Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH SAINTIFIKASI JAMU

KIE JAMU UNTUK MEMBANTU MEMELIHARA KONDISI


KESEHATAN PENDERITA GANGGUAN FUNGSI HATI

DISUSUN OLEH :
Kelompok 9
Aura Kamilah Anwar 192211101103
Evianti Takimpo 192211101106
Meranti Bekti Pertiwi 192211101133
Silvia Nurul Maulidha 192211101161

DOSEN :
Endah Puspitasari, S.Farm., M.Sc., Apt.

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hati merupakan salah satu organ tubuh yang besar dan merupakan pusat
metabolisme tubuh manusia. Organ ini memiliki fungsi yang kompleks di
antaranya mempunyai peranan dalam memetabolisme karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan obat-obatan (Ganong, 2008). Pada proses metabolisme, obat akan
diproses melalui hati sehingga enzim hati akan melakukan perubahan
(biotransformasi) kemudian obat menjadi dapat lebih larut dalam tubuh dan
dikeluarkan melalui urin atau empedu (Depkes RI, 2003). Hati terutama disusun
oleh sel-sel hati yang disebut hepatosit. Apabila terjadi gangguan di hati yang
menyebabkan rusaknya hepatosit maka akan terjadi over ekspresi dari enzim-
enzim yang diproduksi oleh hepatosit (Kwo, 2016). Kenaikan enzim-enzim inilah
yang menjadi penanda adanya gangguan pada organ hati.
Gangguan fungsi hati masih menjadi masalah kesehatan besar di Negara
maju maupun di negara berkembang. Indonesia merupakan negara dalam
peringkat endemik tinggi mengenai penyakit hati (Depkes RI, 2007). Prevalensi
total penderita gangguan fungsi hati di Indonesia belum diketahui, namun salah
satu penelitian menyebutkan prevalensi penderita non alkoholic fatty liver
mencapai 30% (Amarapurkar, 2007). Penyebab gangguan fungsi hati bermacam-
macam mulai dari perlemakan hati karena alkohol maupun non alkohol, virus,
bakteri, sumbatan, obat atau bahan makanan yang toksik, autoimun dan/atau
keganasan (Kwo, 2016). Penatalaksanaan gangguan fungsi hati ditujukan untuk
mengobati penyebab gangguan dan melindungi serta memperbaiki sel hati yang
berpotensi atau telah rusak karena gangguan tersebut (hepatoprotektor).
Agen hepatoprotektor menjadi penting dalam penatalaksanaan gangguan
fungsi hati karena tidak semua penyebab gangguan fungsi hati dapat diobati dan
obat yang digunakan dapat menambah kerusakan pada sel-sel hati. Salah satu
ramuan jamu yang memiliki potensi sebagai hepatoprotektor terdiri atas rimpang
temulawak, rimpang kunyit, dan daun jombang. Ramuan ini telah melalui uji
praklinik dan uji observasi klinik. Hasil uji praklinik oleh (Haryanti dkk, 2011)
membuktikan bahwa infusa ramuan jamu untuk hepatoprotektor yang diberikan
pada tikus bersama dengan parasetamol selama tujuh hari memberikan efek
hepatoprotektif, berupa penghambatan kenaikan kadar Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase (SGPT), Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT),
Malondialdehyde (MDA) dan Alkaline Phosphatase (ALP) serta gambaran sel hati
secara histopatologis yang lebih baik dibandingkan kontrol. Hasil uji toksisitas
akut menunjukkan bahwa ramuan jamu tersebut termasuk ke dalam kategori
praktis tidak toksik.
Dosis tertinggi yang masih dapat diberikan adalah 100 g/kg BB.8 Pada
tahun 2012 dilakukan uji observasi klinik terhadap ramuan jamu yang sama
dengan pembanding silymarin pada 27 subjek manusia dengan gangguan fungsi
hati ringan di RRJ. Hasil menunjukkan bahwa ramuan jamu mampu menurunkan
nilai SGPT dan SGOT serta aman untuk ginjal sebanding dengan silymarin
(Zulkarnain, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Jamu apakah yang dapat diberikan pada pasien gangguan fungsi hati?
2. Bagaimana KIE yang dapat disampaikan pada pasien yang menerima jamu
untuk mengatasi gangguan fungsi hati?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui jamu yang dapat diberikan kepada pasien gangguan
fungsi hati.
2. Untuk mengetahui KIE yang dapat disampaikan kepada pasien yang
menerima jamu untuk mengatasi gangguan fungsi hati.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Fungsi Hati


