Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MANDIRI GUDANG

PENYIMPANAN
Oleh : Rio Tanjung Nur’ Amin
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Metode penyimpanan
dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk sediaan dan alfabetis dengan
menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, dan disertai sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Tujuan penyimpanan
obat menurut War man antara lain :
a. Mempertahankan mutu obat dari kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik
b. mempermudah pencarian di gudang/kamar penyimpanan
c. mencegah kehilangan dan mencegah bahaya dan
d.mempermudah stock opname dan pengawasan

1. Pengaturan Tata Ruang


Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan
pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan
baik. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang bangunan gudang
adalah sbb:

a. Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut:
1) Gudang menggunakan sistem satu lantai,jangan menggunakan sekat-sekat karena
akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat, perhatikan posisi
dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.
2) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi, ruang
gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau arus L.
b. Sirkulasi udara yang baik
salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah adanya sirkulasi
udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan
umur hidup dari perbekalan farmasi sekaligus bermanfaat dalam
memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya dalam gudang terdapat AC,
namun biayanya akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas. Alternatif lain
adalah menggunakan kipas angin, apabila kipas angin belum cukup maka perlu
ventilasi melalui atap.

c. Rak dan Pallet


Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan sirkulasi
udara dan perputaran stok perbekalan farmasi. Keuntungan penggunaan pallet:
 Sirkulasi udara dari bawah dan perlingungan terhadap banjir
 Peningkatan efisiensi penanganan stok
 Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak
 Pallet lebih murah dari pada rak

d. Kondisi penyimpanan khusus


 Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari
kemungkinan terputusnya arus listrik.
 Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu
terkunci.
 Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam
ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang
induk.

e. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti
dus, karton, dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat
yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam Pedoman
Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit kebakaran agar diperiksa secara
berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau tidak.

No Variabel Evaluasi Hasil Keterangan


Ya Tidak
1. Gudang Penyimpanan obat terpisah dari √
ruang pelayanan atau apotek RS
2. Gudang cukup besar untuk menyimpan √
semua persediaan obat dan aman untuk
pergerakan petugas
3. TERDAPAT RUANG √ DALAM SATU RUANG
YANG SAMA TETAPI
PENYIMPANAN OBAT YANG
BERADA DIRAK
TERPISAH DENGAN ALAT BERBEDA
KESEHATAN
4. Atap gudang dalam keadaan baik dan √
tidak bocor
5. Lantai dibuat dari segel/semen √
6. Dinding gudang dibuat licin √
7. Gudang memiliki ventilasi √
8. Gudang memilki jendela berteralis √
9. Penerangan gudang yang cukup √
10. Adanya pengaturan suhu ruangan √
11. Adanya pengaturan kelembapan √
12. Terdapat ruang/lemari terpisah untuk √
obat yang mudah terbakar
13. Gudang dilengkapi dengan kunci ganda √
14. Tersedia thermometer ruang √
15. Terdapat rak/lemari penyimpanan obat √
16. Tersedia lemari khusus yang terkunci √
untuk penyimpanan obat narkotika dan
psikotropika
17. Tersedia lemari pendingin untuk √
menyimpan jenis obat tertentu yang
memerlukan suhu dingin
18. Tersedia rak atau lemari khusus untuk √ Menggunakan plastik
merah dengan penandaan
obat rusak atau kadaluarsa
“KOMODITI
KADALUARSA
DILARANG DIJUAL”
19. Tersedia alat bantu pemindahan obat √
dalam gudang
20. Tersedia kartu stok obat untuk memberi √
keterangan dirak/lemari penyimpanan
21. Tersedia pallet/papan alas untuk barang √
22. Jarak pallet dengan dinding ( min. 10 √
cm)
23. Jarak pallet dengan dinding (min.30 √
cm)
24. Tersedia pendingin ruangan / AC √
25. Tersedia keterangan untuk obat √
berbahaya
26. Tersedia keterangan untuk obat yang √
mudah terbakar

Pembahasan dan Solusi


Permasalahan yang didapat obat dan alkes harus dalam ruang terpisah,dapat
disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Sumber daya Manusia


