INDUSTRI
OLEH:
NOVITA (PO714251181038)
JURUSAN FARMASI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
NOVITA (PO.71.4.251.18.1.038)
Menyetujui,
Mengetahui,
Kaprodi DIV Farmasi Ketua Jurusan Farmasi
Ida Adhayanti, S.Si., M.Sc., Apt Drs. H. Ismail Ibrahim M.Kes., Apt
NIP. 19840829 200801 2 005 NIP. 19650224 199203 1 002
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan yang maha esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan PKL
Industri ini.
1. Ibu Ida Adhayanti, S.Si., M.Sc., Apt., selaku ketua program studi D.IV
Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar
2. Pak Drs. H. Ahmad Tahir, Apt., M.Kes selaku pembimbing supervisi.
3. Pak Septian Suryo dan Pak Eltuin selaku pembimbing lahan di PT. Multi Klin
Nusantara.
4. Pimpinan dan Karyawan PT. Multi Klin Nusantara.
5. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam melaksanakan PKL Industri ini banyak
kekurangan dan kesalahan yang kami lakukan baik disengaja maupun tidak
disengaja, oleh karena itu kami mohon maaf pada semua pihak yang terlibat.
Akhirnya kami berharap bahwa Laporan PKL Industri ini dapat bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan dalam dunia industri.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan PKL Industri............................................................................... 2
C. Manfaat PKL Industri............................................................................. 3
D. Waktu dan Tempat PKL Industri ........................................................... 3
BAB II TINJAUAN UMUM.............................................................................. 4
A. Pengertian Industri ............................................................................ 4
B. Tugas dan Fungsi Industri ................................................................. 4
C. Tujuan Industri .................................................................................. 4
D. Persyaratan Industri............................................................................ 5
E. Pengelolaan Industri .......................................................................... 11
F. Peraturan dan Perundang-undangan Industri .................................... 15
BAB III TINJAUAN INDUSTRI...................................................................... 17
A. Sejarah Industri....................................................................................... 17
B. Tata Ruang ............................................................................................. 17
C. Struktur Organisasi ................................................................................. 18
D. Kegiatan Industri .................................................................................... 18
E. Pengelolaan ............................................................................................ 20
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................... 22
BAB V PENUTUP............................................................................................. 24
A. Kesimpulan ........................................................................................... 24
B. Saran ..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25
LAMPIRAN ....................................................................................................... 26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang, salah satu usaha jangka panjang
yang dilakukan demi menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh dan
seimbang, yaitu dengan menitik-beratkan pada kemajuan bidang industri,
terutama industri kimia. Dunia industri dituntut untuk dapat lebih
meningkatkan teknologinya baik dengan penemuan-penemuan baru maupun
pengembangan teknologi yang sudah ada dan didukung oleh sektor-sektor lain
yang tangguh. Dengan sumber daya yang melimpah, mendukung era
industrilisasi untuk produksi berbagai kebutuhan hidup yang diperlukan
masyarakat Indonesia terutama dibidang produk sanitasi atau bahan
pembersih.
Bahan pembersih adalah campuran dari berbagai bahan kimia yang
memiliki kemampuan untuk membersihkan permukaan suatu benda, baik
berupa kain, gelas, keramik, logam dan lain-lain.Bahan pembersih juga
diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk menghilangkan sisa-sisa
makanan, kotoran, debu, bahan-bahan asing atau bahan pengotor lainnya yang
terdapat pada peralatan pengolah dan penyajian makanan (Achid Syah, 2013).
Bahan pembersih sangat diperlukan dalam kegiatan sanitasi peralatan
untuk mendapatkan program sanitasi yang efektif. Setiap bahan pembersih
mempunyai fungsi khusus, sehingga satu bahan pembersih tidak dapat
digunakan untuk berbagai keperluan. Untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan maka perlu dilakukan pencampuran bahan pembersih yang satu
dengan lainnya. Biasanya suatu usaha yang bergerak dalam bidang pelayanan
kebersihan cleaning service. Bahan Pembersih menggunakan bahan pembersih
inti, artinya belum dicampur satu sama lain. Setiap pengusaha memiliki
formulasi sendiri yang merupakan gabungan dari berbagai pembersih
sekaligus bahan pengharum, pelembut dan bahan lainnya. Karena
menggunakan bahan inti, maka formulasi campuran akan memiliki harga lebih
murah dibandingkan dengan produk yang sudah jadi dan beredar di pasaran.
