Anda di halaman 1dari 15

RUMAH SAKIT UMUM KARTINI KUPANG

JL. Frans Seda No. 17 Telp. 0380 – 831270

KUPANG
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM KARTINI KUPANG
NOMOR : 009/SK/DIR/VII/2018

TENTANG

KEBIJAKAN PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI 


RUMAH SAKIT UMUM KARTINI KUPANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM KARTINI KUPANG


Menimbang :
a. Bahwa perbekalan farmasi adalah terdiri dari obat, alat
kesehatan, reagen, gas medis, ataupun film.
b. Bahwa perbekalan farmasi harus dikelola dan menjadi
tanggung jawab Unit Farmasi.
c. Bahwa dalam pengelolaan perbekalan farmasi perlu dilakukan
penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan aturan yang
berlaku sehingga tidak mengurangi mutu dari perbekalan
farmasi tersebut.
d. Bahwa untuk menjamin perbekalan farmasi disimpan secara
aman, sesuai dengan dan menjaga mutu dan stabilitas obat
maka perlu ditetapkan Surat Keputusan Direktur tentang
Pedoman Penyimpanan Obat.
Mengingat :
a. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
b. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
c. Permenkes No 12 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit
d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien.
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

1
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : KEBIJAKAN PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI 
RUMAH SAKIT UMUM KARTINI KUPANG

Kedua : Aturan dan tata cara penyimpanan perbekalan farmasi di Rumah Sakit
terlampir dalam Surat Keputusan ini.

Ketiga : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi
minimal 1 tahun sekali.

Keempat : Kebijakan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila hasil
evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan dilakukakan
perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada tanggal : 10 Juli 2018

DIREKTUR

dr. Yudith Marieta Kota,MKes


NIK 29111301001

2
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT 
NOMOR              : 009/SK/DIR/VII/2018
TANGGAL         : 10 Juli 2018

BAB I
DEFINISI

A. Pengertian
Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis.
Penyimpanan perbekalan farmasi adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Bahan beracun berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk
tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan secara
langsung maupun tidak langsung yang mempunyai sifat racun, memancarkan radiasi
(radioaktif), mudah terbakar, mudah meledak, karsinogenik, mutagenik, teratogenik,
korosif, dan iritasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai panduan penyimpanan perbekalan farmasi yang ada di RSU Kartini Kupang
2. Tujuan Khusus
a. Menjamin stabilitas mutu perbekalan Farmasi selama proses penyimpanan di
Rumah Sakit.
b. Menghindarkan terjadinya kehilangan barang dan pencurian.
c. Menghindarkan terjadinya kecelakaan kerja bagi petugas akibat penyimpanan
perbekalan Farmasi yang tidak tepat.

C. Manfaat
Adapun manfaat dari penyimpanan perbekalan farmasi yang benar, antara lain :
1. Memelihara dan menjaga mutu perbekalan farmasi,
2. Menjaga kelangsungan persediaan dan
3. Memudahkan pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan Penyimpanan perbekalan farmasi meliputi semua tempat penyimpanan sediaan


farmasi, baik di dalam Unit Farmasi maupun diluar Unit Farmasi, sebagai berikut :
Area yang berhak menyimpan perbekalan farmasi meliputi :
       1.  Farmasi
a. Gudang Farmasi
2. Ruang rawat inap (Trolley Emergency)
3. Kamar Operasi (Trolley Emergency)
4. ER (Trolley Emergency)
5. Bagian Laboratorium (alkes, BHP dan reagen)