2. Metode/ system
3. Fasilitas
Pembahasan :

1. Sumber daya manusia


Sumber daya manusia di gudang farmasi RSUD Ulin terdiri dari 11
(orang) tenaga gudang, latar belakang pendidikan tenaga gudang yaitu 1 (satu)
orang apoteker sebagai koordinator gudang, 2 asisten apoteker dan 8 orang
petugas gudang dengan latar belakang pendidikan bukan dari sekolah
kefarmasian sebagai tenaga umum. Sumber daya manusia di gudang Instalasi
Farmasi sudah sesuai dengan standar minimal dari Standar Pelayanan Farmasi
Rumah Sakit memiliki apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Hambatan dari aspek sumber daya manusia digudang farmasi RSUD Ulin
adalah :
a. Petugas yang berasal dari sekolah umum kurang memiliki pengetahuan
mengenai pengelolaan perbekalan farmasi
b. Ketidaktahuan tentang penyimpanan obat dan alkes harus dipisah dalam
ruang yang berbeda
Hambatan dari aspek sumber daya manusia digudang instalasi farmasi RSUD
Ulin dapat diatasi dengan cara:

- Diadakan pelatihan mengenai pengelolaan perbekalan farmasi digudang


- Membuat SOP (standar operating procedure) tentang pergudangan
- Mematuhi SOP dengan melakukan pencatatan dan pelaporan dengan benar
- Melakukan review SOP secara berkala
- Melakukan Analisis Kebutuhan Tenaga gudang.
2. Metode/Sistem
Hambatan dari aspek metode/system adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya evaluasi dan sosialisasi sistem penyimpanan obat dan alkes
b. Tidak adanya SOP untuk penyimpanan obat dan Alkes
Hambatan dari aspek metode/system digudang instalasi farmasi RSUD Ulin
dapat diatasi dengan cara:

a. Melakukan evaluasi berkala untuk penyimpanan obat dan alkes


b. Membuat Standar operational prosedur untuk penyimpanan obat dan alkes
c. Melakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat dan alkes
Luas gudang farmasi di RSUD Ulin sudah cukup luas untuk menampung
seluruh stok obat untuk keperluan RSUD Ulin. Pallet juga tersedia cukup
banyak untuk menampung obat dalam jumlah yang lebih besar
3. Fasilitas
Hambatan dari aspek fasilitas RSUD Ulin adalah :
a. Tata letak penyimpanan obat yang dalam bentuk besar masih belum teratur
dengan baik
b. Belum adanya ruang untuk penyimpanan obat alkes yang terpisah
c. Jumlah obat dan alkes yang banyak

Solusi dari aspek fasilitas adalah sebagai berikut:


a. Menambah jumlah ruang/fasilitas untuk tempat menyimpan obat dan alkes
karena jumlah item yang banyak
b. Melakukan perubahan dengan penyekat agar terlihat penyimpanan obat dan
alkes terpisah apabila tidak memungkinkan untuk menambah ruang baru
c. Mengatur tata letak tempat penyimpanan obat dan alkes

Kesimpulan
Dari hasil yang telah dilakukan didapatkan masalah tentang penyimpanan obat
dan alkes tidak terpisah disebabkan oleh faktor fasilitas karna keterbatasan ruang
yang ada
PENYIMPANAN

Nama : Febrina Susilawati

TUGAS INDIVIDU

PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI DIGUDANG FARMASI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN

A. Pendahuluan
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini
menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk
rumah sakit (Depkes, 2016).
Farmasi Rumah Sakit (FRS) merupakan salah satu unit di rumah sakit yang
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam keputusan Menteri Kesehatan no. 72 tahun 2016
tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit yaitu bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik
yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus merupakan revenue
center utama. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan di
rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan
radiologi, bahan habis pakai alat kesehatan, alat kedokteran dan gas medik), dan 50%
dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi.
Untuk itu, jika masalah perbekalan farmasi tidak dikelola secara cermat dan penuh
tanggung jawab maka dapat diprediksi bahwa pendapatan rumah sakit akan mengalami
penurunan (Suciati et al, 2006). Pada dasarnya, obat berperan sangat penting dalam
pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat
dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi (Badan POM, 2008).
Pengelolaan obat adalah bagaimana cara mengelola tahap-tahap dari kegiatan tersebut
agar dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan
pengelolaan obat yang efektif dan efisien agar obat yang diperlukan oleh dokter selalu
tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk
mendukung pelayanan yang bermutu (Anief, 2003).
Tahap penyimpanan merupakan bagian dari pengelolaan obat menjadi sangat
penting dalam memelihara mutu obat-obatan, menghindari penggunaan yang tidak
bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan
pengawasan, mengoptimalkan persediaan, memberikan informasi kebutuhan obat yang
akan datang, serta mengurangi resiko kerusakan dan kehilangan (Aditama, 2003).
Penyimpanan yang salah atau tidak efisien membuat obat kadaluwarsa tidak terdeteksi
dapat membuat rugi rumah sakit. Oleh karena itu dalam pemilihan sistem penyimpanan
harus dipilih dan disesuaikan dengan kondisi yang ada sehingga pelayanan obat dapat
dilaksanakan secara tepat guna dan hasil guna. Porsi dari beban kerja apoteker dan
asisten apoteker digunakan untuk penyimpanan obat. Pada rumah sakit, apoteker dalam
praktek klinik penyimpanan obat mempunyai porsi sebesar 55% (Credes, 2000).

A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum


Daerah Ulin Banjarmasin
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin mempunyai
Gudang Farmasi yang bertugas dalam mengelola perbekalan farmasi (obat dan bahan
baku obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan reagen). Gudang Farmasi salah
satu bagian rumah sakit yang kegiatannya dibawah manajemen Instalasi Farmasi yang
dipimpin oleh Apoteker dan dibantu beberapa orang Apoteker. Kepala Instalasi
Farmasi bertanggung jawab dengan seluruh pekerjaan dan pelayanan kefarmasian yang
ada di Rumah Sakit.
Sistem pengelolaan perbekalan farmasi di RSUD Ulin sudah sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit yaitu meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan penarikan, pengendalian
dan administrasi. Siklus kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi yang ada di gudang
farmasi RSUD Ulin terdiri atas perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, administrasi dan pelaporan serta evaluasi.

B. Penyimpanan di Perbekalan Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Umum Daerah Ulin Banjarmasin
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, persyaratan penyimpanan yaitu: dibedakan
menurut bentuk sediaan dan jenisnya, dibedakan menurut suhu dan kestabilannya,
mudah tidaknya meledak atau terbakar, tahan atau tidaknya terhadap cahaya, disertai
dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan. Penyusunan obat pada Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Daerah Ulin Banjarmasin berdasarkan abjad atau alphabetis dari A-Z dan penyusunan
penggolongan obat sudah berdasarkan jenis dan macam sediaan tetapi penyusunan
golongan obat belum dilaksanakan berdasarkan kelas terapi atau khasiat obat.
Sistem penataan gudang menggunakan Sistem penyimpanan obat di Gudang
Instalasi Farmasi menggunakan gabungan antara metode FIFO dan metode FEFO.
Metode FIFO (First in First Out), yaitu obat-obatan yang baru masuk diletakkan di
belakang obat yang terdahulu, sedangkan metode FEFO (first expired first out) dengan
cara menempatkan obat-obatan yang mempunyai ED (expired date) lebih lama
diletakkan di belakang obat-obatan yang mempunyai ED lebih pendek. Proses
penyimpanannya memprioritaskan metode FEFO, baru kemudian dilakukan metode
FIFO. Barang yang ED-nya paling dekat diletakkan di depan walaupun barang tersebut
datangnya belakangan. Ruang penyimpanan diatur suhu dan kelembaban yang
dilakukan secara berkala, yaitu 2 (dua) kali sehari setiap pagi dan siang.