1
Bahan pembersih yang beredar di pasaran, biasanya sudah dalam bentuk
kemasan dengan merek tertentu yang berisi campuran dari beberapa bahan
pembersih. Produk yang beredar tersebut ada yang berbentuk butiran, cairan,
dan pasta.
Pada era globalisasi sekarang diperlukan tenaga-tenaga kerja terampil
pada suatu bidang tertentu yang membutuhkan keahlian yang profesional
terutama pada bidang industri. Adanya kepentingan akan kemajuan industri
dan juga kepentingan mahasiswa untuk mengkaji dan memahami realitas,
maka diperlukan suatu kegiatan yang menitik beratkan pada keterlibatan
mahasiswa dengan dunia industri secara langsung. Sehingga dapat tercipta
keterpaduan antara perkembangan dunia industri dan perkuliahan di kampus.
Dengan adanya program Praktik Kerja Lapangan (PKL) memberikan
kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat mengimplementasikan ilmu yang
telah didapatkan selama masa perkuliahan ke dalam dunia kerja. Program ini
juga berguna sebagai ajang untuk mahasiswa beradaptasi baik dengan
lingkungan baru ataupun dengan masalah-masalah baru yang ditemukan di
dunia kerja. Dalam rangka Praktik Kerja Lapangan (PKL) Industri, yaitu PT.
Multi Klin Nusantara memberi kesempatan kepada kami untuk
melaksanakan PKL. Pelaksanaan PKL di PT. Multi Klin Nusantara ini
berlangsung pada 8-21 September 2021
2
Manfaat pelaksanaan PKL di PT. Multi Klin Nusantara. adalah untuk:
1. Mahasiswa dapat mengetahui ruang lingkup CPKB
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Produksi di industri farmasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses pengolahan produk awal sampai
menjadi produk jadi
4. Mahasiswa dapat mengetahui proses pengolahan produk serta pengemasan
di industri farmasi
D. Waktu dan Tempat PKL Industri
1. Waktu Pelaksanaan PKL : 8 – 21 September 2021
2. Jam Praktek : 09.00 – selesai
3. Tempat Praktek : PT. Multi Klin Nusantara.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Industri
Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 temtang Industri Farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan
obat atau bahan obat. Industri farmasi, sebagai industri penghasil obat,
dituntut untuk dapat menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratun
khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality) dalam doisis yang
digunakan untuk tujuan kesehatan.
C. Tujuan Industri
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1984 pasal 3
pembangunan industri bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan
merata dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau hasil
budidaya serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup;
4
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur
perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang
sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas
bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai
tambah bagi pertumbuhan industri pada khususnya;
3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya
teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap
kemampuan dunia usaha nasional;
4. Meningkatkan keikut sertaan masyarakat dan kemampuan golongan
ekonomi lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam
pembangunan industri;
5. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha, serta meningkatkan peranan koperasi industri;
6. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil
produksi nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui
pengutamaan pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi
ketergantungan kepada luar negeri;
7. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang
pembangunan daerah dalam rangka pewujudan Wawasan Nusantara;
8. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam
rangka memperkokoh ketahanan nasional.
D. Persyaratan Industri
Persyaratan Pelayanan Izin Usaha Industri (PP. 107 tahun 2015 Tentang
Izin Usaha Industri) :
1. Klasifikasi Izin Usaha Indsutri
Pasal 2
1) Setiap kegiatan usaha Industri wajib memiliki IUI.
2) Kegiatan usaha Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kegiatan mengolah Bahan Baku dan/atau memanfaatkan
sumber daya Industri untuk :
5
a) Menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat
lebih tinggi; dan/atau
b) Menyediakan Jasa Industri.
3) Kegiatan usaha Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Industri kecil
b) Industri menengah
c) Industri besar
4) Industri kecil, Industri menengah, dan Industri besar sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja
dan/atau nilai investasi.
Pasal 3
1) IUI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) meliputi:
a) IUI kecil untuk Industri kecil;
b) IUI menengah untuk Industri menengah; dan
c) IUI besar untuk Industri besar.
2) IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a) Identitas perusahaan;
d) Nilai investasi;
6
1) IUI diberikan kepada perusahaan yang akan menjalankan kegiatan
usaha Industri.
7
memerlukan lokasi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
c ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 7
1) Perusahaan industri wajib:
a) melaksanakan kegiatan usaha Industri sesuai dengan IUI yang
dimiliki; dan
b) menjamin keamanan dan keselamatan alat, proses, hasil produksi,
penyimpanan, serta pengangkutan.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan keamanan dan keselamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dalam Peraturan
Menteri.
2. Tata Cara Pemberian IUI
Bagian Kesatu IUI Kecil
Pasal 16
1) IUI kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a
diberikan kepada Industri kecil yang memenuhi ketentuan:
a) seluruh modal usahanya harus dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia; dan
b) bidang usaha Industri yang dinyatakan terbuka dan terbuka dengan
persyaratan untuk penanaman modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan penanaman
modal di bidang Industri yang ditetapkan oleh Menteri.
2) Permohonan IUI kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada:
a) Menteri, atau
b) Bupati/walikota melalui pelayanan terpadu satu pintu
3) Permohonan IUI kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melampirkan paling sedikit:
a) Fotokopi identitas pemilik dan pelaku usaha/perusahaan;
b) Fotokopi nomor pokok wajib pajak; dan
8
c) Fotokopi dokumen yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4) Permohonan IUI kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dikecualikan dari perizinan yang menyangkut gangguan.
Pasal 17
Menteri dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka
waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima:
1) Menerbitkan IUI kecil dalam hal persyaratan dipenuhi dengan
lengkap dan benar; atau
2) Menolak permohonan dalam hal tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.
Bagian Kedua IUI Menengah dan IUI Besar
Pasal 18
1) IUI menengah dan IUI besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf b dan huruf c diberikan kepada Industri menengah dan
Industri besar yang memenuhi ketentuan bidang usaha Industri yang
dinyatakan terbuka dan terbuka dengan persyaratan untuk penanaman
modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan/atau kebijakan penanaman modal di bidang Industri yang
ditetapkan oleh Menteri.
2) Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
untuk:
a) Industri yang memiliki keunikan dan merupakan warisan budaya
bangsa; dan
b) Industri menengah tertentu yang dicadangkan untuk dimiliki oleh
warga negara Indonesia, seluruh modal usahanya harus dimiliki
oleh Warga Negara Indonesia.
3) Permohonan IUI menengah dan IUI besar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diajukan kepada:
a) Menteri;
b) Gubernur melalui pelayanan terpadu satu pintu; atau
9
c) Bupati/walikota melalui pelayanan terpadu satu pintu.
4) Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh presiden.
Pasal 19
Sebelum mengajukan permohonan IUI menengah dan IUI besar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3), perusahaan yang akan
melakukan kegiatan usaha Industri harus:
1) Telah selesai melaksanakan persiapan dan kegiatan pembangunan,
pengadaan, pemasangan/instalasi peralatan dan kesiapan lain;
2) Siap melakukan kegiatan usaha industri; dan
3) Memenuhi ketentuan lokasi industri sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4.
Pasal 20
1) Permohonan IUI menengah dan IUI besar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (3) melampirkan paling sedikit:
a) Fotokopi identitas diri pemohon;
b) Fotokopi nomor pokok wajib pajak perusahaan;
c) Fotokopi akta pendirian perusahaan dan/atau perubahannya yang
telah disahkan/ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;
d) Fotokopi izin lingkungan atau fotokopi izin lingkungan Kawasan
Industri; dan
e) Fotokopi dokumen yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Permohonan IUI menengah dan IUI besar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikecualikan dari perizinan yang menyangkut gangguan.
Pasal 21
1) Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya sejak permohonan IUI diterima dengan lengkap dan
benar dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja melakukan
pemeriksaan lokasi Industri yang hasilnya dituangkan dalam berita
acara pemeriksaan.
