Anda di halaman 1dari 12

BAB I

DEFINISI

A. Pengertian
1. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
2. Perbekalan Farmasi (obat, sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, dan alat
kesehatan), sesuai dengan Undang- undang Republik Indonesia no. 36 tentang
Kesehatan, adalah :
- Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
- Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
- Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika
- Alat kesehatan adalah bahan, instrumen, apparatus, mesin, implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta
memulihkan kesehatan pada manusia, dan atau untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
- Bahan medis habis pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai.

B. Kebijakan
1. Penerimaan dan penyimpanan obat diatur untuk menjaga kualitas sediaan dilakukan
sesuai dengan panduan yang berlaku di rumah sakit.
2. Penyimpanan obat dilakukan dengan menggunakan sistem kelas terapi (farmakologi),
alfabetis, sebagian sesuai bentuk sediaan, dengan memperhatikan FEFO dan FIFO dan
sesuai Panduan obat high alert (High alert medication/ HAM )
3. Penyimpanan dilakukan sesuai dengan suhu yang tertera pada kemasan untuk menjaga
kondisi stabilitas produk dan dilakukan monitoring suhu secara berkala
4. Inspeksi dilakukan secara berkala terhadap tempat penyimpanan obat di unit- unit
penyimpanan obat di rumah sakit untuk memastikan obat disimpan secara benar

Panduan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP RSIFC 1


BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penyimpanan obat di rumah sakit meliputi penyimpanan perbekalan farmasi,
obat emergency, obat high alert, obat program pemerintah, obat nutrisi parenteral. Area
penyimpanan baik di instalasi farmasi, maupun di unit yang menyimpan obat untuk pasien (unit
rawat pasien).
1. Area penyimpanan meliputi :
a. Instalasi Farmasi :
o Farmasi Umum : Gudang Farmasi dan Ruang racik
o Depo Farmasi Rawat Jalan
o Depo Farmasi IGD
b. Ruang Pelayanan Pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan.
2. Perbekalan farmasi yang disimpan di area rumah sakit tersebut meliputi obat, alat kesehatan,
cairan dan nutrisi parenteral. Nutri parenteral disimpan sesuai dengan aturan penyimpanan
suhu yang tertera dalam kemasannya. Rumah sakit tidak menyimpan obat radioaktif dan
sejenisnya. Rumah sakit juga tidak menyimpan obat sampel. Obat yang diadakan rumah sakit
melalui pengadaan rutin dari PBF (distributor), hibah atau droping dari pemerintah terkait
obat program pemerintah pada kasus khusus.
3. Perbekalan farmasi tersebut disimpan sesuai dengan aturan (suhu) yang tercantum dalam
kemasan, disimpan dalam tempat khusus, diberi nama sesuai sediaan, dimonitor ED nya
secara periodik.
4. Obat emergency tersedia di tiap ruang rawat inap dalam troli dalam tempat khusus dan diberi
kunci segel dengan nomor seri tertentu. Obat emergency diinspeksi secara berkala dan
terdokumentasi.
5. Perbekalan farmasi disimpan dengan menggunakan metode tertentu, dikelompokkan sesuai
dengan bentuk sediaan, stabilitas obat, farmakoterapi, diurutkan sesuai dengan alfabetis,
kemudian diletakkan berdasarkan FIFO (First In First Out) dan FEFO (First expired First
Out) atau kombinasi dari keduanya. Sistem penyimpanan perbekalan farmasi yang diterapkan
mempertimbangkan :
 Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
 Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
 Mudah tidaknya meledak/terbakar
 FIFO / FEFO
 Kelas terapi / farmakologi

