Anda di halaman 1dari 36

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

INDUSTRI

PT. MULTI KLIN NUSANTARA

OLEH:

JESSICA ALTIN SUHARDI (PO714251181025)

MARIA NOVITA (PO714251181032)

NOVITA (PO714251181038)

R.A AMI WULANDARI SOEDEWO (PO714251181052)

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN FARMASI

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PKL INDUSTRI

PT MULTI KLIN NUSANTARA

Oleh:

JESSICA ALTIN SUHARDI (PO.71.4.251.18.1.025)

MARIA NOVITA (PO.71.4.251.18.1.032)

NOVITA (PO.71.4.251.18.1.038)

R.A AMI WULANDARI SOEDEWO (PO.71.4.251.18.1.052)

Menyetujui,

Pembimbing Teknis Pembimbing Supervisi

Apt. Eltuin., S.Si Drs. Tahir Ahmad, Apt.


NIP. 19561018 198703 1 001

Mengetahui,
Kaprodi DIV Farmasi Ketua Jurusan Farmasi

Ida Adhayanti, S.Si., M.Sc., Apt Drs. H. Ismail Ibrahim M.Kes., Apt
NIP. 19840829 200801 2 005 NIP. 19650224 199203 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang maha esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan PKL
Industri ini.

Dengan tersusunnya Laporan PKL Industri, ini merupakan bukti bahwa


kami telah selesai melaksanakan praktek PKL Industri yang dilaksanakan di PT.
Multi Klin Nusantara. Pada kesempatan kali ini kami tidak lupa mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah ikut
mendukung dan membantu terlaksananya PKL Industri dan tersusunnya laporan
PKL Industri ini. Ucapan terima kasih kami khususnya kepada:

1. Ibu Ida Adhayanti, S.Si., M.Sc., Apt., selaku ketua program studi D.IV
Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar
2. Pak Drs. H. Ahmad Tahir, Apt., M.Kes selaku pembimbing supervisi.
3. Pak Septian Suryo dan Pak Eltuin selaku pembimbing lahan di PT. Multi Klin
Nusantara.
4. Pimpinan dan Karyawan PT. Multi Klin Nusantara.
5. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam melaksanakan PKL Industri ini banyak
kekurangan dan kesalahan yang kami lakukan baik disengaja maupun tidak
disengaja, oleh karena itu kami mohon maaf pada semua pihak yang terlibat.
Akhirnya kami berharap bahwa Laporan PKL Industri ini dapat bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan dalam dunia industri.

Makassar, 17 September 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan PKL Industri............................................................................... 2
C. Manfaat PKL Industri............................................................................. 3
D. Waktu dan Tempat PKL Industri ........................................................... 3
BAB II TINJAUAN UMUM.............................................................................. 4
A. Pengertian Industri ............................................................................ 4
B. Tugas dan Fungsi Industri ................................................................. 4
C. Tujuan Industri .................................................................................. 4
D. Persyaratan Industri............................................................................ 5
E. Pengelolaan Industri .......................................................................... 11
F. Peraturan dan Perundang-undangan Industri .................................... 15
BAB III TINJAUAN INDUSTRI...................................................................... 17
A. Sejarah Industri....................................................................................... 17
B. Tata Ruang ............................................................................................. 17
C. Struktur Organisasi ................................................................................. 18
D. Kegiatan Industri .................................................................................... 18
E. Pengelolaan ............................................................................................ 20
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................... 22
BAB V PENUTUP............................................................................................. 24
A. Kesimpulan ........................................................................................... 24
B. Saran ..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25
LAMPIRAN ....................................................................................................... 26

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang, salah satu usaha jangka panjang
yang dilakukan demi menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh dan
seimbang, yaitu dengan menitik-beratkan pada kemajuan bidang industri,
terutama industri kimia. Dunia industri dituntut untuk dapat lebih
meningkatkan teknologinya baik dengan penemuan-penemuan baru maupun
pengembangan teknologi yang sudah ada dan didukung oleh sektor-sektor lain
yang tangguh. Dengan sumber daya yang melimpah, mendukung era
industrilisasi untuk produksi berbagai kebutuhan hidup yang diperlukan
masyarakat Indonesia terutama dibidang produk sanitasi atau bahan
pembersih.
Bahan pembersih adalah campuran dari berbagai bahan kimia yang
memiliki kemampuan untuk membersihkan permukaan suatu benda, baik
berupa kain, gelas, keramik, logam dan lain-lain.Bahan pembersih juga
diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk menghilangkan sisa-sisa
makanan, kotoran, debu, bahan-bahan asing atau bahan pengotor lainnya yang
terdapat pada peralatan pengolah dan penyajian makanan (Achid Syah, 2013).
Bahan pembersih sangat diperlukan dalam kegiatan sanitasi peralatan
untuk mendapatkan program sanitasi yang efektif. Setiap bahan pembersih
mempunyai fungsi khusus, sehingga satu bahan pembersih tidak dapat
digunakan untuk berbagai keperluan. Untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan maka perlu dilakukan pencampuran bahan pembersih yang satu
dengan lainnya. Biasanya suatu usaha yang bergerak dalam bidang pelayanan
kebersihan cleaning service. Bahan Pembersih menggunakan bahan pembersih
inti, artinya belum dicampur satu sama lain. Setiap pengusaha memiliki
formulasi sendiri yang merupakan gabungan dari berbagai pembersih
sekaligus bahan pengharum, pelembut dan bahan lainnya. Karena
menggunakan bahan inti, maka formulasi campuran akan memiliki harga lebih
murah dibandingkan dengan produk yang sudah jadi dan beredar di pasaran.

1
Bahan pembersih yang beredar di pasaran, biasanya sudah dalam bentuk
kemasan dengan merek tertentu yang berisi campuran dari beberapa bahan
pembersih. Produk yang beredar tersebut ada yang berbentuk butiran, cairan,
dan pasta.
Pada era globalisasi sekarang diperlukan tenaga-tenaga kerja terampil
pada suatu bidang tertentu yang membutuhkan keahlian yang profesional
terutama pada bidang industri. Adanya kepentingan akan kemajuan industri
dan juga kepentingan mahasiswa untuk mengkaji dan memahami realitas,
maka diperlukan suatu kegiatan yang menitik beratkan pada keterlibatan
mahasiswa dengan dunia industri secara langsung. Sehingga dapat tercipta
keterpaduan antara perkembangan dunia industri dan perkuliahan di kampus.
Dengan adanya program Praktik Kerja Lapangan (PKL) memberikan
kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat mengimplementasikan ilmu yang
telah didapatkan selama masa perkuliahan ke dalam dunia kerja. Program ini
juga berguna sebagai ajang untuk mahasiswa beradaptasi baik dengan
lingkungan baru ataupun dengan masalah-masalah baru yang ditemukan di
dunia kerja. Dalam rangka Praktik Kerja Lapangan (PKL) Industri, yaitu PT.
Multi Klin Nusantara memberi kesempatan kepada kami untuk
melaksanakan PKL. Pelaksanaan PKL di PT. Multi Klin Nusantara ini
berlangsung pada 8-21 September 2021

B. Tujuan PKL Industri


Tujuan pelaksanaan PKL di PT. Multi Klin Nusantara. adalah untuk:
1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara teori
dengan penerapannya di dunia kerja serta faktor yang mempengaruhinya
sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa setelah terjun di masyarakat
atau dunia kerja.
2. Meningkatkan keterampilan dan pengalaman kerja di bidang industri PT.
Multi Klin Nusantara
3. Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan di industri
PT. Multi Klin Nusantara.

C. Manfaat PKL Industri

2
Manfaat pelaksanaan PKL di PT. Multi Klin Nusantara. adalah untuk:
1. Mahasiswa dapat mengetahui ruang lingkup CPKB
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Produksi di industri farmasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses pengolahan produk awal sampai
menjadi produk jadi
4. Mahasiswa dapat mengetahui proses pengolahan produk serta pengemasan
di industri farmasi
D. Waktu dan Tempat PKL Industri
1. Waktu Pelaksanaan PKL : 8 – 21 September 2021
2. Jam Praktek : 09.00 – selesai
3. Tempat Praktek : PT. Multi Klin Nusantara.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Industri
Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 temtang Industri Farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan
obat atau bahan obat. Industri farmasi, sebagai industri penghasil obat,
dituntut untuk dapat menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratun
khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality) dalam doisis yang
digunakan untuk tujuan kesehatan.

B. Tugas dan Fungsi Industri


Menurut PerMenKes RI No. 1799/ MENKES/PER/XI1/2010 tugas, dan
fungsi Industri yaitu

1. Permbuatan obat dan/atau bahan obat, pendidikan dan pelatihan; serta


penelitian dan pengembangan.
2. Industri Farnmasi pemberi kontrak dan Industri Farmasi penerima
kontrak bertanggung jawab terhadap keamanan, khasiat/kemanfaatan,
dan mutu obat.
Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama industri farmasi yang
bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan (Depkes RI, 2010).

