Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH SAINTIFIKASI JAMU

“Interaksi Daun Sendok (Plantago Major L.) dengan Obat Dan


Makanan”

Dosen Pengampu:
Endah Puspitasari, S.Farm., M.Farm., Apt

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Aura Kamilah Anwar (192211101103)
Evianti Takimpo (192211101106)
Meranti Bekti Pertiwi (192211101133)
Silvia Nurul Maulidha (192211101161)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan..................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sendok ........................................................ 4
2.1.1 Klasifikasi Daun Sendok (Plantago major L.) .............................. 4
2.1.2 Deskripsi Tanaman Daun Sendok (Plantago major L.) ................ 4
2.1.3 Kandungan Kimia Daun Sendok ................................................... 5
2.1.5 Khasiat Daun Sendok .................................................................... 6
2.1.6 Penggunaan Daun Sendok Secara Tradisional .............................. 7
2.2 Interaksi Obat ........................................................................................ 8
BAB 3. PEMBAHASAN ..................................................................................... 10
3.1 Interaksi Daun Sendok (Plantago major L.) dengan Omeprazole
dan Ciprofibrat ................................................................................... 10
3.2 Interaksi Daun Sendok dengan Obat Antidiabetes .......................... 11
3.3 Interaksi Daun Sendok dengan Makanan ......................................... 11
BAB 4. PENUTUP............................................................................................... 12
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 12
4.2 Saran .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun sendok (Plantago major L.)....................................................... 4

Gambar 2.2 Struktur kimia senyawa aucubin, catalpol, dan β-D-glukopiranosil


yang terkandung dalam daun sendok (Plantago major L.) .................. 6

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dikenal sebagai sumber bahan baku obat herbal. Pemanfaatan
tanaman sebagai bahan pengobatan telah digunakan ribuan tahun yang lalu,
namun penggunaannya belum dapat didokumentasikan dengan baik. Tumbuhan
obat merupakan tumbuhan berkhasiat obat yang dapat menghilangkan rasa sakit,
meningkatkan daya tahan tubuh, membunuh bibit penyakit dan memperbaiki
organ yang rusak seperti ginjal, jantung dan paru-paru (Widjaja dkk., 2014).
Obat tradisional di Indonesia mengalami peningkatan penggunaan karena
kecenderungan gaya hidup masyarakat kembali kealam. Faktor yang mendorong
masyarakat mendayagunakan obat tradsional yaitu belum meratanya sarana atau
fasilitas kesehatan juga mahalnya harga obat konvensional dan bahaya efek
samping dari obat tradisional. Menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, obat tradisonal adalah merupakan produk yang terbuat dari bahan alam
yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam dan secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Katno, 2004).
Indonesia merupakan negara tropis dengan potensi tanaman yang secara
turun temurun digunakan sebagai obat tradisional. Jamu, yang merupakan obat
tradisional Indonesia, telah menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak berabad
silam sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan, menambah kebugaran, dan
merawat kecantikan. Industri, usaha dan sub sektor jamu dan obat tradisional serta
kosmetik di Indonesia semakin berkembang sejak tahun 2008 melalui kegiatan
”Jamu Brand Indonesia” yang dicanangkan oleh Presiden RI 2009-2014 Susilo
Bambang Yudoyono pada Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia. Jamu mempunyai
peluang besar dengan adanya kekayaan keanekaragaman hayati. Indonesia dikenal
secara luas sebagai mega center keanekaragaman hayati (biodiversity) terbesar ke-
2 di dunia setelah Brazil, terdiri dari tumbuhan tropis dan biota laut. Di wilayah
Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan 7.000, di antaranya
ditengarai memiliki khasiat sebagai obat. Sebanyak 2500 jenis di antaranya
merupakan tanaman obat (Ditjen Pen, 2014).
Salah satu tumbuhan obat yang sering dikonsumsi oleh masyarakat ialah
daun sendok (Plantago major L) sebagai obat antidiabetes. Selain di Indonesia,
daun sendok digunakan secara tradisional oleh masyarakat Eropa untuk mengobati
penyakit pencernaan dan diabetes melitus (Satriani dkk., 2010). Daun sendok
memiliki banyak senyawa aktif yang diduga memiliki efek yang bermanfaat
sebagai agen hepatoprotektif. Selain efek hepatoprotektor, daun sendok juga
mempunyai efek sebagai antiinflamasi, antiproliferatif, antiapoptosis, dan
antioksidan (Sutrisna dkk., 2013).
Masyarakat sering beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional itu
aman, pada kenyataannya obat tradisional masih berpotensi menimbulkan efek
toksik. Bagaimanapun tanaman memiliki kandungan kimia tertentu yang mungkin
menimbulkan efek tertentu pada manusia yang mengkonsumsinya. Oleh kaena itu
kita juga harus memperhatikan interaksi yang mungkin terjadi saat pemakaian
obat tradisional tersebut (Gitawati, 2008). Interaksi obat merupakan faktor yang
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan. Obat dapat berinteraksi dengan
makanan, minuman, zat kimia, atau obat lain yang ditandai dengan adanya
perubahan efek dari suatu obat yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan
(Gitawati, 2008).
Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat (index drug) berubah akibat
adanya obat lain (precipitant drug), makanan, atau minuman. Interaksi obat dapat
menghasilkan efek yangmemang di kehendaki (Desirable Drug Interaction), atau
efek yang tidak dikehendaki (Undesirable/Adverse Drug Interactions = ADIs)
yang lazimnya menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas karena
meningkatnya kadar obat di dalam plasma, atau sebaliknya menurunnya kadar
obat dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal.
Sejumlah besar obat baru yang dilepas di pasaran setiap tahunnya menyebabkan
munculnya interaksi baru antar obat akan semakin sering terjadi (Gitawati, 2008).