C. Pemasalahan Penyimpanan di Gudang Farmasi RSUD Ulin Banjarmasin


Penyimpan perbekalan farmasi yang dilakukan RSUD Ulin Banjarmasin
dilakukan di gudang farmasi rumah sakit. Penyimpanan obat di gudang farmasi bersifat
hanya sementara sebelum perbekalan farmasi tersebut di distribusikan ke unit-unit lain
di rumah sakit tersebut yang membutuhkan. Di gudang farmasi RSUD Ulin
Banjarmasin perbekalan farmasi disimpan pada rak-rak obat yang dilengkapi dengan
label nama dan kartu stok obat. Indikator efisiensi penyimpanan obat di gudang farmasi
terdiri dari presentase ketidaksesuaian barang antara fisik obat dengan yang ada dalam
pencatatan kartu stok, stok mati, TOR (Turn Over Ratio), persentase barang yang
kadaluarsa dan rusak. Dan kesesuaian sistem pengeluaran obat (FIFO dan FEFO).
Permasalahan yang masih ada di gudang farmasi RSUD Ulin Banjarmasin adalah
dalam kesesuaian sistem pengeluaran obat FIFO dan FEFO. Kesesuaian sistem
pengeluaran obat FIFO dan FEFO maksudnya adalah pengeluaran obat yang memiliki
tanggal kadaluarsa dilakukan lebih dulu dan obat yang pertama datang juga dikeluarkan
lebih dulu untuk menghindari kerugian akibat obat rusak dan kadaluarsa. Masih ada
beberapa obat yang waktu kadaluarsanya lebih dekat lebih banyak dibandingkan waktu
kadaluarnya lebih jauh. Sebagai contoh sediaan oralit yang terdapat di gudang farmasi
berjumlah 7 box dimana sediaan yang waktu kadaluarsanya pada bulan agustus 2020
berjumlah 6 box dan waktu kadaluarsa oktober 2020 berjumlah 1 box. Sediaan lain
juga adalah sediaan Alletrol tetes mata yang terdapat digudang adalah berjumlah 19
buah, dimana sediaan yang waktu kadaluarsanya pada bulan september 2019 berjumlah
12 buah dan waktu kadaluarsa oktober 2019 berjumlah 10 buah, juga beberapa sediaan
infus dimana sediaan yang baru datang diletakkan langsung pada tumpukan sediaan
yang sudah ada di gudang tanpa menyusunnnya berdasarkan waktu kadaluarsanya.
Pengeluaran beberapa obat yang dilakukan oleh petugas gudang farmasi rumah
RSUD Ulin Banjarmasin masih ada yang belum memperhatikan sistem FIFO dan
FEFO. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa ketika melakukan pengeluaran
obat, ada petugas gudang yang tidak memperhatikan obat mana yang mendekati
tanggal kadaluarsa dan obat yang lebih dulu disimpan. Petugas gudang hanya langsung
mengambil obat yang paling atas atau paling depan.
Meskipun dalam standar prosedur operasional sudah dijelaskan bahwa sistem
penyimpanan semua obat harus memperhatikan sistem FIFO dan FEFO. Hal ini
dikerenakan petugas mengganggap semua obat datang dari distributor memiliku waktu
kadaluarsa yang sama karena jarak pemesanan obat dan semua obat yang datang tidak
terlalu lama. Sistem pengeluaran semua obat harus sesuai dengan keputusan Menteri
Kesehatan no. 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
yang menyebutkan bahwa dalam proses pengeluaran obat dari gudang farmasi atau
gudang obat harus memperhatikan sistem FIFO dan FEFO. Tujuannya adalah untuk
mencega adanya obat kadaluarsa dan rusak serta terhindar dari kerugian akibat obat
rusak dan kadaluarsa.
Penyebab dari permasalahan yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor sumber
daya manusia. Petugas belum melaksanakan pemantauan waktu kadaluarsa sediaan
obat secara optimal sehingga tidak ada pemisah antara sediaan farmasi yang memiliki
waktu kadaluarsa yang berbeda. Untuk mengatahasi permasalaham yang terjadi :
1. Diharapkan petugas gudang tertib dalam menyusun semua sediaan farmasi dan
melakukan pengeluaran obat dengan sistem FIFO dan FEFO untuk mencegah
terjadinya kerugian akibat barang yang kadaluarsa atau rusak.
2. Petugas melakukan pengecekan terhadap tanggal kadaluarsa obat tidak hanya pada
saat penerimaan barang saja tapi juga pada saat akan didistribusikan ke depo-depo.
Daftar pustaka

Aditama, C.Y., 2003, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia


Press, Jakarta, 20-22.
Credes, 2000, Responding to the Crissis Supply and Distribution of Pharmaceutical in
Indonesia, ASEMTRUSFUND, Washingthon.
Depkes RI, 2016, Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta.
PENYIMPANAN

NAMA: Ahmad Syauqi Fuady

PENYIMPANAN DIGUDANG FARMASI RSUD ULIN BANJARMASIN

A. Pendahuluan
Berdasarkan PERMENKES 72 tahun 2016 tentang pelayanan kefarmasian
di rumah sakit, pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik. Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut
untuk merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi
produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan
secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan.
Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian, para Apoteker Indonesia
dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara sendiri.
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh
rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas,
manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi
kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas
dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai. Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan
secara benar dan diinspeksi secara periodik.
Rumah Sakit harus menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi untuk
kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar
dari penyalahgunaan dan pencurian. Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:
a. jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan.
b. tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain.
c. bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti.
d. dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan
e. dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
Penyimpanan yang kurang baik dapat membawa kerugian yang cukup besar
bagi rumah sakit. Karena hampir 40-50% pengeluaran rumah sakit ditujukan untuk
kebutuhan logistik terutama obat-obatan dan alat kesehatan. Artinya, jika terjadi
kesalhan dalam pengelolaan dan penyimpanan obat dirumah sakit, maka rumah
sakit tersebut akan mengalami kerugian. Untuk itu sangat diperlukan pengelolaan
obat yang baik dan efisien untuk mencegah terjadinya kerugian akibat kesalahan di
penyimpanan obat.
B. Penyimpanan Digudang Farmasi
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus
disimpan terpisah yaitu:
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda
khusus bahan berbahaya.
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas
medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan
tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang
kurang hati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Adapun Sistem penyimpanan obat-obatan dapat dilakukan dengan cara:
a. Obat disusun berdasarkan bentuk sediaan
b. Obat disusun berdasarkan abjad (alfabetis)
c. Obat disusun berdasarkan frekuensi penggunaan
d. Obat disusun berdasarkan farmakologi
e. Obat disusun berdasarkan suhu dan kelembapan obat.
C. Penyimpanan di Gudang Farmasi RSUD Ulin
Barang yang sudah diterima kemudian disimpan di gudang farmasi
menggunakan rak-rak obat dan palet dilengkapi dengan label nama obat dan kartu
stok. Ruang penyimpanan dilengkapi dengan persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan pengatur suhu ruangan. Monitoring suhu
dan kelembaban dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan siang hari dengan
cara mencatat suhu dan kelembaban yang tertera pada alat ukur suhu dan
kelembaban ruangan pada lembar pemantauan suhu dan kelembaban.
Sistem penyimpanan yang dilakukan di Gudang Farmasi RSUD ULIN
berdasarkan:
a. Bentuk sediaan.
Obat-obatan, bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan disusun berdasarkan