Hati merupakan salah satu organ terbesar pada tubuh manusia dapat meluas,
dan organ venosa yang mampu bekerja sebagai tempat penampungan darah yang
bermakna di saat volume darah berlebihan dan mampu menyuplai darah ekstra di
saat kekurangan volume darah. Selain itu, hepar juga merupakan suatu kumpulan
besar sel reaktan kimia dengan laju metabolisme yang tinggi, saling memberikan
substrat dan energi dari satu sistem metabolisme ke sistem yang lain, mengolah dan
mensintesis berbagai zat yang diangkut ke daerah tubuh lainnya, dan melakukan
berbagai fungsi metabolisme lain. Fungsi metabolisme yang dilakukan oleh hepar
menurut Hall & Guyton (2016) yaitu sebagai berikut:
a. Metabolisme karbohidrat. Dalam metabolisme karbohidrat, hepar melakukan
fungsi sebagai berikut, yaitu: menyimpan glikogen dalam jumlah besar,
konversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis, dan
pembentukan banyak senyawa kimia dari produk antara metabolisme
karbohidrat. Selain itu, hepar berperan dalam menyangga glukosa hepar. Hepar
akan mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal. Penyimpanan
glikogen memungkinkan hepar mengambil kelebihan glukosa dari darah,
menyimpannya, dan kemudian mengembalikannya kembali ke darah bila
konsentrasi glukosa darah rendah.
b. Metabolisme lemak. Beberapa fungsi spesifik hepar dalam metabolisme lemak
antara lain :
‐ Oksidasi asam lemak untuk menyuplai energy bagi fungsi tubuh yang lain
‐ Sintesis kolesterol, fosfolipid, dan sebagian besar lipoprotein
‐ Sintesis lemak dari protein dan karbohidrat
Sekitar 80 persen kolesterol yang disintesis didalam hepar diubah menjadi
garam empedu yang kemudian disekresikan kembali ke dalam empedu, sisanya
diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh.
Fosfolipid juga disintesis di hepar dan ditranspor dalam lipoprotein. Keduanya
digunakan oleh sel untuk membentuk membran, struktur intrasel, dan
bermacam-macam zat kimia yang penting untuk fungsi sel.
c. Metabolisme protein. Fungsi hepar dalam metabolisme protein adalah sebagai
berikut: deaminasi asam amino, pembentukan ureum untuk mengeluarkan
ammonia dari cairan tubuh, pembentukan protein plasma, dan interkonversi
beragam asam amino dan sintesis senyawa lain dari asam amino. Hepar mampu
membentuk asam amino tertentu dan juga membentuk senyawa kimia lain yang
penting dari asam amino.
d. Hepar merupakan tempat menyimpan vitamin. Hepar mempunyai
kecenderungan tertentu untuk menyimpan vitamin dan telah lama diketahui
sebagai sumber vitamin tertentu yang baik pada pengobatan pasien. Vitamin
yang paling banyak disimpan dalam hepar adalah vitamin A, vitamin D dan
vitamin B12.
e. Hepar menyimpan besi dalam bentuk ferritin. Sel hepar mengandung sejumlah
besar protein yang disebut apoferritin, yang dapat bergabung dengan besi baik
dalam jumlah sedikit ataupun banyak. Oleh karena itu, bila besi banyak tersedia
dalam cairan tubuh, maka besi akan berikatan dengan apoferritin membentuk
ferritin dan disimpan dalam bentuk ini di dalam sel hepar sampai diperlukan.
Rusaknya fungsi hati ditandai dengan menguningnya warna kulit, membran
mukosa, dan naiknya konsentrasi bilirubin, SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase), SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase), GGT (Gamma
Glutamyl Transferase) dan lainnya dalam darah (Lu, 1995). Berbagai jenis penyakit
hati diantaranya yaitu: sirosis hati, hepatitis, penyakit kuning, reye syndrome,
penyakit wilson, dan tumor hati. Penyakit hati yang ditemukan dalam lingkungan
masyarakat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu penyakit hati akut dan penyakit hati
kronis. Penyakit hati akut disebabkan karena virus, obat-obatan, alkohol dan
keadaan iskemik. Sedangkan yang penyakit hati kronis yaitu hepatitis kronis, sirosis
hati, dan hepatoma.
2.2 Indikasi Ramuan Jamu
Ramuan jamu berfungsi untuk mengatasi kondisi gangguan fungsi hati
dengan cara memperbaiki dan melindungi sel-sel hati dari kerusakan yang lebih
lanjut. Pada kondisi gangguan fungsi hati ringan dengan kadar SGOT dan SGPT
2-3 kali lebih tinggi dari rentang normal tanpa penyebab yang jelas, ramuan jamu
ini dapat mengatasi gangguan fungsi hati.
2.3 Daun Jombang
2.3.1 Klasifikasi
Nama Binomial : Taraxacum officinale
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Taraxacum
Spesies : Taraxacum oficinale (Dalimartha, 2008)

Gambar 1. Penampakan Daun Jombang


2.3.2 Kandungan Metabolit Sekunder
1. Seskuiterpen: Taraksakosida, asilat-y-butirolakton glikosida
eudesmanolida etrahidroridentin B, taraksakolida-0-β glukopiranosida;
Guaianolida: np-β-dihidrolaktusin, ikserin D Gemnakronolida ester: Asam
taraksinat β-d-glukopiranosida, asam n,i3-dihidrotaraksatP-d-
glukopiranosida, ainsliosida, guaianolida glikosida sonkusida,
vernofleksuosida.
2. Eudemanolida glukosilat: 2-β-d-hidroksisantamarin-i-β-d- glukopiranosida
dan 3 β hidroksi-4-H-3-dihidrosantamarin-3-d glukopiranosida.
3. Turunan asam-fidroksifenilasetat, triterpen dan fitosterol: Taraksasterol,
ip-taraksasterol, dan tarakserol, 16-hidroksi dari amidol dan faradiol, a-dan
(B-amyrin, 3-sitosterol, dan stigmasterol).
4. Asam fenolat: Asam khikorat, asam monokafeoiltartarat, asam
kafeoilkuinat, Asam klorogenat, Asam kafeat, Asam p-kumarat, Asam
ferulat, Asam p-hidroksibenzoat, Asam protokatekat, Asam vanilat, Asam
siringat dan Asam p-hidroksifenilasetat
5. Kumarin: umbeliferon, eskuletin dan skopoletin
6. Asam sikorat: Asam sikorat memiliki aktivitas menghambar penetrasi sel
virus kedalam sel dan mencegah oksidasi kolagen.
7. Asam Klorogenat : Asam klorogenat yang bersifat kolagogum yang
membantu kelancaran aliran empedu. Senyawa tersebut mampu mengatasi
gangguan fungsi hati. Daun jombang mampu menaikkan glutation
peroksidase, glutation reduktase dan superdismutase (B2P2TOOT, 2017)

2.3.3 Morfologi
Tanaman berhabitus herba menahun, tidak memiliki batang, tinggi
mencapai 30-50 cm. Akar terletak dibawah tanah, berbentuk panjang, lurus,
meruncing, dan berwarna cokelat, serta dapat menembus ke permukaan, tunggal
ataupun sebagai cabang dari rimpangnya. Dari rimpang, tumbuh daun berbentuk
roset berwarna hijau, dari tengah roset akan tumbuh bunga berwarna jingga
kuning berbentuk ligulat. Buahnya berbentuk fusi, berwarna hijau hingga
kecoklatan, berakhir pada tangkai kecil yang dikelilingi oleh papus lembut dan
ditunjang oleh kepala buah berbentuk globular. Daun tersusun spiral dalam roset
yang radikal, ukuran 4-35 cm x 0,7-10 cm, melanset sungsang sampai agak
menyudip, sangat bervariasi dan berlekuk menyirip sampai menyirip sebagian
tidakteratur, berambut jarang atau hampir gundul, tangkai daun nyata atau agak
meruncing bersayap dan berwarna hijau atau merah jambu keunguan (BPOM,
2011).