A. Pengaturan Tempat Penyimpanan Perbekalan Farmasi


Obat harus selalu disimpan di ruang penyimpanan yang layak. Bila obat rusak, mutu obat
menurun dan memberi pengaruh buruk bagi penderita. Beberapa ketentuan mengenai
sarana penyimpanan obat antara lain :
1. Memiliki Ruangan yang cukup untuk menyimpan semua persediaan obat dan cukup
untuk pergerakan petugas
2. Pintu Ruang Penyimpanan mempunyai kunci pengaman
3. Struktur Dinding dalam keadaan baik, tidak ada retakan, lubang atau tanda kerusakan
oleh air.
4. Atap Ruang penyimpanan dalam keadaan baik dan tidak bocor.
5. Tempat penyimpanan rapi, rak dan lantai tidak berdebu dan dinding bersih.
6. Tempat penyimpanan bebas hama dan tidak ada tanda infestasi hama.
7. Udara bergerak bebas, kipas angin dan kawat nyamuk dalam keadaan baik.
8. Tersedia cukup ventilasi, sirkulasi udara dan penerangan.
9. Tersedia alat pengukur dan pengatur suhu ruangan
10. Jendela dicat putih atau mempunyai gorden serta aman dan mempunyai teralis.
11. Terdapat rak/lemari penyimpanan.
12. Terdapat lemari pendingin untuk obat tertentu dan dalam keadaan baik.
13. Terdapat lemari khusus yang mempunyai kunci untuk penyimpanan narkotik dan
psikotropika.
14. Terdapat alat bantu lain untuk pengepakan dan perpindahan barang.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang tempat peyimpanan


adalah sebagai berikut :
1. Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut:
 Tempat penyimpanan menggunakan sistem satu lantai, tidak menggunakan sekat-
sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,
perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.
 Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi, ruang
gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau arus L.
2. Sirkulasi udara yang baik

4
Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan adalah adanya sirkulasi udara
yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur
hidup dari perbekalan farmasi sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan
memperbaiki kondisi kerja.
3. Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan sirkulasi
udara dan perputaran stok perbekalan farmasi.
Keuntungan penggunaan pallet:
 Sirkulasi udara dari bawah dan perlingungan terhadap banjir
 Peningkatan efisiensi penanganan stok
 Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak
 Pallet lebih murah dari pada rak
4. Kondisi penyimpanan khusus :
 Vaksin memerlukan“Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan
terputusnya arus listrik.
 Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu
terkunci.
 Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol harus disimpan dalam ruangan
khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.
5. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus,
karton, dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang
mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam kebakaran agar
diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau tidak.

B. Sistem Penyimpanan Perbekalan Farmasi


Penyimpanan perbekalan farmasi dapat menggunakan beberapa sistem penyimpanan.
Macam-macam sistem penyimpanan tersebut adalah :
1. Fixed Location
Sistem ini sangat mudah di dalam mengatur barang, karena masing- masing item
persediaan selalu di simpan dalam tempat yang sama dan di simpan dalam rak yang
spesifik, rak tertutup atau dalam rak bertingkat. Sistem ini diibaratkan seperti rumah,
dimana seluruh penghuni dapat mengetahui semua letak barang. Beberapa kerugian
dalam penggunaan sistem ini yaitu:
a. Sistem ini tidak fleksibel, jika ada perubahan dalam jumlah pemesanan atau
perubahan dalam pengemasan atau keputusan untuk mengubah tempat menjadi lebih
besar atau lebih kecil.
b. Jika ada item baru yang dipesan, mungkin tidak ada tempat untuk menyimpannya.
c. Pencurian oleh karyawan dapat meningkat karena seluruh karyawan mengetahui
tempat-tempat item yang diperhitungkan (obat yang bernilai mahal)
d. Tempat penyimpanan harus dibersihkan karena tempat yang digunakan untuk jangka
waktu yang lama jadi harus di jaga kebersihannya.
2. Fluid Location
Dalam sistem ini, penyimpanan di bagi menjadi beberapa tempat yang dirancang.
Masing-masing tempat ditandai sebuah kode. Setiap item disimpan dalam suatu
tempatyang disukai pada waktu pengiriman. Sistem ini dirancang seperti hotel. Ruangan
ditandai hanya ketika barang datang. Administrasi sistem fluid location berdasarkan
pada:
a. Unit pengadaan memberikan informasi mengenai tipe, volume, dan jumlah barang
yang datang.

