (Satibi, 2014)
1. Sistem distribusi obat resep individu sentralisasi
Resep individu adalah order resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita,
sedangkan sentralisasi adalah semua order atau resep tersebut yang disiapkan
dan didistribusikan dari IFRS sentral sesuai dengan yang ditulis pada resep/order
atas nama PRT tertentu melalui perawat ke ruang penderita tersebut. Dalam
sistem ini, semua obat yang diperlukan untuk pengobatan di-dispencing dari IFRS.
Resep orisinil oleh perawat dikirim ke IFRS, kemudian order/resep tersebut di
proses sesuai dengan kaidah “cara dispensingyang baik dan obat disiapkan untuk
didistribusikan kepada penderita tertentu”.
2. Sistem Distribusi Obat Persediaan Lengkap di Ruang (Floor Stock)
Dalam sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang, semua obat yang
dibutuhkan penderita tersedia dalam ruang tersebut, kecuali obat yang jarang
digunakan otau obat yang sangat mahal. Persediaan obat di ruang dipasok oleh
IFRS. Biasanya sekali seminggu personil IFRS memeriksa persediaan obat di
ruang, lalu menambah menambah persediaan obat yang persediaannya sudah
sampai tanda batas pengisian kembali .
3. Sistem Distribusi Obat Kombinasi Resep Individu dan Persediaan di Ruang
Sistem kombinasi biasanya diadakan untuk mengurangi beban kerja IFRS. Obat
yang disediakan di ruangan adalah obat yang diperlukan oleh banyak penderita,
setiap hari diperlukan, dan biasanya adalah obat yang relatif murah, mencakup
obat resep atau obat bebas.
4. Sistem Distribusi Obat Dosis Unit (UDDS)
Obat dosis unit adalh obat yang diorder oleh dokter untuk penderita, terdiri atas
satu atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasn dosis unit
tunggal dalam jumlah yang dikonsumsi saja.
5. Sistem distribusi obat Desentralisasi
Menurut Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit (Binfar,
2010)
1. Resep Perorangan
Resep perorangan adalah order/resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien. Dalam
sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan oleh IFRS sesuai yang
tertulis pada resep.
2. Sistem Distribusi Persediaan Lengkap di Ruangan
Tatanan kegiatan pengantaran sediaan perbekalan farmasi sesuai dengan yang
ditulis dokter pada order perbekalan farmasi, yang disiapkan dari persediaan di
ruang oleh perawat dengan mengambil dosis/unit perbekalan farmasi dari wadah
persediaan yang langsung diberikan kepada pasien di ruang tersebut.
3. Sistem Distribusi Dosis Unit
Definisi perbekalan farmasi dosis unit adalah perbekalan farmasi yang disorder
oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau beberapa jenis perbekalan farmasi
yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan
yang cukup untuk suatu waktu tertentu
4. Sistem Distribusi Kombinasi
Sistem distribusi yang menerapkan sistem distribusi resep/order individual
sentralisasi, juga menerapkan distribusi persediaan di ruangan yang terbatas.
Perbekalan farmasi yang disediakan di ruangan adalah perbekalan farmasi yang
diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari diperlukan, dan biasanya adalah
perbekalan farmasi yang harganya murah mencakup perbekalan farmasi berupa
resep atau perbekalan farmasi bebas.
Menurut Jurnal Evaluasi Penyimpanan dan Pendistribusian Obat Di Gudang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent Manado (Susanto, dkk, 2017)

Distribusi Obat One Daily Dose


Petugas farmasi memnrikan obat berdasarkan resep peratu hari pemakaian,
kemudian petugas kesehatan lain seperti perawat yang akan memberikan langsung
kepada pasien rawat inap.sistem distribusi one daily dose bias mengurangi biaya obat
rumah sakit karena mudah untuk mengontrol sudah berapa jumlah obat yang
digunakan, jika pasien rawat inap sudah pulang tetapi obat masih tersisa maka resep
dari pasien rawat inap akan diganti dengan resep individu sehingga obat bias dibawa
pulang oleh pasien. System distribusi ODD mengharuskan pasien untuk membayar
resep obat persatu hari pemakaian, sehingga memberi keuntungan lebih dalam segi
penjualan obat bagi pihak rumah sakit.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tata ruang dalam
penyimpanan perbekalan farmasi di rumah sakit
Jawab :

Menurut Buku Pedoman Pengelolaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Di


Daerah Kepulauan (Depkes, 2007)
Pengaturan Tata Ruang Perbekalan Farmasi
1. Kemudahan Bergerak
Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata sebagai berikut :
a. Gudang menggunakan sistem satu lantai jangan menggunakan sekat-sekat
karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,
perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.
b. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang gudang
dapat ditata berdasarkan sistem :
Arus garis lurus
Arus U
Arus L
2. Sirkulasi udara yang baik.
Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya
sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan
memaksimalkan umur hidup dari obat sekaligus bermanfaat dalam
memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja.
Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun biayanya akan menjadi
mahal untuk ruang gudang yang luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas
angina, apabila kipas angin belum cukup maka perlu ventilasi melalui atap.
3. Rak dan Pallet.
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan
sirkulasi udara dan perputaran stok obat. Penggunaan pallet memberikan
keuntungan :
a. Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir
b. Peningkatan efisiensi penanganan stok
c. Dapat menampung obat lebih banyak
d. Pallet lebih murah dari pada rak
4. Kondisi penyimpanan khusus.
a. Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari
kemungkinan putusnya aliran listrik. (diperlukan tenaga khusus untuk
memantau suhu )
b. Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan
selalu terkunci.
c. Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam
ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari
gudang induk
5. Pencegahan kebakaran.
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti
dus, kartun dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat
yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam
kebakaran agar diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih berfungsi
atau tidak.
Menurut Buku Manajemen Obat di Rumah Sakit (Satibi, 2014)
Persyaratan Gudang :
1. Luas minimal 3 x4 m2
2. Ruang kering tidak lembab
3. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab
4. Cahaya cukup
5. Lantai dari tegel atau semen
6. Dinding dibuat licin
7. Hindari pembuatan sudut lantai atau dinding yang tajam
8. Ada gudang penyimpanan obat
9. Ada pintu dilengkapi kunci ganda
10. Ada lemari khusus untuk narkotika

Menurut Jurnal Suhu Penyipanan Bahan Baku dan Produk Farmasi Di Gudang
Industri Farmasi (Karlida, 2017)
Persyaratan Gudang Tempat Penyimpanan yiatu :

1. Mempunyai kapasitas yang cukup dan memadai agar dapat menyipan produk
dengan rapid an teratur.
2. Gudang harus didesain agar tercipta kondisi penyimpanan yang baik yaitu area
yang bersih, kering dan mendapat pencahayaan yang cukup dan suhu dijaga
dalam batas yang ditetapkan
3. Penyimpanan bahan aktif berpotensi inggi, radioaktif, narkotik, obat berbahaya
lain dan zat atau bahan yang berisiko tinggi terhadap penyalahgunaan, kebakaran,
atau ledakan harus disimpan terpisah dan keamanannya terjamin serta untuk
narkotik maupun obat berbahaya lain harus disimpan di tempat terkunci

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang penyimpanan obat-


obat khusus
Jawab :

Menurut PERMENKES No.3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan,


Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Prekursor Farmasi
Penyimpanan Narkotika
1. Tempat penyimpanan narkotika, psikotropika dan precursor dapat berupa gudang,
ruangan atau lemari khusus.
2. Lemari khusus terbuat dari bahan yang kuat
3. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 buah kunci yang berbeda
4. Harus diletakkan dalam ruang khusus disudut gudang
5. Diletakkan ditempat yang aman, tidak terlihat oleh umum
6. Kunci lemari dikuasi oleh Apoteker penanggung jawab/ apoteker yang ditunjuk
atau pegawai lain yang dikuasakan
7. Lemari dibagi 2 masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama
dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidin dan garam serta persediaan
narkotika, bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang
dipakai sehari2.
Menurut KEPMENKES No.1059 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi
Penyimpanan Vaksin
1. Vaksin Polia disimpan pada suhu -25°C s/d 15°C
2. Vaksin Campak, BCG, DPT, TT, DT, DPT/HB di simpan pada suhu 2°C s/d 8° C
3. Hepatitis B disimpan pada suhu 2°C s/d 8° C

Wadah pengiriman vaksin berupa cold box yang disertai alat untuk mempertahankan
suhu dingin berupa :

1. Cool pack untuk vaksin TT, Td, DT, Hepatitis B, dan DPT-HB.
2. Cold pack untuk vaksin BCG dan Campak.
3. Dry ice dan/atau cold pack untuk vaksin Polio.

