Anda di halaman 1dari 7

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AS-

SYIFA
Nomor : /RSAS/A/SK/XI/2018
Tanggal : 01 November 2018
Tentang : PENYIMPANAN OBAT RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT AS-SYIFA

Jl. Gerak Alam RT. 13 Kelurahan Kota Medan


Kecamatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan
Telp. (0739) 21888 Email : rs.assyifa.manna@gmail.com

PANDUAN PENYIMPANAN OBAT RUMAH SAKIT

TAHUN 2018
BAB I
DEFINISI

A. LATAR BELAKANG

Pengelolaan obat di rumah sakit sangat penting karena ketidakefisienan akan memberikan dampak
negatif terhadap rumah sakit, baik secara medis maupun ekonomis (Anonim, 1994). Pengelolaan obat tidak
hanya mencakup aspek logistik saja, tetapi juga mencakup aspek informasi obat, supervisi dan pengendalian
menuju penggunaan obat yang rasional (Justicia, 2009).
Dalam pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit tahapan yang penting adalah proses
penyimpanan. Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang
telah ditetapkan disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan. Tujuan dari manajemen penyimpanan obat adalah untuk melindungi obat-obat yang
disimpan dari kehilangan, kerusakan, kecurian, terbuang sia-sia, dan untuk mengatur aliran barang dari
tempat penyimpanan ke pengguna melalui suatu sistem yang terjangkau (Anonim, 2006).
Definisi Penyimpanan perbekalan farmasi secara umum adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Penyimpanan perbekalan farmasi
dimaksudkan juga untuk pengaturan tempat penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan peraturan yang
berlaku dan memudahkan dalam pengontrolan ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Dalam upaya terciptanya sistem penyimpanan perbekalan farmasi yang baik, Rumah sakit secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk mengatur tempat penyimpanan
menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya, sifat bahan (b3, mudah tidaknya meledak atau
terbakar), tahan tidaknya terhadap cahaya, tingkat kewaspadaan (obat-obat kewaspadaan tinggi ).

B. TUJUAN

Tujuan Umum :
Terwujudnya sistem penyimpanan yang baik, memudahkan dalam pengelolaan dan pencarian sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Tujuan Khusus :
1. Memelihara mutu sediaan farmasi
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga ketersediaan
4. Memudahkan dalam pencarian dan pengawasan
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penyimpanan perbekalan farmasi meliputi :


1. Instalasi Farmasi
2. Gudang Farmasi
3. Ruang perawatan
4. Poliklinik rawat jalan
5. ICU
6. Laboratorium
7. Radiologi

BAB III
TATA LAKSANA

A. PENERIMAAN

Tahapan awal sebelum obat disimpan adalah penerimaan. Penerimaan perbekalan farmasi dari distributor
di rumah sakit  menggunakan sistem 1 pintu dilakukan di logistik farmasi. Penerimaan perbekalan farmasi
harus sesuai dengan surat pesanan dan memperhatikan kualitas dan kuatintas perbekalan farmasi yang
diterima. Sebelum diterima perbekalan farmasi harus dicek. Pengecekan perbekalan farmasi meliputi :
a. Nama pemesan di faktur
b. Nama perbekalan farmasi
c. Jumlah
d. Kekuatan untuk obat
e. Waktu kadaluarsa dan
f. Kondisi fisik obat.

B. PENYIMPANAN

Penyimpanan perbekalan farmasi di rumah sakit dikendalikan oleh kepala instalasi farmasi. Penyimpanan
dilakukan di depo – depo farmasi, laboratorium, radiologi, poliklinik, ruang perawatan dan unit khusus.
Penyimpanan di depo farmasi dibedakan menurut :

1.  Bentuk Sediaan dan Jenisnya, Perbekalan farmasi di tata menurut bentuk sediaannya meliputi:
a. Tablet, kaplet, kapsul dan puyer di tata sesuai abjad
b. Syrup dan larutan obat minum ditata sesuai abjad
c. Injeksi dan infus obat di tata sesuai abjad
d. Salep, cream, lotion dan powder ditata sesuai abjad
e. Tetes mata dan salep mata ditata sesuai abjad
f. Tetes telinga di tata sesuai abjad
g. Infus dasar ditata di atas palet
h. Alkes ditata terpisah dari obat disesuaikan dengan tempat penyimpanannya.
i. Bahan – bahan kimia yang bukan termasuk B3 di tata tersendiri terpisah dengan obat dan alkes.