2
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana interaksi antara daun Sendok (Plantago mayor L.) dengan
obat?
b. Bagaimana interaksi antara daun Sendok (Plantago mayor L.) dengan
makanan?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui interaksi yang terjadi antara daun Sendok (Plantago
mayor L.) dengan obat.
b. Untuk mengetahui interaksi yang terjadi antara daun Sendok (Plantago
mayor L.) dengan makanan.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tanaman Daun Sendok


2.1.1 Klasifikasi Daun Sendok (Plantago major L.)

Gambar 2.1 Daun sendok (Plantago major L.)

Klasifikasi dari tanaman daun sendok adalah sebagai berikut:


Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Anak kelas : Asteranae
Bangsa/Ordo : Lamiales
Suku/Famili : Plantaginaceae
Genus/marga : Plantago L.
Jenis/Spesies : Plantago major L. (ITIS, 2011)
2.1.2 Deskripsi Tanaman Daun Sendok (Plantago major L.)
Daun sendok tumbuh pada ketinggian 5 - 3.300 mdpl, kebanyakan di atas
700 mdpl, di tepi jalan, parit, padang rumput, ladang pertanian, halaman, kadang-
kadang di budidayakan. Daun sendok tumbuh baik pada daerah yang agak lembab
dan berkembang biak dengan biji (Sholihah, 2008). Tanaman daun sendok
merupakan tanaman herba, perennial dengan tinggi 0,06 - 0,08 cm. Batang tegak,

4
satu aksis batang, dengan rhizoma tebal, tegak dan dalam. Daun tunggal,
bertangkai, susunan roset akar, helaian, bentuk bulat telur terbalik sampai lanset
melebar atau sudip, tepi rata atau bergerigi kasar (tidak beraturan), ukuran 3 – 22
cm x 1 – 22 cm, permukaan licin atau tegak berambut, ujung membulat, tumpul
atau runcing, panjang tangkai 1 – 25 cm, daun berwarna hijau.
Bunga banci, dalam susunan majemuk bulir, 1 – 35 cm, silindris, panjang
tangkai bulir 4 – 60 cm, bulat atau beralur, tidak berongga, gundul atau berambut
pendek, di ketiak daun. Kelopak bersegmen oval memanjang, ujung tumpul atau
agak runcing, tanpa penyangga. Mahkota bersegmen tanpa lengkungan pangkal 1
– 1,7 mm. Benang sari 4, tertancap di pertengahan tabung mahkota atau lebih
tinggi, tangkai sari putih atau putih kekuningan. Tangkai putik dewasa 4 – 6 mm,
bakal buah beberapa ruang. Buah berbentuk lonjong-bulat memanjang. Biji 1 – 4
setiap ruang buah, 4 – 21 biji perbuah, berlendir atau basah, berwarna hitam
(Sholihah, 2008).
2.1.3 Kandungan Kimia Daun Sendok
Tanaman ini merupakan tanaman obat yang mengandung 2 - 6,5%
mucilago yang terdiri dari setidaknya empat polisakarida, tannin 6,5%, anvrtyn,
emulsi dan glikosida yang disebut aucubin, diastase, hetrozeid, bahan pewarna,
pectin, plantagin, lebih dari 1% asam salisil, asam fenolat karboksilat, flavonoid,
mineral, termasuk seng, kalium, asam silikat, dan saponin. Bijinya memiliki
banyak bahan glotinat ditambah asam plantenolat, asam suksinat, adenin, kolin,
dan aeokoein. Memiliki senyawa fenolik (turunan asam kafeat), alkaloid,
terpenoid, dan vitamin C. Tanaman daun sendok memiliki kadar fenol yang tinggi
dan memiliki kualitas antioksidan kuat yang mungkin disebabkan oleh senyawa
fenoliknya.

5
Gambar 2.2 Struktur kimia senyawa aucubin, catalpol, dan β-D-glukopiranosil yang
terkandung dalam daun sendok (Plantago major L.)

Pada sumber lain disebutkan bahwa daun kering tanaman daun sendok
memiliki kandungan iridoid sebagai konstituen utama, yaitu: aucubin, 3,4-
dihydroaucubin, 6´-O-β−glukosil aucubin, catalpol, plantarenaloside dan
melittoside. Flavonoids (apigenin, baicalein, scutellarein, baicalin,
homoplantaginin, nepetrin, luteolin, hispidulin, plantagoside); karbohidrat (L-
fruktosa, D-glukosa, planteose, sakarosa, stachyose, D-xylose, sorbitol, tyrosol,
mucilago dan gum); alkaloid (boschniakine, metil ester dari asam boschniakinic);
asam (benzoat, kaffeat, chlorogenic, sinamat, p-coumaric, ferulat, fumarat,
gentisic, 4-hidroksibenzoat, neoklorogenat, salisilat, syringic, ursolat, vanillat dan
oleanolat); asam amino; lemak; enzim proteolitik; tanin (sekitar 4%), saponin;
steroid; dan vitamin. Komponen karbohidrat dari polisakarida plantaglucide yang
diisolasi dari daun Plantago major terdiri dari asam galakturonat (27%) dan
monosakarida: galaktosa, glukosa, manosa, xilosa, arabinosa dan fucosa
(Haddadian dkk., 2014).
2.1.5 Khasiat Daun Sendok
Daun sendok telah digunakan secara internal sebagai pengobatan selesma
pada saluran pernapasan, batuk, bronkitis, perubahan inflamasi mukosa mulut,
kongesti dahak, nefritis, sistitis, retensi urin, disentri, epistaksis (mimisan) dan
diaforesis berlebihan. Daun sendok juga digunakan pada pengobatan diare dan
sembelit (Blumenthal dkk., 2000).
Daun segar P. major dalam pengobatan tradisional telah digunakan selama
berabad-abad di banyak bagian dunia sebagai obat luar, seperti: sebagai antiseptik
6
untuk pengobatan iritasi kulit, erisipelas, abses, luka bakar, skrofula, dan reaksi
peradangan kulit; untuk perbaikan jaringan yang rusak; dan untuk mengobati
stulae dan bisul. Daun sendok juga digunakan untuk menekan batuk yang
berhubungan dengan bronkitis, pilek dan infeksi saluran pernapasan atas, dan
sebagai agen analgesik dan diuretik, dan pengobatan pada batu ginjal. Daun
sendok juga dipercaya memiliki aktivistas sebagai hepatoprotektor. Daun sendok
juga telah digunakan sebagai antibiotik, astringen dan sebagai imunomodulasi,
antihipertensi, hipoglikemik, hemostatik, anti alergi, obat penurun panas dan agen
antipruritic. Ini digunakan dalam pengobatan ammasi mata, dan sebagai
vermifuge (WHO, 2009).
Beberapa aktivitas biologis juga dikaitkan dengan khaisat daun sendok
termasuk antiinflamasi, antivirus, analgesik, antioksidan, antikanker, antitumor,
antidemam, imunomodulator, dan efek antihipertensi dan juga telah digunakan
untuk menetralkan racun internal dan eksternal (Haddadian dkk., 2014).
2.1.6 Penggunaan Daun Sendok Secara Tradisional
Daun sendok merupakan tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat
sebagai obat untuk mengatasi keluhan penyakit-penyakit tertentu. Penggunaan
daun sendok sebagai obat tradisional banyak di manfaatkan untuk pengobatan
diabetes , gangguan pencernaan dan penyakit hati. Herbanya berkhasiat mengatasi
gangguan pencernaan seperti diare, disentri, nyeri lambung, kencing manis (DM,
hepatitis akut disertai kuning (hepatitis ikterik akut), cacingan, dan gigitan
serangga,. Penelitian mengenai pengaruh daun sendok terhadap kadar glukosa
darah pernah dilakukan antara lain penelitian menunjukkan efek hipoglikemik dari
biji daun sendok. Cara penggunaan tanaman ini secara empiris adalah dengan
merebus herba kering sebanyak 10 – 15 gram atau yang segar sebanyak 15 – 30
gram, lalu diminum airnya. Bisa juga herba segar ditumbuk lalu diperas dan
saring untuk diminum (Satriani dkk., 2010).
Tanaman daun sendok dimanfaatkan untuk memelihara metabolisme air
dan memperbaiki abnormalitas saluran kemih, menghentikan diare, membersihkan
paru-paru, mengencerkan dahak, untuk mengobati luka, nyeri perut, kencing

7
manis, kencing batu, batu empedu, gangguan haid, putih telur dalam kencing dan
penyakit telinga (Sholihah, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun sendok kaya akan kandungan
kimia, diantaranya ascorbic acid, chlorogenic-acid, ursolic-acid, choline, fiber,
sorbitol, salicylic-acid, dan tannin. Kandungan kimia daun sendok tersebut
memilki beberapa efek farmakologis, diantaranya efek antidiabetik, hipoglikemik,
dan antioksidan. Efek-efek tersebut yang menjadikan daun sendok dapat
dimanfaatkan oleh penderita diabetes sebagai pilihan fitofarmaka (Satriani dkk.,
2010).

2.2 Interaksi Obat


Interaksi obat adalah hasil dari perubahan farmakokinetik dari obat atau
metabolitnya karena perubahan dalam penyerapan, distribusi, metabolisme atau
ekskresi, atau merupakan hasil dari perubahan farmakodinamik, yang berdampak
pada efek atau mekanisme kerja. Interaksi klasik melibatkan dua obat (DDI),
interaksi obat dapat melibatkan interaksi obat dengan nutrisi, kimia, makanan,
herbal, penyakit, atau tes laboratorium. Beberapa interaksi obat memiliki efek
yang menguntungkan karena meningkatkan hasil terapi atau efek obat, tetapi
terkadang memiliki efek buruk yang mengakibatkan toksisitas atau menghambat
efek obat, yang akan menyebabkan efek terapi yang kurang optimal.
Interaksi obat yang dihasilkan dari perubahan penyerapan disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti:
1. perubahan pH lambung
2. pembentukan kompleks di saluran gastrointestinal (GI)
3. perubahan motilitas GI
4. modulasi P-glikoprotein (P-gp) penyerapan obat dalam usus.
Penyebab umum dari interaksi obat secara klinis melibatkan metabolisme
obat di mana sitokrom P450 isoenzim (CYP) memainkan peran penting. Banyak
interaksi obat terjadi sebagai akibat dari penghambatan atau induksi enzim CYP.
Obat-obatan akan dieliminasi terutama melalui ekskresi tubular ginjal dan