C. Tujuan Industri
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1984 pasal 3
pembangunan industri bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan
merata dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau hasil
budidaya serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup;

4
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur
perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang
sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas
bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai
tambah bagi pertumbuhan industri pada khususnya;
3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya
teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap
kemampuan dunia usaha nasional;
4. Meningkatkan keikut sertaan masyarakat dan kemampuan golongan
ekonomi lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam
pembangunan industri;
5. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha, serta meningkatkan peranan koperasi industri;
6. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil
produksi nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui
pengutamaan pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi
ketergantungan kepada luar negeri;
7. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang
pembangunan daerah dalam rangka pewujudan Wawasan Nusantara;
8. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam
rangka memperkokoh ketahanan nasional.

D. Persyaratan Industri
Persyaratan Pelayanan Izin Usaha Industri (PP. 107 tahun 2015 Tentang
Izin Usaha Industri) :
1. Klasifikasi Izin Usaha Indsutri
Pasal 2
1) Setiap kegiatan usaha Industri wajib memiliki IUI.
2) Kegiatan usaha Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kegiatan mengolah Bahan Baku dan/atau memanfaatkan
sumber daya Industri untuk :

5
a) Menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat
lebih tinggi; dan/atau
b) Menyediakan Jasa Industri.
3) Kegiatan usaha Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Industri kecil
b) Industri menengah
c) Industri besar
4) Industri kecil, Industri menengah, dan Industri besar sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja
dan/atau nilai investasi.
Pasal 3
1) IUI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) meliputi:
a) IUI kecil untuk Industri kecil;
b) IUI menengah untuk Industri menengah; dan
c) IUI besar untuk Industri besar.
2) IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a) Identitas perusahaan;

b) Nomor pokok wajib pajak;

c) Jumlah tenaga kerja;

d) Nilai investasi;

e) Luas lahan lokasi industri;

f) Kelompok industri sesuai dengan kbli; dan

g) Kapasitas produksi terpasang untuk industri yang menghasilkan


barang atau kapasitas jasa untuk jasa industri.

3) IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Menteri,


gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 4

6
1) IUI diberikan kepada perusahaan yang akan menjalankan kegiatan
usaha Industri.

2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib berlokasi di


Kawasan Industri.

3) IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada


perusahaan yang akan menjalankan kegiatan usaha Industri dan
berlokasi di luar Kawasan Industri, dengan ketentuan:
a) Berlokasi di daerah Kabupaten/Kota yang:
1. Belum memiliki kawasan industri; atau
2. Telah memiliki kawasan industri tetapi seluruh kaveling
industri dalam kawasan industrinya telah habis;
b) termasuk klasifikasi Industri kecil dan Industri menengah yang
tidak berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup yang
berdampak luas; atau
c) c. Industri yang menggunakan Bahan Baku khusus dan/atau proses
produksinya memerlukan lokasi khusus.
4) Perusahaan yang akan menjalankan kegiatan usaha Industri dan
berlokasi di luar kawasan industri dengan ketentuan:
a) Berlokasi di daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a; dan/atau
b) Termasuk klasifikasi Industri menengah sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b,
wajib berlokasi di Kawasan Peruntukan Industri sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, atau
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
5) Industri kecil dan Industri menengah yang tidak berpotensi
menimbulkan pencemaran lingkungan hidup yang berdampak luas
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan Industri yang
menggunakan Bahan Baku khusus dan/atau proses produksinya

7
memerlukan lokasi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
c ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 7
1) Perusahaan industri wajib:
a) melaksanakan kegiatan usaha Industri sesuai dengan IUI yang
dimiliki; dan
b) menjamin keamanan dan keselamatan alat, proses, hasil produksi,
penyimpanan, serta pengangkutan.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan keamanan dan keselamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dalam Peraturan
Menteri.
2. Tata Cara Pemberian IUI
Bagian Kesatu IUI Kecil
Pasal 16
1) IUI kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a
diberikan kepada Industri kecil yang memenuhi ketentuan:
a) seluruh modal usahanya harus dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia; dan
b) bidang usaha Industri yang dinyatakan terbuka dan terbuka dengan
persyaratan untuk penanaman modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan penanaman
modal di bidang Industri yang ditetapkan oleh Menteri.
2) Permohonan IUI kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada:
a) Menteri, atau
b) Bupati/walikota melalui pelayanan terpadu satu pintu
3) Permohonan IUI kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melampirkan paling sedikit:
a) Fotokopi identitas pemilik dan pelaku usaha/perusahaan;
b) Fotokopi nomor pokok wajib pajak; dan