Perbekalan farmasi ditata menurut jenisnya meliputi :


a. Obat narkotika di simpan dilemari terpisah, tertutup, rangkap dua dan terkunci
b. Obat psikotropika di simpan dilemari terpisah, tertutup, dan terkunci
c. Obat generik
d. Obat paten

2. Suhu dan Kestabilannya


     Suhu penyimpanan perbekalan farmasi meliputi :
a. Suhu ruang terkontrol (20˚C-25˚C)
b. Suhu Refrigerator (2˚C-8˚C)
c. Suhu Freezer (-20˚ C) - (-10˚C). Freezer yang digunakan untuk menyimpan obat berupa freezer
yang terpisah dari refrigerator, bukan kombinasi refrigerator-freezer.
d. Suhu Warmer (maksimun tidak boleh lebih dari 43˚C).
e. Untuk memantau suhu penyimpanan perbekalan farmasi, maka :
f. Setiap tempat dan atau ruang penyimpanan perbekalan farmasi harus dipasang termometer
ruangan.
g. Suhu ruangan dan suhu kulkas dicek dan dicatat pada blangko suhu yang di tempatkan di
dekat thermometer suhu.
h. Pemantauan suhu ruang dan suhu kulkas penyimpanan obat dilakukan setiap hari oleh asisten
apoteker atau staff terlatih yang ditunjuk secara sah.
i. Pemantauan suhu di dalam ruang dan suhu di kulkas penyimpanan obat dilakukan dengan cara
melihat dan membaca suhu yang tertera pada termometer dan kulkas. Suhu dicatat pada log
temperatur pada jam 08.00 pagi, jam 15.00 siang dan jam 22.00 malam untuk unit pelayanan
24 jam.
j. Khusus pada hari libur, untuk depo dan unit yang tutup pemantauan suhu dilakukan setelah
petugas masuk kerja.
k. Pada kondisi suhu ruang atau suhu kulkas penyimpanan perbekalan farmasi di luar rentang
suhu yang seharusnya, maka petugas harus segera menghubungi unit pemeliharaan alat
rumah sakit.

Dokumentasi pemantauan suhu penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari dengan
menggunakan form log temperatur yang telah ditentukan dan pada akhir bulan ditandatangani oleh kepala
bagian/kepala unit/kepala ruangan.

3. Sifat Bahan ( mudah tidaknya meledak atau terbakar ).


     Penyimpanan B3 ( bahan berbahaya dan beracun ) :
a. Mengikuti standar dalam MSDS masing-masing bahan
b. Terpisah dari obat dan alat kesehatan lainnya.
c. Tempat penyimpanan tersendiri dan selalu terkunci, Memiliki ventilasi yang baik dan memiliki
wastafel.

4. Tahan Tidaknya Terhadap Cahaya.


     Penyimpanan obat yang tidak tahan cahaya dilakukan di dalam kemasan tertutup dan gelap.

5. Tingkat Kewaspadaan (obat-obat HAM). Penyimpanan obat-obat HAM diatur dalam kebijakan
penyimpanan obat-obat kewaspadaan tinggi.

Penyimpanan Perbekalan Farmasi Khusus


1. Penyimpanan Produk Nutrisi
     Penyimpanan produk nutrisi di Rumah Sakit ada 4 macam, meliputi :
a. Penyimpanan produk nutrisi enteral yang belum diolah dilakukan di bagian gizi dan instalasi
farmasi terpisah dengan bahan lain.
b. Penyimpanan produk nutrisi enteral yang sudah diolah penyimpanannya sesuai dengan
kebijakan dari instalasi gizi.
c. Penyimpanan produk nutrisi parenteral yang masih utuh di instalasi farnasi dan ruang
keperawatan disimpan terpisah dari perbekalan farmasi lain.
d. Penyimpanan produk nutrisi parenteral yang sudah direkonstitusi di ruang perawatan disimpan
pada suhu 2 – 6 ◦C ( dalam kulkas ).

2. Penyimpanan Kontras
    Penyimpanan kontras dilakukan dengan mengikuti standar MSDS dan terpisah dari obat dan alat kesehatan
lainnya. Penyimpanan dilakukan di bagian radiologi.

3. Penyimpanan Reagen
    Penyimpanan reagen dilakukan dengan mengikuti standar MSDS dan terpisah dari obat dan alat kesehatan
lainnya. Penyimpanan dilakukan di bagian laboratorium.