8
ekskresi bilier. Interaksi obat dapat terjadi selama eliminasi obat dan metabolitnya
oleh ginjal sebagai akibat dari kompetisi pada tingkat sekresi tubular aktif,
gangguan dengan transportasi tubular, atau selama reabsorpsi tubular.
Interaksi obat dapat dikategorikans sebagai farmakokinetik atau
farmakodinamik. Interaksi obat secara farmakokinetik melibatkan penyerapan,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi, sedangkan interaksi farmakodinamik dapat
dikarakterisasi menjadi tiga subkelompok, yaitu: efek langsung pada fungsi
reseptor, gangguan dengan proses kontrol biologis atau fisiologis, dan efek
farmakologis aditif. Selain itu, keberagaman biologis pada individu yang meliputi
genetika, usia, penyakit, serta faktor lingkungan internal misalnya penggunaan
obat-obatan, asupan makanan, dan gaya hidup (mis. merokok dan konsumsi
alkohol) (Zeind dan Carvalho, 2018).

9
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Interaksi Daun Sendok (Plantago major L.) dengan Omeprazole dan
Ciprofibrat
Omeprazole dan ciprofibrat adalah agen yang memiliki potensi dalam
menimbulkan efek samping berupa kerusakan hepar. Berbagai laporan kasus serta
penelitian telah melaporkan bahwa omeprazole dapat meningkatkan kadar ALT
dan AST serta ciprofibrat dapat memicu terjadinya stress oksidatif diikuti
penurunan kadar antioksidan di hepar yang keduanya memicu kerusakan hepar.
Mekanisme hepatotoksik akibat omeprazole dapat terjadi melalui beberapa jalur
yaitu berhubungan dengan dosis (dose-dipendent) dan reaksi imunologi yang
menyebabkaninflamasi dan lesi pada hepar. Sedangkan ciprofibrat merupakan
obat anti dyslipidemia yang dapat memicu stress oksidatif yang diikuti penurunan
kadar antioksidan di hepar dan memicu kerusakan hepar (Sutrisna dkk., 2013).
Pemberian daun sendok (Plantago major L.) bersamaan dengan
omeprazole dan ciprofibrat dapat mengurangi efek samping hepatotoksik dari
kedua obat tersebut. Daun sendok memiliki berbagai senyawa aktif yang diduga
berperan sebagai agen hepatoprotektif melalui efeknya sebagai antiinflamasi,
antiproliferatif, antiopoptosis dan antioksidan (Turel dkk., 2009). Daun sendok
memiliki efek antioksidan akan menghambat kerusakan sel hepar akibat reaksi
stress oksidatif ciprofibrat dan meningkatkan jumlah oksidan yang ditekan oleh
omeprazole sehingga hepar dapat memperbaiki jaringan yang mengalami
degenerasi. Efek farmakologis daun sendok terutama dipernakan oleh senyawa
ursolic acid dan apigenin ( hambat COX-2), lutheolin (hambat asam arakidonat
dan meningkatkan antioksidan), baicalein (hambat produksi TNF dan
menurunkan deplesi glutation), Aucubin (hambat produksi TNF) (Sutrisna dkk.,
2013).

10
3.2 Interaksi Daun Sendok dengan Obat Antidiabetes
Daun sendok dapat meningkatkan efek obat antidiabetes. Polisakarida
yang terkandung dalam Plantago (Plantaginaceae) merupakan senyawa yang
bertanggung jawab sebagai antidiabetes, dengan mekanisme deasetilasi musilago.
Polisakarida merupakan antioksidan yang berpotensi memperbaiki kerusakan sel-
β pankreas sehingga mencegah berkembangnya penyakit diabetes melitus. Daun
sendok mengandung senyawa yang sama pada bagian biji dan herba yaitu
polisakarida (musilago) yang diduga mempunyai efek dalam menurunkan kadar
glukosa darah (Evans, 2002).

Penelitian lain juga disebutkan pengunaan infusa daun sendok dengan


dosis 0,65 g/Kg BB bersamaan dengan akarbose dapat meningkatkan efek
penurunan kadar glukosa darah kelinci jantan. Penurunan kadar glukosa darah ini
menunjukan adanya interaksi antara daun sendok dengan akarbose dimana terjadi
interaksi efek sinergis dalam menurunkan kadar glukosa darah. Sehingga, untuk
penggunaan sediaan daun sendok bersamaan dengan akarbose perlu dilakukan
pengecekan kadar glukosa darah (Nugrahani,2008) Pasien harus diberikan
instruksi untuk minum obat antidiabetes 2 jam sebelum atau 2 jam setelah ramuan
ini untuk memastikan penyerapan yang optimal dan tidak terjadi overdosis
(Skidmore-Roth, 2010).