Panduan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP RSIFC 2


Pelabelan obat di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap secara umum dikategorikan menjadi :
a. Pelabelan Obat Dalam Kemasan Utuh
Obat- obat dalam kemasan utuh di rumah sakit merupakan obat yang datang dari distributor atau
pedagang besar farmasi (PBF). Obat ini umumnya ada dalam kemasan asli dari pabriknya (dus).
b. Pelabelan pada Obat Pasien Rawat Jalan
Pelabelan obat pada pasien rawat jalan dilakukan dengan menggunakan etiket yang dicetak
menggunakan komputer, mirip dengan pelabelan pada obat untuk pasien rawat jalan. Etiket
akan dilekatkan pada wadah plastik obat.
c. Pelabelan pada Obat Pasien Rawat Inap
Pelabelan obat pada pasien rawat jalan dilakukan dengan menggunakan etiket yang dicetak
menggunakan komputer, mirip dengan pelabelan pada obat untuk pasien rawat jalan. Etiket
akan dilekatkan pada wadah plastik obat. Perbedaan hanya pada aturan pakai, karena pada
pasien rawat inap menggunakan metode distribusi UDD (unit dose dispensing), maka tidak
diperlukan aturan pakai, kecuali pada obat dengan penggunaan khusus, ditempelkan pada tiap
item obat.
d. Pelabelan pada Obat dengan Kategori High Alert
Obat kelompok ini pelabelan mulai dilakukan dari gudang, khususnya untuk obat high alert
high concentrate.
e. Pelabelan pada obat bahan kimia
Bahan kimia yang ada di instalasi farmasi digunakan untuk repacking misal pada serbuk
CaCO3. Label berisi informasi nama bahan obat, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal
kadaluarsa dan peringatan khusus.
f. Pelabelan pada B3 tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus.

Area pelabelan obat disesuaikan dengan adanya obat tersebut di suatu unit atau ruangan.
Pelabelan dilakukan di semua area tempat penyimpanan obat sesuai dengan kriteria yang sudah
ditetapkan, mulai dari gudang farmasi, depo farmasi depo IGD dan ruang rawat inap pasien.

Selain kegiatan tersebut, untuk mengevaluasi kegiatan penyimpanan dilakukan monitoring


berupa inspeksi yang dilakukan setiap waktu tertentu.
Inspeksi dilakukan terhadap kegiatan penyimpanan meliputi :
1. Penyimpanan obat baik suhu dingin maupun suhu kamar
2. Kelengkapan terhadap alat pengukur suhu
3. Kelengkapan form dan pengisiannya
4. Monitoring ED

Panduan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP RSIFC 3


5. Penyimpanan obat high alert
6. Pelabelan wadah obat pasien yang disimpan di ruang rawat
inap
BAB III
TATA LAKSANA

A. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan alat kesehatan di rumah sakit dilakukan dengan mempertimbangkan :
- Pengaturan tata ruang :
o Kemudahan bergerak
o Sirkulasi udara yang baik
- Rak dan pallet : semua sediaan tidak boleh diletakkan langsung di atas lantai, harus melalui
pallet atau diletakkan di atas meja.
- Kondisi penyimpanan khusus : misal terkait suhu penyimpanan, obat terkontrol (narkotika dan
psikotropika, dan lain- lain)
- Pencegahan kebakaran : APAR disiapkan di area penyimpanan gudang dan ruang peracikan di
instalasi farmasi
Penyimpan obat dan perbekalan farmasi lain di rumah sakit meliputi :
a. Obat disimpan dalam kondisi sesuai kriteria suhu untuk
tiap produk, sesuai dengan aturan penyimpanan yang tertera pada tiap kemasan produk. Obat
disimpan dalam suhu tertentu bertujuan untuk memepertahankan kualitas produk.
Penyimpanan dengan memperhatikan suhu dilakukan sesuai dengan kaidah aturan yang
berlaku.
Sebagian besar obat disimpan pada suhu kamar terkendai (15- 30C). Obat kelompok
ini cukup disimpan dalam ruang ber AC dengan suhu sejuk disimpan dalam rak atau almari
dan ditata berdasarkan bentuk sediaan atau terapi. Obat yang tidak stabil pada suhu kamar
seperti insulin, suppositoria tertentu, vaksin, obat vaginal, dan ATS, disimpan dalam lemari
pendingin dengan suhu dingin (2-8C). Ruang penyimpanan terbagi menjadi beberapa
kategori yaitu :
Sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi IV, tahun 1995:
 Suhu kamar terkendali, adalah suhu antara 15 – 30ºC
 Dingin : adalah suhu tidak lebih dari 8º C. Lemari pendingin mempunyai suhu 2-8 º C,
sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -20º dan -10º C
 Sejuk : adalah suhu antara 8º C dan 15º C. Kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus
disimpan pada suhu sejuk dapat disimpan di dalam lemari pendingin.