8
c) Fotokopi dokumen yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4) Permohonan IUI kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dikecualikan dari perizinan yang menyangkut gangguan.
Pasal 17
Menteri dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka
waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima:
1) Menerbitkan IUI kecil dalam hal persyaratan dipenuhi dengan
lengkap dan benar; atau
2) Menolak permohonan dalam hal tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.
Bagian Kedua IUI Menengah dan IUI Besar
Pasal 18
1) IUI menengah dan IUI besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf b dan huruf c diberikan kepada Industri menengah dan
Industri besar yang memenuhi ketentuan bidang usaha Industri yang
dinyatakan terbuka dan terbuka dengan persyaratan untuk penanaman
modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan/atau kebijakan penanaman modal di bidang Industri yang
ditetapkan oleh Menteri.
2) Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
untuk:
a) Industri yang memiliki keunikan dan merupakan warisan budaya
bangsa; dan
b) Industri menengah tertentu yang dicadangkan untuk dimiliki oleh
warga negara Indonesia, seluruh modal usahanya harus dimiliki
oleh Warga Negara Indonesia.
3) Permohonan IUI menengah dan IUI besar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diajukan kepada:
a) Menteri;
b) Gubernur melalui pelayanan terpadu satu pintu; atau

9
c) Bupati/walikota melalui pelayanan terpadu satu pintu.
4) Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh presiden.
Pasal 19
Sebelum mengajukan permohonan IUI menengah dan IUI besar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3), perusahaan yang akan
melakukan kegiatan usaha Industri harus:
1) Telah selesai melaksanakan persiapan dan kegiatan pembangunan,
pengadaan, pemasangan/instalasi peralatan dan kesiapan lain;
2) Siap melakukan kegiatan usaha industri; dan
3) Memenuhi ketentuan lokasi industri sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4.
Pasal 20
1) Permohonan IUI menengah dan IUI besar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (3) melampirkan paling sedikit:
a) Fotokopi identitas diri pemohon;
b) Fotokopi nomor pokok wajib pajak perusahaan;
c) Fotokopi akta pendirian perusahaan dan/atau perubahannya yang
telah disahkan/ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;
d) Fotokopi izin lingkungan atau fotokopi izin lingkungan Kawasan
Industri; dan
e) Fotokopi dokumen yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Permohonan IUI menengah dan IUI besar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikecualikan dari perizinan yang menyangkut gangguan.
Pasal 21
1) Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya sejak permohonan IUI diterima dengan lengkap dan
benar dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja melakukan
pemeriksaan lokasi Industri yang hasilnya dituangkan dalam berita
acara pemeriksaan.

10
2) Berdasarkan hasil berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1):
a) Menteri;
b) gubernur melalui pelayanan terpadu satu pintu; atau
c) bupati/walikota melalui pelayanan terpadu satu pintu, menerbitkan
atau menolak permohonan IUI paling lama 5 (lima) hari kerja sejak
berita acara pemeriksaan diterima.
3) Permohonan ditolak apabila berdasarkan hasil pemeriksaan lokasi
Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan/atau terdapat
ketidaksesuaian dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.
Pasal 22
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian IUI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 18, dan Pasal 19 diatur dalam Peraturan
Menteri.

E. Pengelolaan Industri
1. Kelembagaan Kawasan Industri

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang


kawasan industri, bahwa pengelolaan kawasan industri dapat dilakukan
oleh suatu lembaga berbadan hokum yaitu Perusahaan Kawasan Industri
yang dapat berbentuk :

a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD)

b. Koperasi; atau

c. Badan Usaha Swasta.

Dalam implementasi Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki


Izin Usaha Kawasan Industri karena alasan tertentu dapat menunjuk pihak
lain untuk melakukan pengelolaan kawasan industri namun demikian,

11
apabila dilakukan penunjukan kepada pihak lain, maka wajib
memberitahukan kepada pemberi izin usaha kawasan industri. Pada
prinsipnya penunjukan pengelolaan kawasan industri kepada pihak lain,
tidak mengurangi tanggung jawab perusahaan kawasan indsutri yang
bersangkutan.