bentuk sediaan di rak-rak dan palet seperti sirup, drop, obat luar, tablet/kapsul,
injeksi, infus, dan alkes.
b. Sistem Abjad (alfabetis)
Setelah obat-obatan, bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan disusun sesuai
bentuk sediaan kemudian disusun berdasarkan urutan alfabetis.
c. Farmakologi
Penyimpanan disusun berdasarkan farmakologi untuk obat-obatan program,
seperti obat-obat HIV (Efavirens, lamivudine, fumarate, dan lain-lain), obat-
obatan TB MDR (closerin, pyridoxine, kanamycin, ethambutol, Pas-Na, dan lain
lain).
d. High alert
Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (High Alert) adalah sejumlah obat-
obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien
jika tidak digunakan secara tepat, obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadinya kesalahan, obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan termasuk obat-obatan yang tampak mirip
(LASA), termasuk juga elektrolit konsentrasi tinggi.
Daftar Obat Hight Alert berdasarkan keputusan Direktur RSUD ULIN
Banjarmasin Nomor 188.4/0322/Kep-KUM/2014 tanggal 31 Desember 2014.
Contoh obat-obat Hight Alert adalah Sediaan Elektrolit Pekat (KCL 7,45%, Ca
Gluconas, D40%), Sediaan Obat Anestesi (Anasfar ampul, Lidokain ampul,
Buvanest ampul, dll), Sediaan Obat Narkotika (Petidin ampul, Fentanil ampul,
Clopedin ampul, dll), Sediaan Obat lain-lain (heparin ampul, Tiaryd ampul,
Digoxin injeksi, dll)
e. LASA (Look Alike Sound Alike)
Daftar obat LASA berdasarkan keputusan direktur RSUD Ulin Banjarmasin
Nomor 188.4/0322/Kep-KUM/2014 tanggal 31 Desember 2014.
Contoh obat-obat yang termasuk dalam daftar obat LASA adalah Acarbose
50mg dan 100mg, buffect syr dan buffect F syr, Cefotaxime dan ceftriaxone,
lansoprazole dan omeprazole, Vincristine dan vinblastine, fasorbi dan fargoxin,
levofloxacin dan oxloxacin dan lain-lain.
f. FEFO dan FIFO
Sitem First expire first out (FEFO) dan First in first out (FIFO) dilakukan
dengan mengkombinasi keduanya. Untuk sistem FEFO, penyimpanan
berdasarkan pada obat yang punya expire date terdekat itu yang pertama kali
dikeluarkan, sedangkan sistem FIFO penyimpanan berdasarkan pada obat yang
pertama kali masuk itu yang pertama kali dikeluarkan.
D. Problem Solving
a. Stok obat dengan kartu stok tidak sesuai.
b. Penempatan yang tidak sesuai dengan prosedur
c. Perbekalan farmasi mendekati expire date
d. Prosedur penyimpanan bila suhu penyimpanan tidak tercapai.
e. Pelabelan dan daftar obat LASA
f. Kesesuaian sistem FEFO dan FIFO
E. Pembahasan
Dari berbagai problem solving diatas, dimana ditemukan problem yang
umumnya paling banyak terjadi dan sangat berpengaruh pada pengontrolan
perbekalan farmasi yang ada di gudang farmasi yaitu stok obat dengan kartu stok
tidak sesuai.
Nama obat Stok Obat Kartu stok
Alletrol 14 0
Asam Traneksamat Tab 40 30
Atorvastatin Tab 159 158
Betametason 0.1% 32 42
Beta-one Tab 245 260
Cendo Lyters 260 130
Clindamisin Tab 300mg 1 5
Clopidogrel Tab 97 103
Combivent 17 28
Cotrimoxazole Tab 4 3
Folley Cateter 18 4 6
Genoint 0,3% 5 7
Gudel 0 30
Ketorolac Inj 20 0
Mikonazole 2% 12 6
Nasal O2 bayi 40 38
Nasal O2 Dewasa 0 15
Oralit 800 900
Phenitoin Inj 90 84
Sotatic Inj 264 200
Streptonion Inj 40 70
Vitamin K inj 29 23
Tabel 1. Kesesuaian Stok Obat dengan Kartu Stok di Gudang
Farmasi
Kartu stok berisi catatan penerimaan dan pengeluaran obat sesuai dokumen
penerimaan dan pengeluaran obat. Kartu obat diletakkan pada tempat dimana obat
disimpan. Kegunaan kartu stok adalah untuk mengetahui kegiatan mutasi obat dan
jumlah sisa stok obat dan sebagai alat kontrol bagi petugas yang bekerja di gudang
farmasi. Kesesuaian stok obat dengan kartu stok sangatlah penting untuk pencatatan
dan pelaporan penggunaan perbekalan farmasi untuk menghindari kehilangan.
