Anda di halaman 1dari 17

BAB I

DEFINISI

Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat,
alat kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis.

Penyimpanan perbekalan farmasi adalah suatu kegiatan menyimpan dan


memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada
tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat.

Bahan beracun berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam
bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan
lingkungan secara langsung maupun tidak langsung yang mempunyai sifat racun,
memancarkan radiasi (radioaktif), mudah terbakar, mudah meledak, karsinogenik,
mutagenik, teratogenik, korosif, dan iritasi.
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan penyimpanan obat digunakan sebagai acuan dalam menyimpan obat-


obatan yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Ripin
Kabupaten Muaro Jambi.

Panduan penyimpanan perbekalan farmasi ini berisi panduan dalam pengaturan


tempat penyimpanan perbekalan farmasi, Sistem yang digunakan dalam
menyimpan perbekalan farmasi, administrasi penyimpanan perbekalan farmasi
dan pengawasan penyimpanan perbekalan farmasi

A. Pengaturan Tempat Penyimpanan Perbekalan Farmasi


Obat harus selalu disimpan di ruang penyimpanan yang layak. Bila obat rusak,
mutu obat menurun dan memberi pengaruh buruk bagi penderita. Beberapa
ketentuan mengenai sarana penyimpanan obat antara lain :

1. Memiliki Ruangan yang cukup untuk menyimpan semua persediaan obat dan
cukup untuk pergerakan petugas

2. Pintu Ruang Penyimpanan mempunyai kunci pengaman

3. Struktur Dinding dalam keadaan baik, tidak ada retakan, lubang atau tanda
kerusakan oleh air.

4. Atap Ruang penyimpanan dalam keadaan baik dan tidak bocor.

5. Tempat penyimpanan rapi, rak dan lantai tidak berdebu dan dinding bersih.

6. Tempat penyimpanan bebas hama dan tidak ada tanda infestasi hama.

7. Udara bergerak bebas, kipas angin dan kawat nyamuk dalam keadaan baik.

8. Tersedia cukup ventilasi, sirkulasi udara dan penerangan.

9. Tersedia alat pengukur dan pengatur suhu ruangan

10. Jendela dicat putih atau mempunyai gorden serta aman dan mempunyai
teralis.

11. Terdapat rak/lemari penyimpanan.

12. Terdapat lemari pendingin untuk obat tertentu dan dalam keadaan baik.

13. Terdapat lemari khusus yang mempunyai kunci untuk penyimpanan narkotik
dan psikotropika.
14. Terdapat alat bantu lain untuk pengepakan dan perpindahan barang.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang tempat peyimpanan


adalah sebagai berikut :
1. Kemudahan bergerak
Tempat penyimpanan menggunakan sistem satu lantai, tidak menggunakan
sekat- sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan
sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.

2. Sirkulasi udara yang baik


Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan adalah adanya sirkulasi
udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan
memaksimalkan umur hidup dari perbekalan farmasi sekaligus bermanfaat
dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja.

3. Rak dan Pallet


Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan
sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan farmasi.

Keuntungan penggunaan pallet:


Sirkulasi udara dari bawah dan perlingungan terhadap banjir
Peningkatan efisiensi penanganan stok
Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak
Pallet lebih murah dari pada rak

4. Kondisi penyimpanan khusus :


Vaksin memerlukan“Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari
kemungkinan terputusnya arus listrik.
Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan
selalu terkunci.
Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol harus disimpan dalam
ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari
gudang induk.

5. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar
seperti dus, karton, dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang
pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung
pemadam kebakaran agar diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih
berfungsi atau tidak.

B. Sistem Penyimpanan Perbekalan Farmasi

Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis, apabila tidak memungkinkan
obat yang sejenis dapat dikelompokkan menjadi satu.

Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah sebagai


berikut:

1. Gunakan prinsip FIFO dalam penyusunan obat yaitu obat yang pertama
diterima harus pertama juga digunakan sebab umumnya obat yang datang
pertama biasanya juga diproduksi lebih awal dan akan kadaluwarsa lebih awal
pula.

2. Susun obat yang berjumlah besar di atas pallet atau diganjal dengan kayu
secara rapi dan teratur.

3. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obatan yang


berjumlah sedikit tetapi mahal harganya.

4. Susun obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan
kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.

5. Susun obat dalam rak

6. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi

7. Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas dapat


dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan.

8. Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian maka perlu dilakukan


rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada dibelakang yang dapat
menyebabkan kadaluarsa obat

C. Administrasi Penyimpanan

Keluar masuknya perbekalan farmasi dicatat dalam kartu stok barang

Kartu stok berfungsi:


1. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran,
hilang, rusak atau kadaluwarsa)
2. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu)
jenis obat
3. Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat
4. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan
pengadaan, distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat
dalam tempat penyimpanannya.

Kolom-kolom pada Kartu Stok diisi sebagai berikut:


1 Tanggal penerimaan atau pengeluaran.
2 No. Batch/No. Lot.
3 Jumlah penerimaan
4 Jumlah pengeluaran
5 Sisa stok
6 Paraf petugas yang mengerjakan
7 Tanggal kadaluwarsa

Adapun Kegiatan yang harus dilakukan :


1 Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan obat bersangkutan
2 Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari
3 Setiap terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/ daluwarsa
) langsung dicatat di dalam kartu stok
4 Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan

D. Pengawasan Penyimpanan

Seluruh tempat penyimpanan obat diinspeksi secara berkala sesuai kebijakan


rumah sakit untuk memastikan obat disimpan secara benar

Kriteria Penilaian :
1. Penataan penyimpanan perbekalan farmasi di ruangan adalah :
a. Bentuk sediaan obat
b. Alfabetis

2. Stabilitas penyimpanan obat dengan ketentuan :


a. Suhu :
1) Ruangan : 22 – 25 ˚ C
2) Lemari pendingin : 2 – 8 ˚ C
b. Kelembaban : ≤ 60 mmHg
c. Terlindung dari cahaya langsung
d. Kondisi fisik obat : warna, kejernihan, terjadi endapan

3. Ketersediaan perbekalan farmasi di ruangan : persediaan obat sesuai dengan


kebutuhan ruangan

4. Penggolongan obat LASA dan Hight Alert :


a. Labelisasi ada atau tidak
b. Lokalisir sediaan High Alert dilakukan atau tidak
c. Peringatan Obat High Alert

5. Pencatatan pengobatan pasien : formulir terisi dengan lengkap tentang obat


yang diterima oleh pasien meliputi nama obat, bentuk sediaan, rute pemberian,
aturan pakai, efek samping dan interaksi obat yang diterima oleh pasien

6. Pengisian kartu stok obat : kesesuaian jumlah obat yang ada dan yang tercatat
di stok setiap hari

7. Pemantauan obat Emergency Kit , meliputi :


a. Kesesuaian jenis dan jumlah antara fisik dan label kotak emergensi
b. Kondisi fisik : warna, kejernihan, terjadi endapan
c. Tanggal kadaluarsa

8. KIE : Pemberian KIE tercatat / tidak di lembar edukasi

9. Spill Kit (bila ada) : Lengkap / tidak (sesuai dengan label)

10. Obat Kadaluarsa : Ada / tidak 6


BAB III

TATA LAKSANA

A. Penyimpanan Sediaan Farmasi

1. Penyimpanan harus dapat menjamin stabilitas sediaan farmasi sesuai


peryaratan kefarmasian di setiap tempat penyimpanan obat.

2. Tidak semua petugas dapat masuk ke dalam Instalasi farmasi dan Gudang
obat untuk menjamin keamanannya.

3. Tersedianya CCTV di ruang farmasi untuk memastikan keamanan


penyimpanan obat.

4. Perbekalan Farmasi di instalasi farmasi dipisahkan berdasarkan bentuk


sediaannya (tablet, sirup, injeksi, infus, atau alat kesehatan)

5. Tiap Kelompok perbekalan farmasi disusun dalam almari, rak–rak atau pallet
secara alfabetis.

6. Penyimpanan perbekalan Farmasi menerapkan kombinasi sistem FIFO (First


In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).

7. Pengontrolan keluar masuk stok obat dan BMHP di gudang farmasi dan
instalasi farmasi menggunakan kartu stok.

8. Obat dengan pemantauan khusus (kategori high alert) disimpan pada tempat
terpisah dan ditandai stiker High Alert berwarna merah

9. Penyimpanan obat yang termasuk LASA (look Alike Sound Alike) yaitu
penampilan dan penamaan mirip tidak ditempatkan berdekatan (diberi
pembatas satu jenis obat lain) dan diberi label khusus yaitu label kuning
dengan tulisan lasa pada wadah penyimpanan obat untuk mencegah terjadi
kesalahan pengambilan obat

10. Bahan berbahaya dan beracun yang mudah terbakar disimpan terpisah dari
obat lainnya diberi label khusus bahan berbahaya serta tersedia air wash di
tempat tersebut. Penyimpanan di ruang perawatan harus terpisah dan diberi
label khusus.

11. Penyimpanan sediaan narkotika/psikotropika dalam lemari khusus yang


terkunci sesuai prosedur yang berlaku.
12. Peyimpanan obat di ruangan perawatan, obat-obatan yang akan diberikan
kepada pasien disimpan pada loker obat masing-masing pasien yang
diberikan identitas berupa nama pasien dan nomor rekam medis.

13. Setiap obat yang disimpan harus diberi label berisi : nama obat serta
kekuatan, tgl ED dan peringatan khusus : (obat mendekati ED 3-6 bulan
misalnya diberi sticker merah dan mendekati ed 6-9 bulan diberi sticker
kuning)

14. Obat – obatan dan bahan kimia yang digunakan secara multi dosis, diberi
label : isi obat, tanggal pertama kali dibuka dan tanggal ED setelah dibuka
(beyond use date)

15. Obat yang dikeluarkan dari wadah asli, seperti sediaan injeksi yang sudah
dikemas dalam syringe harus diberi etiket : nama pasien dan identitas lain
(nomor rekam medik atau tanggal lahir), tanggal dibuka dan tanggal
kadaluarsa setelah dibuka.

16. Obat-obatan dan bahan kimia yang didistribusikan dengan pengemasan ulang
(repacking) harus diberikan etiket : nama dan jumlah sediaan, tanggal
pengemasan dan beyond use date.

17. Penyimpanan obat disesuaikan bentuk dan jenis sediaan, stabilitas, sifat dan
ketahanan Obat terhadap cahaya.

18. Di setiap ruang penyimpanan dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan
kelembaban udara yg sudh dikalibrasi.

19. Perbekalan Farmasi disimpan pada suhu sesuai ketentuan yang tercantum
dalam petunjuk dari produsen, sebagai berikut :
1. Suhu kamar (<25oC), seperti sediaan padat atau oral dan alkes.
2. Suhu sejuk (15o – 25oC), pada ruangan AC seperti beberapa sediaan
injeksi, tetes mata, tetes telinga, salep mata.
3. Suhu dingin (2o – 8oC), pada Lemari pendingin seperti insulin dan serum

20. Pada form ceklist tersedia : suhu ruangan 18 - 25oC, stabilitas refrigerator
suhu 2 – 8oC serta kelembaban 50-75%

21. Pemantauan suhu ruangan dan suhu lemari pendingin dilakukan secara rutin
dan dicatat dalam lembar monitoring.
1. Pemantauan suhu ruangan dan suhu lemari pendingin dilakukan :
a. Dua kali (saat masuk dan pulang kerja) di gudang farmasi
b. Tiga kali (tiap shift jaga) di unit pelayanan farmasi dengan jam kerja
tiga shift.

2. Kelembaban ruangan penyimpanan didokumentasikan :


a. Dua kali (saat masuk dan pulang kerja) di gudang farmasi
b. Tiga kali (tiap shift jaga) di unit pelayanan farmasi dengan jam kerja
tiga shift.

22. Dilakukan inspeksi berkala untuk memastikan obat disimpan dengan benar
oleh Apoteker atau petugas yang ditunjuk

1. Dibuat jadwal supervisi yang meliputi : SDM, tempat supervisi, dan waktu
supervisi.

2. Hasil supervisi yang meliputi : temuan supervisi, permasalahan,


rekomendasi supervisi dan usulan tindak lanjut

23. Penyimpanan Gas medis

Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk
pelayanan medis pada sarana kesehatan.

Yang harus diperhatikan dalam penyimpanan gas medis antra lain:


1. Tabung dalam keadaan baik
2. Tempat penyimpanan aman, kering dan cukup baik ventilasinya
3. Tabung harus dalam keadaan berdiri
4. Tabung yang berisi dan kosong harus dalam keadaan terpisah
5. Ruangan lantai dalam keadaan rata

Prosedur penyimpanan gas medis adalah :


1. Terima dan periksa keadaan tabung gas yang diterima
2. Catat jumlah dan nomor tabung gas medis di dalam buku mutasi gas
medis
3. Simpan gas medis di tempat yang sudah disediakan dengan posisi
tabung berdiri tegak dan dipasang penutup kran
4. Pasang tali/rantai pengaman untuk menghindari jatuh pada saat terjadi
goncangan
5. Pisahkan tabung gas medis isi dan tabung gas kosong, untuk
memudahkan pemeriksaan dan penggantian.
6. Jumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran gas medis pada buku
7. Catat nama/paraf petugas.

B. Tata Kelola Bahan Berbahaya, serta Obat Narkotika dan Psikotropik

1. Bahan Beracun Berbahaya (B3)

Bahan berbahaya (B3) yang bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif,
radioaktif, oksidator/reduktor, racun, korosif, karsinogenik, teratogenik,
mutagenik, iritasi dan berbahaya lainnya disimpan di tempat terpisah atau
dalam lemari terpisah.

Semua bahan diberi label yang menyebutkan isi, tanggal kadaluarsa, dan
label tanda bahan berbahaya peringatan disesuaikan dengan klasifikasi B3

Penyimpanan B3 harus disertai dengan Material Safety Data Sheet (MSDS)


atau Lembar Data Pengaman (LDP) yang memuat identitas bahan, bahaya
yang ditimbulkan, cara penanggulangan bila terjadi tumpahan / kebocoran
serta cara penanggulangan kedaruratan.

Di tempat penyimpanan B3 harus dilengkapi dengan Alat pelindung Diri (APD)


bagi petugas.

2. Narkotika dan Psikotropika

Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus memiliki tempat penyimpanan Narkotika


atau Psikotropika berupa lemari khusus.

Lemari khusus tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut:


1. terbuat dari bahan yang kuat
2. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda
3. harus diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum; dan
4. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain
yang dikuasakan.

Instalasi Farmasi membuat laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan


Narkotika dan Psikotropika
C. Tata Kelola Penyimpanan Elektrolit Konsentrat

1. Elektrolit Konsentrat adalah obat elektrolit berkonsentrasi tinggi yang sangat


berisiko menyebabkan cedera bermakna pada pasien jika obat digunakan
secara tidak tepat.

2. Yang termasuk elektrolit konsentrat adalah : NaCl 3%, KCl lebih besar atau
sama dengan 2 meq/ml, Natrium Bicarbonat (NaHCO3) 8,4%, MgSO4 diatas
50%

3. Elektrolit konsentrat di simpan dalam tempat penyimpanan obat high alert, dan
diberi label obat yang harus diwaspadai (high alert), disetiap boks obat di
instalasi farmasi, dan disetiap satuan terkecil di instalasi rawat inap

4. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk


kebutuhan klinis yang penting.

5. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien


dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang
kurang hati-hati.

D. Penyimpanan dan Pengawasan Penggunaan Obat Tertentu

1. Produk Nutrisi

Penyimpanan sediaan produksi nutrisi parenteral disesuaikan dengan


stabilitas produk tertentu sesuai ketentuan yang tercantum dalam petunjuk
dari produsen.

Beberapa jenis nutrisi parenteral, yaitu:


1. Karbohidrat, contoh: dextrose 5%, dextrose 10%,
2. Asam amino, contoh: Aminofluid L600
3. Lemak, contoh: Intralipid 10%
4. Cairan elektrolit, contoh: Ringer Laktat

Beberapa sifat yang perlu diperhatikan, misalnya:


1. Bahan organic biasanya lebih sensitive terhadap panas.
2. Lemak dan minyak alami mengandung ikatan rangkap yang dapat bereaksi
dengan oksigen membentuk peroksida
3. Asam amino dapat terpengaruh oleh panas, cahaya, air dan kelembaban.
4. Material anhidrat dapat menyerap kelembaban dari lingkungan.
5. Senyawa seperti NaOH dapat mengabsorbsi CO2 dari udara.

Instalasi farmasi hanya mengelola produk nutrisi parenteral.

Produk Nutrisi Parenteral disimpan sesuai sifat bahan dan petunjuk


penyimpanan dari produsen.

Nutrisi parenteral yang dibutuhkan dalam perawatan disimpan ditempat yang


terkontrol suhu dan kelembabannya agar terhindar dari kerusakan. disimpan
mengikuti persyaratan yang tertera pada produk. Atau pada suhu dan
stabilitas yang telah ditentukan berdasarkan referensi.

2. Obat dan Bahan Radioaktif

RSUD Ahmad Ripin tidak memiliki obat yang bersifat radioaktif yang disimpan

Keterlibatan Instalasi Farmasi dalam penanganan sediaan radiofarmasi


adalah pada saat pemesanan dan penerimaan sediaan tersebut. Setelah
sediaan tiba di Instalasi Farmasi, sediaan langung dikelola oleh bagian
radiologi di RSUD Ahmad Ripin.

3. Obat yang dibawa pasien sebelum rawat inap

Bila pasien membawa obat dari luar RSUD Ahmad Ripin untuk digunakan
selama perawatan di RSUD Ahmad Ripin, maka pasien/keluarga pasien harus
menandatangani Formulir Serah Terima Obat dari Pasien (Formulir
Rekonsiliasi).

Obat disimpan di loker pasien pada saat pasien sudah masuk ke ruang
perawatan.

Prosedur penyimpanan Obat yang dibawa oleh pasien adalah:

1. DPJP atau perawat igd menanyakan kepada pasien yang akan masuk
perawatan tentang pemakaian obat yang sedang dikonsumsi atau dibawa
dari luar rumah sakit.

2. Perawat memasukkan data obat yang dibawa oleh pasien kedalam formulir
rekonsiliasi

3. Perawat menyerahkan obat yang dibawa oleh pasien dari luar rumah sakit
disertai dengan bukti serah terima obat untuk diverifikasi identitasnya oleh
petugas farmasi.
4. Jika obat tersebut akan digunakan kembali dalam proses pengobatan,
harus diresepkan kembali oleh Dokter dan dietiket ulang oleh petugas
farmasi.

5. Jika obat tidak digunakan atau masih ada sisa, maka obat dimasukkan
dalam plastik khusus dan disimpan dalam loker obat pasien dengan diberi
penandaan jelas.

6. Obat yang tidak dilanjutkan akan dikembalikan kepada pasien saat pulang
perawatan

7. Penyerahan kembali obat kepada pasien atau keluarganya saat pulang


dikonseling oleh Apoteker

4. Obat program atau bantuan pemerintah/pihak lain

Obat bantuan pemerintah berupa obat bantuan untuk program, contoh obat
ARV.

Penyimpanan obat program bantuan pemerintah disimpan di apotek rawat


inap, sesuai dengan stabilitas obat tertentu.

5. Obat yang digunakan untuk penelitian

RSUD Ahmad Ripin tidak memiliki obat yang digunakan untuk penelitian

E. Pengelolaan Obat Emergensi

Obat emergensi adalah obat yang bersifat life saving untuk mengatasi kondisi
yang mengancam keselamatan jiwa pasien (life threating) beserta alat
kesehatan yang dibutuhkan untuk kondisi emergensi.

Obat emergensi tersedia pada unit-unit perawatan yang ditetapkan dan bisa
segera di akses untuk kebutuhan emergensi.

Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin :


1. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan
2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain
3. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti
4. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa
5. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
Prosedur penyimpanan obat emergensi adalah :

1. Siapkan obat yang akan disimpan dalam kotak emergensi, sesuai dengan
daftar obat emergensi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.

2. Susun obat emergensi dalam kotak emergensi

3. Kunci kotak emergensi menggunakan kunci plastik dengan nomor register

4. Distribusikan Kotak emergensi pada unit pelayanan yang membutuhkan


obat emergensi

5. Kotak emergensi disimpan ditempat yang tersendiri, mudah dilihat,


terdekat, dan siap dipakai.

6. Penyimpanan kotak emergensi disertai dengan daftar obat dengan nama,


jumlah, dan tanggal kadaluarsa, buku pengecekan kotak obat emergensi
dan buku penggunaan dan pergantian obat emegensi.

7. Inspeksi dilakukan setiap 1 (satu) bulan

F. Sistem Penarikan Kembali Sediaan Farmasi

Penarikan obat dilakukan pada:

1. Obat-obat yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawasan Obat dan
Makanan

2. Obat yang karena sesuatu hal sehingga pabrik menarik produknya

Apabila ditemukan sedian farmasi tidak memenuhi persyaratan disimpan


terpisah dari sediaan farmasi lain dan diberi label penandaan tidak untuk
diberikan kepada pasien untuk menghindari kekeliruan. Pelaksanaan
penarikan kembali didukung oleh sistem dokumentasi

Kegiatan penyelesaian terhadap produk obat dan BMHP yang tidak terpakai
karena kadaluarsa, rusak atau tidak memenuhi persyaratan dilakukan dengan
cara membuat usulan penghapusan produk obat dan BMHP tersebut kepada
pihak terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku

Jika obat emergency rusak / kadaluarsa petugas penanggung jawab obat


emergenci segera melaporkan ke instalasi farmasi disertai dengan bukti
laporan dan bukti obat yang rusak/kadaluarsa dan kemudian dilakukan
penggantian obat emergenci oleh petugas Instalasi Farmasi.

Kadaluarsa Obat dalam Wadah yang telah dibuka di unit-unit perawatan


pasien (BUD = Beyond Use Date) yaitu sebagai berikut:

Jumlah Detail Tanggal kadaluarsa

Obat oral Botol obat 60 ml 3 bulan sesudah membuka dengan


berupa cairan atau 100 ml kondisi penyimpanan yang baik

Segera buang sisanya setelah dipakai.


Jika ada obat narkotika injeksi yang
Ampul
bersisa maka sisanya dibuang oleh
farmasi disaksikan oleh perawat.
Injeksi
Vial sekali pakai Segera buang sisanya setelah dipakai.

Vial dosis ganda


30 hari sesudah membuka dengan
(ada bahan
kondisi penyimpanan yang baik
pengawet)

30 hari sesudah membuka dengan


Insulin Pena/ vial
kondisi penyimpanan yang baik

Krim, 3 bulan sesudah membuka dengan


Topikal
salep,lotion kondisi penyimpanan yang baik

Botol, salep 30 hari sesudah membuka dengan


kondisi penyimpanan yang baik.
(ada bahan
pengawet)

Minidose 3 hari sesudah membukanya


Tetes mata
Botol, mini
dose, salep

(tidak ada Segera buang sisanya setelah dipakai


bahan
pengawaet)

Metered Dosed 3 bulan setelah membuka dengan kondisi


Inhaler
Inhaler (MDI), penyimpanan yang baik
Turbohaler,

Obat/ cairan 30 hari sesudah membuka dengan


Salbutamol
untuk nebulasi kondisi penyimpanan yang baik
BAB IV

DOKUMENTASI

Semua kegiatan yang berkaitan dengan penyimpanan obat dicatat dan


didokumentasikan, kemudian dievaluasi secara rutin yang selanjutnya digunakan
sebagai bahan laporan.

Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD ARGA Makmur

Dr. Hj. HERAWATI, Sp. PK


NIP : 19820214201001 2 013

Anda mungkin juga menyukai