5
b. Staf gudang menganalisis di mana lokasi barang yang akan digunakan untuk barang
yang akan datang dan dapat memilih tempat yang tepat. Data ini dapat dilaporkan di
dalam sistem pengontrolan stok.
c.  Jika tempat sudah tidak cukup lagi, maka barang-barang lain dapat dipindah untuk
menciptakan ruangan yang baru lagi.
d. Pelaporan sistem pengontrolan stok harus diperbaharui.
3.   Semi Fluid Location
Sistem ini merupakan kombinasi dari sistem kedua di atas. Setiap barang selalu
mendapatkan tempat yang sama. Barang yang khusus diberikan tempat tersendiri.
Dalam sistem ini, setiap item ditandai dengan penempatan barang yang cocok supaya
mempermudah dalam mengambil stok. Saat menyediakan pesanan karyawan harus
mengetahui di mana letak setiap item, untuk memudahkan dalam mengingat  setiap
item. Untuk barang yang slow moving perlu dilakukan pemilihan lokasi dan penataan
ulang. Sistem ini tidak menghemat tempat seperti sistem fluid location. Adapun
keistimewaan sistem ini adalah ketika mengambil stok selalu diperhatikan tempat yang
sama. Tidak seperti sistem fixed location, dimana resiko tertukar barang yang relatif
lebih kecil.

Beberapa sistem penataan obat yang digunakan juga memiliki peran penting terhadap
efisiensi pengelolaan dan penyimpanan obat. Sistem penataan obat yang dapat digunakan
antara lain adalah
1.   First In First Out (FIFO)
Sistem penataan obat atau perbekalan farmasi dengan meletakkan barang baru (datang
terakhir) di belakang barang yang datang sebelumnya.
2.   Last in First Out (LIFO)
Sistem penataan obat atau perbekalan farmasi dengan meletakkan barang baru (datang
terakhir) di depan yang datang sebelumnya.
3.   First Expired First Out  (FEFO)
Sistem penataan obat atau perbekalan farmasi dengan meletakkan obat yang
mempunyai tanggal kadaluarsa lebih dahulu di depan obat yang mempunyai tanggal
kadaluarsa lebih akhir.

C. Administrasi Penyimpanan
Keluar masuknya perbekalan farmasi dicatat dalam kartu stok barang dan Sistem
Informasi Managemen Rumah Sakit (SIM RS).
Kartu stok berfungsi:
- Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang,
rusak atau kadaluwarsa)
- Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu) jenis obat
- Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat
- Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan pengadaan,
distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat
penyimpanannya.
Kolom-kolom pada Kartu Stok diisi sebagai berikut:
 Tanggal penerimaan atau pengeluaran..
 Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim.
 No. Batch/No. Lot.
 Tanggal kadaluwarsa
 Jumlah penerimaan
 Jumlah pengeluaran
 Sisa stok

6
 Paraf petugas yang mengerjakan
Adapun Kegiatan yang harus dilakukan :
1. Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan obat bersangkutan
2. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari
3. Setiap terjadi mutasi obat ( penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/ daluwarsa )
langsung dicatat di dalam kartu stok
4. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan

D. Pengawasan Penyimpanan
Seluruh tempat penyimpanan obat diinspeksi secara berkala sesuai kebijakan rumah
sakit untuk memastikan obat disimpan secara benar oleh apoteker supervisi
Kriteria Penilaian :
1. Penataan penyimpanan perbekalan farmasi di ruangan adalah :
a. Bentuk sediaan obat
b. Alfabetis
2. Stabilitas penyimpanan obat dengan ketentuan :
a. Suhu :
1) Suhu kamar (>25oC), seperti sediaan padat atau oral dan alkes.
2) Suhu sejuk (15o – 25oC), pada ruangan AC seperti beberapa sediaan
injeksi, tetes mata, tetes telinga, salep mata.
3) Suhu dingin (2o – 8oC), pada almari pendingin seperti obat sitotoksik,
sediaan suppositoria, insulin dan serum.
4) Suhu cool box (8-15°C), pada obat-obat tertentu seperti propiretik suppo
b. Kelembaban : ≤ 60 mmHg
c. Terlindung dari cahaya langsung
d. Kondisi fisik obat : warna, kejernihan, terjadi endapan
3. Ketersediaan perbekalan farmasi di ruangan : persediaan obat sesuai dengan
kebutuhan ruangan
4. Penggolongan obat LASA dan Hight Alert :
a. Labelisasi ada atau tidak
b. Lokalisir sediaan High Alert dilakukan atau tidak
c. Peringatan Obat High Alert
5. Pencatatan pengobatan pasien : formulir terisi dengan lengkap tentang obat yang
diterima oleh pasien meliputi nama obat, bentuk sediaan, rute pemberian, aturan
pakai, efek samping dan interaksi obat yang diterima oleh pasien
6. Pengisian kartu stok obat : kesesuaian jumlah obat yang ada dan yang tercatat di
stok setiap hari
7. Pemantauan obat Emergency Kit , meliputi :
a. Kesesuaian jenis dan jumlah antara fisik dan label kotak emergensi
b. Kondisi fisik : warna, kejernihan, terjadi endapan
c. Tanggal kadaluarsa
8. KIE : Pemberian KIE tercatat / tidak di lembar edukasi
9. Spill Kit (bila ada) : Lengkap / tidak (sesuai dengan label)
10. Obat Kadaluarsa : Ada / tidak

7
BAB III
TATA LAKSANA

1. Penyimpanan Perbekalan Farmasi umum


a. Perbekalan Farmasi di gudang dan depo farmasi dipisahkan berdasarkan bentuk
sediaannya (tablet, sirup, injeksi, infus, atau alat kesehatan).
b. Tiap Kelompok perbekalan farmasi disusun dalam almari, rak – rak atau pallet
secara alfabetis. Daftar nama – nama perbekalan farmasi dicantumkan dalam setiap
rak untuk memudahkan pencarian.
c. Penyimpanan perbekalan Farmasi menerapkan kombinasi sistem FIFO (First In
First Out) dan FEFO (First Expired First Out).
d. Perbekalan Farmasi disimpan pada suhu sesuai ketentuan yang tercantum dalam
petunjuk dari produsen, sebagai berikut :
- Suhu kamar (>25oC), seperti sediaan padat atau oral dan alkes.
- Suhu sejuk (15o – 25oC), pada ruangan AC seperti beberapa sediaan injeksi,
tetes mata, tetes telinga, salep mata.
- Suhu dingin (2o – 8oC), pada almari pendingin seperti obat sitotoksik, sediaan
suppositoria, insulin dan serum.
- Suhu cool box (8-15°C), pada obat-obat tertentu seperti propiretik suppo
Pemantauan suhu ruangan dan suhu almari pendingin dilakukan secara rutin dan
dicatat dalam lembar monitoring.
e. Obat – obat yang Look Alike Sound Alike (LASA) tidak disimpan berdekatan
untuk meminimalkan terjadinya kesalahan yaitu disimpan dengan jarak terpisah
minimal satu jenis obat yang berbeda.
f. Obat dengan pemantauan khusus kategori high alert (elektrolit konsentrat) disimpan
pada tempat terpisah dan ditandai stiker High Alert berwarna merah dan stiker
elektrolit konsentrat berwarna orange.
g. Penyimpanan sediaan narkotika/psikotropika dalam lemari khusus yang terkunci
sesuai prosedur yang berlaku.
h. Peyimpanan obat di ruangan perawatan, obat-obatan yang akan diberikan kepada
pasien disimpan pada keranjang obat masing-masing pasien yang diberikan
identitas berupa nama pasien dan nomor rekam medis.
i. Simpan Bahan Beracun Berbahaya pada lemari khusus B3 sesuai dengan SOP
penyimpanan B3
j. Perbekalan farmasi yang disimpan memiliki label nama sediaan, konsentrasi/dosis,
waktu kadaluarsa, dan peringatan.