Panduan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP RSIFC 4


 Suhu kamar : adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang diatur
antara 15º C dan 30º C
 Hangat : adalah suhu antara 30 – 40º C
 Panas berlebih : adalah suhu di atas 40º C
Penyimpanan obat dengan mempertimbangkan suhu dilakukan untuk tiap kriteria
suhu, misal di lemari pendingin (kulkas) suhu dikondisikan seseuai suhu dingin (2-8 º C),
selanjutnya ada beberapa obat yang pada kemasan produk mencantumkan penyimpanan suhu
sejuk, maka di instalasi farmasi disiapkan kulkas dengan suhu antara 8º C dan 15º C. Obat
yang dapat disimpan dalam suhu ruang terkendali, dilakukan dengan mengkondisikan
ruangan sesuai dengan suhu 15 – 30ºC.
Tiap penyimpanan dengan suhu tersebut, dimonitor dengan termometer suhu ruang
dan dilengkapi dengan form monitoring suhu yang diisi tiap periodik dan diletakkan dekat
dengan termometer tersebut.
b. Bahan obat terkontrol (controlled substances) yang
tersedia di rumah sakit meliputi sediaan obat narkotika dan psikotropika.
c. Obat- obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk
mempersiapkan obat diberi label secara akurat menyebutkan isi, tanggal kadaluarsa dan
peringatan
d. Elektrolit pekat (high alert high concentrate) disimpan
di instalasi farmasi dan ruang ICU. Penyimpanan dilakukan dalam wadah diberi batas warna
merah. Tiap item obat konsentrasi tinggi diberi label high alert (warna merah).
e. Tempat penyimpanan obat di semua unit di rumah sakit
diinspeksi secara berkala dengan menggunakan form inspeksi. Kegiatan inspeksi terjadwal,
dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai jadwal. Kegiatan inspeksi meliputi :
 Penyimpanan obat pada suhu dingin
 Kelengkapan termometer kulkas dan ruang
 Kelengkapan form pengisian
 Ketersediaan obat emergency pada troli
 Monitoring ED obat
 Penyimpanan high alert (lasa alert dan high concnetrate)
 Pelabelan obat

Pelaksanaan penyimpanan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang dapat


dilakukan di rumah sakit dengan pertimbangan kemudahan dalam bekerja.
a. Berdasarkan Bentuk Sediaan

Panduan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP RSIFC 5


Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan dilakukan untuk beberapa obat (tablet,
kaplet, kapsul, suppositoria), semi padat (cream, salep, gel dan pasta), sediaan cair (injeksi,
infus, sirup, suspensi, lotion).

b. Berdasarkan Kelas Terapi


Sediaan obat yang digolongkan berdasarkan kelas terapi obat dilakukan untuk obat
oral dan dilakukan di gudang farmasi, depo farmasi IGD, depo farmasi rawat jalan dan
ruang racik farmasi umum, diantaranya dibagi sebagai berikut :
- Antidiabetik oral - Vitamin & Suplemen
- Obat Saluran Pencernaan - Analgetika
- Cardiovaskuler & yang terkait - Obat saraf
- Antibiotika - Obat saluran Napas

Untuk masing-masing kelas terapi diberi label dengan warna yang berbeda pada raknya.
c. Berdasarkan Golongan
Obat keras tertentu (OKT) yaitu psikotropika, narkotika dan obat-obat tertentu,
dikelompokkan dan disimpan dalam almari khusus. Khusus untuk obat narkotika disimpan
dalam lemari ganda dengan pintu dan kunci ganda yang selalu terkunci, kunci dilakukan
serah terima tiap shift dan disimpan oleh salah 2 orang staf farmasi. Pada tiap
penyimpanan ada kartu stok tersendiri untuk mencatat keluar masuknya obat sehingga
memudahkan dalam pelaporan penggunaannya.
Kondisi penyimpanan khusus :
 Narkotika dan psikotropika dibagi dalam 2 tempat, 1 lemari ada di gudang farmasi untuk
stock, dan 1 lemari ada di area dispensing untuk kegiatan pelayanan harian. Kedua lemari
untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika merupakan lemari dengan dua pintu dan
dua kunci.
 Prekursor disimpan dalam lemari tersendiri dan tidak dicampur dengan obat selain
prekursor. Terletak di gudang farmasi dan area dispensing.
 Alkohol 70% dan 96%, H2O2 50% disimpan terpisah dalam tempat tersendiri
 Bahan baku obat (rivanol, CaCO3, asam salisilat, dan lain- lain) diberi label dan
disimpan dalam tempat tersendiri
d. Berdasarkan Alfabetis
1) Pengertian
Penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan abjad
2) Tujuan
- Memudahkan pencarian

Panduan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP RSIFC 6


- Mengurangi kesalahan pengambilan obat
- Memudahkan proses pengawasan

3) Kegiatan
Setiap sediaan disusun secara alfabetis dengan tujuan agar mempermudah dan
memperlancar proses pelayanan obat. Alfabetis penyimpanan berdasarkan huruf depan
dari nama obat disusun di rak dari huruf A sampai Z.
e. Berdasarkan Alat kesehatan,
bahan medis habis pakai, dan cairan
Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disimpan pada rak etalase, penyimpanan
sediaan infus tidak boleh kontak langsung dengan lantai dan tidak boleh terkena sinar
matahari langsung.
f. Berdasarkan FIFO dan FEFO
Sistem penyimpanan secara umum menggunakan sistem FIFO (First In First out)
yaitu barang yang datang lebih dahulu akan dikeluarkan terlebih dahulu. Selain itu juga
menggunakan sistem FEFO (First ED First Out) untuk barang dengan Expire Date
(kadaluarsa) lebih dekat harus dikeluarkan lebih dahulu walaupun barang tersebut
datangnya lebih akhir. Kondisi ini dipersyaratkan untuk semua produk yang bertujuan
untuk menjaga kualitas produk untuk pasien dan menghindari kerusakan produk selama
penyimpanan sehingga kerugian akibat kerusakan obat dapat dihindari.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah penempatan barang tidak boleh diletakkan
langsung di atas lantai, namun harus di rak dan pallet.
Inspeksi kegiatan penyimpanan dilakukan terhadap semua tempat bagian instalasi
farmasi, meliputi farmasi umum, gudang farmasi, depo farmasi rawat jalan dan depo farmasi
igd. Inspeksi juga dilakukan terhadap kegiatan penyimpanan di ruang di rumah sakit yang
terdapat kegiatan penyimpanan obat dan alat kesehatan. Inspeksi dilakukan tiap minggu untuk
monitoring suhu penyimpanan, ketersediaan obat dan kondisi obat. Sedangkan inspeksi untuk
batas kadaluarsa obat dilakukan tiap 1 bulan sekali.

B. Pelabelan
Pelabelan obat dilakukan mulai dari obat datang dari distributor. Obat diterima oleh
petugas gudang farmasi, selanjutnya obat akan ditempatkan sesuai dengan tempat dan
kategornya di gudang farmasi. Pada penempatan ini tiap obat diberi label pada wadah
penyimpanannya.

