Oleh
1.2. Tujuan
Mengetahui dan memahami segala aspek produksi yang perlu diperhatikan
dalam produksi sediaan padat berupa kapsul.
BAB II
ISI
2.2.2. Kapsul
a. Definisi Kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang
keras atau lunak yang dapat larut.. Kebanyakan kapsul-kapsul yang diedarkan di
pasaran adalah kapsul yang semuanya mudah ditelan oleh pasien hal ini salah satu
keuntungan kapsul. Begitu pula, kapsul dapat dibuat untuk disisipkan ke dalam
rectum sehingga obat dilepaskan dan diabsorpsi ditempat tersebut, atau isi kapsul
dapat dipindahkan dari cangkang gelatin.
Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah
mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembap atau bila disimpan dalam
larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang lunak, mengandung lebih banyak
uap air daripada kapsul keras, pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet
untuk mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Biasanya kapsul keras
gelatin mengandung uap air antara 9-12%. Bilamana disimpan dalam lingkungan
dengan kelembapan yang tinggi, penambahan uap air akan diabsorbsi oleh kapsul dan
kapsul keras ini akan rusak dari bentuk kekerasannya. Sebaliknya dalam lingkungan
udara yang sangat kering, sebagian dari uap air yang terdapat dalam kapsul gelatin
mungkin akan hilang, dan kapsul ini menjadi rapuh serta mungkin akan remuk bila
dipegang (Ansel, 1989).
Cangkang kapsul umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari
pati atau bahan lain yang sesuai. Cangkang kapsul berbentuk silindris dengan ukuran
000 (hewan), 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5. Penanganan dan penyimpanan cangkang kapsul
dilakukan seperti bahan awal, cangkang disimpan dalamruangan dengan suhu 15-25
°C dengan kelembapan nisbi 40-65% (Ansel, 1989).
b. Produksi Sediaan Kapsul
Proses produksi kapsul meliputi pengolahan bahan awal sampai terbentuknya
obat jadi. Produksi harus dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
sehingga menjamin obat yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Sebelum melaksanakan suatu produksi dilakukan perencanaan produksi
yang dibuat sesuai dengan kebutuhan obat yang akan didistribusikan dari bagian
pemasaran. Perencanaan produksi bertujuan untuk menghindari kegagalan
pelaksanaan produksi yang terjadi karena sesuatu hambatan yang dapat diantisipasi
sebelumnya, misalnya jumlah bahan baku yang dibutuhkan, jumlah bahan pengemas,
serta kesiapan peralatan dan hal-hal penunjang lainnya.
Gambar 3. Alur proses pengolahan
Proses pembuatan kapsul yang di lakukan dengan metode granulasi. Granul
yang terbentuk dibawa untuk dilakukan pemeriksaan IPC. Setelah memenuhi syarat
dibawa kembali ke ruangan produksi kapsul untuk dilakukan filling kapsul
menggunakan mesin bosch dengan metode punches and dies. Kapsul yang terbentuk
dilakukan polishing, kemudian dibawa kembali untuk pengujian IPC.
Prinsip kerja Fluid Bed Dryer Spray granulator ini didasarkan pada bahan
(serbuk atau granul) yang masuk mangkuk container mesin. Udara dingin ditarik ke
container mesin melalui ruang kerja fluid bed dryer, udara sebelum memasuki ruang
kerja mesin fluid bed dryer di saring melalui pre filter dan HEPA filter dan melewati
ruang pemanasan di belakang mesin utama (Heat Exchanger), dipanaskan ke suhu
yang diinginkan oleh pemanas. Materi yang terfluidisasi fluida di container mesin
secara teratur. Kelembaban produk ditarik keluar oleh kipas sehingga produk menjadi
kering dan menjadi rata di setiap butiran dengan kadar kekeringan yang sama di
bawah 1%.
Kontainer dan ruang kerja Fluid Bed Dryer Spray mempunyai struktur bulat
tabung, sehingga menghindari sudut mati. Di dalam container fluid bed dryer di
berikan penambahan pengaduk / stirrer. Stirrer berfungsi untuk menghindari
aglomerasi bahan basah dan aliran saluran membentuk selama pengeringan. Pada
bagian filter di atas terbuat dari serat khusus anti lengket. Dioperasikan pada tekanan
negatif disegel dan dirancang sesuai standard GMP. Mesin ini juga dapat dirancang
untuk mengisi dan mengurangi secara otomatis sesuai dengan kebutuhan. Proses
pengeringan sangat cepat dan suhu stabil . Secara umum, waktu pengeringan setiap
kontainer memerlukan waktu sekitar 20 ~ 30 menit.
2. Filling kapsul otomatis
Bekerja dengan sistem otomatis penuh untuk mengisi hard gelatin kapsul, hard
gelatin kapsul yang bisa di aplikasikan ke mesin otomatis mulai ukuran 00 - 4. Mesin
pengisi kapsul otomatis model SPT-FH150, mengisi kapsul dengan bahan obat dalam
bentuk bubuk, butiran atau bentuk tablet, dan kemudian menutup/menyegel kapsul
secara otomatis pula. Mesin pengisi kapsul ini telah memperoleh pengakuan kualitas
yang sangat baik dan untuk membuat kontribusi yang penting khususnya untuk
kebutuhan industri farmasi dan jamu herbal. Seri ini telah diakui sebagai mesin yang
presisi, produktivitas tinggi, dan perawatan yang mudah, dan di buat berdasarkan
standard GMP.
3.1. Kesimpulan
1. Produksi sediaan padat di Industri farmasi dilakukan di produksi I dan II.
Produksi II untuk sediaan kapsul dan serbuk. Produksi sediaan kapsul dan
serbuk yang berbeda harus dilakukan terpisah dan tidak boleh dikerjakan
dalam waktu yang bersamaan. Produksi sediaan padat perlu dilakukan
pencegahan kontaminasi silang karena resiko debu yang lebih tinggi.
2. Produksi sediaan padat harus sesuai dengan CPOB dan SOP yang tervalidasi
agar terjamin mutu, khasiat dan keamanannya. Dalam proses pengolahannya
perlu diperhatikan segala aspek yang mempengaruhi dan penuh pengawasan.
IPC dilakukan mulai dari bahan awal sampai bahan dikemas. Bahan dan
produk tidak boleh digunakan atau diedarkan sebelum diluluskan oleh QA.
3. Pengemasan dilakukan dengan pengawasan ketat agar tak terjadi kesalahan
identitas packaging. Bahan atau produk yang dipulihkan harus memenuhi
syarat tertentu. Produk yang dikembalikan harus diidentifikasi dan
dimusnahkan. Penyimpanan harus sesuai dengan kondisi yang telah
ditetapkan dan diberi label status “ditolak”, “diluluskan” atau “dikarantina”
3.2. Saran
Perlu dipelajari pula bagaimana produksi sediaan farmasi bentuk cair, semi
solid, patch dan steril.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta.
UI Press.
Bhatt B., and Agrawal, 2007. Pharmaceuticals Engineering : Mixing. New Delhi.
Delhi Institute of Pharmaceutical Science and Research, p. 12-18.
BPOM, 2012, Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, No.
HK.03.1.33.12.12.8195. BPOM: Jakarta.
Daizo Kunii and Octave Levenspiel, 1991. Fludization Engineering, 2nd ed. John
Wiley & Sons. New York, NY.
Lachman, Leon., et al, 1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri edisi III. UI-Press:
Jakarta.