Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Monograf ini.
Tugas ini berisi tentang Senyawa Alkana yang dibuat dalam rangka memenuhi nilai
tugas Kimia Organik sebelum Ujian Akhir Semester I.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Irdoni HS.Drs.MS selaku
dosen mata kuliah Kimia Organik serta semua pihak yang turut membantu proses
penulisan dan penyelesaian monograf ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan monograf ini masih banyak
kekurangan sehingga diharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Semoga
monograf ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang Senyawa Alkana
bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Bab I Pendahuluan
ii
2.1.1 Tata Nama Alkana Rantai Lurus ........................................ 15
iii
BAB IV Reaksi – Reaksi Alkana
iv
5.3 Gas Propana .................................................................................. 83
v
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
vi
Tabel 5.11 Contoh Reservoir berikut Nilai Porositas, Permeabilitas…. V-153
vii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
viii
Gambar 5.8 Perubahan kimiawai akibat proses
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari
unsur atom karbon (C) dan atom hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai
karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut
digunakan juga sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik. Senyawa hidrokarbon
merupakan senyawa karbon yang paling sederhana.
Sampai saat ini terdapat lebih kurang dua juta senyawa hidrokarbon. sifat
senyawa senyawa hidrokarbon ditentukan oleh struktur dan jenis ikatan koevalen antar
atom karbon. Oleh karena itu untuk memudahkan mempelajari senyawa hidrokarbon
yang begitu banyak, para ahlli melakukan pergolongan hidrokarbon berdasarkan
sturkturnya dan jenis ikatan kovalen antar atom karbon dalam molekulnya.
Hidrokarbon adalah salah satu sumber energi paling penting di bumi. Penggunaan yang
utama adalah sebagai sumber bahan bakar. Dalam bentuk padat, hidrokarbon adalah
salah satu komposisi pembentuk aspal. Hidrokarbon dulu juga pernah digunakan untuk
pembuatan klorofluorokarbon, zat yang digunakan sebagai propelan pada semprotan
nyamuk. Saat ini klorofluorokarbon tidak lagi digunakan karena memiliki efek buruk
terhadap lapisan ozon.
Metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom karbon dan empat
atom hidrogen (CH4). Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci, sebuah alkana) yang
terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing
mengikat tiga atom karbon (C2H6). Metana dan etana berbentuk gas dalam suhu
ruangan dan tidak mudah dicairkan dengan tekanan begitu saja. Propana memiliki tiga
atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2). Propana lebih mudah untuk dicairkan, dan
1
biasanya dijual di tabung-tabung dalam bentuk cair. Butana sangat mudah dicairkan,
sehingga lebih aman dan sering digunakan untuk pemantik rokok. Pentana berbentuk
cairan bening pada suhu ruangan, biasanya digunakan di industri sebagai pelarut wax
dan gemuk. Heksana biasanya juga digunakan sebagai pelarut kimia dan termasuk
dalam komposisi bensin. Heksana, heptana, oktana, nonana, dekana, termasuk dengan
alkena dan beberapa sikloalkana merupakan komponen penting pada bensin, nafta,
bahan bakar jet, dan pelarut industri. Dengan bertambahnya atom karbon, maka
hidrokarbon yang berbentuk linear akan memiliki sifat viskositas dan titik didih lebih
tinggi, dengan warna lebih gelap.
Alkana (juga disebut dengan parafin) adalah senyawa kimia hidrokarbon jenuh
asiklis. Alkana termasuk senyawa alifatik. Dengan kata lain, alkana adalah sebuah
rantai karbon panjang dengan ikatan-ikatan tunggal. Rumus umum untuk alkana adalah
CnH2n+2. Alkana yang paling sederhana adalah metana dengan rumus CH4. Tidak ada
batasan berapa karbon yang dapat terikat bersama. Beberapa jenis minyak dan wax
adalah contoh alkana dengan atom jumlah atom karbon yang besar, bisa lebih dari 10
atom karbon.