8
k. Dilakukan inspeksi berkala untuk memastikan obat disimpan dengan benar.
l. Pemantauan suhu ruangan dan suhu almari es dilakukan :
Tiga kali (tiap shift jaga) di unit pelayanan dan gudang farmasi dengan jam kerja
tiga shift.
m. Kelembaban ruangan penyimpanan didokumentasikan :
Tiga kali (tiap shift jaga) di unit pelayanan dan gudang farmasi dengan jam kerja
tiga shift.
n. Ruangan dan ventilasi diinspeksi secara berkala oleh Intalasi Pemeliharaan Sarana
dan Sanitasi.

2. Penyimpanan Perbekalan Farmasi Khusus


a. Penyimpanan Obat Termolabil pada suhu dingin (2o – 8oC)
Penyimpanan obat Termolabil pada suhu dingin ditempatkan pada lemari
pendingin yang sudah dikalibrasi dan memiliki pengatur suhu.

Prosedur penyimpanan obat dalam lemari pendingin:


1. Siapkan lemari pendingin khusus obat yang didalamnya dilengkapi dengan alat
pengukur suhu, suhu diatur pada 2o – 8oC
2. Periksa obat yang akan disimpan sesuai dengan spesifikasi penyimpanan obat
pada suhu dingin (2o – 8oC)
3. Buka lemari pendingin
4. Simpan obat pada tempat yang telah disediakan di dalam lemari pendingin
5. Susun mengikuti prinsip FIFO (First In First Out = pertama masuk- pertama
keluar) dan FEFO (First Expired FirstOut =pertama kadaluwarsa-pertama
keluar);
6. Tutup pintu lemari pendingin dengan rapat
7. Isi kartu stok
8. Suhu pada lemari pendingin dipantau dan dicatat pada form pemantauan suhu
setiap pergantian shift jaga
9. Laporkan jika suhu lemari pendingin diatas 8o C pada Instalasi Pemeliharaan
Sarana Rumah Sakit
Setiap lemari pendingin terinstalasi dengan generator listrik. Jika lemari
pendingin rusak, maka dilaporkan ke Instalasi Pemeliharaan Sarana dan isi
lemari pendingin dipindah ke lemari pendingin lain yang masih baik.

b. Penyimpanan Sediaan Narkotika dan psikotropika


Narkotika dan Psikotropik yang berada dalam penguasaan Rumah Sakit wajib
disimpan secara khusus dengan ketentuan sebagai berikut (Permenkes No 03 Tahun
2015) :
- Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
- Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan.
- Dibagi 2 masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian 1 digunakan
untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan
narkotika. Bagian 2 digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan
sehari-hari.
- Lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang 40x80x100
cm3, lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.

9
- Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh MenKes.
- Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi kuasa.
- Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui
oleh umum.
Prosedur penyimpanan obat Sediaan Narkotika dan psikotropika :
1) Terima dan pisahkan sediaan farmasi yang termasuk dalam obat Narkotika dan
Psikotropika
2) ijin pada petugas yang diberi tanggung jawab pemegang kunci Lemari
Narkotika dan Psikotropika
3) Buka pintu Lemari Narkotik dan Psikotropik
4) Simpan Obat pada rak yang sudah disediakan
5) Susun obat mengikuti prinsip FIFO (First In First Out = pertama masuk-
pertama keluar) dan FEFO (First Expired First Out = pertama kadaluwarsa-
pertama keluar);
6) Catat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa obat di dalam kartu stok
7) Jumlahkan setiap penerimaan obat pada kartu stok.
8) Catat nama/paraf petugas pada kartu stok

c. Penyimpanan Bahan Beracun Berbahaya (B3)


Bahan berbahaya (B3) yang bersifat mudahmenyala atau terbakar, eksplosif,
radioaktif,oksidator/reduktor, racun, korosif, karsinogenik,teratogenik, mutagenik,
iritasi dan berbahaya lainnya disimpan di tempat terpisah atau dalam lemari
terpisah (tahan api dan korosif). Semua bahan diberi label yang menyebutkan isi,
tanggal kadaluarsa, dan label tanda bahan berbahaya peringatan disesuaikan
dengan klasifikasi B3,
Penyimpanan B3 harus disertai dengan Material Safety Data Sheet (MSDS) atau
Lembar Data Pengaman (LDP) yang memuat identitas bahan, bahaya yang
ditimbulkan, cara penanggulangan bila terjadi tumpahan / kebocoran serta cara
penanggulangan kedaruratan.Di tempat penyimpanan B3 harus dilengkapi dengan
Alat pelindung Diri (APD) bagi petugas.
Prosedur penyimpanan B3
1) Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk masing-masing bahan kimia dan
kembalikan bahan kimia ketempat semula setelah digunakan
2) Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan B3.
3) Pastikan rak memiliki bibir pembatas di bagian depan agar wadah tidak jatuh.
Idealnya, tempatkan wadah cairan pada baki logam atau plastik yang bisa
menampung cairan jika wadah rusak. Tindakan pencegahan ini
utamanya penting di kawasan yang rawan gempa bumi atau kondisi cuaca
ekstrem lainnya.
4) Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan kimia yang
sedang digunakan. Hindari juga menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari.
Jika terdapatsprinkler, jaga jarak bebas minimal 18 inci dari kepala sprinkler.
5) Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari 5 kaki (~1,5 m).
6) Hindari menyimpan bahan berat di bagian atas.
7) Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau bangku, serta area
peralatankeadaan darurat tidak dijadikan tempat penyimpanan peralatan dan
bahan.
8) Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat. Letakkan nama.

10
9) pengguna dan tanggal penerimaan pada semua bahan yang dibeli untuk
membantu kontrol inventaris
10) Simpan racun asiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi pada
lemari berventilasi. Jika bahan kimia tidak memerlukan lemari berventilasi,
simpan di dalam lemariyang bisa ditutup atau rak yang memiliki bibir
pembatas di bagian depan.
11) Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan yang mudah
terbakar yang disetujui.
12) memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinar matahari
langsung.
13) Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara
terpisah yangdisortir berdasarkan abjad.
14) Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak
sesuai.
15) Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan tanggung jawab
lainnya di ataskepada satu penanggung jawab utama dan satu orang cadangan.
Kaji tanggung jawab iniminimal setiap tahun.

d. Penyimpanan Obat High Alert


Obat HIGH ALERT disimpan terpisah dari obat-obat yang lain sesuai dengan
daftar Obat High Alert yang dikeluarkan oleh Unit Farmasi. Pada setiap Obat High
Alert yang akan dipergunakan untuk kebutuhan klinis harus diberi stiker berwarna
merah yang bertuliskan High Alert. Tempat penyimpanan obat High Alert harus di
tempat khusus dan diberi label.

Prosedur penyimpanan obat high alert


1) Terima dan pisahkan sediaan farmasi yang termasuk dalam obat HIGH ALERT
2) Beri label HIGH ALERT pada masing-masing obat
3) Siapkan tempat khusus penyimpanan obat HIGH ALERT terpisah dari
penyimpanan sediaan farmasi lainnya
4) Beri label HIGH ALERT
5) Susun Boks secara Alfabetis
6) Masukkan sediaan farmasi dalam boks obatnya masing-masing
7) Susun sediaan farmasi mengikuti prinsip FIFO (First In First Out = pertama
masuk- pertama keluar) dan FEFO (First Expired First Out = pertama
kadaluwarsa-pertama keluar);
8) Catat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa sediaan farmasi di dalam
kartu stok
9) Jumlahkan setiap penerimaan sediaan farmasi pada kartu stok.
10) Catat nama/paraf petugas pada kartu stok

e. Penyimpanan obat LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)