10
2) Berdasarkan hasil berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1):
a) Menteri;
b) gubernur melalui pelayanan terpadu satu pintu; atau
c) bupati/walikota melalui pelayanan terpadu satu pintu, menerbitkan
atau menolak permohonan IUI paling lama 5 (lima) hari kerja sejak
berita acara pemeriksaan diterima.
3) Permohonan ditolak apabila berdasarkan hasil pemeriksaan lokasi
Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan/atau terdapat
ketidaksesuaian dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.
Pasal 22
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian IUI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 18, dan Pasal 19 diatur dalam Peraturan
Menteri.
E. Pengelolaan Industri
1. Kelembagaan Kawasan Industri
a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD)
b. Koperasi; atau
11
apabila dilakukan penunjukan kepada pihak lain, maka wajib
memberitahukan kepada pemberi izin usaha kawasan industri. Pada
prinsipnya penunjukan pengelolaan kawasan industri kepada pihak lain,
tidak mengurangi tanggung jawab perusahaan kawasan indsutri yang
bersangkutan.
Setiap kawasan industri wajib memiliki tata tertib kawasan industri yaitu
suatu dokumen kesepakatan yang mengatur hubungan kerja antara pihak
pengelola dengan pihak industri, serta mengatur prosedur kerja yang
berlaku di lingkungan kawasan industri yang bersangkutan. Dokumen tata
tertib ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kontrak dan
bersifat mengikat bagi kedua belah pihak,
a. Pendahuluan
12
c. Jenis-jenis Industri yang dapat ditampung dalam kawasan Industri
tersebut.
13
l. Penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan program
pengendalian dampak sebagai tindak lanjut dari Analisa Dampak
Lingkungan (ANDAL) Kawasan Industri.
a. Pengawasan
14
Kabupaten/Kota, Perhimpunan Kawasan Industri Indonesia dan Kamar
dagang dan Industri.
15
2. UU No. 20 Tahun 2008 : Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
3. UU No. 18 Tahun 2012 : Pangan
4. UU No. 3 Tahun 2014 : Perindustrian
5. UU No 7 Tahun 2014 : Perdagangan
6. UU No. 20 2014 : Standardisasi Dan Penilaian Kesesuaian
7. UU No. 33 Tahun 2014 : Jaminan Produk Halal
8. PP No. 107 Tahun 2015 : Izin Usaha Industri
9. PP Nomor 29 Tahun 2018 : Tentang Pemberdayaan Industri
16
BAB III
TINJAUAN INDUSTRI
A. Sejarah Industri
PT. Multi Klin Nusantara (MKN) merupakan perusahaan yang
memproduksi produk sanitasi dan bahan pembersih untuk kebutuhan rumah
tangga. PT. Multi Klin Nusantara memproduksi berbagai macam jenis produk
pembersih yang dibutuhkan oleh masyarakat nusantara (Indonesia) mulai dari
sabun cuci piring, cuci tangan, cairan pembersih multifungsi, detergent
pakaian, pengharum dan pelembut pakaian sampai pembersih kaca dan lantai.
PT. Multi Klin Nusantara mengawali perusahaan pada tahun 2010 dengan
nama Sefactor Pharma. Seiring dengan berjalannya waktu perusahaan ini
senantiasa membenahi manajemen perusahaan dan pada tahun 2020,
perusahaan ini resmi berganti nama menjadi Multi Klin Nusantara sebagai
bentuk pembaharuan diri untuk pengembangan perusahaan.
B. Tata Ruang
PT. Multi Klin Nusantara mempunyai fasilitas yang memadai yaitu ruang
operasional, gudang bahan baku, gudang produk jadi, ruang produksi,
laboratorium, ruang marketing dan sales, ruang meeting, musholla, dan WC.
17
C. Struktur Organisasi
D. Kegiatan Industri
1. Jam Kerja Karyawan
Jam kerja karyawan di PT. Multi Klin Nusantara mendapatkan 8
jam kerja dimulai pukul 09.00 – 17.00 WITA.
2. Pemesanan Bahan Baku
a. Pengadaan Bahan Baku dan Kemasan.
Divisi operasional akan mengirimkan surat permintaan pengadaan
barang sesuai dengan jumlah yang ditentukan untuk keperluan
produksi kepada finance and accounting, setelah itu finance and
accounting membuat permintaan pembelian (purchasing order)
kepada pihak supplier. Dalam proses ini pihak supplier akan
memberikan surat penawaran kepada finance and
accounting mengenai harga barang. Jika sesuai maka akan dilakukan
pelunasan oleh finance and accounting, kemudian pihak supplier
mengirim barang ke alamat pabrik. Setelah bahan baku dan kemasan
diterima, maka dokumennya diperiksa oleh Finance & accounting
begitu pula dengan bahan baku dan kemasan akan diperiksa oleh
18
Quality control bersama dengan divisi operasional. Jika sesuai maka
disimpan oleh divisi operasional di gudang bahan baku sesuai dengan
tempatnya.
b. Penerimaan Barang
Setelah barang diterima, pihak operasional akan melakukan
pengecekan lebih dulu terhadap kondisi barang. Jika ada yang rusak
atau cacat, maka akan dicatat dan didokumentasikan kemudian akan
diajukan penggantian barang terhadap pihak supplier
Alur Perusahaan
DIV. OPERASIONAL
(Gudang Bahan
Baku)
DIV. OPERASIONAL
QC
DIV. PRODUKSI (Gudang Produk
Jadi)
19
3. Penataan Barang
a. Penataan Bahan Baku
Bahan baku yang datang dan telah diperiksa oleh Quality Control
(QC) akan diletakkan di ruang penyimpanan bahan baku. Ruang
penyimpanan bahan baku terbagi atas dua, yaitu bahan baku cair dan
bahan baku padat.
b. Bahan Kemas
Penataan barang kemas seperti pouch, dus, sachet dan jerigen
disimpan di gudang kemasan.
c. Penataan Produk Jadi
Penataan produk yang telah dikemas (siap jual) disimpan di
gudang produk jadi
d. Penataan Produk Pertinggal
Penataan produk pertinggal diletakkan di rak dalam suhu ruang dan
diberi kode produksi dan identitas produk.
E. Pengelolaan
1. Alur Pengelolahan
Divisi produksi membuat perencanaan produksi dan menyiapkan
peralatan serta ruangan. Setelah itu mengisi formulir Bill Of Material
(BOM) bahan baku dan diserahkan kepada divisi operasional. Bahan baku
dipindahkan ke ruang produksi untuk diidentifikasi jenis, bentuk dan
timbangannya (ukuran).
Setelah diidentifikasi, timbang bahan baku kemudian pisahkan
berdasarkan formula. Bahan baku yang telah terpisah, dipindahkan ke area
produksi atau area pengolahan di lantai dua menggunakan lift. Kemudian
bahan baku yang telah dipisah dimasukkan ke dalam reaktor berdasarkan
formulanya.
Produk dihasilkan dalam waktu 2-3 hari. Diambil sampel untuk
diuji warna, pH, TDS, viskositas dan homogenitas oleh Quality Control di
Laboratrium. Jika telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
perusahaan maka dilanjutkan ke proses pengemasan.
20
2. Alur Pengemasan
Divisi produksi mengisi formulir Bill Of Material (BOM) bahan
kemasan dan diserahkan kepada divisi operasional yang selanjutnya
kemasan dipindahkan ke ruangan produksi untuk diidentifikasi meliputi
jenis dan jumlahnya. Sebelum dilakukan pengemasan pada kemasan
pouch, sortir bahan kemas terlebih dahulu dan dilakukan proses coding
pada kemasan. Pengemasan dilakukan menggunakan mesin filling dan
mesin sealer. Selanjutnya dimasukkan dalam dus dan ditimbang, jika
timbangan telah sesuai maka akan dilakukan penyegelan dan diberi tanda
centang. Sedangkan untuk pengemasan pada kemasan jerigen dilakukan
sortir bahan kemas terlebih dahulu kemudian dilakukan pengemasan
filling dan dilakukan proses coding pada label kemasan, setelah itu
dilakukan pelabelan pada jerigen selanjutnya packing dan diberi tanda
centang. Produk jadi (siap jual) akan dipindahkan ke gudang produk jadi
dan mengisi dokumen Transfer Antar Gudang (TAG).