2. Tata Tertib Kawasan Industri

Tata tertib kawasan indsutri adalah peraturan yang ditetapkan oleh


perusahaan kawasan industry yang mengatur hak dan kewajiban
perusahaan kawasan indsutri perusahaan pengelola kawasan indsutri dan
perusahaan industry dala pengelolaan dan pemanfaatan industri.

Setiap kawasan industri wajib memiliki tata tertib kawasan industri yaitu
suatu dokumen kesepakatan yang mengatur hubungan kerja antara pihak
pengelola dengan pihak industri, serta mengatur prosedur kerja yang
berlaku di lingkungan kawasan industri yang bersangkutan. Dokumen tata
tertib ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kontrak dan
bersifat mengikat bagi kedua belah pihak,

Isi dari dokumen tata tertib mencakup hal-hal sebagai berikut

a. Pendahuluan

Penjelasan tentang kawasan industri serta perusahaan kawasan


industri yang mengelolanya.

b. Maksud dan tujuan kawasan industri

Penjelasan tentang maksud dan tujuan tata tertib kawasan industri


yang mengikat perusahaan kawasan industri dan perusahaan industri
yang berlokasi di dalam Kawasan Industri dalam menjalankan hak dan
kewajibanya.

12
c. Jenis-jenis Industri yang dapat ditampung dalam kawasan Industri
tersebut.

d. Penjelasan tentang jenis industri yang dapat ditampung dalam kawasan


industri, terutama yang terkait dengan daya dukung lingkungan
kawasan industri yang bersangktan. Pihak Perusahaan Kawasan
Industri memberikan penjelasan tentang syarat-syarat yang perlu
dipenuhi oleh masing-masing jenis industry agar pengalokasian dan
pemanfaatan sumber daya yang tersedia serta program pengendalian
dampak di dalam Kawasan Industri dapat terlaksana sesuai dengan
rencana dan ketentuan-ketentuan yang ada.

e. Prasarana dan sarana penunjang Kawasan Industri

f. Penjelasan tentang prasarana dan sarana penunjang yang sudah/akan


disediakan oleh Perusahaan Kawasan Industri termasuk ketentuan-
ketentuan tentang kapasitas, jadwal pembangunan/penyediaan,
pemanfaatan, pemeliharaan dan pola pembiyaannya.

g. Tarif utilitas dan jasa serta tariff (biaya) pemeliharaan

h. Penjelasan tentang biaya-biaya yang dikenakan kepada Perusahaan


Industri atas jasa penggunaan utilitas yang diberikan oleh Perusahaan
Kawasan Industri.

i. Hak dan kewajiban masing-masing phak (pengelola dan


investor/tenant)

j. Penjelasan dan perincian tentang hak serta kewajiban Perusahaan


Kawasan Industri sebagai Pengelola Kawasan Industri dan masing-
masing Perusahaan Industri sebagai Penghuni Kawasan Industri.

k. Ketentuan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemantauan


lingkungan hidup sesuai hasil studi Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL)

13
l. Penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan program
pengendalian dampak sebagai tindak lanjut dari Analisa Dampak
Lingkungan (ANDAL) Kawasan Industri.

m. Keselamatan, keamanan dan ketertiban Kawasan Industri

n. Penjelasan tentang prinsip-prinsip mengenai keselamatan, keamanan


dan ketertiban yang harus ditaati oleh masing-masing Perusahaan
Industri di dalam Kawasan Industri dan jaminan keselamatan dan
keamanan yang akan diberikan oleh Perusahaan Kawasan Industri.

o. Ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait

p. Penjelasan mengenai beberapa tambahan peraturan perundang-


undangan yang dirasakan sangat perlu untuk ditampilkan, seperti
ketentuan-ketentuan tentang Bangunan Industri dalam Kawasan
Industri sebagai tindak lanjut dari ketentuan yang dikeluarkan oleh
Institusi yang berwenang.

q. Ketentuan lain yang ditetapkan oleh pengelola Kawasan Industri

r. Penjelasan mengenai ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan sendiri


oleh Perusahaan kawasan Industri, yang disesuaiakan dengan
perkembangan situasi dan kondisi dari Kawasan Industri.

E. Pengawasan, Evaluasi dan Pelaporan

a. Pengawasan

Pengawasan terhadap pembangunan dan operasional Kawasan


industry bertujuan untuk memperoleh informasi yang bersifat
administrasi maupun tekhnik pelaksana Kawasan Industri agar sesuai
dengan syarat-syarat dan ketentuan yang yang telah ditetapkan.