Menurut PERMENKES No.72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Rumah Sakit

Penyimpanan Gas Medis

1. Bahan yang mudah terbakar disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda
khusus bahan berbahaya
2. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat dan diberi penandaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis
3. Tabung gas medis kosong disimpan terpisah dari tabung gas medis yang ada
isinya
4. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi
keselamatan.

Menurut Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus (Depkes, 2005)


Penyimpanan Insulin
1. Insulin harus disimpan di lemari es pada temperatur 2-8° C. Insulin vial yang sudah
dipakai dapat disimpan selama 6 bulan atau sampai 200 suntikan bila dimasukkan
dalam lemari es. Vial insulin yang sudah dibuka, dapat disimpan selama 90 hari
bila dimasukkan lemari es.
2. Insulin dapat disimpan pada suhu kamar dengan penyejuk 15-20° C bila seluruh
isi vial akan digunakan dalam satu bulan. Penelitian menunjukkan bahwa insulin
yang disimpan pada suhu kamar lebih dari 30° C akan lebih cepat kehilangan
potensinya.
Menurut Buku Implementasi Manajemen Dalam Pelayanan Kefarmasian (Lucy,
2018)
1. Suhu kamar terkendari (15-25°C) seperti sediaan padat atau oral dan alkes
2. Suhu sejuk (15-25°C) pada ruangan AC seperti beberapa sediaan injeksi, tetes
mata, tetes telingan dan salep mata
3. Suhu dingin (2-8°C) pada almari pendingin seperti obat sitotoksik, sediaan
suppositoria, insulin dan serum
4. Suhu cool box (8-15°C) pada obat-obat tertentu seperti propiretik
Menurut Standar Prosedur Operasioanal Penyimpanan Obat LASA di Rumah
Sakit Full Bethesda
1. Obat LASA disimpan pada tempat yang jelas perbedaanya, terpisah atau diatarai
dengan satu item obat lain
2. Diberi Label dengan dengan tulisan obat yang jelas pada setiap kotak
penyimpanan dan menampilkan kandungan zat aktif obat tersebut
3. Obat LASA diberi penanda dengan stiker hijau dengan tulisan LASA
4. Apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan pasien, maka diberikan tanda
stiker hijau LASA pada kemasan primer obat.

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan keuntungan dan kerugian pada


metode pendistribusian perbekalan farmasi di rumah sakit
Jawab :

Menurut Manajemen Obat di Rumah Sakit (Satibi, 2014)