Panduan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP RSIFC 7


a. Obat dengan kemasan utuh di rumah sakit disimpan dalam suatu wadah dengan diberi label
nama obat tersebut. Tiap wadah berisi 1 (satu) obat, sehingga tiap wadah nama sesuai
dengan obatnya.
b. Pelabelan obat pada pasien rawat jalan dilakukan dengan menggunakan etiket yang dicetak
menggunakan komputer. Pelabelan ini meliputi informasi tentang :
o Nama pasien
o No. RM pasien
o Tanggal obat diberikan
o Nama obat, dosis dan bentuk sediaan
o Aturan pakai sesuai resep dokter
o Waktu (bila diperlukan)
c. Pelabelan obat pada pasien rawat jalan dilakukan dengan menggunakan etiket yang dicetak
menggunakan komputer.
Pelabelan ini meliputi informasi tentang :
o Nama pasien
o No. RM pasien
o Tanggal obat diberikan
o Ruang rawat inap
o Nama obat, dosis dan bentuk sediaan
o Jumlah obat (untuk obat injeksi)
o Jam minum obat
d. Pelabelan obat high alert
Obat high alert ditempatkan dalam tempat yang telah diberi garis batas area merah.
Obat dengan kategori LASA ditempatkan dalam wadah yang berisi nama obat dan diberi
stiker LASA.
Obat yang masuk kategori Untuk obat high alert high concentrate, setelah obat
diterima dari distributor, obat akan langsung diberi label stiker high alert pada tiap item
obat (tiap satuan terkecilnya). Selanjutnya obat akan didistibusikan ke ruang dispensing
atau ke ICU dan ditempatkan dalam tempat khusus.
Obat pasien rawat inap selanjutnya akan ditempatkan di masing- masing tempat obat
sesuai dengan nama pasien di ruang rawat inap. Pada tiap wadah obat tersebut dilakukan
pelabelan oleh perawat ruangan dengan menggunakan label identitas yang tercetak dari
bagian RM.
e. Pelabelan pada obat bahan kimia

Panduan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP RSIFC 8


Obat yang dibutuhkan pasien di rumah sakit terkadang tidak ada bentuk
sediaannya sesuai seperti yang diminta oleh dokter. Misal kapsul CaCO3. Sediaan yang
tersedia di pasaran adalah dalam bentuk serbuk, sehingga instalasi farmasi perlu untuk
melakukan repacking untuk dapat menghasilkan kapsul. Pada prosesnya, serbuk CaCO3
yang datang dari distributor dicek keasliannya dengan (sertifikat analisis), selanjutnya
disimpan dan pada penyimpanan diberi label nama bahan. Proses lanjut, bahan terebut akan
ditimbang sejumlah tertentu dan disimpan untuk dibuat kapsul. Pelabelan yang dilakukan
meliputi :
 Nama bahan kimia
 Tanggal pertama kemasan dibuka
 Tanggal kadaluarsa
 Peringatan khusus
f. Pelabelan pada B3
Pelabelan B3 dilakukan terhadap beberapa B3 yang ada di instalasi farmasi seperti
H2O2 50%, Formalin cair dan Alkohol. Pelabelan meliputi nama bahan, konsentrasi, dan
jenis kebahayaan (dalam bentuk simbol).

Panduan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP RSIFC 9


BAB IV
DOKUMENTASI

Pencatatan penyimpanan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor


transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan instalasi farmasi. Adanya
pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang
sub standar dan harus ditarik dari peredaran.
Kegiatan penyimpanan obat di rumah sakit didukung dengan menggunakan modul
inventory dalam SIM rumah sakit. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan bentuk digital
(Komputerisasi) maupun manual (Kartu Stok).
Inspeksi terhadap kegiatan penyimpanan dilakukan menggunakan form inspeksi yang
dilakukan sesuai jadwal yang telah dibuat.
Untuk obat-obat khusus seperti Narkotika, Psikotropika dibuat laporan setiap bulannya
dengan menggunakan SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) secara online.

Pelabelan dimonitor dan dievaluasi secara rutin. Pencatatan atau dokumentasi dilakukan
dari awal obat masuk ke gudang farmasi. Pencatatan menggunakan kartu stock, menggunakan label
khusus. Pelaporan kegiatan dilakukan insidental bila terjadi suatu insiden khusus.

Cilacap, 02 Rabi’ul Tsani 1441 H


29 November 2019 M

Direktur Utama,

(dr. H. Nono Rasino, Sp. OG., (K.) Fer.)

Panduan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP RSIFC 10


DAFTAR PUSTAKA

1. PERMENKES Nomer 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah


Sakit
2. PERMENKES Nomer 34 tahun 2016 tentang tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit
3. PERMENKES Nomer 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
4. Undang- Undang no. 36 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Undang-Undang Nomer 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
6. Undang- Undang no. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
7. PERMENKES Nomer 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit
8. PERMENKES Nomer 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit
9. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan, tahun 2004
10. Farmakope Indonesia edisi IV, tahun 1995

Panduan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP RSIFC 11


Panduan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP RSIFC 12

Anda mungkin juga menyukai