Anda di halaman 1dari 13

Peraturan Narkotika, Psikotropika Dan

Prekursor (Permenkes Nomor 3 Tahun 2015,


UU Nomor 35 Tahun 2009 Dan UU Nomor 5
Tahun 1997)

Kelompok 1 :
Agus Trihardiyanto (1800053)
Emelina (1800069)
Fitri Primawanty (1800071)
Putri Qurnia Pratiwi (1800088)
Putri Zulnandita (1800089)
Windi Sayutia Ningsih (1800104)
Definisi Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2015

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari


tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana
terlampir dalam Undang-Undang tentang Narkotika.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 3 Pasal 1 Ayat 2 Tahun 2015

Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat,


baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Pasal 1 Ayat 3 Tahun 2015

Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan


pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan
proses produksi industri farmasi atau produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi yang
mengandung ephedrine, pseudoephedrine,
norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin,
ergometrine, atau Potasium Permanganat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 35 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2009

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal


dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongangolongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang
ini.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 35 Pasal 1 Ayat 2 Tahun 2009

Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan


pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan
dalam tabel sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang ini.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 5 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 1997

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah


maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.
Penggolongan narkotika, psikotropika, dan
prekursor

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun


2009

Pasal 6
(1) Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 digolongkan ke dalam:
a. Narkotika Golongan I;
b. Narkotika Golongan II; dan
c. Narkotika Golongan III.
(2) Penggolongan Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
pertama kali ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Undang-Undang ini.
(3) Ketentuan mengenai perubahan penggolongan Narkotika sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
lanjutan

• Untuk Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat

digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan

tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat

tinggi mengakibatkan ketergantungan seperti opium, ganja, heroin,

amfetamin, metamfetamin, etkatinon, tanaman KHAT dll.


lanjutkan

• Sedangkan Narkotika Golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan

yang bisa digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam

terapi/untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan seperti dekstromoramid,

metadon, morfin, petidin, dihidroetorfin, oripavin dll.

• Lalu untuk Narkotika Golongan III hanya berbeda dalam potensi ringan

dalam mengakibatkan ketergantungan seperti kodein, narkodein,

buprenorfin dll.
Produksi, Penyaluran Dan Penyerahan Narkotika,
Psikotropika Dan Prekursor Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015

Pasal
3

Peredaran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi


terdiri dari Penyaluran dan Penyerahan

Pasal
4

Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang


diedarkan harus memenuhi persyaratan keamanan, khasiat,
dan mutu
lanjutan
Pasal
5

(1) Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk


obat jadi hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan izin edar dari
Menteri

(2) Untuk mendapatkan izin edar Narkotika, Psikotropika, dan


Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus melalui pendaftaran pada Badan Pengawas Obat
dan Makanan.

(3) Ketentuan mengenai tata cara untuk mendapat izin edar


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Lanjutan

Pasal
7

Peredaran Narkotika dalam bentuk obat jadi


yang digunakan dalam program terapi dan
rehabilitasi medis dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai