Anda di halaman 1dari 10

PENYIMPANAN

Penyimpanan obat adalah salah satu cara pemeliharaan perbekalan farmasi sehingga
aman dari pencurian dan gangguan fisik yang dapat merusak kualitas obat (Bangun dkk., 2020).
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai seduai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang
dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanisitas, cahaya, kelembaban, ventilasi,
dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis siap pakai (Permenkes
No 72, 2016). Selain standar penyimpanan obat terdapat pula indicator keberhasilan
penyimpanan. Beberapa indicator keberhasilan penyimpanan diantaranya, persentase obat
kadaluarsa dan rusak sebesar 0,25% (Bangun dkk., 2020).
Menurut Wirda dkk., 2020 Aspek umum yang perlu diperhatikan :
1. Tersedia rak/lemari dalam jumlah cukup untuk memuat sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP
2. Jarak antara barang yang diletakkan di posisi tertinggi dengan langit-langit minimal
50 cm
3. Langit-langit tidak berpori dan tidak bocor
4. Ruangan harus bebas dari serangga dan binatang pengganggu
5. Tersedia system pendingin yang dapat menjaga suhu dibawah 25oC
6. Lokasi bebas banjir
7. Tersedia lemari pendingin untuk pemyimpanan obat tertentu
8. Tersedia alat pemantau suhu ruang dan lemari pendingin
9. Pengeluaran obat menggunakan system First In First Out (FIFO), First Expired First
Out (FEFO)
10. System penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas
terapi sediaan farmasi serta disusun secara alfabetis
11. Kerapihan dan keberhasilan ruang penyimpanan
12. Sediaan farmasi harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal ini
pengecualian atau darirat dimana isi dipindahkan pada waktu lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nma sediaan farmasi, nomor batch dan
tanggal kedaluarsa (3-6 bulan ) sebelum tanggal kadaluarsa disimpan terpisah dan
diberikan penandaan khusus
13. Sediaan farmasi harus disimpan dalam kondisi yang menjaga stabilitas bahan aktif
hingga digunakan oleh pasien. Informasi terkait dengan suhu penyimpanan dapat
dilihat pada keemasan sediaan farmasi
14. Untuk menjafa kualitas, vaksin harus disimpan pada tempat dengan kendali suhu
tertentu dan hanya diperutukkan khusus menyimpan vaksin saja
15. Penanganan jika listrik padam. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan
pengamanan terhadap sediaan farmasi dengan memindahkan sediaan farmasi tersebut
ke tempat yang terpenuhi persyaratan. Sedapat mungkin, tempat penyimpanan
sediaan farmasi termasuk dalm prioritas yang mendapatka listrik cadangan
16. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan sediaan farmasi
17. Tempat penyimpanan obat (ruangan dan lemari pendingin) harus selalu dipantau
suhunya menggunakan thermometer yang terkalibrasi. Thermometer yang digunakan
untuk mengukur suhu lemari penyimpanan dapat berupa thermometer eksternal dan
internal
Menurut PERMENKES RI NO 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Rumah Sakit, Komponen yang harus diperhatikan antara lain
1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label yang
secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa
dan peringatan khusus.
2. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan
klinis yang penting
3. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi dengan
pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa oleh
pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi
5. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan
terpisah yaitu:
1. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus
bahan berbahaya
2. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis
kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis
di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
penampilan dan penamaan yang mirip LASA (Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan Obat. Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi
untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari
penyalahgunaan dan pencurian. (Permenkes No 72, 2016)
Pengelolaan obat emergensi harus menjamin :
1. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah ditetapkan
2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain;
3. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti
4. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan
5. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
Menurut Sheina dkk., 2010 System penyimpanan obat di gudang instalasi farmasi
menggunakan gabungan antara metode FIFO dan metode FEFO. Metode FIFO (First In First
Out), yaitu obat-obatan yang baru masuk diletakkan di belakang obat yang terdahulu, sedangkan
metode FEFO (First Expired First Out) dengan cara menempatkan obat-obatan yang
mempunyai ED (Expired Date) lebih lama diletakkan dibelakang obat-obatan yang mempunyai
ED lebih pendek. Proses penyimpanan memprioritaskan metode FEFO, baru kemudian
dilakukan metode FIFO. Bbarang yyang ED-ny paling dekat diletakan di depan walaupun barang
tersebut datangnya belakangan. System penyimpanan dikelompokkan berdasarkan jenis dan
macam sediaan yaitu :

1. Bentuk sediaan obat (tablet, kapsul, syrup, drop, salep/krim, injeksi dan infus)
2. Bahan baku
3. Nutrisi
4. Alat-alat kesehatan
5. Gas medic
6. Bahan mudah terbakar
7. Bahan berbahaya
8. Reagensia
9. Film rontgen
Menurut PERMENKES RI NO 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Rumah Sakit. Rumah Sakit harus mempunyai ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, serta
harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi,
pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas, terdiri dari:
Kondisi umum untuk ruang penyimpanan:
1. Obat jadi
2. Obat produksi
3. Bahan baku Obat
4. Alat Kesehatan
Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:
1. Obat termolabil
2. Bahan laboratorium dan reagensia
3. Sediaan Farmasi yang mudah terbakar
4. Obat/bahan Obat berbahaya (narkotik/psikotropik)
Obat high alert (obat dengan kewaspadaan tinggi) berupa elektrolit konsentrasi tinggi dan
obat risiko tinggi harus disimpan dengan terpisah dan penandaan yang jelas untuk menghindari
kesalahan pengambilan dan penggunaan. Penyimpanan dilakukan terpisah, mudah dijangkau dan
tidak harus terkunci. Disarankan pemberian label high alert diberikan untuk menghindari
kesalahan (Wirda dkk., 2020)
Contoh lemari penyimpanan obat high alert

Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi label khusus sehingga
petugas dapat lebih mewasapadai adanya obat LASA/NORUM. Dibawah ini beberapa contoh
obat LASA berdasarkan bentuk sediaan, kekuatan dan kandungan zat aktif:

Contoh obat LASA


Contoh obat LASA dengan kekuatan bentuk sediaan berbeda

Contoh obat LASA dengan kekuatan bentuk sediaan berbeda

Contoh obat LASA dengan kandungan zat aktif berbeda

Contoh obat LASA disimpan tidak berdekatan dan diberi label “LASA”

Contoh label LASA


Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi harus mampu menjaga
keamanan, khasiat dan mutu serta dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi. Apotek harus memiliki tempat penyimpanan
Narkotika atau Psikotropika berupa lemari khusus dan berada dalam penguasaan Apoteker.
Lemari khusus penyimpanan Narkotika dan Psikotropika harus mempunyai 2 (dua) buah kunci
yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai
lain yang dikuasakan. Apabila Apoteker berhalangan hadir dapat menguasakan kunci kepada
pegawai lain. Apotek harus menyimpan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi di tempat
penyimpanan obat yang aman berdasarkan analisis risiko

Contoh lemari penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi

Penyimpanan khusus untuk bahan yang berbahaya, simpan ditempat terpisah dengan
ventilasi baik, tersedia APAR / pemadam api dan diberi label sesuai dengan klasifikasi B3
(Kemenkes, 2019) Contoh:

dengan penandaan yang menujukkan sifat bahan tersebut seperti terlihat pada gambar dibawah :
Menurut pedoman CDOB Tahun 2012, prosedur penyimpanan produk rantai dingin vaksin
harus dipastikan disimpan dalam ruangan dengan suhu terjaga, cold room/chiller (2 oC sampai
dengan 8 oC), freezer room /freezer (-25°C sampai dengan -15°C)(6) . Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi, Vaksin polio
disimpan pada suhu -15°C sampai dengan -25°C pada freezer. Sedangkan vaksin lainnya
disimpan pada suhu 2°C sampai dengan 8°C pada cold room atau lemari es
Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu 2°C sampai dengan 8°C atau pada suhu ruang
terhindar dari sinar matahari langsung. Sehari sebelum digunakan, pelarut disimpan pada suhu
2°C sampai dengan 8°C
Penyimpanan Vaksin menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 adalah :
1. Kamar dingin dan kamar beku
a. Kamar dingin (cold room) adalah sebuah tempat penyimpanan vaksin yang
mempunyai kapasitas (volume) mulai 5.000 liter (5 m3) sampai dengan 100.000
liter (100 m3). Suhu bagian dalamnya mempunyai kisaran antara 2°C sampai
dengan 8°C. Kamar dingin ini berfungsi untuk menyimpan vaksin BCG, campak,
DPT, TT, DT, hepatitis B dan DPT-HB.
b. Kamar beku (freeze room) adalah sebuah tempat penyimpanan vaksin yang
mempunyai kapasitas (volume) mulai 5.000 liter (5 M 3) sampai dengan 100.000
liter (100 M3), suhu bagian dalamnya mempunyai kisaran antara -15°C sampai
dengan -25°C. Kamar beku utamanya berfungsi untuk menyimpan vaksin polio..
2. Lemari es dan freezer
a. Lemari es adalah tempat menyimpan vaksin BCG, Td, TT, DT, hepatitis B, Campak
dan DPT-HB-Hib, pada suhu yang ditentukan yaitu 2°C sampai dengan 8°C dapat
juga difungsikan untuk membuat kotak dingin cair (cool pack)

Gambar Lemari Es
b. Freezer adalah untuk menyimpan vaksin polio pada suhu yang ditentukan antara -
15°C sampai dengan -25°C atau membuat kotak es beku (cold pack)

Gambar Freezer
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, J., Asti, P., dan Sa’adah, S., 2020, Evaluasi Penyimpanan Obat Di Instalasi Farmasi,
Jurnal Farmatra, Vol 3(1).
Kemenkes, 2019, Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Kemenkes
RI: Jakarta.
Permenkes, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Jakarta.
Sheina, B, dan Umam., 2010, Penyimpanan Obat Di Gudang Instalasi Farmasi RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Uni I, KESMAS, Vol 4(1), ISSN : 1978-0575
Wirda, A., Wisang, S.G., Ginanjar, P.N., Sitti, M., dan Syahrir, 2020, Pedoman Pelayanan
Kefarmasian, UII MMIM : Malang.

Anda mungkin juga menyukai