3.3 Interaksi Daun Sendok dengan Makanan


Plantain dengan makanan dapat mengurangi penyerapan nutrisi. Suatu
sediaan yang mengandung daun sendok dapat menurunkan absorbsi
vitamin/mineral dan zat besi. Sehingga pemberiannya harus diselingi dengan
interval waktu beberapa jam setelah makan supaya nutrisi dari makanan dapat
diserap tubuh dengan baik (Blumenthal dkk., 2000).

11
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari makalah ini yaitu:
1. Terdapat interaksi yang terjadi antara daun sendok (Plantago mayor L.)
dengan obat Omeprazol dan Ciprofibrat yaitu menurunkan efek
hepatotoksisitas yang sebabkan oleh penggunaan Omeprazol dan
Ciprofibrat. Daun sendok juga dapat meningkatkan efek antidiabetes pada
pasien yang mengkonsumsi obat antidiabetes.
2. Daun Sendok (Plantago mayor L.) memiliki interaksi yang merugikan saat
dikonsumsi dengan makanan, yaitu dapat mneghambat penyerapan nutrisi,
vitamin/mineral dan zat besi.

4.2 Saran
Penggunaan daun sendok (Plantago major L.) tidak boleh bersamaan
dengan obat antidiabetes dan makanan dan harus diperhatikan waktu
penggunaannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Blumenthal, M., A. Goldberg, dan J. Brinckmann. 2000. Herbal Medicine,


Expanded Commission E Monographs. Austin, Texas: American Botanical
Council.

Ditjen, P. 2014. Obat Herbal Tradisional. Jakarta. 2014

Evans, T. W. 2002. Review article : albumin as a drug — biological effects of


albumin unrelated to oncotic pressure. Alliment Pharmacol Ther. 16:6–11.

Gitawati, R. 2008. Interaksi Obat Dan Beberapa Implikasinya. XVIII(4).

Haddadian, Kazhal, Katayoon Haddadian, dan M. Zahmatkash. 2014. A review of


plantago plant. 13(October):681–685.
Katno, P. S. 2004. Tingkat Manfaat Dan Keamanan Tanaman Obat Dan Obat
Tradisional. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM.
Nugrahani, Ariztya R. 2008. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Daun
Sendok (Plantago major L) pada Kelinci Jantan yang Dibebani Glukosa.
Skripsi. UMS
Satriani, P., P. Andri, dan I. Syarifah. 2010. Pengaruh pemberian ekstrak herba
daun sendok (plantago major) terhadap kadar glukosa darah mencit balb/c
induksi streptozotocin. Biofarmasi. 8(2):66–71.
Sholihah, S. H. 2008. Uji Efek Infusa Daun Sensok (Plantago Mayor L) Terhadap
Penurunan Kadara Glukosa Darah Kelinci Jantan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Skidmore-Roth, L. 2010. Mosby’s Handbook of Herbs & Natural Supplements.
Edisi Fourth Edi. Missouri: Mosby Inc.
Sutrisna, E., A. F., Islimsyaf, M. Ani, Muchtan, dan S. Herri. 2013. Efek
hepatoprotektif ekstrak etanol daun sendok (plantago major l.) pada tikus
model hepatotoksik: tinjauan anatomi dan hispatologi. Pharmacy. 10(1)
Turel, I., H. Ozbek, R. Erten, A. C. Orner, N. Cengiz, dan O. Yilmaz. 2009.
Hepatoprotective and antiinflammatory activities of plantago major l. Indian
J Pharmacol. 41(3):120–124.
WHO. 2009. WHO Monographs Medicinal Plants Commonly Used in the Newly

13
Independent States (NIS). Edisi 4. Geneva: WHO Press.
Widjaja, E. A., Y. Rahayuningsih, J. S. Rahajoe, R. Ubaidillah, I. Maryanto, E. B.
Walujo, dan G. Semiadi. 2014. Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia.
LIPI Press: Kementrian Lingkungan Hidup dan Bappenas.
Zeind, C. S. dan M. G. Carvalho. 2018. Applied Therapeutics : The Clinical Use
of Drugs. Edisi Eleventh. Philadelphia: Wolters Kluwer.

14
OLEH KELOMPOK 9
Aura Kamilah Anwar (192211101103)
Evianti Takimpo (192211101106)
Meranti Bekti Pertiwi (192211101133)
Silvia Nurul Maulidha (192211101161)
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, obat
tradisonal adalah merupakan produk yang terbuat dari bahan
alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam dan
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman

Salah satu tumbuhan obat yang sering dikonsumsi oleh masyarakat ialah
daun sendok (Plantago major L)
Daun Sendok atau Plantago mayor L merupakan tanaman yang sudah
banyak di gunakan masyarakat sebagai obat tradisonal. Daun sendok
tumbuh bain pada daerah yang agak lembab dan berkembang biak dengan
biji.
Kandungan kimia daun Sendok antara lain :

βD
glukopiranosil
Contoh Struktur kimia senyawa aucubin, catalpol, dan β-D-glukopiranosil
Khasiat daun sendok diantaranya yaitu mengobati batuk,
diare, luka bakar, bisul, antidiabetes serta penurun
panas.

DM dan
Hepatitis

Penggunaan
Nyeri
secara
Diare
lambung tradisonal dan
dan disentri
cacingan
Makanan dan Minuman Zat kimia

INTERAKSI
OBAT
Tradisional

Obat Konvensioanl Obat Tradisioanl lain

Interaksi obat merupakan faktor yang mempengaruhi respon


tubuh terhadap pengobatan. Interaksi obat terjadi jika efek
suatu obat(index drug) berubah akibat adanya obat lain
(precipitant drug), makanan, atau minuman
Interaksi obat secara farmakokinetik melibatkan (ADME)
 Penyerapan
 Distribusi
 Metabolisme
 Ekskresi

Interaksi farmakodinamik dapat dikarakterisasi menjadi tiga


subkelompok, yaitu:
 Efek langsung pada fungsi reseptor
 Gangguan dengan proses kontrol biologis atau fisiologis
 Efek farmakologis aditif.
Omeprazole dan ciprofibrat adalah agen yang memiliki
potensi dalam menimbulkan efek samping berupa kerusakan
hepar Berbagai laporan kasus serta penelitian telah
melaporkan bahwa omeprazole dapat meningkatkan kadar ALT
dan AST serta ciprofibrat dapat memicu terjadinya stress
oksidatif diikuti penurunan kadar antioksidan di hepar yang
kesuanya memicu kerusakan hepar

Pemberian daun sendok (Plantago mayor L) bersamaan


dengan omeprazole dan ciprofibrat dapat mengurangi efek
samping hepatotoksik dari kedua obat tersebut
Senyawa aktif yang dimiliki daun sendok diduga berperan
sebagai agen hepatoprotektif

Daun sendok memiliki efek antioksidan akan menghambat


kerusakan sel hepar akibat reaksi stress oksidatif ciprofibrat
dan meningkatkan jumlah oksidan yang ditekan oleh
omeprazole. Sehingga terjadi perbaikan di hepar akibat
degradasi omeprazole dan ciprofibrat
Daun sendok dapat meningkatkan efek obat
antidiabetes. Polisakarida yang terkandung dalam
Plantago (Plantaginaceae) merupakan senyawa yang
bertanggung jawab sebagai antidiabetes dengan cara
memperbaiki kerusakan sel β pancreas sehingga dapat
menurunkan glukosa darah.

Interaksi daun sendok juga terjadi dengan obat


akarbose dimana terjdi sinergisme kerja keduanya
dalam menurunkan glukosa darah. Mekanisme
interaksinya belum diketahui sehingga untuk
mencegah penurunan glukosa darah yang berlebihan
perlu di pantau penggunaannya.
Daun sendok dapat menurunkan penyerapan
nutrisi dari makanan, seperti: vitamin/mineral dan
zat besi.
Pemberiannya harus diselingi dengan interval
waktu beberapa jam setelah makan supaya nutrisi
dari makanan dapat diserap tubuh dengan baik
(Blumenthal dkk., 2000)

Anda mungkin juga menyukai