2.3.4 Efek Farmakologi


Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui efek antihiperglikemia dari
sediaan ekstrak kering etanolbeberapa tanaman obat dosis 20 mg/kg BB yang
mengandung 9,7% jombang pada mencit yang dibuat diabetes karena induksi
aloksan. Sediaan terbukti signifikan menurunkan kadar glukosa dan fruktosamin.
Pada penelitian lebih lanjut, dilakukan uji efek sediaan ekstrak tersebut pada
konsentrasi kata glutathioneS-transferases (GSJs) dan malondialdehyde (MDA)
pada hepar mencit diabetes. Hiperglikemia pada diabetes mellitus bertanggung
jawab terhadap terbentuknya proses stres oksidatif (melalui auto-oksidasi glukosa
dan glikasi protein)yang dikarakterisasi oleh meningkatnya produksi lipid
peroksida (MDA sebagai produk akhir) dan atau penurunan pertahanan
antioksidatif (GST pada hepar merupakan enzim yang memiliki aktivitas
antioksidatif). Setelah perlakuan selama 7 hari dengan esktrak dosis 20 mg/kg BB,
terjadi peningkatan signifikan konsentrasi katalitik GSTs dan penurunan kadar
MDA namun tidak signifikan. Efek tersebut memperjelas bahwa ekstrak memiliki
efek antihiperglikemia. Dalam penelitian lain yang serupa, dibuktikan terjadi
penurunan kadar MDA hepatik pada tikus yang diinduksi diabetes dengan
streptozotosin diikuti pula dengan penurunan kadar glukosa serum setelah
pemberian ekstrak air daun jombang(BPOM, 2011).
2.3.5 Interaksi
1. Interaksi dengan obat-obatan
Pemberian ekstrak herba dosis 2 g/kg BB peroral pada tikus bersamaan
dengan ciprofloksasin (antibiotik golongan fluorokuinolon) dosis 20 mg/kg
BB dapat menurunkan konsentrasi plasma maksimum ciprofloksasin. Herba
kemungkinan dapat menurunkan aktivitas obat-obatan penghambat asam
lambung seperti antasida, H2-bloker, proton-pump inhibitor, dapat
meningkatkan resiko pendarahan apabila digunakan bersamaan dengan
antikoagulan dan antiplatelet. Daun jombang mampu meningkatkan efek
antihipertensi pada golongan diuretik seperti aktivitas diuretik sehingga
memicu kehilangan cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit, keracunan
dapat terjadi pada penggunaan bersamaan lithium;dapat meningkatkan resiko
terjadinya hiperkalemia jika digunakan bersama kalium.
2. Interaksi dengan tanaman obat lain
Herba dapat meningkatkan aktivitas diuretik tanaman lain yang berkhasiat
diuretik; meningkatkan resiko hipoglikemia jika digunakan bersaman dengan
tanaman lain yang bersifat hipoglikemia.

2.4 Rimpang Temulawak


2.4.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorriza Roxb (Rukmana, 1995)
Gambar 2. Penampakan tumbuhan temulawak dan temulawak yang sudah
dikeringkan

2.4.2 Kandungan Metabolit Sekunder


Senyawa dalam temulawak yaitu α-kurkumen, ar-turmeron, xantorizol,
kurkumin. Temulawak mampu menaikkan kadar asam empedu darah,
menurunkan kadar SGOT dan SGPT, serta menunjukkan perbaikan histopatologi
jaringan hati. Selain itu antihepatotoksik kurkumin mampu melakukan penurunan
kemampuan karbon tetraklorida dan galaktosamin yang memiliki efek
hepatotoksik (B2P2TOOT, 2017)

2.4.3 Morfologi
Temulawak termasuk tanaman berbatang basah. Tingginya dapat mencapai
2,5 m. Bunganya berwarna putih kemerah-merahan atau kuning. Panjang tangkai
bunga 1,5 - 3 cm. Kelompok bunga 3-4 buah. Bunganya langsung keluar dari
rimpang dan berwarna merah, kelopak hijau muda, sedangkan pangkal bunga
bagian atas berwarna ungu.

2.4.4 Efek Farmakologi


Temulawak memiliki manfaat dalam berbagai kondisi gangguan hati, batu
empedu dan meningkatkan sekresi empedu. Temulawak mampu menaikkan kadar
asam empedu darah, menurunkan kadar SGOT dan SGPT, serta menunjukkan
perbaikan histopatologi jaringan hati. Selain itu antihepatotoksik kurkumin
mampu melakukan penurunan kemampuan karbon tetraklorida dan galaktosamin
yang memiliki efek hepatotoksik.
2.4.5 Interaksi
Kurkumin dapat meningkatkan aktivitas antikoagulan, antiplatelet, dan
tromobolitik sehingga meningkatkan resiko pendarahan. Penelitian in vitro pada
hewan menunjukkan bahwa kurkumin dapat menghambat agregasi platelet,
dimana mengakibatkan waktu pendarahan lebih lama jika dikonsumsi bersamaan
dengan obat-obatan yang mempengaruhi fungsi platelet. Perlu perhatian khusus
pada penggunaan kurkumin secara bersamaan dengan obat-obatan tersebut.
Monitor waktu pendarahan, tanda vital dan resiko pendarahan berlebihan.