1. Distribusi Obat Resep Individu


Keuntungan :
a. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberikan
keterangan atau informasi kepada perawat terkait obat penderita
b. Memberi kesempatan interaksi professional antara apoteker-dokter-perawat-
penderita
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas pebekalan
d. Mempermudah penagihan obat penderita
Kerugian :
a. Memungkinkan keterlambatan sediaan obat sampai kepada penderita
b. Jumlah kebutuhan personil IFRS meningkat
c. Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang banyak untuk pelayanan obat di
ruang pada waktu konsumsi obat
d. Terjadinya kesalahan atau medication error karena kurangnya pemeriksaan
pada waktu penyiapan obat
2. Persediaan Lengkap di Rumah Sakit
Keuntungan :
a. Obat yang diperlukan segera tersedia bagi penderita
b. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS
c. Pengurangan penyalinan kembali order obat
d. [engurangan jumlah personil IFRS
Kerugian :
a. Kesalahan obat sangat meningkat karena order obat tidak dikaji oleh apoteker
b. Penyiapan obat dilakukan oleh perawat sendiri, tidak ada pemeriksaan ganda
c. Persediaan obat di unit perawatan meningkat dengan fasilitas ruangan yang
sangat terbatas
d. Pengendalian sediaan mutu kurang diperhatikan oleh perawat, akibatnya
penyimpanan yang tidak teratur, mutu obat yang merosot dan tanggal
kadaluwarsa kurang diperhatikan
e. Pencurian obat meningkat
f. Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat
g. Menambah modal investasi untuk menyediakan fasilitas penyimpanan obat
yang sesuai disetiap daerah perawatan
h. Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat
i. Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat
3. Distribusi obat Unit Dosis
Keuntungan :
a. Pasien menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari
b. Pasien membayar hanya obat yang dikonsumsinya saja
c. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan oleh IFRS
d. Adanya system pemeriksaan ganda
e. Peniadaan duplikasi order obat yang berlebih dan pengurangan pekerjaan
menulis di unit perawatan dan IFRS
f. Mengurangi kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh penderita
g. Mengurangi kehilangan pendapatan
h. Menghemat ruangan di unit perawatan
i. Meniadakan pencurian dan pemborosan obat
4. Distribusi obat Kombinasi
Keuntungan :
a. Semua resep individu dikaji langsung oleh apoteker
b. Adanya kesempatan berinteraksi professional antara apoteker-dokter-
perawat-pasien
c. Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien
d. Beban IFRS jadi berkurang
Kerugian :
a. Kemungikinan keterlambatan sediaan obat sampai kepada penderita (obat
resep indisvidu)
b. Kesalahan obat dapat terjadi (obat dari persediaan ruangan)
5. Desentralisasi
Keuntungan :
a. Obat dapat segera tersedia untuk dikonsumsi pasien
b. Pengendalian obat dan akuntabilitas semakin baik
c. Apoteker dapat berkomunikasi langsung dengan dokter dan perawat
d. System distribusi obat berorientasi pasien
e. Informasi obat ari apoteker segera tersedia bagi dokter dan perawat
6. Sentralisasi
Keuntungan :
a. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberi
informasi kepada perawat berkaitan dengan obat pasien,
b. Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-
pasien,
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas persediaan,
d. Mempermudah penagihan biaya pasien
Kerugian :
a. Terjadinya delay time dalam proses penyiapan obat permintaan dan distribusi
obat ke pasien yang cukup tinggi
b. Jumlah kebutuhan personel di Instalasi Farmasi Rumah Sakit meningkat,
c. Farmasis kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient records) dengan
cepat,
d. Terjadinya kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada waktu
penyiapan komunikasi.

Menurut Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit (Binfar,


2010)

1. Resep Perorangan
Keuntangan :
a. Semua resep/order dikaji langsung oleh apoteker, yang kemudian memberikan
b. keterangan atau informasi kepada pasien secara langsung.
c. Memberikan kesempatan interaksi profesional antara apoteker,
dokter,perawat, dan pasien.
d. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat.
e. Mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi pasien.

Kelemahan/Kerugian :

a. Memerlukan waktu yang lebih lama


b. Pasien membayar obat yang kemungkinan tidak digunakan
2. Persediaan Lengkap di Ruangan
Keuntungan :
a. Pelayanan lebih cepat
b. Menghindari pengembalian perbekalan farmasi yang tidak terpakai ke IFRS.
c. Mengurangi penyalinan order perbekalan farmasi.

Kelemahan :
a. Kesalahan perbekalan farmasi sangat meningkat karena order perbekalan
farmasi tidak dikaji oleh apoteker.
b. Persediaan perbekalan farmasi di unit pelayanan meningkat, dengan fasilitas
ruangan yang sangat terbatas. Pengendalian persediaan dan mutu, kurang
diperhatikan oleh perawat.
c. Kemungkinan hilangnya perbekalan farmasi tinggi.
d. Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas penyimpanan
perbekalan farmasi yang sesuai di setiap ruangan perawatan pasien.
e. Diperlukan waktu tambahan lagi bagi perawat untuk menangani perbekalan
farmasi. Meningkatnya kerugian dan bahaya karena kerusakan perbekalan
farmasi.
3. Unit Dosis (Unite Dose Dispensing =UDD)
Keuntungan :
a. Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsinya saja.
b. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan oleh IFRS.
c. Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.
d. Menghindari duplikasi order perbekalan farmasi yang berlebihan.
e. Meningkatkan pemberdayaan petugas profesional dan non profesional yang
lebih efisien.
f. Mengurangi risiko kehilangan dan pemborosan perbekalan farmasi.
g. Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara
keseluruhan sejak dari dokter menulis resep/order sampai pasien menerima
dosis unit
h. Sistem komunikasi pengorderan dan distribusi perbekalan farmasi bertambah
baik.
i. Apoteker dapat datang ke unit perawatan/ruang pasien, untuk melakukan
konsultasi perbekalan farmasi, membantu memberikan masukan kepada tim,
sebagai upaya yang diperlukan untuk perawatan psaien yang lebih baik.
j. Peningkatan dan pengendalian dan pemantauan penggunaan perbekalan
farmasi menyeluruh.
k. Memberikan peluang yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi.
Kelemahan:
a. Meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi
b. Meningkatnya biaya operasional
4. Kombinasi
Keutungan :
a. Semua resep/order perorangan dikaji langsung oleh apoteker.
b. Adanya kesempatan berinteraksi dengan profesional antara apoteker, dokter,
perawat dan pasien/keluarga pasien.
c. Perbekalan farmasi yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien.

7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang


menyebabkan kesalahan penyerahan obat dan cara meminimalisir kesalahan
penyerahan obat
Jawab :

Menurut Jurnal Kebijakan Sistem penyimpanan LASA, Alur Layanan, dan


Formulir untuk Mencegah Dispensing Error (Pitoyo, dkk, 2016)
Kesalahan pengobatan dapat terjadi melalui 4 fase yaitu :
1. Kesalahan peresepan (prescribing error)
2. Kesalahan penerjemahan resep (transcribing error)
3. Kesalahan menyiapakn dan meracik obat (dispensing error)
4. Kesalahan penyerahan obat kepada pasien (administration error)

Penyebab paling umum munculnya dispensing error menurut Penelitian Beso seperti
yang dikutip Cheung,dkk adalah :
1. Kesibukan
2. Kurangnya tenaga karyawan
3. Terbatasnya waktu
4. Kelelahan petugas kesehatan
5. Gangguan selama dispensing
6. Obat yang mirip atau LASA (Look Alike Sound Alike)

Penyebab kesalahan dalam pemberian obat ke pasien adalah kegagalan komunikasi


antara lain berupa resep yang ambigu, tidak jelas, dan tidak lengkap, tidak bisa
dibaca, nama yang mirip.

Medication Error dapat dicegah hal ini meliputi 3 aspek yaitu :


1. Penyimpanan obat LASA meningkatkan kewaspadaan petugas dan mencegah
kekeliruan penyiapan obat.
2. Alur layanan menerapkan triple check dan menerapkan check list prosedur
3. Pencatatan (recording)

Menurut Jurnal Faktor-Faktor yang Berkaitan/Berhubungan Dengan Medication


Error dan Pengaruhnya Terhadap Patient Safety Yang Rawat Inap di RS. Pondok
Indah Jakarta (Nilasari, dkk, 2017)

Penyebab terjadinya prescribing error adalah :


1. Penulisan resep yang tidak jelas (misalnya : dosis, jumlah dan nama pasien). Hal
ini disebabkan karena pengetahuan dokter tentang ketersediaan obat-obatan tidak
terinformasi dengan baik
2. Tulisan yang buruk dan interupsi dari keluarga pasien

Penyebab transcribing error adalah :


1. Kegagalan komunikasi antara prescribing dan dispenser sehingga terjadi salah
menuli (pembuatan copy resep)
2. Salah membaca resep umumnya obat dengan kategori LASA
3. Staf farmasi tidak melakukan konfirmasi ulang terhadap tulisan yang tidak bisa
dibaca

Penyebab dispensing error adalah :


1. salah menyiapkan jumlah obat
2. salah menyiapakan obat karena bentuk obat yang mirip (LASA) dikarenakan
tempat penyimpanan yang berdekatan sehingga pada tahap penyiapan obat di
IFRS tidak sesuai dengan resep,
3. Perhitungan dosis yang tidak tepat
4. Pengembalian obat yang diretur pasien tidak sesuai dengan tempat obatnya
5. Ketidaktelitian sfta dalam mengambil obat dari rak

Penyebab administration error adalah :


1. Proses pemberian label/etiket terhadap identitas pasien dan obat yang tidak
sesuai dengan obatnya hal ini dipengaruhi oleh karakter masing-masing individu,
beban kerja, dan ketidakpahaman prosedur penyerahan obat

Untuk meminimalkan masalah medication error di Isntalasi Farmasi Rumah Sakit


Pondok Indah melakukan pencegahan dengan :
1. Melakukan skrining resep yang terdiri dari frekuensi pemakaian obat, perhitungan
dosis, interaksi obat dan duplikasi
2. Serta dengan adanya perubahan sistem e-medical record, yang mana proses
administrasi pasien mulai dari datang ke kerumah sakit sampai pasien pulang
dilakukan secara komputerisasi sehingga pekerjaan farmasi juga dipermudah
dengan dokter menuliskan resep elektronik.

Menurut Jurnal Medication Error Pada Tahap Prescribing, Transcribing,


Dispensing dan Administering (Ulfa, 2017)
Kesalahan pada tahap prescribing yaitu :
1. Resep yang tidak rasional
2. Tidak tepat dan tidak efektif
3. Kelebihan dan Kekurangan dosis
Kesalahan pada tahap transcribing yaitu :
1. Kesalahan dalam mengatikan resep
Kesalahan pada tahap dispensing yiatu :
1. Dosis yang tidak berurutan
2. Salah dosis
3. Salah perumusan dosis
4. Kesalahan obat yang diberikan kepada pasien
5. Kesalahan pada label dan ketika pasien tidak menerima informasi obat
Kesalahan pada tahap administering yaitu :
1. Perbedaan antara resep yang diterima pasien dengan apa sebenarnya yang ditulis
resep
Pencegahan medication error dapat dilakukan dengan :
1. Mendidik tenaga kesehatan tentang faktor resiko kesalahan pengobatan dan
dampaknya pada hasil terapeutik
2. Mempersiapkan system pengobatan terstruktur untuk pengaturan pasien
3. Mendidik apoteker untuk meningkatkan perannya dalam pengaturan komunitas
DAFTAR PUSTAKA

Binfar, 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan di Rumah Sakit. Direktoral


Jenderal Binakefarmasian dan alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes
Melitus. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pengelolaan Obat Publik Dan
Perbekalan Kesehatan Di Daerah Kepulauan
Karlida, Iis dan Musfirah, Ida. 2017. Suhu Penyimpanan Bahan Baku dan Produk
farmasi di Gudang Industri Farmasi. Farmaka Volume 15 Nomor 4. Fakultas farmasi
Universitas Padjajaran
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1059 Tahun 2004 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 Tahun 2004 Tentang Standar
Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit
Lucy, Noviani. 2018. Implementasi Dalam Pelayanan Kefarmasian. ISFI
Penerbitan. Jakarta
Nilasari, dkk. 2017. Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Medication Error Dan
Pengaruhnya Terhadap Patient Safety Yang Rawat Ipan Di RS. Pondok Indah Jakarta.
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945. Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar pelayana
Kefarmasian Di Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan Dan PelaporanNarkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi.
Pitoya, dkk. 2016. Kebijakan Sistem Penyimpanan Obat LASA, Alur Layanan, Dan
Formulir Untuk Mencegah Dispensing Error. Politeknik Kemeterian Kesehatan. Malang
Rusly. 2016. Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Satibi, 2014. Manajemen Obat di Rumah Sakit. Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Susanto, dkk. 2017. Evaluasi Penyimpanan Dan Pendistribusian Di Gudang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent Manado. Pharmacon-Jurnal Ilmiah UNSRAT
Volume 6 Nomor 4. Manado
Ulfa, Siti. 2017. Mediaction Error Pada Tahap Prescribing, Transcribing,
Dispensing dan Administering. Jurnal Farmaka Volume 15 Nomor 2. Fakultas Farmasi
Universitas Padjajaran. Bandung
Yuliyanti, dkk. 2017. Evaluasi Penyimpanan dan pendistribusian Obat di PT.
Unggul Jaya Cipta Usaha Manado. Pharmacon-Jurnal Ilmiah UNSRAT Volume 6 Nomor
3. Manado

Anda mungkin juga menyukai