Pengawasan dilakukan oleh Timnas Kawasan Industri yang terdiri


dari unsur Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah

14
Kabupaten/Kota, Perhimpunan Kawasan Industri Indonesia dan Kamar
dagang dan Industri.

b. Pelaporan dan Evaluasi

1) Setiap Perusahaan Industri yang berada dalam kawasan industri


dan Perusahaan Pengelola Kawasan Industri wajib menyampaikan
laporan yang meliputi :

a) Laporan perkembangan industri meliputi jumlah produksi,


ekspor-impor dan tenaga kerja yang disampaikan secara
periodik minimal 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan, yang
disampaikan kepada Bupati/Walikota, Gubernur dengan
tembusan kepada Menteri Perindustrian.

b) Laporan pelaksana RKL dan RPL kepada instansi yang ditugasi


mengendalikan dampak lingkungan hidup daerah dengan
tembusan Menteri Perindustrian yang disampaikan secara
periodic minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

2) Berdasarkan laporan perkembangan sebagaimana butir, oleh


Bupati/Kota yang membidangi urusan industri, Gubernur melalui
kepala Dinas Propinsi yang membidangi urusan industri wajib
menyusun laporan perkembangan kawasan industri setiap semester
pada tahun yang bersangkutan dan disampaikan kepada Menteri
Perindustrian.

3) Berdasarkan laporan tersebut, Pemerintah Cq Timnas Kawasan


Industri dapat melakukan analisa dan evaluasi untuk selanjutnya
menjadi bahan perumusan kebijakan bagi pimpinan Departemen.

F. Peraturan dan Perundang-undangan Industri


Adapun aturan-aturan yang mengatur tentang Industri di Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Undang-Undang (UU) No.8 Tahun 1999 : Perlindungan Konsumen

15
2. UU No. 20 Tahun 2008 : Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
3. UU No. 18 Tahun 2012 : Pangan
4. UU  No. 3 Tahun 2014 :  Perindustrian
5. UU  No 7 Tahun 2014 : Perdagangan
6. UU No. 20 2014 : Standardisasi Dan Penilaian Kesesuaian
7. UU No. 33 Tahun 2014 : Jaminan Produk Halal
8. PP No. 107 Tahun 2015 : Izin Usaha Industri
9. PP Nomor 29 Tahun 2018 : Tentang Pemberdayaan Industri

16
BAB III
TINJAUAN INDUSTRI
A. Sejarah Industri
PT. Multi Klin Nusantara (MKN) merupakan perusahaan yang
memproduksi produk sanitasi dan bahan pembersih untuk kebutuhan rumah
tangga. PT. Multi Klin Nusantara memproduksi berbagai macam jenis produk
pembersih yang dibutuhkan oleh masyarakat nusantara (Indonesia) mulai dari
sabun cuci piring, cuci tangan, cairan pembersih multifungsi, detergent
pakaian, pengharum dan pelembut pakaian sampai pembersih kaca dan lantai.
PT. Multi Klin Nusantara mengawali perusahaan pada tahun 2010 dengan
nama Sefactor Pharma. Seiring dengan berjalannya waktu perusahaan ini
senantiasa membenahi manajemen perusahaan dan pada tahun 2020,
perusahaan ini resmi berganti nama menjadi Multi Klin Nusantara sebagai
bentuk pembaharuan diri untuk pengembangan perusahaan.
B. Tata Ruang
PT. Multi Klin Nusantara mempunyai fasilitas yang memadai yaitu ruang
operasional, gudang bahan baku, gudang produk jadi, ruang produksi,
laboratorium, ruang marketing dan sales, ruang meeting, musholla, dan WC.

17
C. Struktur Organisasi

D. Kegiatan Industri
1. Jam Kerja Karyawan
Jam kerja karyawan di PT. Multi Klin Nusantara mendapatkan 8
jam kerja dimulai pukul 09.00 – 17.00 WITA.
2. Pemesanan Bahan Baku
a. Pengadaan Bahan Baku dan Kemasan.
Divisi operasional akan mengirimkan surat permintaan pengadaan
barang sesuai dengan jumlah yang ditentukan untuk keperluan
produksi kepada finance and accounting, setelah itu finance and
accounting membuat permintaan pembelian (purchasing order)
kepada pihak supplier. Dalam proses ini pihak supplier akan
memberikan surat penawaran kepada finance and
accounting mengenai harga barang. Jika sesuai maka akan dilakukan
pelunasan oleh finance and accounting, kemudian pihak supplier
mengirim barang ke alamat pabrik. Setelah bahan baku dan kemasan
diterima, maka dokumennya diperiksa oleh Finance & accounting
begitu pula dengan bahan baku dan kemasan akan diperiksa oleh