Obat LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat-obat yang mempunyai
tampilan kemasan yang mirip baik dari segi bentuk, warna, konsentrasi obat yang
berbeda dan obat yang kedengaran di telinga berbunyi mirip.Penyimpanan obat
LASA, tidak ditempatkan berdekatan dipisahkan oleh satu boks obat sebelumnya
yang tidak LASA dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengambilan Obat.
Prosedur penyimpanan obat LASA :
1) Terima dan pisahkan sediaan farmasi yang termasuk dalam obat LASA

11
2) Siapkan kotak tempat penyimpanan obat dan beri stiker LASA berwarna
kuning
3) Tulis nama obat menggunakan huruf capital dengan warna dan ukuran yang
cukup sehingga terbaca dengan jelas contoh DIAzepam, LORAzepam,
CeFOTAxim, ceFUROxim.
4) Susun kotak LASA secara tidak berdekatan, dipisahkan oleh satu keranjang
obat sebelumnya yang tidak LASA
5) catat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa sediaan farmasi di dalam
kartu stok
6) Jumlahkan setiap penerimaan sediaan farmasi pada kartu stok.
7) Catat nama/paraf petugas pada kartu stok

f. Penyimpanan obat pada kotak emergensi


Obat emergensi tersedia pada unit-unit perawatan yang ditetapkan dan bisa segera
di akses untuk kebutuhan emergensi. Unit Farmasi bertanggungjawab untuk
menyediakan, menyimpan dan melindungi obat emergensi dari kehilangan atau
pencurian. Obat-obatan emergensi disimpan dalam troli emergensi dengan akses
terdekat dan selalu siap pakai. Troli emergensi dikunci dan disegel kunci
disposable. Troli emergensi dicek setiap satu bulan sekali terkait jumlah
perbekalan, waktu kadaluarsa perbekalan, serta penggantian perbekalan yang
mendekati waktu kadaluarsa.

Prosedur penyimpanan obat emergensi adalah :


1) Siapkan obat yang akan disimpan dalam kotak emergensi, sesuai dengan daftar
obat emergensi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
2) Susun obat emergensi dalam kotak emergensi
3) Kunci kotak emergensi menggunakan kunci plastik
4) Distribusikan Kotak emergensi pada unit pelayanan yang membutuhkan obat
emergensi
5) Kotak emergensi disimpan ditempat yang tersendiri, mudah dilihat, terdekat,
dan siap dipakai.
6) Penyimpanan kotak emergensi disertai dengan daftar obat dengan nama,
jumlah, dan tanggal kadaluarsa, buku pengecekan kotak obat emergensi dan
buku penggunaan dan pergantian obat emegensi.
7) Pengecekan obat di troly emergency dilakukan tiap hari oleh Apoteker Klinis
8) Inspeksi dilakukan setiap 1 (satu) bulan

g. Penyimpanan Gas medis


Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk
pelayanan medis pada sarana kesehatan. Yang harus diperhatikan dalam
penyimpanan gas medis antra lain
- Tabung dalam keadaan baik
- Tempat penyimpanan aman, kering dan cukup baik ventilasinya
- Tabung harus dalam keadaan berdiri
- Tabung yang berisi dan kosong harus dalam keadaan terpisah
- Ruangan lantai dalam keadaan rata

Prosedur penyimpanan gas medis adalah :


1) Terima dan periksa keadaan tabung gas yang diterima

12
2) Catat jumlah dan nomor tabung gas medis di dalam buku mutasi gas medis.
3) Simpan gas medis di tempat yang sudah disediakan dengan posisi tabung
berdiri tegak dan dipasang penutup kran
4) Pasang tali/rantai pengaman untuk menghindari jatuh pada saat terjadi
goncangan.
5) Pisahkan tabung gas medis isi dan tabung gas kosong, untuk memudahkan
pemeriksaan dan penggantian.
6) Jumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran gas medis pada buku
7) Catat nama/paraf petugas.

