HASIL PEMBELAJARAN
SKENARIO III
OLEH :
FAKULTAS FARMASI
2019
HASIL PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dan etiologi Diabetes Melitus
Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
keturunan
Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 adalah yang paling umum terjadi dan lebih
diabetes melitus tipe 2 ini adalah antara lain, obesitas, diet tinggi
Parveen, 2017).
2. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Diabetes Melitus
Insulin adalah hormon utama yang bertugas untuk mengatur
penyerapan glukosa dari darah kedalam sebagian sel tubuh terutama otot,
hati dan jaringan adiposa. Sel β yang terdapat didalam pulau langerhans akan
kadar glukosa darah, biasanya setelah makan. Sekitar dua pertiga sel-sel
cadangan. Jika insulin tidak ada maka glukosa dalam darah tidak dapat
masuk kedalam sel dan akibatnya kadar glukosa dalam darah meningkat,
normal, namun karena sel-sel sasaran insulin tidak mampu merespon insulin
dehidrasi, buang air kecil berulang, luka yang penyembuhannya sangat lama,
keletihan, penurunan berat badan yang drastis, disfungsi ereksi, rasa haus
yang berlebihan, merasa sangat lelah sepanjang waktu, kulit yang sangat
kering, lebih gampang mengalami infeksi, kesemutan atau mati rasa dikaki
(Kemenkes,2005.,Dipiro,2015.,Perveen,2017)
Gejala dan Tanda Ulkus Diabetikum:
Tanda dan gejala ulkus yang sering muncul yaitu nyeri, kulit terlihat pucat,
>37ºC, respon radang seperti demam dan kerusakan kulit baik akibat
Ulkus
Klasifikasi Diabetes Melitus
Diabetes melitus dapat dikategorikan secara umum sebagai berikut:
Diabetes Melitus Tipe 1
Adalah diabetes melitus yang disebabkan autoimun dan rusaknya sel
orang tua yang disebabkan oleh resistensi insulin atau sekresi insulin
2018)
Klasifikasi Ulkus Diabetikum
Wagner Meggitt’s Klasifikasi
Klasifikasi ulkus diabetikum menurut Wagner merupakan sistem
kedalaman fisik lesi dan melalui jaringan lunak kaki. Sedangkan pada
pada kaki.
Grade
Stage
Grade 0 Grade 1 Grade 2 Grade 3
Pre/post Ulkus meluas
Ulkus dalam
ulkus tanpa Ulkus hingga
A (hingga
kerusakan superfisial ketulang/send
tendon)
kulit i
B + infeksi + infeksi + Infeksi + infeksi
C + iskemia + iskemia + iskemia + iskemia
+ infeksi dan + infeksi dan + infeksi dan + infeksi dan
D
iskemia iskemia iskemia iskemia
(Kumar, 2012)
Selain itu Klasifikasi Ulkus Diabetikum juga dapat diklasifikasikan
subkutan.
Berat, lokal infeksi dengan tanda-tanda infalamsi sistemik dan suhu
dalam darah akibat dari rusaknya sel β pakreas dalam memproduksi insulin
sensasi di daerah distal kaki yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya
yang susah dikontrol pada kaki penderita Diabetes melitus. Hialngnya sensasi
karena trauma maupun tekanan sendal atau sepatu yang sempit yang dipakai
terjadinya resiko ulkus diabetikum atau ulkus kaki yang sukar disembuhkan
yang subur untuk berkembang biaknya kuman patogen yang bersifat anaerob
karena plasma darah penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol baik
dan juga memiliki kekentalan (viskositas) yang tinggi akibatnya aliran darah
Glikuidon,
(nateglinid)
Contoh Obat : Repaglinida, Nateglinida
Golongan Biguanid
Obat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja langsung pada
gastrointestinal
Dosis : 250mcg/mL (1,2 mL vial) (exenatide)
Contoh Obat : : dulaglutide, exenatide, liraglutide, lixisenatide.
Penghambat DPP 4 (Dipeptidyl Peptidase-IV)
Menghambat kerja enzim DPP4 sehingga GLP-1 tetap dalam
insulin regular
Contoh : Lispro dan aspart, onset 5-15 menit, puncak 1-2 jam,
penyuntikan insulin:
2015)
Keparahan Obat
Dicloxacillin, cephalexin, clindamycin,
Ringan
Rawat Jalan or amoxicillin/clavulanate
Diobati dengan obat oral Clindamycin, doxycycline, minocycline,
trimethoprim/sulfamethoxazole, or
linezolid
Vancomycin + ampicillin/sulbactam,
Sedang moxifloxacin,
Dibutuhkan rawat inap
Dapat diobati pada cefoxitin, or cefotetan
kamar mandi
Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan
hipoglikemia (Gupta,dkk,2017)
Adapun beberapa herbal yang dapat berinteraksi dengan obat antidiabetes
ginjal
Sesame oil – glibenclamid = peningkatan efek anti hiperglikemia dalam
kombinasi
Pepaya – Metformin = dapat meningkatkan efek sinergis dari metformin
Kelor – Metformin = menyebabkan terjadinya hipoglikemia
Kunyit – Pioglitazone = dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia
(Gupta, 2017)
bahwa terjadi peningkatan nilai kadar GDS. Pada nilai rujukan GDS berada
pada angka <200 mg/dL sementara dari hasil pemeriksaan di peroleh hasil
GDS yaitu 210. GDS atau Gula Darah Sewaktu yaitu pemeriksaan glukosa
darah yang dapat diambil kapan saja termasuk dua jam setelah makan.