Adapun penyebab dari tidak sesuainya antara stok obat dengan kartu stok
dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Sumber daya manusia di gudang.
1. Petugas tidak mencatat mutasi di kartu stok. Ketidak sesuaian antara stok
obat dengan kartu stok biasanya disebabkan karena pada saat pemasukan
dan pengeluaran obat ada obat-obatan yang tidak tercatat.
2. Kartu stok tidak ada dirak obat. Ketidak sesuaian juga bisa disebabkan kartu
stok tidak ada dirak obat karena digunakan petugas untuk menginput data
dikomputer sehingga petugas lain yang mengambil obat tidak bisa mengisi
kartu stok.
3. SDM kesulitan. Ketidak sesuaian kartu stok dengan stok obat dikarenakan
petugas gudang merasa kesulitan dan merasa tidak memiliki cukup waktu
untuk mengisi kartu stok tersebut pada saat banyaknya permintaan dari depo
maupun pada saat banyak obat masuk dari pemasok.
4. Terlalu banyak pekerjaan. Hambatan lain yang sering terjadi yaitu petugas
kurang teliti karena terburu-buru dalam mengisi kartu stok.
5. Tidak ada Penanggung jawab tiap jenis barang. Penanggung jawab belum
melaksanakan uraian tugas dengan baik.
b. Metode dan sistem
1. Tidak ada SOP ((Standar Operating Procedure). Dalam pengambilan dan
pemasukan perbekalan farmasi digudang farmasi hendaknya dibuat
prosedur tetap (protab) atau SOP pengambilan dan pemasukan perbekalan
farmasi yang mengharuskan pengisian kartu stok setiap mengambil dan
memasukkan perbekalan farmasi.
2. Uraian tugas penanggung jawab masing-masing jenis barang yang belum
jelas. Agar petugas penanggung jawab tidak bingung apa yang harus
dikerjakan nya, maka harus ada uraian tugas.
3. Stok opname belum optimal.
Adapun akibat jika ada perbedaan antara data jumlah obat pada kartu stok
dengan jumlah fisik obat digudang, petugas menjadi kesulitan dalam melakukan
analisis atau penelusuran terhait hal ini karena tidak ada bantuan data dari kartu stok
tersebut. Padahal kartu stok obat sangat bermanfaat untuk mengetahui jumlah
persediaan obat, sebagai alat pengendali persediaan, sebagai sumber masukan untuk
pembuatan rencana pengadaan dan sebagai alat kontrol untuk perbekalan farmasi.
Apabila terjadi ketidak sesuaian, petugas bisa melakukan investigasi atau
penelusuran baik dari stok dikomputer atau dengan menelusuri catatan permintaan
obat dari depo-depo untuk melihat obat keluar dan faktur pembelian obat untuk
melihat obat masuk dan juga catatan obat retur.
Untuk menghindari ketidak sesuaian antara stok obat dengan kartu stok,
petugas dapat mengatasi masalah tersebut dengan cara:
a. Sumber Daya Manusia
1. Diadakan pelatihan mengenai standar kompetensi sesuai kebutuhan
petugas.
2. SDM harus memahami dan melaksanakan SOP yang dibuat.
3. Kartu stok harus selalu berada didekat barang perbekalan farmasi.
4. Harus ada penanggung jawab pada setiap jenis perbekalan farmasi.
5. Penanggung jawab harus melakukan tugas sesuai dengan uraian tugas yang
diberikan.
b. Metode dan sistem
1. Apabila belum ada SOP (Standar Operating Procedure), hendaknya
membuat SOP (Standar Operating Procedure) mengenai Pengisian Kartu
Stok dan penanganan apabila terjadi ketidak sesuaian antara stok obat
dengan kartu stok dan mensosialisaikan nya.
2. Membuat uraian tugas penanggung jawab setiap jenis perbekalan farmasi.
3. Melakukan stok opname setiap bulan nya untuk mengontrol kesesuaian
antara stok obat dengan kartu stok. Saat melakukan stok opname harus
dipastikan tidak ada lagi ketidak sesuaian antara stok dengan kartu stok.
4. Melakukan Review SOP (Standar Operating Procedure) secara berkala.

Petugas menerima atau


mengambil Perbekalan
Farmasi

Petugas mengisi
Kartu Stok

Pengisian kartu stok Meliputi: Tanggal,


dari atau tujuan, jumlah masuk atau
keluar, sisa stok, paraf

Selesai

Gambar 1. Prosedur Tetap Pengisian Kartu Stok

Anda mungkin juga menyukai