PENYIMPANAN
Oleh : Rio Tanjung Nur’ Amin
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Metode penyimpanan
dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk sediaan dan alfabetis dengan
menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, dan disertai sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Tujuan penyimpanan
obat menurut War man antara lain :
a. Mempertahankan mutu obat dari kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik
b. mempermudah pencarian di gudang/kamar penyimpanan
c. mencegah kehilangan dan mencegah bahaya dan
d.mempermudah stock opname dan pengawasan
a. Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut:
1) Gudang menggunakan sistem satu lantai,jangan menggunakan sekat-sekat karena
akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat, perhatikan posisi
dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.
2) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi, ruang
gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau arus L.
b. Sirkulasi udara yang baik
salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah adanya sirkulasi
udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan
umur hidup dari perbekalan farmasi sekaligus bermanfaat dalam
memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya dalam gudang terdapat AC,
namun biayanya akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas. Alternatif lain
adalah menggunakan kipas angin, apabila kipas angin belum cukup maka perlu
ventilasi melalui atap.
e. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti
dus, karton, dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat
yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam Pedoman
Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit kebakaran agar diperiksa secara
berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau tidak.
Kesimpulan
Dari hasil yang telah dilakukan didapatkan masalah tentang penyimpanan obat
dan alkes tidak terpisah disebabkan oleh faktor fasilitas karna keterbatasan ruang
yang ada
PENYIMPANAN
TUGAS INDIVIDU
A. Pendahuluan
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini
menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk
rumah sakit (Depkes, 2016).
Farmasi Rumah Sakit (FRS) merupakan salah satu unit di rumah sakit yang
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam keputusan Menteri Kesehatan no. 72 tahun 2016
tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit yaitu bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik
yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus merupakan revenue
center utama. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan di
rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan
radiologi, bahan habis pakai alat kesehatan, alat kedokteran dan gas medik), dan 50%
dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi.
Untuk itu, jika masalah perbekalan farmasi tidak dikelola secara cermat dan penuh
tanggung jawab maka dapat diprediksi bahwa pendapatan rumah sakit akan mengalami
penurunan (Suciati et al, 2006). Pada dasarnya, obat berperan sangat penting dalam
pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat
dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi (Badan POM, 2008).
Pengelolaan obat adalah bagaimana cara mengelola tahap-tahap dari kegiatan tersebut
agar dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan
pengelolaan obat yang efektif dan efisien agar obat yang diperlukan oleh dokter selalu
tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk
mendukung pelayanan yang bermutu (Anief, 2003).
Tahap penyimpanan merupakan bagian dari pengelolaan obat menjadi sangat
penting dalam memelihara mutu obat-obatan, menghindari penggunaan yang tidak
bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan
pengawasan, mengoptimalkan persediaan, memberikan informasi kebutuhan obat yang
akan datang, serta mengurangi resiko kerusakan dan kehilangan (Aditama, 2003).
Penyimpanan yang salah atau tidak efisien membuat obat kadaluwarsa tidak terdeteksi
dapat membuat rugi rumah sakit. Oleh karena itu dalam pemilihan sistem penyimpanan
harus dipilih dan disesuaikan dengan kondisi yang ada sehingga pelayanan obat dapat
dilaksanakan secara tepat guna dan hasil guna. Porsi dari beban kerja apoteker dan
asisten apoteker digunakan untuk penyimpanan obat. Pada rumah sakit, apoteker dalam
praktek klinik penyimpanan obat mempunyai porsi sebesar 55% (Credes, 2000).
A. Pendahuluan
Berdasarkan PERMENKES 72 tahun 2016 tentang pelayanan kefarmasian
di rumah sakit, pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik. Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut
untuk merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi
produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan
secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan.
Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian, para Apoteker Indonesia
dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara sendiri.
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh
rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas,
manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi
kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas
dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai. Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan
secara benar dan diinspeksi secara periodik.
Rumah Sakit harus menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi untuk
kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar
dari penyalahgunaan dan pencurian. Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:
a. jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan.
b. tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain.
c. bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti.
d. dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan
e. dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
Penyimpanan yang kurang baik dapat membawa kerugian yang cukup besar
bagi rumah sakit. Karena hampir 40-50% pengeluaran rumah sakit ditujukan untuk
kebutuhan logistik terutama obat-obatan dan alat kesehatan. Artinya, jika terjadi
kesalhan dalam pengelolaan dan penyimpanan obat dirumah sakit, maka rumah
sakit tersebut akan mengalami kerugian. Untuk itu sangat diperlukan pengelolaan
obat yang baik dan efisien untuk mencegah terjadinya kerugian akibat kesalahan di
penyimpanan obat.
B. Penyimpanan Digudang Farmasi
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus
disimpan terpisah yaitu:
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda
khusus bahan berbahaya.
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas
medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan
tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang
kurang hati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Adapun Sistem penyimpanan obat-obatan dapat dilakukan dengan cara:
a. Obat disusun berdasarkan bentuk sediaan
b. Obat disusun berdasarkan abjad (alfabetis)
c. Obat disusun berdasarkan frekuensi penggunaan
d. Obat disusun berdasarkan farmakologi
e. Obat disusun berdasarkan suhu dan kelembapan obat.
C. Penyimpanan di Gudang Farmasi RSUD Ulin
Barang yang sudah diterima kemudian disimpan di gudang farmasi
menggunakan rak-rak obat dan palet dilengkapi dengan label nama obat dan kartu
stok. Ruang penyimpanan dilengkapi dengan persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan pengatur suhu ruangan. Monitoring suhu
dan kelembaban dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan siang hari dengan
cara mencatat suhu dan kelembaban yang tertera pada alat ukur suhu dan
kelembaban ruangan pada lembar pemantauan suhu dan kelembaban.
Sistem penyimpanan yang dilakukan di Gudang Farmasi RSUD ULIN
berdasarkan:
a. Bentuk sediaan.
Obat-obatan, bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan disusun berdasarkan
bentuk sediaan di rak-rak dan palet seperti sirup, drop, obat luar, tablet/kapsul,
injeksi, infus, dan alkes.
b. Sistem Abjad (alfabetis)
Setelah obat-obatan, bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan disusun sesuai
bentuk sediaan kemudian disusun berdasarkan urutan alfabetis.
c. Farmakologi
Penyimpanan disusun berdasarkan farmakologi untuk obat-obatan program,
seperti obat-obat HIV (Efavirens, lamivudine, fumarate, dan lain-lain), obat-
obatan TB MDR (closerin, pyridoxine, kanamycin, ethambutol, Pas-Na, dan lain
lain).
d. High alert
Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (High Alert) adalah sejumlah obat-
obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien
jika tidak digunakan secara tepat, obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadinya kesalahan, obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan termasuk obat-obatan yang tampak mirip
(LASA), termasuk juga elektrolit konsentrasi tinggi.
Daftar Obat Hight Alert berdasarkan keputusan Direktur RSUD ULIN
Banjarmasin Nomor 188.4/0322/Kep-KUM/2014 tanggal 31 Desember 2014.
Contoh obat-obat Hight Alert adalah Sediaan Elektrolit Pekat (KCL 7,45%, Ca
Gluconas, D40%), Sediaan Obat Anestesi (Anasfar ampul, Lidokain ampul,
Buvanest ampul, dll), Sediaan Obat Narkotika (Petidin ampul, Fentanil ampul,
Clopedin ampul, dll), Sediaan Obat lain-lain (heparin ampul, Tiaryd ampul,
Digoxin injeksi, dll)
e. LASA (Look Alike Sound Alike)
Daftar obat LASA berdasarkan keputusan direktur RSUD Ulin Banjarmasin
Nomor 188.4/0322/Kep-KUM/2014 tanggal 31 Desember 2014.
Contoh obat-obat yang termasuk dalam daftar obat LASA adalah Acarbose
50mg dan 100mg, buffect syr dan buffect F syr, Cefotaxime dan ceftriaxone,
lansoprazole dan omeprazole, Vincristine dan vinblastine, fasorbi dan fargoxin,
levofloxacin dan oxloxacin dan lain-lain.
f. FEFO dan FIFO
Sitem First expire first out (FEFO) dan First in first out (FIFO) dilakukan
dengan mengkombinasi keduanya. Untuk sistem FEFO, penyimpanan
berdasarkan pada obat yang punya expire date terdekat itu yang pertama kali
dikeluarkan, sedangkan sistem FIFO penyimpanan berdasarkan pada obat yang
pertama kali masuk itu yang pertama kali dikeluarkan.
D. Problem Solving
a. Stok obat dengan kartu stok tidak sesuai.
b. Penempatan yang tidak sesuai dengan prosedur
c. Perbekalan farmasi mendekati expire date
d. Prosedur penyimpanan bila suhu penyimpanan tidak tercapai.
e. Pelabelan dan daftar obat LASA
f. Kesesuaian sistem FEFO dan FIFO
E. Pembahasan
Dari berbagai problem solving diatas, dimana ditemukan problem yang
umumnya paling banyak terjadi dan sangat berpengaruh pada pengontrolan
perbekalan farmasi yang ada di gudang farmasi yaitu stok obat dengan kartu stok
tidak sesuai.
Nama obat Stok Obat Kartu stok
Alletrol 14 0
Asam Traneksamat Tab 40 30
Atorvastatin Tab 159 158
Betametason 0.1% 32 42
Beta-one Tab 245 260
Cendo Lyters 260 130
Clindamisin Tab 300mg 1 5
Clopidogrel Tab 97 103
Combivent 17 28
Cotrimoxazole Tab 4 3
Folley Cateter 18 4 6
Genoint 0,3% 5 7
Gudel 0 30
Ketorolac Inj 20 0
Mikonazole 2% 12 6
Nasal O2 bayi 40 38
Nasal O2 Dewasa 0 15
Oralit 800 900
Phenitoin Inj 90 84
Sotatic Inj 264 200
Streptonion Inj 40 70
Vitamin K inj 29 23
Tabel 1. Kesesuaian Stok Obat dengan Kartu Stok di Gudang
Farmasi
Kartu stok berisi catatan penerimaan dan pengeluaran obat sesuai dokumen
penerimaan dan pengeluaran obat. Kartu obat diletakkan pada tempat dimana obat
disimpan. Kegunaan kartu stok adalah untuk mengetahui kegiatan mutasi obat dan
jumlah sisa stok obat dan sebagai alat kontrol bagi petugas yang bekerja di gudang
farmasi. Kesesuaian stok obat dengan kartu stok sangatlah penting untuk pencatatan
dan pelaporan penggunaan perbekalan farmasi untuk menghindari kehilangan.
Adapun penyebab dari tidak sesuainya antara stok obat dengan kartu stok
dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Sumber daya manusia di gudang.
1. Petugas tidak mencatat mutasi di kartu stok. Ketidak sesuaian antara stok
obat dengan kartu stok biasanya disebabkan karena pada saat pemasukan
dan pengeluaran obat ada obat-obatan yang tidak tercatat.
2. Kartu stok tidak ada dirak obat. Ketidak sesuaian juga bisa disebabkan kartu
stok tidak ada dirak obat karena digunakan petugas untuk menginput data
dikomputer sehingga petugas lain yang mengambil obat tidak bisa mengisi
kartu stok.
3. SDM kesulitan. Ketidak sesuaian kartu stok dengan stok obat dikarenakan
petugas gudang merasa kesulitan dan merasa tidak memiliki cukup waktu
untuk mengisi kartu stok tersebut pada saat banyaknya permintaan dari depo
maupun pada saat banyak obat masuk dari pemasok.
4. Terlalu banyak pekerjaan. Hambatan lain yang sering terjadi yaitu petugas
kurang teliti karena terburu-buru dalam mengisi kartu stok.
5. Tidak ada Penanggung jawab tiap jenis barang. Penanggung jawab belum
melaksanakan uraian tugas dengan baik.
b. Metode dan sistem
1. Tidak ada SOP ((Standar Operating Procedure). Dalam pengambilan dan
pemasukan perbekalan farmasi digudang farmasi hendaknya dibuat
prosedur tetap (protab) atau SOP pengambilan dan pemasukan perbekalan
farmasi yang mengharuskan pengisian kartu stok setiap mengambil dan
memasukkan perbekalan farmasi.
2. Uraian tugas penanggung jawab masing-masing jenis barang yang belum
jelas. Agar petugas penanggung jawab tidak bingung apa yang harus
dikerjakan nya, maka harus ada uraian tugas.
3. Stok opname belum optimal.
Adapun akibat jika ada perbedaan antara data jumlah obat pada kartu stok
dengan jumlah fisik obat digudang, petugas menjadi kesulitan dalam melakukan
analisis atau penelusuran terhait hal ini karena tidak ada bantuan data dari kartu stok
tersebut. Padahal kartu stok obat sangat bermanfaat untuk mengetahui jumlah
persediaan obat, sebagai alat pengendali persediaan, sebagai sumber masukan untuk
pembuatan rencana pengadaan dan sebagai alat kontrol untuk perbekalan farmasi.
Apabila terjadi ketidak sesuaian, petugas bisa melakukan investigasi atau
penelusuran baik dari stok dikomputer atau dengan menelusuri catatan permintaan
obat dari depo-depo untuk melihat obat keluar dan faktur pembelian obat untuk
melihat obat masuk dan juga catatan obat retur.
Untuk menghindari ketidak sesuaian antara stok obat dengan kartu stok,
petugas dapat mengatasi masalah tersebut dengan cara:
a. Sumber Daya Manusia
1. Diadakan pelatihan mengenai standar kompetensi sesuai kebutuhan
petugas.
2. SDM harus memahami dan melaksanakan SOP yang dibuat.
3. Kartu stok harus selalu berada didekat barang perbekalan farmasi.
4. Harus ada penanggung jawab pada setiap jenis perbekalan farmasi.
5. Penanggung jawab harus melakukan tugas sesuai dengan uraian tugas yang
diberikan.
b. Metode dan sistem
1. Apabila belum ada SOP (Standar Operating Procedure), hendaknya
membuat SOP (Standar Operating Procedure) mengenai Pengisian Kartu
Stok dan penanganan apabila terjadi ketidak sesuaian antara stok obat
dengan kartu stok dan mensosialisaikan nya.
2. Membuat uraian tugas penanggung jawab setiap jenis perbekalan farmasi.
3. Melakukan stok opname setiap bulan nya untuk mengontrol kesesuaian
antara stok obat dengan kartu stok. Saat melakukan stok opname harus
dipastikan tidak ada lagi ketidak sesuaian antara stok dengan kartu stok.
4. Melakukan Review SOP (Standar Operating Procedure) secara berkala.
Petugas mengisi
Kartu Stok
Selesai