darah setelah pasien berpuasa makan selama 8 jam diperoleh hasil 264
mg/dL dimana hasil ini menunjukan terjadinya peningkatan kadar GDP pada
pasien. Nilai rujukan dari GDP yaitu ≤ 126 mg/dL. Peningkatan kadar GDS
dan GDP pada pasien ini menandakan terjadinya hiperglikemik. Untuk HbA1C
memonitoring atau membantu melihat hasil terapi. Pada nilai HbA1C terjadi
peningkitan yang signifikan dari nilai rujukan yaitu 10,2% (nilai rujukan <5).
eritema,hepatitis
Penggunaan insulin kerja panjang yaitu detemir atau insulin glargine dosis
awal 10 unit/mL.
Untuk terapi ulkus diabetikumnya karena ulkus yang diderita pasien
dan rencana perubahan terapi, HbA1c diperiksa setiap 3 bulan, atau tiap
obat.
Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan kepada pasien yaitu edukasi terkait dengan
penyakit diabetes yang disertai dengan ulkus diabetes yang dialami oleh
pasien, mulai dari cara penggunan obat yang tepat, menjaga pola hidup
yang sehat, serta edukasi untuk perawatan kaki yang terserang ulkus
diabetes. Selain itu pasien juga dapat diedukasi cara penggunaan dan
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association, 2018. Standards of Medical Care in Diabetes
Volume 41, Suplement
Bergman, Scott and Punit J.Shah, 2016. Diabetic Foot Infections. ACSAP Book 3.
Infection Primary Care
Gupta C, Ramesh, Dkk. 2017. Interaction Between Antidiabetic Drugs and Herbs :
an overview of mechanisms of action and clinical imlication
Hikayati, dkk. 2016. Hubungan Antara Kadar Glukosa Darah Dengan Derajat Ulkus
kaki Diabetik. Universitas Sriwijaya
REFRESHING
Diabetes merupakan suatu sindrom metabolit yang terjadi yang diakibatkan
oleh sel pangkreas tidak mampu atau tdk mempunyai kemampuan atau bahkan
pangkreas. Diabetes tipe 1 secara spesifik dpt disebbkan oleh system imun atau
karena kurang sensitifnya insulin. Untuk DM tipe II memiliki tingkat kejadian yang
lebih tinggi yaitu 80% kejadian dibandingkan dengan DM tipe I. Kejadian diabetes
milititus ini selain disebabkan oleh factor keturunan terdapat salah satu factor yang
sangat besar dampaknya yaitu gaya hidup yang kurang sehat. Pemeriksaan
GDS, GDP dan HbA1C (untuk rujukan atau menentukan diagnose) ataupun untuk
memonitoring terapi dari obat diabetes. GDS (gula darah sewaktu) nilai normalnya di
bawah 200 mg/dL, GDP (gula darah puasa) nilai normalnya yaitu dibawah 126
mg/dL dan HbA1C merupakan parameter yang dapat dilakukan untuk mengetahui
apakah pasein mengalami DM dan jika pasien DM yang mengkonsumsi obat dapat
obat, sementara untuk gestasional diabetik merupakan diabetes yang terjadi pada
ibu hamil yang terjadi pada trimester ke dua atau trimester ke tiga. Faktor resiko
untuk diabetes yaitu kurangnya aktifitas, obesitas, hipertensi, diet yang salah,
Terapi untuk gestasional dapat diberikan dua jenis obat yaitu insulin dan
metformin, kemudian untuk terapi diabetes tipe 1 atau tipe II yaitu golongan biguanid
(metformin) yang merupakan lini pertama pengobatan diabetes. Obat ini dapat
dan GDP dapat diberikan dual terapi yaitu metformin dapat dikombinasi dengan
sulfonylurea, DPP 4, megitlinid dan lain-lain. Semua obat anti diabetes baik oral
hati dan pengaturan dosis harus ketat. Dalam masa terapi yang perlu diperhatikan
yaitu nilai GDS, GDP dan HbA1C (dilihat setelah 3 bulan terapi awal), kemudian
dapat ditentukan pasien cocok dengan terapi yang diberikan atau tidak. Jika niali
GDS, GDP dan HbA1C fluktutif maka dapat dilakukan pergantian obat namun
dengan resiko pasien tidak cocok dengan terapi tersebut atau dapat menambahakn
terapi untuk mengatasi masalah tersebut. Obat yang dapat menanggani nilai GDS
yaitu metformin, sementara obat yang dapat menanggani nilai GDP yaitu
sulfonylurea atau dapat menggunakan insulin basal (kerja panjang). Jika nilai GDS
bermasalah makan dapat di pantau atau dimonitoring obat pada saat setelah makan,
namun jika nilai GDP yang bermasalah makan yang dapat dipantau atau
dimonitoring obat jangka panjang. Terapi diabetes tidak dapat berdiri sendiri, dimana
tidak hanya di berikan obat sintetik tetapi harus dapat mengatur pola makan atau
gaya hidup.
harus dapat meberitahukan kepada pasien jika pasien mengkonsumi obat diabetes
hal yang harus diperhatikan oleh pasien ketika memonitoring glukosa darah yaitu
berdasarkan nilai GDS dan GDP. Dimana nilai GDS dapat diketahui dua jam setelah
makan dan nilai GDP dapat diketahui setelah bangun pagi agar pasien dapat