C. PENINGKATAN KEAMANAN PERBEKALAN FARMASI

Dalam meningkatkan keamanan penyimpanan perbekalan farmasi maka segala tempat penyimpanan
perbekalan farmasi harus dikunci setiap tidak ada penjaga atau petugas di tempat penyimpanan perbekalan
farmasi. Selain mengunci tempat perbekalan farmasi, petugas yang masuk ke dalam tempat tempat
perbekalan farmasi dibatasi, antara lain :
1. Petugas logistik farmasi
2. Petugas farmasi
3. Petugas instalasi lain untuk pengadaan perbekalan farmasi
4. Petugas dari instansi yang berwenang melakukan pemeriksaan
Dalam prakteknya apabila dibutuhkan perbekalan farmasi yang berada di depo farmasi sudah tutup diatur
dalam kebijakan pelayanan perbekalan farmasi saat depo farmasi tutup. Untuk mendukung pengawasan
perbekalan farmasi, logistik farmasi dilengkapi dengan CCTV untuk pengawasan dari kehilangan barang dan
penyalahgunaan perbekalan farmasi.

D. BARANG-BARANG PERBEKALAN FARMASI

Perbekalan farmasi yang disimpan harus memiliki informasi yang jelas, meliputi nama, kekuatan dan bentuk
sediaan obat, peringatan, tanggal kadaluarsa atau beyond use date, informasi penyimpanan dari pabrik
sebelum produk dibuka maupun setelah dibuka.

E. PENYUSUNAN PERBEKALAN FARMASI

     Perbekalan farmasi disimpan dan disusun dengan menggunakan metode :


a. Alfabetis
b. FIFO (first in first out) perbekalan farmasi yang pertama kali masuk (diterima) itu yang
pertama kali dikeluarkan ( didistribusikan ).
c. Metode ini digunakan untuk penyusunan alkes.
d. FEFO (First Expired First Out perbekalan farmasi yang tanggal kadaluarsa awal (hampir
kadaluarsa) dikeluarkan (didistribusikan) terlebih dahulu. Metode ini digunakan untuk
penyusunan obat.

F. PENYIMPANAN OBAT-OBAT KADALUARSA

Obat dan alat kesehatan yang telah kadaluarsa atau rusak disimpan di lemari terpisah dan terkunci. Pada
lemari harus diberi label “Obat Rusak/Kadaluarsa, Jangan Diracik/Digunakan”.

G. PENYIMPANAN OBAT-OBATAN DI BANGSAL KEPERAWATAN

a. Obat untuk pasien rawat inap disimpan diloker tempat penyimpanan obat pasien yang dikelola
oleh perawat bekerja sama dengan bagian farmasi.
b. Obat untuk pasien rawat inap harus memiliki label identitas pasien dan nama, jumlah dan
kekuatan obat.
c.Obat yang digunakan untuk banyak pasien di rawat inap di simpan dengan diberi label dan
terpisah dari obat yang belum digunakan.
d. Obat obat yang digunakan untuk banyak pasien di rawat inap , setelah dibuka diberikan label
informasi tanggal dibuka dan disimpan sesuai persyaratan penyimpanan. Masa obat setelah
dibuka dibatasi maksimal 30 hari setelah obat pertama kali segel dibuka.
H. PENYIMPANAN OBAT-OBATAN SISA

Obat injeksi di kamar operasi bentuk ampul yang sudah dipakai sebagian, sisa obatnya di spuit, diberi label
yang badan disimpan dalam kulkas yang berisi tanggal pemakaian terakhir, nama obat, dosis obat, dan nama
perawat (batas maksimal obat dapat digunakan 24 jam setelah obat pertama kali dibuka segelnya). Obat sisa
penyimpanannya tidak lebih dari 24 jam.

I. PENYIMPANAN OBAT SAMPLE

     Rumah sakit menyimpan dan mengelola obat sample di atur yang diatur dalam kebijakan obat sample.

J. PENGECEKAN TANGGAL KADALUARSA

     Pengecekan tanggal kadaluarsa :


a. Pengecekan tanggal kadaluarsa obat dan alkes di setiap area penyimpanan dilakukan setiap
sebulan sekali. Dilakukan oleh petugas logistik farmasi, petugas instalasi farmasi, dan
keperawatan.
b. Enam bulan sebelum tanggal kadaluarsa, semua perbekalan farmasi harus sudah
dikembalikan ke Depo Logistik Farmasi.

BAB IV
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai