Anda di halaman 1dari 40

PRODUKSI FARMASI

RUMAH SAKIT

Prihwanto Budi S

Program Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi
Universitas Jember 2019
PRODUKSI FARMASI RUMAH
SAKIT
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
Departemen Kesehatan (2004) :
Produksi farmasi RS merupakan kegiatan:
- membuat
- merubah bentuk
- pengemasan kembali
sediaan farmasi steril atau non steril untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
PRODUKSI FARMASI RS
Produksi sendiri dilakukan oleh Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS), bila produk
obat/sediaan farmasi tersebut :
- tidak diperdagangkan secara komersial
- jika diproduksi sendiri akan lebih murah/
menguntungkan.
Produksi obat sediaan farmasi yang
dilakukan merupakan produksi lokal untuk
keperluan internal rumah sakit.
PROSES PRODUKSI FARMASI RS
Proses produksi dilakukan berbagai tahap
mencakup:
- desain dan pengembangan produk
- pengadaan, perencanaan
- pengmbangan proses
- produksi,
- pengujian akhir dan pengemasan

Perlu menerapkan standar sistem mutu ISO 9001


dan dilengkapi Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB).
 MAHAL !! Perlu telaah & pertimbangan yang
matang
PRODUKSI FARMASI RS
PERTIMBANGAN PRODUKSI LOKAL RS
Dalam rangka memutuskan tepat tidaknya
produksi lokal di rumah sakit, beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan adalah :
- rancangan kapasitas
- sumber produksi
- seleksi produksi
- persediaan produksi
- pengontrolan kualitas
- harga produk.
KRITERIA OBAT YANG DIPRODUKSI

1. sediaan farmasi dengan formula khusus


2. sediaan farmasi dengan lebih harga murah
3. sediaan farmasi dengan kemasan lebih
kecil
4. sediaan farmasi yang tidak tersedia di
pasaran
5. sediaan farmasi untuk penelitian
6. sediaan nutrisi parenteral (Kombinasi)
7. rekonstruksi / preparasi sediaan obat
kanker
PERENCANAAN PRODUKSI
Perencanakan produksi obat yang sesuai dan
kebutuhan rumah sakit. Dalam proses produksi
untuk menghasilkan anggaran yang tepat selama
produksi maka farmasis akan menentukan inventaris
dan pemakaian anggaran yang diperlukan untuk
produk akhir dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Persediaan dan tingkat pemakaian produk jadi.
2. Persyaratan bahan.
3. Kepastian produksi.
4. Peralatan produksi dan sumber-sumbernya.
5. Tenaga produksi
6. Biaya operasi
PERENCANAAN PRODUKSI
1. Perencanaan produksi perlu dipertimbangkan
seleksi produk yang mungkin untuk dimanufaktur,
didasarkan pada permintaan rumah sakit terhadap
ketersediaannya dan menetapkan pelaksanaannya
yang
paling efisien dan efektif.
2. Perencanaan gedung dan fasilitas produksi, peralatan
dan personel yang memenuhi syarat.
3. Mengadakan pelatihan personel secara teratur,
inspeksi
dan evaluasi kerja.
4. Mengadakan dokumentasi proses produksi.
5. Menjamin mutu produk akhir.
PRODUKSI OBAT STERIL
Pembuatan produk steril terbagi menjadi :
1. Produksi steril adalah proses mencampur
atau meracik bahan obat steril dan
dilakukan di dalam ruang steril.
2. Aseptic dispensing adalah teknik aseptic
yang dapat menjamin ketepatan sediaan
steril yang dibuat dan bebas kontaminasi.
APD PRODUKSI STERIL
TOTAL PARENTERAL NUTRITION (TPN)
Membuat atau mencampur bahan nutrisi
yang berisi asam amino, karbohidrat dan
lipid yang steril dengan kadar yang sesuai
kebutuhan masing-masing pasien, sehingga
dihasilkan sediaan yang steril.
Ruang untuk TPN bertekanan
positif dari pada di luar karena
obat ini tidak berbahaya hanya
saja dalam pembuatannya
harus steril.
IV ADMIXTURE
Proses pencampuran obat steril ke dalam larutan
intravena steril untuk menghasilkan suatu
sediaan steril yang bertujuan untuk penggunaan
Intra Vena (I.V)
Ruang lingkup dari IV admixture :
1. Pelarutan serbuk steril.
2. Menyiapkan suntikan IV sederhana (tunggal)
3. Menyiapkan suntikan IV kompleks

Keuntungan IV admixture:
1. Terjaminnya sterillitas produk
2. Terkontrolnya kompatibilitas obat
3. Terjaminnya kondisi penyimpanan yang
optimum sebelum dan sesudah pengoplosan.
PREPARASI SITOSTATIKA
Peracikan obat kanker atau sitostatika adalah
kegiatan rekonstitusi (pencampuran) obat–
obat sitostatik dan menyiapkan agar siap
digunakan dengan mempertimbangkan
dasar–dasar keamanan bagi pekerja dan
lingkungan serta prinsip dasar pencampuran
obat steril.
Obat diserahkan pada bagian produksi obat
steril sebelum dilakukan kemoterapi.
Mengingat instabilitas obat rekontitusi, maka
hrs dipastikan kepastian jadi/tidaknya
pemberian kemo pada pasien.
PREPARASI SITOSTATIKA
Formulir permintaan obat sitostatika tercantum:
-data pasien: nama, nomor medical record,
ruangan, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, umur, luas permukaan tubuh, diagnosis,
-nama dokter, dan paraf dokter,
- data permintaan obat yang meliputi nama
obat, dosis, cara pemberian, volume, jumlah
(ampul/vial), pelarut, volume pelarut, volume
akhir, expire date,
- alat kesehatan yang digunakan.
PREPARASI SITOSTATIKA

Rekonstitusi obat sitostatika dilakukan secara aseptik di ruang


steril di dalam laminar air flow. Tekanan udara di ruangan ini
makin ke dalam atau makin mendekati laminar air flow harus
makin negatif. Hal ini untuk mencegah paparan personil yang
mengerjakannya. Personil yang mengerjakan harus memakai
APD.
Ruang yang digunakan steril disebut ruang kelas II:
- tidak boleh mengandung lebih dari 350.000 partikel
berukuran 0,5 mikron atau lebih
- tidak boleh mengandung lebih dari 2.000 partikel berukuran
5 mikron atau lebih
- tidak boleh mengandung lebih dari 100 mikroba setiap meter
kubik udara
ISOLATOR PREPARASI SITOSTATIKA
2. PRODUK OBAT NON STERIL
Perencanaan produksi dibuat untuk bulan
berikutnya berdasarkan permintaan barang
dan persediaan minimum produksi,
selanjutnya dilaksanakan dalam kegiatan
harian.

Kegiatan yang dilakukan dalam produksi non


steril yaitu pembuatan, pengenceran, dan
pengemasan kembali berbagai obat non
steril.
PEMBUATAN PRODUK NON STERIL
- berdasarkan master formula
- tahapan pembuatan dilakukan berdasarkan urutan yang
terdapat pada formulir pembuatan obat
- setiap tahap pembuatan harus diparaf oleh petugas yang
mengerjakannya
- pengemasan dan pemberian etiket dilakukan setelah
produksi obat antiseptik selesai dibuat dan diperiksa kembali,
formulir pengemasan diparaf petugas yang berisi tanggal
produksi, nama obat, nomor produksi, volume dan kemasan
- selanjutnya formulir pembuatan obat, formulir pengemasan
dan etiket diparaf atau diberi cap oleh penanggung jawab
sebagai tanda bahwa obat sudah diperiksa dan dapat
didistribusikan.
- contoh pembuatan hands rub : alkohol – gliserin
PENGENCERAN PRODUK NON STERIL

Pengenceran dilakukan berdasarkan urutan


seperti yang terdapat pada formulir obat dan
pada setiap tahap harus diparaf oleh petugas
yang mengerjakannya.
Contoh kegiatan:
Pengenceran alkohol 70% dari alkohol 95%.
Pengenceran peroksida dari 50% menjadi
2%
PENGEMASAN KEMBALI PRODUK NON
STERIL

Pengemasan kembali sesuai dengan ukuran


kebutuhan ruangan atau pasien
Contoh kegiatan:
Betadine galon dikemas jadi 60cc
OBH dan OBP kemasan liter menjadi 60 cc
Rivanol dari kemasan besar menjadi
kemasan yang lebih kecil.
Aquabides galon menjadi botol 1000 cc
STUDI KELAYAKAN PRODUKSI LOKAL
1. Personil, adalah sumber daya
terkontaminasi dan kesalahan harus
dihindari, pelatihan kepada mereka harus
secara regular, dan evaluasi dan inspeksi
dilakukakan secara periodik.
2. Gedung dan bangunan fisik, perlu
pertimbangan lokasi, desain, konstruksi,
adaptasi, dan pemeliharaan.
3. Sumber air, sangat fundamental. Air harus
diteliti dulu sebelum digunakan, jika
persediaan air kurang harus ada alternatif
lain sumber air sebelum produksi dimulai.
STUDI KELAYAKAN PRODUKSI LOKAL
4. Peralatan.
Lokasi dan desain dari peralatan harus meminimalisir
resiko error dan efektif pada pembersihan dan
perawatannya. Berat dan ukuran peralatan harus
dikalibrasi secara teratur.

5. Dokumentasi.
Setiap produksi harus punya literatur teknis, yang
terdiri dari Formularium Nasional yang resmi dan
Farmakope. Sumber dari formula harus menggunakan
referensi dari literatur sains dan tercatat pada bagian
produksi dan kontrol buku kerja, kalkulasi ukuran
batch dan intruksi harus jelas sebelum memproduksi
produk baru.
SEDIAAN INTRAVENA
Tanggung jawab terhadap sistem dispensing intravena
ada di tangan farmasis karena faktor :
a. Kontaminasi, perhatikan kebersihan dan aliran
udara laminar vertikal atau horizontal untuk peracikan
intravena.
b. Kompatibilitas, kontrol larutan intravena yang
digunakan dan obat yang dikombinasikan dalam larutan.
Farmasis harus mengatasi masalah yang berhubungan
dengan ketidaksempurnaan kimia, fisik, terapeutik dan
merancang alternatif yang cocok untuk mengatasinya.
c. Stabilitas, informasi stabilitas obat harus diperoleh
dengan mudah agar farmasis dapat memantapkan
kondisi optimum penyiapan sesudah pembuatan.
d. Biaya, keuntungan bila dilakukan dibanding biaya
keseluruhan
SEDIAAN INTRAVENA
Komponen dalam dispensing intravena :
1. RUANG PENYIMPANAN
Idealnya, produk parenteral harus disiapkan
dalam clean room. Beberapa rekomendasi untuk
ruang penyimpanan produk parenteral antara
lain:
a. Lantai mudah dibersihkan.
b. Fasilitas untuk cuci tangan.
c. Hood Laminar Air flow.
d. Lemari pendingin.
e. Penerangan yang baik.
f. Ruangan yang memadai.
g. Peralatan untuk penyiapan.
KOMPONEN DISPENSING IV
 2. ATURAN DAN PROSEDUR
Prosedur harus tercantum dalam prosedur manual
a. Stabilitas, ED didasarkan pada sterilitas dan
stabilitas,
b. Inkompatibilitas produk, fisik (dua atau lebih
produk dicampur terjadi perubahan tampak) kimia
(kerusakan atau ketidakaktifan bahan aktif )dan
terapi (menurunkan potensi obat atau timbulnya
toksisitas obat.)
c. Teknik aseptik, metode untuk menjamin produk
terbebas dari mikroorganisme hidup, bahan
partikulat, pirogen.
d. Intravena profiling, harus ditinjau profil pasien
untuk menentukan adanya masalah kompatibilitas
atau stabilitas sebelum penyimpanan produk
KOMPONEN DISPENSING IV
 3. SARANA PRASARANA
a. LAF hoods, agar bebas mikroorganisme dan bahan partikulat.
b. Lemari pendingin, untuk stabilitas optimal sediaan, menghambat
pertumbuhan mikroorganisme.
c. Personal, dipengaruhi sistem pembuatan sediaan intravena dan
jumlah pembuatan dosis individu.
d. Tempat penyimpanan, variasi luas ruang yang dibutuhkan untuk
penyimpanan perbekalan perlu diperhatikan.
e. Pertimbangan ekonomi, sarpras dan personil berpengaruh besar
pada anggaran belanja farmasi.
f. Sistem peracikan,pilih yang membutuhkan sedikit usaha
pencampuran dengan menggunakan produk langsung pakai dari
pabrik.
g. Sumber air, harus tersedia cukup dan bermutu baik, seharusnya
cairan IV tidak boleh diproduksi lokal karena kurang
terjaminnya bebas cemaran/kontaminan dan pirogen.
SEDIAAN MATA
Dalam pembuatan sediaan larutan mata harus
diperhatikan : buffer, isotonisitas, pengawetan,
sterilitas, viskositas dan pengemasan.
Bahan pengemas, pH dan buffer harus
dipertimbangkan dalam stabilitas sediaan.
Pengawet yang digunakan umumnya adalah
benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat atau
nitrat. Kenaikan viskositas larutan mata
memperlama kontak antara obat dengan
jaringan mata. Larutan mata yang
viskositasnya meningkat harus bebas dari
partikel yang terlihat mata.
SEDIAAN MATA

Larutan mata dapat disterilkan dengan :


1. melewatkan larutan dalam syringe melalui
penyaring 0,22μm ke dalam wadah steril
2. apabila sediaannya tahan panas adalah
dengan autoklaf

ad 1. Semua pekerjaan tersebut


menggunakan teknik aseptik dalam laminar
air flow yang dapat mengurangi kemungkinan
kontaminasi partikel dan mikroba.
PERMASALAHAN DALAM PEMBUATAN
LARUTAN PARENTERAL
 perlu diperhatikan untuk menghindari masalah
dalam pembutan larutan parentral terutama di
bagian farmasi rumah sakit antara lain :
1. Pengawasan farmasetika.
2. Pembersihan yang tepat.
3. Penyeleksian bahan kimia secara teliti.
4. Pembuatan destilat murni dan bebas pirogen.
5. Pengukuran yang akurat dari bahan kimia asli
dan akhir.
6. Proses sterilisasi yang terkontrol dengan
menggunakan termometer.
7. Pengisisan yang cepat dan tepat.
8. Pemeriksaan produk akhir.
LEMBAR KERJA PRODUKSI
 Data yang diperlukan: nama, kekuatan, tanggal,
formula, kandungan, pencampuran, petugas pada
tahap akhir; pengontrol bahan dan proses, nomor
urut bahan, pengemasan dan kontrol laboratarium,
hasil presentase, lama waktu pembuatan, bahan
baku, biaya pengemasan, selain itu juga digunakan
nomor penerimaan untuk bahan baku sebagai
identifikasi wadah bahan baku.
Selain produk racikan harus dicatat dengan
mencantumkan nomor lot, produk yang diberikan,
nama produk, jumlah yang diproduksi, nama pasien
atau klinik yang menerima produk, inisial pembuat,
inisial pemeriksaan ulang produk.
ADMINISTRASI PENGEMASAN
KEMBALI
 Catatan yang akurat dapat membantu pengelolaan
Informasi yang penting dicantumkan di dalamnya,
meliputi:
1. Barang yang dikemas (nama obat, khasiat dan
asalnya)
2. Pabrik pembuat
3. Nomor kontrol produk
4. Jumlah total unit
5. Ukuran untuk setiap unit
6. Identitas pelaksanaan pengemasan awal
(mungkin hanya teknis)
7. Identitas pemeriksaan (hanya farmasi)
8. Jenis kemasan dan penutupnya
9. Tanggal pengemasan ulang
10. Nomor kontrol farmasi rumah sakit juga pabrik
CATATAN PENGEMASAN KEMBALI
A. Catatan Formulasi
Data ini memberikan informasi bagi teknisi pengemasan kembali:
1. nama obat & kandungan zat aktif
2.bentuk sediaan
3 bentuk pengemasan
4 alat pengemasan
5 hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengemasan kembali
6 tanggal kadaluarsa
7. pelabelan

B. Catatan Pengemasan Kembali


Data yang ada pada catatan pengemasan kembali meliputi :
1. informasi tentang nama obat dan kandungan
2. tanggal pelaksanaan pengemasan
3. data asli pabrik: nama pabrik, nomor lot, tanggal kadaluarsa
4. data pelaksanaan pengemasan: nomor lot , ED, jumlah yang dikemas
5. tanda tangan pelaksana pengemas dan pemeriksa
CATATAN PENGEMASAN KEMBALI
C. Catatan Harian dalam Pengemasan Kembali
Catatan ini berisi daftar laporan harian aktivitas
pengemasan kembali. Catatan ini digunakan untuk
mengetahui jalannya produksi suatu sistem tertentu
dan harus berisi informasi :
1. obat / kandungan / bentuk kemasan kembali
2. nomor lot yang dicantumkan
3. jumlah kemasan
4. ekstemporer atau batch
5. petugas pengemasan kembali
D. Kontrol kualitas dan pengujian produk akhir
Tujuan program ini menghasilkan produksi yang terus
menerus dalam kualitas yang baik untuk obat-obatan
kemas kembali berdasarkan cara pembuatan obat
yang baik.
KONTROL KUALITAS (QC)
QC dilakukan pada saat :
1. In Process Control
Termasuk proses tertulis, pelatihan formal untuk
operator dari masing-masing sistem pemilihan
peralatan, evaluasi bentuk sampai pengemasan,
mengecek ulang tahap kerja dalam setiap
proses.
2. Uji Produk Akhir
Dilakukan untuk menentukan apakah produk
memenuhi standar yang berlaku seperti sebelum
dikemas kembali.
Contoh uji sterilitas pada produk steril dan uji
permeabilitas uap air pada kemasan.
PENGECEKAN ULANG DAN
PENGEMASAN KEMBALI
Tujuannya memastikan kemasan dengan
kualitas tinggi. Dapat dilakukan dengan cara
pengecekan ulang terhadap:
1. produk yang dikemas untuk memastikan
kebenaran obat dan bentuk sediaan juga bahwa
produk belum kadaluarsa
2. volume diisikan untuk memastikan jumlah
cairan sesuai dosis dan sesuai dengan kemasan
3. perhitungan yang mungkin diperlukan untuk
rekonstitusi agar dicapai dosis tertentu
4. informasi yang tertera pada salinan label
untuk memastikan label lengkap dan akurat.
KESIMPULAN
 Perlu pertimbangan yang matang sebelum
diputuskan untuk melakukan produksi lokal
RS
 Semua prosedur dan persyaratan produksi
lokal RS harus dipenuhi dalam rangka
penjaminan mutu produk.
DAFTAR PUSTAKA
 Siregar, Charles J. P. Farmasi Rumah Sakit:
Teori Penerapan. Jakarta: EGC. 2003.
 Departemen Kesehatan. Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta, Indonesia:
DirJen Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. 2004.

Anda mungkin juga menyukai