2.5 Rimpang Kunyit


2.5.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa L. (Catalogue of Life, 2019)

Gambar 3. Penampakan tumbuhan kunyit dan kunyit yang sudah dikeringkan

2.5.2 Kandungan Metabolit Sekunder


Kurkumin menghambat aktivitas HSC dengan meningkatkan regulasi
ekspresi dan stimulasi gen PPAR-γ. Mampu menekan proses inflamasi sel hati
melalui penurunan level sitokin inflamasi.
Kurkuminoid 2,5-6% (kurkumin 10%, monodesmetoksikurkumin 1-5%,
dan sisanya bisdesmetoksikurkumin), minyak atsiri 5,8% (zingiberen 25%, α-
felandren 1%, sineol 1%, sabinen 0,6%, borneol 0,5%, serta mono- dan
seskuiterpen α/β-turmeron 53%) (Rajkumari dan Sanatombi, 2017).

2.5.3 Morfologi
Tanaman herba yang dapat tumbuh hingga ±70 cm. Batang tegak, semu,
berbentuk bulat, berwarna hijau kekuningan. Daun lanset tunggal memanjang
berwarna hijau pucat, tepi rata, ujung dan pangkal runcing, tulang daun menyirip,
panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm, dan memiliki pelepah daun berwarna putih
(Winarto, 2004). Bunga majemuk dengan mahkota berwarna kuning, bersisik
(terdapat trikoma), panjang tangkai 16-40 cm, dan kelopak silindris bercangap 3
berwarna ungu (Anonim, 2016). Akar serabut berwarna coklat muda. Rimpang
warna kuning jingga hingga kuning jingga kemerahan atau kecoklatan
(Syamsuhidayat, 2000).

2.5.4 Efek Farmakologi


Rebusan rimpang secara empiris digunakan untuk mengatasi keputihan,
membersihkan nifas, asma, koreng, eksema, kudis, borok, encok, nyeri abdomen,
diare, disentri, sembelit, anemia, tekanan darah tinggi, cacar-sapi, pusing, demam
jaundice, serta radang usus buntu, rahim, gusi, dan amandel (BPOM RI, 2013).
Menurut Ashraf (2018), aktivitas farmakologi kunyit putih yang telah diteliti
meliputi antimikroba dan antijamur, antiamoeba, larvasidal, antinociceptive,
analgesik, antihistamin, antiinflamasi, antioksidan, antikarsinogenik,
antimutagenik, antiplatelet, dan antivenom.

2.5.5 Interaksi
1. Interaksi dengan obat-obatan
Kemungkinan berinteraksi dengan obat antikoagulan, antiplatelet, heparin
dan agen trombolitik. Secara teori, kurkumin dapat meningkatkan aktivitas
obat-obatan tersebut sehingga meningkatkan resiko pendarahan. Penelitian in
vitro pada hewan menunjukkan bahwa kurkumin dapat menghambat agregasi
platelet, dimana mengakibatkan waktu pendarahan lebih lama jika dikonsumsi
bersamaan dengan obat-obatan yang mempengaruhi fungsi platelet. Perlu
perhatian khusus pada penggunaan kurkumin secara bersamaan dengan obat-
obatan tersebut. Monitor waktu pendarahan, tanda vital dan resiko pendarahan
berlebihan.
Dalam sebuah uji klinik, kunyit melalui konstituen kurkumin terbukti
dapat mempengaruhi absorpsi β-bloker yaitu berupa penurunan absorpsi
talinolol (uji terhadap manusia), peningkatan absorpsi celiprolol (uji pada
tikus). Namun penurunan absorpsi talinolol dikatagorikan sedang dan secara
klinik tidak relevan mengingat β-bloker memiliki margin terapi yang lebar.
Selain itu kurkumin dilaporkan dapat meningkatkan absorpsi midazolam
melalui mekanisme penghambatan metabolisme midazolam oleh sitokrom
P3A; tetapi tidak mempengaruhi absorpsi besi.

2. Interaksi dengan tanaman lainnya


Piperin, zat aktif yang terkandung dalam lada, dapat meningkatkan
bioavabilitas kurkumin. Sebuah penelitian silang (crossover study), relawan
sehat diberi dosis tunggal kurkumin 2 gram, serbuk tunggal, atau dengan
piperin serbuk 20 miligram. Dosis tunggal kurkumin menunjukkan kadar
serum rendah atau tidak terdeteksi. Penambahan piperin meningkatkan kadar
kurkumin 30 kali lipat pada 45 menit pertama, dan bioavaibilitas relatif
meningkat 20 kali lipat. Sehingga penggunaan bersamaan kedua senyawa
tersebut ditoleransi dengan baik.
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Formulasi Jamu

Kompisisi ramuan jamu gangguan fungsi hati untuk penggunaan satu hari,
terdiri dari bahan kering :
Daun Jombang 12 gr
Rimpang Temulawak 28 gr
Rimpang Kunyit 6 gr

3.2 Cara Pemanenan


3.2.1 Daun Jombang
Daun dari tanaman herba harus dipanen sebelum tanaman berbunga, sebisa
mungkin daun dipanen dari tanaman dewasa. Pada pemanenan, dihindari
mengambil daun yang masih muda. Cara memanen dengan memotong daun dan
batang sampai pangkalnya dengan menggunakan gunting atau pisau tajam.

3.2.2 Rimpang Temulawak


Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman
yang siap dipanen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning
dan mengering, serta memiliki rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.
Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun tersebut diangkat bersama akar dan
rimpangnya. Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada
musim kemarau.. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang
dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif
karena lebih banyak kadar airnya.

3.2.3 Rimpang Kunyit


Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 8-18 bulan namun
waktu yang paling baik adalah 11 – 12 bulan. Tanaman yang siap dipanen
ditandai dengan gugurnya daun kedua. Ciri-ciri tanaman dapat dipanen dengan
berakhirnya pertumbuhan vegetatif seperti terjadi layu pada daun dan batang yang
awalnya hijau berubah menjadi kuning. Cara pemanenan yaitu tanah disekitar
rumpun digali dan rumpun tersebut diangkat bersama akar dan rimpangnya.

3.3 Penanganan Pasca Panen


3.3.1 Pasca Panen Temulawak dan Kunyit
1. Sortasi basah dan pencucian
Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari
kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah itu, timbang
jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk
pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot
dengan air bertekanan tinggi. Pada saat pencucian dihindari waktu yang
terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam
tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena
dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung
bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray yang
belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan,
setelah itu tempatkan dalam wadah plastik.
2. Perajangan
Proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan
yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan
melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan,
timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat
dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
3. Pengeringan
Pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar
airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari.dilakukan diatas
tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk.
Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar
pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang
lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi.
Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50ºC - 60º C. Rimpang
yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa
rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah
rimpang yang dihasilkan
4. Sortir Kering
Sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara
memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah
atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini
(untuk menghitung rendemennya).
5. Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong
plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai
sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang
menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor atau kode
produksi, nama atau alamat penghasil, berat bersih dan metode
penyimpanannya.
6. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi
30º C dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor,
terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan
yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup hindari dari sinar
matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.

3.3.2 Pasca Panen Daun Jombang


1. Penyortiran Awal Proses penyortiran awal bertujuan untuk memisahkan
daun sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan, bebas dari kotoran atau
bahanbahan asing lainnya yang terikut pada saat pemanenan; menjaga
kualitas bahan baku dan mempermudah proses pengolahan selanjutnya.
2. Pencucian dan Penirisan
Daun yang sudah disortir dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan
segala kotoran yang melekat pada daun. Pencucian dilakukan sebanyak 3 -
4 kali sampai air bekas pencucian jernih, kemudian daun yang sudah
bersih ditiriskan dalam keranjang plastik/rak pengering.
3. Penimbangan bahan baku
Penimbangan dilakukan terhadap daun segar yang telah dicuci bersih dan
sudah ditiriskan untuk mengetahui berat segar bahan baku.
4. Perajangan
Jika diperlukan dapat dilakukan perajangan menggunakan alat berupa
mesin atau perajang manual yang terbuat dari Alat perajang yang
digunakan dapat berupa mesin atau perajang manual yang terbuat dari
bahan stainless stell. Ukuran perajangan disesuaikan dengan kebutuhan.
5. Pengeringan Pengeringan bertujuan untuk menjaga kualitas bahan agar
tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam jangka waktu lama serta
memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Pengeringan dapat menggunakan
cahaya matahari yang ditutupi kain hitam (proses pelayuan) agar
menghasilkan warna yang lebih tajam. Setelah mengalami pelayuan, daun
diangkat kemudian dikering anginkan dalam ruangan. Suhu pengeringan
yang ideal adalah maksimal 50°C dengan ketebalan tumpukan 3-4 cm.
Pengeringan dapat juga dilakukan dengan alat pengering bertenaga sinar
matahari (solar dryer) atau menggunakan mesin pengeringan rak (tray
dryer). Hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia daun
yang mengandung kadar air maksimal 5% dan ketika diremas akan hancur,
ini menandakan daun telah kering optimal.
6. Penyortiran Akhir
Tujuan penyortiran akhir adalah untuk memisahkan benda-benda asing
seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran lainnya yang
masih tertinggal pada simplisia daun (pasir, batu kerikil, dan bahan asing
lainnya). Simplisia daun yang baik memiliki kandungan benda asing tidak
lebih dari 2%. Warna dan aroma tidak berbeda jauh dari aslinya, tidak
mengandung bahan yang beracun dan berbahaya serta tidak tercemar oleh
jamur.
7. Pengemasan dan Pelabelan
Daun yang sudah kering dan sudah diseleksi kualitasnya harus segera
dikemas agar tidak terjadi penyerapan kembali uap air. Pengemasan harus
dilakukan secara hati-hati agar tidak hancur dan menggunakan bahan
kemasan yang baik, bersih, kering, mampu melindungi produk dari
kerusakan mekanis, tidak mengandung zat kimia yang menyebabkan
perubahan kandungan kimia, warna, rasa, bau, tidak bersifat racun (toksin)
dan kadar air produk, ukuran dan bentuknya menarik. Kemasan harus
tertutup rapat supaya aman selama penyimpanan maupun pengangkutan.
Selanjutnya kemasan diberi label yang ditempelkan atau diikatkan pada
kemasan, dengan mencantumkan : nama produk, bagian tanaman produk
yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat
penghasil, berat bersih, metode penyimpanan. Selanjutnya simplisia
diangkut ke konsumen atau segera disimpan untuk proses pengolahan
selanjutnya. h. Penyimpanan Penyimpanan simplisia daun dilakukan
sebelum dijual atau sebelum diolah lebih lanjut. Gudang penyimpanan
harus bersih, suhu kamar tidak melebihi 30°C, terpisah dari bahan lain
yang dapat menyebabkan produk simplisia terkontaminasi dan harus bebas
dari hama gudang, kutu, rayap dan tikus. Simplisia yang dikemas disimpan
dengan cara ditumpuk di atas rak dengan ketinggian minimal 10 cm dan
diberi alas. Penyimpanan dalam gudang harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran produk yang
disimpan, sehingga prinsip "pertama masuk pertama keluar" sangat
dianjurkan, oleh karena itu perlu dilakukan pencatatan tanggal
penyimpanan simplisia. Jika penanganan produk dilakukan dengan baik
dan benar, produk dapat disimpan maksimal 1 tahun. Dalam jangka waktu
tertentu perlu dilakukan pemeriksaan gudang secara rutin, meliputi
pengecekan dan pengujian mutu seluruh simplisia yang ada di dalam
gudang agar dapat diketahui lebih dini simplisia yang masih bermutu dan
yang telah rusak.
3.4 Indikasi Jamu
Ramuan jamu berfungsi untuk mengatasi kondisi gangguan fungsi hati
dengan cara memperbaiki dan melindungi sel-sel hati dari kerusakan yang lebih
lanjut. Pada kondisi gangguan fungsi hati ringan dengan kadar SGOT dan SGPT
2-3 kali lebih tinggi dari rentang normal tanpa penyebab yang jelas, ramuan jamu
ini dapat mengatasi gangguan fungsi hati.

3.5 Cara Pembuatan Jamu


Berikut adalah cara pembuatan jamu gangguan fungsi hati:
1. Direbus air sebanya satu liter dalam panci stainless atau berbahan kendi
tertutup hingga mendidih
2. Dimasukkan satu kemasan ramuan jamu kedalam panci dilanjutkan
dengan penggodokan selama 15 menit dengan air kecil
3. Panci di angkat dan didiamkan hingga dingin dengan suhu ruang
4. Disaring menggunakan saringan teh

3.6 Aturan Minum


Air rebusan yang diperoleh dibagi menjadi tiga bagian untuk diminum tiga
kali pada hari yang sama yaitu pagi, siang, dan malam

3.7 KIE

Bila pasien mengonsumsi obat konvensional maka di beri jarak 2 jama


antara kedua obat dengan mendahulukan obat konvensional lalu jamu. Selama
pengkonsumsian jamu diharapkan pasien untuk banyak istirahat dan menhindari
makanan berminyak, berlemak, serta mengandung pengawet. Penggunaan ramuan
ini sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter. Interaksi yang dapat ditimbulkan
bila dikonsumsi bersamaan dengan obat yaitu,
1. Golongan obat penghambat asam lambung
2. Golongan obat antiplatelet, antikoagulan dan antitrombolitik
3. Golongan obat diuretik
4. Golongan obat beta bloker
5. Interaksi dengan tanaman herbal lainyya seperti lada
BAB 4
KESIMPULAN

Ramuan jamu berfungsi untuk mengatasi kondisi gangguan fungsi hati


dengan cara memperbaiki dan melindungi sel-sel hati dari kerusakan yang lebih
lanjut. Pada kondisi gangguan fungsi hati ringan dengan kadar SGOT dan SGPT
2-3 kali lebih tinggi dari rentang normal tanpa penyebab yang jelas, ramuan jamu
ini dapat mengatasi gangguan fungsi hati.
Pemberian KIE kepada pasien sangat penting karena ramuan jamu mampu
berinteraksi dengan beberapa obat dan tanaman obat lain nya. Interkasi tersebut
akan memberikan efek samping yang tidak diinginkan bagi pasien yang
mengonsumsinya. Efek beberapa interaksi yang dapat ditimbulkan yaitu
menghambat absorbsi dan meningkatkan aktivitas beberapa obat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 6 Tahun


2016: Formularium Obat Herbal Asli Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Amarapurkar DN, Hashimoto E, Lesmana LA, Sollano JD, Chen PJ, Goh KL.
How common is non-alcoholic fatty liver disease in the Asia– Pacific region
and are there local differences. J Gastroenterol Hepatol. 2007 ;22(6):788-93.

Ashraf, K. 2018. A comprehensive review on Curcuma longa Linn.:


phytochemical, pharmacological, and molecular study. International Journal
of Green Pharmacy, 11(04).

Badan POM RI. 2011. Acuan Sediaan Herbal Volume 6 Edisi 1. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

BPOM RI. 2013. Formularium Ramuan Etnomedisin Obat Asli Indonesia.


VolumeIII. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Catalogue of Life. 2019. Curcuma longa L. World Checklist of Selected Plant


Families: Kew Plants People Possibilities.

Dalimartha S. 2008. Ensiklopedi tanaman obat indonesia. Jakarta: Dinamika


Media.
Ganong, William F. 2008. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Depkes RI. 2003. Farmakologi jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Kwo PY, Cohen SM, Lim JK. 2016. ACG Clinical Guideline: Evaluation of
Abnormal Liver Chemistries. Am J Gastroenterol.

Hall dan Guyton, J.E. 2016. Textbook of Medical Physiology. 13th ed.
Philadelphia (PA): Elsevier, Inc.

Haryanti S, Ratnawati G, Dewi APK. 2012. Laporan Penelitian : Studi Praklinik


Potensi Hepatoprotektif Ramuan Jamu (Rimpang Temulawak, Rimpang
Kunyit, dan Herba Jombang). Tawangmangu: B2P2TOOT.

Frank, C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar Asas, Organ sasaran dan Penilaian
Risiko. Edisi kedua . Penerjemah Edi Nugroho. Jakarta: UI Press.
Rajkumari, S., dan Sanatombi, K. 2017. Nutritional value, phytochemical
composition, and biological activities of edible Curcuma longa: a review.
International Journal of Food Properties, 20(3): 2668-S2687.

Rukmana, A.R. 1995.Temulawak Tanaman Rempah dan Obat. Yogyakarta:


Kanisius

Syamsuhidayat, S. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.

Winarto, I., W. 2004. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Hal: 2 - 12.

Zulkarnain Z, Astana PRW. Studi Klinis Formula Jamu sebagai Hepatoprotektor.


Prosiding Seminar Nasional Diabetes Mellitus. Surakarta: Universitas Setia Budi:
2013: 30-5.
KIE Jamu untuk Membantu
Memelihara
Kondisi Kesehatan
Penderita Gangguan
Fungsi Hati

Kelompok : 9
Aura Kamilah Anwar 192211101103
Evianti Takimpo 192211101106
Meranti Bekti Pertiwi 192211101133
Silvia Nurul Maulidha 192211101161
Gangguan fungsi hati masih menjadi masalah kesehatan besar
di Negara maju maupun di negara berkembang. Indonesia merupakan
Latar Belakang negara dalam peringkat endemik tinggi mengenai penyakit hati (Depkes
RI, 2007). Penatalaksanaan gangguan fungsi hati ditujukan untuk
mengobati penyebab gangguan dan melindungi serta memperbaiki sel
hati yang berpotensi atau telah rusak karena gangguan tersebut
(hepatoprotektor). Agen hepatoprotektor menjadi penting dalam
penatalaksanaan gangguan fungsi hati karena tidak semua penyebab
gangguan fungsi hati dapat diobati dan obat yang digunakan dapat
menambah kerusakan pada sel-sel hati.

Salah satu ramuan jamu yang memiliki potensi sebagai hepatoprotektor terdiri
atas rimpang temulawak, rimpang kunyit, dan daun jombang. Ramuan ini telah melalui uji
praklinik dan uji observasi klinik. Hasil uji praklinik oleh (Haryanti dkk, 2011) membuktikan
bahwa infusa ramuan jamu untuk hepatoprotektor yang diberikan pada tikus bersama
dengan parasetamol selama tujuh hari memberikan efek hepatoprotektif.

2
Rumusan Masalah
1. Jamu apakah yang dapat diberikan pada pasien gangguan fungsi hati?
2. Bagaimana KIE yang dapat disampaikan pada pasien yang menerima jamu
untuk mengatasi gangguan fungsi hati?

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jamu yang dapat diberikan kepada pasien gangguan fungsi hati.

2. Untuk mengetahui KIE yang dapat disampaikan kepada pasien yang menerima
jamu untuk mengatasi gangguan fungsi hati.

3
Indikasi Jamu
berfungsi untuk mengatasi kondisi gangguan fungsi hati
dengan cara memperbaiki dan melindungi sel-sel hati dari
kerusakan yang lebih lanjut.
1. Daun Jombang
Nama Binomial : Taraxacum officinale

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Taraxacum

Spesies : Taraxacum oficinale


(Dalimartha, 2008)

5
Kandungan Metabolit dan Efek Farmakologi

ASAM SIKORAT ASAM KLOROGENAT

Memiliki sifat kolagogum yang


Aktivitas menghambat penetrasi sel membantu kelancaran aliran
virus ke dalam sel dan mencegah empedu
oksidasi kolagen

AKTIVITAS KEDUA METABOLIT TERSEBUT MENDUKUNG


POTENSI JOMBANG UNTUK MENGATASI GANGGUAN FUNGSI
HATI

6
Interaksi Daun Jombang
INTERAKSI DENGAN OBAT-OBATAN
Ciprofloksasin Menurunkan konsentrasi plasma ciprofloksasin

Obat-obatan penghambat asam lambung Menurunkan aktivitas obat-obat tersebut

Antikoagulan dan antiplatelet Meningkatkan resiko pendarahan


Antihipertensi (Golongan Diuretik) Meningkatkan aktivitas antihipertensi Seperti
aktivitas diuretik sehingga memicu kehilangan
cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit

Lithium Keracunan dan hiperkalemia

INTERAKSI DENGAN TANAMAN OBAT LAIN


Tanaman yang memiliki aktivitas diuretik Meningkatkan aktivitas diuretik

Tanaman yang memiliki aktivitas hipogikemia Meningkatkan aktivitas hipoglikemia

7
Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta


Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae
2. Rimpang Temulawak
Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorriza

Roxb (Rukmana, 1995)

8
Kandungan Metabolit dan Efek Farmakologi
Interaksi Rimpang
Temulawak

Kurkumin dapat meningkatkan


aktivitas antikoagulan,
antiplatelet, dan tromobolitik
sehingga
meningkatkan resiko pendarahan.
3. Rimpang Kunyit

“ ⊷ Kingdom :

Plantae

⊷ Filum :

Tracheophyta

⊷ Kelas :
Aktivitas farmakologi kunyit putih yang telah
diteliti meliputi:

•antimikroba dan antijamur


•Antiamoeba •Antiinflamasi
•Larvasidal •Antioksidan
•Antinociceptive •Antikarsinogenik
•Analgesik •Antimutagenik
•Antihistamin •Antiplatelet, dan antivenom

12
Interaksi Rimpang Kunyit
INTERAKSI DENGAN OBAT-OBATAN

Antikoagulan dan antiplatelet Meningkatkan resiko pendarahan

Antihipertensi (Golongan Beta Penurunan absorbsi talinolol dan


Blocker) meningkatkan absorbsi celiprolol

Midazolam Penghambatan metabolisme


midazolam

INTERAKSI DENGAN TANAMAN OBAT LAIN

Piperin Dapat meningkatkan bioavailibiltas kurkumin sehingga


memberikan efek sinergis
FORMULLASI JAMU

Daun Jombang 12 gr
Rimpang Temulawak 28 gr
Rimpang Kunyit 6 gr

14
CARA PEMANENAN Rimpang Temulawak

⊷ Dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan.

⊷ Tanaman yang siap dipanen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan
mengering, serta memiliki rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.

⊷ Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun tersebut diangkat bersama akar dan
rimpangnya.

⊷ Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim kemarau untuk
menghindari rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya
bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya..

Daun Jombang
⊷ Harus dipanen sebelum tanaman berbunga, sebisa
mungkin daun dipanen dari tanaman dewasa.

⊷ Dihindari mengambil daun yang masih muda.

⊷ Memotong daun dan


batang sampai pangkalnya dengan menggunakan gunting atau pisau
tajam.
15
Rimpang Kunyit
⊷ Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 8-
18 bulan namun waktu yang paling baik adalah 11 – 12
bulan.
⊷ Tanaman yang siap dipanen ditandai dengan gugurnya
daun kedua.
⊷ Ciri-ciri tanaman dapat dipanen dengan berakhirnya
pertumbuhan vegetatif seperti terjadi layu pada daun
dan batang yang awalnya hijau berubah menjadi
kuning.
⊷ Cara pemanenan yaitu tanah disekitar rumpun digali
dan rumpun tersebut diangkat bersama akar dan
rimpangnya.

16
PENANGANAN PASCA PANEN

Pasca Panen Temulawak, Kunyit dan Daun Jombang


a. Sortasi basah dan pencucian
Dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan
gulma.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi.
Tidak dilakukan pada waktu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung
didalam tidak larut dalam air
b. Perajangan
Dilakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan
talenan.
Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm.
Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan
dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
17
c. Pengeringan
Pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya
dibawah 8%.
Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50ºC - 60ºC dan pengeringan bisa
dilakukan dengan mengangin anginkan tidak pada cahaya langsung

d. Sortir Kering
Sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan
bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotorankotoran lain.

e. Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong
plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya)
dan berikan label yang jelas

f. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30º C dan
gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi
bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan
yang cukup hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama
18
gudang.
INDIKASI JAMU
Ramuan jamu berfungsi untuk :
⊷mengatasi kondisi gangguan fungsi hati dengan cara
memperbaiki dan melindungi sel-sel hati dari kerusakan
yang lebih lanjut.
⊷Pada kondisi gangguan fungsi hati ringan dengan
kadar SGOT dan SGPT 2-3 kali lebih tinggi dari rentang
normal tanpa penyebab yang jelas, ramuan jamu ini
dapat mengatasi gangguan fungsi hati.

19
Cara Pembuatan Jamu

1. Direbus air sebanya satu liter dalam panci stainless atau berbahan


kendi tertutup hingga mendidih

2. Dimasukkan satu kemasan ramuan jamu kedalam panci dilanjutkan


dengan penggodokan selama 15 menit dengan air kecil

3. Disaring menggunakan saringan teh

4. Panci di angkat dan didiamkan hingga dingin dengan suhu ruang

Aturan Minum

Air rebusan yang diperoleh dibagi menjadi tiga bagian


untuk diminum tiga kali pada hari yang sama yaitu pagi,
siang, dan malam
20
KIE ⊷ Bila pasien mengonsumsi obat konvensional maka di beri jarak 2
jama antara kedua obat dengan mendahulukan obat konvensional lalu


jamu.

⊷Selama pengkonsumsian jamu diharapkan pasien untuk banyak


istirahat dan menhindari makanan berminyak, berlemak, serta
mengandung pengawet. Penggunaan ramuan ini sebaiknya
dikonsultasikan kepada dokter. Interaksi yang dapat ditimbulkan bila
dikonsumsi bersamaan dengan obat yaitu:
1. Golongan obat penghambat asam lambung
2. Golongan obat antiplatelet, antikoagulan dan antitrombolitik
3. Golongan obat diuretik
4. Golongan obat beta bloker
5. Interaksi dengan tanaman herbal lainyya seperti lada
21
KESIMPULAN
Ramuan jamu berfungsi untuk mengatasi kondisi
gangguan fungsi hati dengan cara :
- memperbaiki dan melindungi sel-sel hati dari
kerusakan yang lebihlanjut.
- Pada kondisi gangguan fungsi hati ringan dengan
kadar SGOT dan SGPT 2-3 kali lebih tinggi dari rentang
normal tanpa penyebab yang jelas, ramuan jamu ini
dapat mengatasi gangguan fungsi hati.

Pemberian KIE kepada pasien sangat penting karena ramuan jamu mampu berinteraksi dengan
beberapa obat dan tanaman obat lain nya. Interkasi tersebut akan memberikan efek samping yang
tidak diinginkan bagi pasien yang mengonsumsinya. Efek beberapa interaksi yang dapat ditimbulkan
yaitu menghambat absorbsi dan meningkatkan aktivitas beberapa obat.
Daftar Pustaka

Anonim. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 6 Tahun 2016: Formularium Obat Herbal Asli Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Amarapurkar DN, Hashimoto E, Lesmana LA, Sollano JD, Chen PJ, Goh KL. How common is non-alcoholic fatty liver disease in the Asia–
Pacific region and are there local differences?. J Gastroenterol Hepatol. 2007 ;22(6):788-93.
Ashraf, K. 2018. A comprehensive review on Curcuma longa Linn.: Phytochemical, pharmacological, and molecular study. International Journal
of Green Pharmacy, 11(04).
Badan POM RI.2011.Acuan Sediaan Herbal Volume 6 Edisi 1.Jakarta:Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
BPOM RI. 2013. Formularium Ramuan Etnomedisin Obat Asli Indonesia. VolumeIII. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik I
ndonesia.
Catalogue of Life. 2019. Curcuma longa L. World Checklist of Selected Plant Families: Kew Plants People Possibilities. Dalimartha S.
Ensiklopedi tanaman obat indonesia. Jakarta: Dinamika Media; 2008.
Ganong, William F. 2008. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Depkes RI. 2003. Farmakologi jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2007,. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kwo PY, Cohen SM, Lim JK. ACG Clinical Guideline: Evaluation of Abnormal Liver Chemistries. Am J Gastroenterol. 2016.
Haryanti S, Ratnawati G, Dewi APK. Laporan Penelitian : Studi Praklinik Potensi Hepatoprotektif Ramuan Jamu (Rimpang Temulawak,
Rimpang Kunyit, dan Herba Jombang). Tawangmangu: B2P2TOOT;2012.
Rajkumari, S., dan Sanatombi, K. 2017. Nutritional value, phytochemical composition, and biological activities of edible Curcuma longa: a
review. International Journal of Food Properties, 20(3): 2668-S2687.
Rukmana, A.R. 1995.Temulawak Tanaman Rempah dan Obat. Yogyakarta: Kanisius
Syamsuhidayat, S. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Winarto, I., W. 2004. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Hal: 2 - 12.
Zulkarnain Z, Astana PRW. Studi Klinis Formula Jamu sebagai Hepatoprotektor. Prosiding Seminar Nasional Diabetes Mellitus.
Surakarta: Universitas Setia Budi: 2013: 30-5.

23
THANK YOU……

24

Anda mungkin juga menyukai