Alur Produksi
DIV. OPERASIONAL
DIV. PRODUKSI BOM (Gudang Bahan
Baku)
- Perencanaan Identifikasi :
GUDANG PRODUKSI
Produksi
- Jenis
- Penyiapan ruangan - Bentuk
dan perlengkapan - Warna PROSES PRODUKSI
- Aroma
- Timbangan
UJI SAMPEL (QC)
Penandaan
(Coding) PENGEMASAN
Pelabelan
TAG
Packing
DIV. OPERASIONAL
(Gudang Produk
Jadi)
21
BAB IV
PEMBAHASAN
PT. Multi Klin Nusantara adalah perusahaan industri yang memproduksi
produk sanitasi dan bahan pembersih untuk kebutuhan rumah tangga. PT. Multi
Klin Nusantara memproduksi berbagai macam jenis produk pembersih yang
dibutuhkan oleh masyarakat nusantara (Indonesia) mulai dari sabun cuci piring,
cuci tangan, cairan pembersih multifungsi, detergent pakaian, pengharum dan
pelembut pakaian sampai pembersih kaca dan lantai.
Adapun peralatan yang digunakan di setiap ruangan yaitu :
1. Gudang Bahan Baku
Peralatan yang digunakan yaitu :
a. Troli untuk mengangkat bahan baku padat
b. Alat pompa untuk mengangkat bahan baku cair
c. Timbangan untuk menimbang bahan baku.
d. Termometer digunakan untuk mengukur suhu
e. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digunakan untuk menangani
kebakaran tipe B atau kebakaran yang disebabkan oleh bahan-bahan
cairan.
f. NLG Manual Stacker (Alat Troli Pemindah Barang) untuk memindahkan
barang dengan massa yang besar.
1. Laboratorium
Pada ruangan ini dilakukan pengujian viskositas, TDS dan PH, serta
berfungsi untuk menjamin keadaan produk. Alat-alat yang digunakan seperti
alat ukur TDS, kertas lakmus, gelas ukur, beaker glass dan climatic chamber
untuk uji stabilitas produk.
2. Ruang Produksi
Peralatan yang digunakan yaitu :
a. Timbangan analitik untuk mengukur bahan baku dalam massa kecil
dengan rentang sub-miligram
b. Timbangan digital untuk mengukur berat bahan baku dengan massa yang
lebih besar.
22
c. Mesin filling digunakan untuk mengisi produk bahan-bahan yang biasanya
berupa cairan kedalam kemasan.
d. Mesin sealer digunakan untuk penyegel produk kemasan.
e. Mesin coding digunakan untuk mencetak kode produksi dan tanggal
kadaluwarsa produk.
f. Mesin Carton Sealer digunakan untuk menyegel kemasan kardus.
g. Mesin Mixer Industri digunakan untuk mencampurkan bahan baku dalam
jumlah besar
h. Mesin Pengemas Sachet (Mesin Vertical Packaging) untuk membantu
mengisi kemasan sachet sekaligus menyegel atau menutupnya secara
rapat.
i. Mesin Pencampur Bubuk digunakan untuk membuat produk bubuk.
23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan dapat ditarik kesimpulan :
PT. Multi Klin Nusantara adalah perusahaan industri yang memproduksi
produk kebersihan dan produk pembersih rumah tangga. Setiap ruangan
memiliki peralatan untuk mendukung proses industri yang sedang
berlangsung.
B. Saran
Kerjasama antar PT. Multi Klin Nusantara dengan Poltekkes Kemenkes
Makassar Jurusan Farmasi, agar terus dikembangkan serta dipertahankan
untuk tahun–tahun selanjutnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Depkes RI
25
LAMPIRAN
Lampiran 1 Bill Of Material (BOM)
26
Lampiran 4 Mesin Coding
27
Lampiran 6 Mesin Carton Sealer
Lampiran 7 Timbangan
28
Lampiran 8 Mixer Industri
29
Lampiran 10 Mesin Pencampur Bubuk Dan Mesin Pengemasan.
30
Lampiran 11 NLG Manual Stacker (Alat Troli Pemindah Barang)
31
LAMPIRAN PRODUK
Super Maks (multi fungsi) Well (sabun cuci baju) Silky (Sabun Cuci tangan)
Floz (Pembersih Lantai) Flow (Parfum Laundry atau baju) Yess (Sabun Cuci Piring)
32