18
Quality control bersama dengan divisi operasional. Jika sesuai maka
disimpan oleh divisi operasional di gudang bahan baku sesuai dengan
tempatnya.

b. Penerimaan Barang
Setelah barang diterima, pihak operasional akan melakukan
pengecekan lebih dulu terhadap kondisi barang. Jika ada yang rusak
atau cacat, maka akan dicatat dan didokumentasikan kemudian akan
diajukan penggantian barang terhadap pihak supplier

Alur Perusahaan

DIV. OPERASIONAL
(Gudang Bahan
Baku)

DIV. OPERASIONAL
QC
DIV. PRODUKSI (Gudang Produk
Jadi)

DIV. SALES &


MARKETING

DIV. FINANCE &


ACCOUNTING

19
3. Penataan Barang
a. Penataan Bahan Baku
Bahan baku yang datang dan telah diperiksa oleh Quality Control
(QC) akan diletakkan di ruang penyimpanan bahan baku. Ruang
penyimpanan bahan baku terbagi atas dua, yaitu bahan baku cair dan
bahan baku padat.
b. Bahan Kemas
Penataan barang kemas seperti pouch, dus, sachet dan jerigen
disimpan di gudang kemasan.
c. Penataan Produk Jadi
Penataan produk yang telah dikemas (siap jual) disimpan di
gudang produk jadi
d. Penataan Produk Pertinggal
Penataan produk pertinggal diletakkan di rak dalam suhu ruang dan
diberi kode produksi dan identitas produk.
E. Pengelolaan
1. Alur Pengelolahan
Divisi produksi membuat perencanaan produksi dan menyiapkan
peralatan serta ruangan. Setelah itu mengisi formulir Bill Of Material
(BOM) bahan baku dan diserahkan kepada divisi operasional. Bahan baku
dipindahkan ke ruang produksi untuk diidentifikasi jenis, bentuk dan
timbangannya (ukuran).
Setelah diidentifikasi, timbang bahan baku kemudian pisahkan
berdasarkan formula. Bahan baku yang telah terpisah, dipindahkan ke area
produksi atau area pengolahan di lantai dua menggunakan lift. Kemudian
bahan baku yang telah dipisah dimasukkan ke dalam reaktor berdasarkan
formulanya.
Produk dihasilkan dalam waktu 2-3 hari. Diambil sampel untuk
diuji warna, pH, TDS, viskositas dan homogenitas oleh Quality Control di
Laboratrium. Jika telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
perusahaan maka dilanjutkan ke proses pengemasan.

20
2. Alur Pengemasan
Divisi produksi mengisi formulir Bill Of Material (BOM) bahan
kemasan dan diserahkan kepada divisi operasional yang selanjutnya
kemasan dipindahkan ke ruangan produksi untuk diidentifikasi meliputi
jenis dan jumlahnya. Sebelum dilakukan pengemasan pada kemasan
pouch, sortir bahan kemas terlebih dahulu dan dilakukan proses coding
pada kemasan. Pengemasan dilakukan menggunakan mesin filling dan
mesin sealer. Selanjutnya dimasukkan dalam dus dan ditimbang, jika
timbangan telah sesuai maka akan dilakukan penyegelan dan diberi tanda
centang. Sedangkan untuk pengemasan pada kemasan jerigen dilakukan
sortir bahan kemas terlebih dahulu kemudian dilakukan pengemasan
filling dan dilakukan proses coding pada label kemasan, setelah itu
dilakukan pelabelan pada jerigen selanjutnya packing dan diberi tanda
centang. Produk jadi (siap jual) akan dipindahkan ke gudang produk jadi
dan mengisi dokumen Transfer Antar Gudang (TAG).