h. Penyimpanan Nutrisi Parenteral


Beberapa jenis nutrisi parenteral, yaitu:
1. Karbohidrat, contoh: dextrose 5%, dextrose 10% dll.
2. Asam amino, contoh: Aminofluid L600
3. Lemak, contoh: Lipofundin
4. Cairan elektrolit, contoh: Ringer Laktat

Beberapa sifat yang perlu diperhatikan, misalnya:


1. Bahan organik biasanya lebih sensitive terhadap panas.
2. Lemak dan minyak alami mengandung ikatan rangkap yang dapat bereaksi
dengan oksigen membentuk peroksida
3. Asam amino dapat terpengaruh oleh panas, cahaya, air dan kelembaban.
4. Material anhidrat dapat menyerap kelembaban dari lingkungan.
5. Senyawa seperti NaOH dapat mengabsorbsi CO2 dari udara.
- Unit Farmasi hanya mengelola produk nutrisi parenteral.
- Produk Nutrisi Parenteral disimpan sesuai sifat bahan dan petunjuk
penyimpanan dari produsen.

i. Penyimpanan Obat Radioaktif


RSU Kartini Kupang tidak memiliki obat yang bersifat radioaktif yang disimpan
j. Penyimpanan Obat sample
RSU Kartini Kupang tidak menerima obat sample.
k. Penyimpanan Obat yang dibawa oleh pasien
Bila pasien membawa obat dari luar Rumah Sakit untuk digunakan selama
perawatan di RSU Kartini Kupang, maka pasien/ keluarga pasien harus
menandatangani Formulir Serah Terima Obat dari Pasien (Formulir Rekonsiliasi).
Obat disimpan di loker pasien pada saat pasien sudah masuk ke ruang perawatan.

Prosedur penyimpanan Obat yang dibawa oleh pasien adalah


1. DPJP atau perawat ER (Emergency Room) menanyakan kepada pasien yang
akan masuk perawatan tentang pemakaian obat yang sedang dikonsumsi atau
dibawa dari luar rumah sakit.
2. Perawat memasukkan data obat yang dibawa oleh pasien kedalam formulir
rekonsiliasi
3. Perawat menyerahkan obat yang dibawa oleh pasien dari luar rumah sakit
disertai dengan bukti serah terima obat untuk diverifikasi identitasnya oleh
petugas farmasi.
4. Jika obat tersebut akan digunakan kembali dalam proses pengobatan, harus
diresepkan kembali oleh Dokter dan dietiket ulang oleh petugas farmasi.
5. Jika obat tidak digunakan atau masih ada sisa, maka obat dimasukkan dalam
plastik khusus dan disimpan dalam loker obat pasien dengan diberi penandaan

13
jelas
6. Obat yang tidak dilanjutkan akan dikembalikan kepada pasien saat pulang
perawatan.
7. Penyerahan kembali obat kepada pasien atau keluarganya saat pulang
dikonseling oleh Apoteker.

BAB IV
DOKUMENTASI

Semua kegiatan yang berkaitan dengan penyimpanan di catat dan didokumentasikan


kemudian di evaluasi secara rutin yang selanjutnya digunakan sebagai bahan laporan.
Evaluasi dilakukan secara berkala terhadap :
1. Monitoring suhu penyimpanan untuk obat yang disimpan dikulkas
2. Monitoring suhu penyimpanan untuk obat yang disimpan di suhu ruangan
3. pelabelan

Ditetapkan di : Kupang
Pada tanggal : 10 Juli 2018

DIREKTUR

dr. Yudith Marieta Kota,MKes


NIK 2911130101

14
15

Anda mungkin juga menyukai