Alur Produksi
DIV. OPERASIONAL
DIV. PRODUKSI BOM (Gudang Bahan
Baku)

- Perencanaan Identifikasi :
GUDANG PRODUKSI
Produksi
- Jenis
- Penyiapan ruangan - Bentuk
dan perlengkapan - Warna PROSES PRODUKSI
- Aroma
- Timbangan
UJI SAMPEL (QC)

 Penandaan
(Coding) PENGEMASAN
 Pelabelan
TAG
 Packing
DIV. OPERASIONAL
(Gudang Produk
Jadi)

21
BAB IV
PEMBAHASAN
PT. Multi Klin Nusantara adalah perusahaan industri yang memproduksi
produk sanitasi dan bahan pembersih untuk kebutuhan rumah tangga. PT. Multi
Klin Nusantara memproduksi berbagai macam jenis produk pembersih yang
dibutuhkan oleh masyarakat nusantara (Indonesia) mulai dari sabun cuci piring,
cuci tangan, cairan pembersih multifungsi, detergent pakaian, pengharum dan
pelembut pakaian sampai pembersih kaca dan lantai.
Adapun peralatan yang digunakan di setiap ruangan yaitu :
1. Gudang Bahan Baku
Peralatan yang digunakan yaitu :
a. Troli untuk mengangkat bahan baku padat
b. Alat pompa untuk mengangkat bahan baku cair
c. Timbangan untuk menimbang bahan baku.
d. Termometer digunakan untuk mengukur suhu
e. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digunakan untuk menangani
kebakaran tipe B atau kebakaran yang disebabkan oleh bahan-bahan
cairan.
f. NLG Manual Stacker (Alat Troli Pemindah Barang) untuk memindahkan
barang dengan massa yang besar.
1. Laboratorium
Pada ruangan ini dilakukan pengujian viskositas, TDS dan PH, serta
berfungsi untuk menjamin keadaan produk. Alat-alat yang digunakan seperti
alat ukur TDS, kertas lakmus, gelas ukur, beaker glass dan climatic chamber
untuk uji stabilitas produk.
2. Ruang Produksi
Peralatan yang digunakan yaitu :
a. Timbangan analitik untuk mengukur bahan baku dalam massa kecil
dengan rentang sub-miligram
b. Timbangan digital untuk mengukur berat bahan baku dengan massa yang
lebih besar.

22
c. Mesin filling digunakan untuk mengisi produk bahan-bahan yang biasanya
berupa cairan kedalam kemasan.
d. Mesin sealer digunakan untuk penyegel produk kemasan.
e. Mesin coding digunakan untuk mencetak kode produksi dan tanggal
kadaluwarsa produk.
f. Mesin Carton Sealer digunakan untuk menyegel kemasan kardus.
g. Mesin Mixer Industri digunakan untuk mencampurkan bahan baku dalam
jumlah besar
h. Mesin Pengemas Sachet (Mesin Vertical Packaging) untuk membantu
mengisi kemasan sachet sekaligus menyegel atau menutupnya secara
rapat.
i. Mesin Pencampur Bubuk digunakan untuk membuat produk bubuk.

23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan dapat ditarik kesimpulan :
PT. Multi Klin Nusantara adalah perusahaan industri yang memproduksi
produk kebersihan dan produk pembersih rumah tangga. Setiap ruangan
memiliki peralatan untuk mendukung proses industri yang sedang
berlangsung.

B. Saran
Kerjasama antar PT. Multi Klin Nusantara dengan Poltekkes Kemenkes
Makassar Jurusan Farmasi, agar terus dikembangkan serta dipertahankan
untuk tahun–tahun selanjutnya.

24
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Depkes RI

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Peraturan Mentri Perindustrian Nomor 41/M-IND/PER/6/2008 tentang Ketentuan


dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda
Daftar Industri
Permenkes RI. 2010 industri farmasi. Jakarta : Permenkes RI.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5/1984 tentang Perindustrian. 1990.


Jakarta.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman
Teknis Kawasan Menteri
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 107 / 2015 tentang Izin Usaha
Industri

25
LAMPIRAN
Lampiran 1 Bill Of Material (BOM)

Lampiran 2 Transfer Antar Gudang (TAG)

Lampiran 3 Mesin Sealer

26
Lampiran 4 Mesin Coding

Lampiran 5 Ruang Produksi Lt. 2

27
Lampiran 6 Mesin Carton Sealer

Lampiran 7 Timbangan

28
Lampiran 8 Mixer Industri

Lampiran 9 Mesin Mixer Industri

29
Lampiran 10 Mesin Pencampur Bubuk Dan Mesin Pengemasan.

30
Lampiran 11 NLG Manual Stacker (Alat Troli Pemindah Barang)

31
LAMPIRAN PRODUK

Super Maks (multi fungsi) Well (sabun cuci baju) Silky (Sabun Cuci tangan)

Floz (Pembersih Lantai) Flow (Parfum Laundry atau baju) Yess (Sabun Cuci Piring)

Davos (Detergen Bubuk) Dex Trans (Natural Transparent Soap)

32

Anda mungkin juga menyukai