Setiap atom karbon mempunyai 4 ikatan (baik ikatan C-H atau ikatan C-C), dan
setiap atom hidrogen mesti berikatan dengan atom karbon (ikatan H-C). Sebuah
kumpulan dari atom karbon yang terangkai disebut juga dengan rumus kerangka.
Secara umum, jumlah atom karbon digunakan untuk mengukur berapa besar ukuran
alkana tersebut (contohnya: C2-alkana). Gugus alkil, biasanya disingkat dengan simbol
R, adalah gugus fungsional, yang seperti alkana, terdiri dari ikatan karbon tunggal dan
atom hidrogen, contohnya adalah metil atau gugus etil.
Tidak ada batasan berapa karbon yang dapat terikat bersama. Beberapa jenis
minyak dan wax adalah contoh alkana dengan atom karbon yang besar, bisa lebih dari
sepuluhatom karbon. Setiap atom karbon mempunyai empat ikatan (baik ikatan C-H
atau ikatan C-C), dan setiap atom hidrogen mesti berikatan dengan atom karbon (ikatan
2
H-C). Sebuah kumpulan dari atom karbon yang terangkai di sebut juga dengan rumus
kerangka. Secara umum, jumlah atom karbon digunakan untuk mengukur berapa besar
ukuran alkana tersebut (contohnya: C2-alkana). Semua molekul alkana berbentuk
tetrahedral dengan sudut ikatan mendekati 109,50. Gugus alkil, biasanya di singkat
dengan symbol R, adalah gugus fungsional, yang seperti alkana, terdiri dari ikatan
karbon tunggal dan atom hidrogen, contohnya adalah metil atau gugus etil.
3
Ciri-ciri umum Hidrokarbon
a) Karena struktur molekulnya berbeda, maka rumus empiris antara hidrokarbon pun
juga berbeda. Jumlah hidrokarbon yang diikat pada alkena dan alkuna pasti lebih
sedikit karena atom karbonnya berikatan rangkap.
b) Kemampuan hidrokarbon untuk berikatan dengan dirinya sendiri disebut dengan
katenasi, dan menyebabkan hidrokarbon bisa membentuk senyawa-senyawa yang
lebih kompleks, seperti sikloheksana atau arena seperti benzena. Kemampuan ini
didapat karena karakteristik ikatan diantara atom karbon bersifat non-polar.
c) Sesuai dengan teori ikatan valensi, atom karbon harus memenuhi aturan “4 -
hidrogen” yang menyatakan jumlah atom maksimum yang dapat berikatan dengan
karbon, karena karbon mempunyai 4 elektron valensi. Dilihat dari elektron valensi
ini, maka karbon mempunyai 4 elektron yang bisa membentuk ikatan kovalen atau
ikatan dativ.Hidrokarbon bersifat hidrofobik dan termasuk dalam lipid.
d) Beberapa hidrokarbon tersedia melimpah di tata surya. Danau berisi metana dan
etana cair telah ditemukan pada Titan, satelit alam terbesar Saturnus, seperti
dinyatakan oleh Misi Cassini-Huygens.
Variasi dalam struktur senyawa organik dapat disebabkan oleh jumlah atom atau
jenis atom dalam molekul. Tetapi variasi dalam sturktur ini dapat terjadi Karena urutan
atom yang terikat satu sama lain dalam suatu molekul. Misalnya untuk rumus molekul
C2H6O dapat ditulis dua rumus bangun yang berlainan. Kedua rumus bangun ini
menyatakan dua senyawa yang berlainan: dimetil eter, suatu gas yang pernah
4
digunakan sebagai refrigen (gas lemari es) dan sebagai suatu gas aerosol, serta etanol
suatu cairan yang digunakan sebagai pelarut (solvent) dan dalam minuman beralkohol.
Struktur alkana dapat berupa rantai lurus atau rantai bercabang. Alkana yang
mengandung tiga atom karbon atau kurang tidak mempunyai isomer seperti CH4, C2H6
dan C3H8 karena hanya memiliki satu cara untuk menata atom-atom dalam struktur
ikatannya sehingga memilki rumus molekul dan rumus struktur molekul sama. Dalam
senyawa alkana juga ada yang rumus molekulnya sama, tetapi rumus struktur
molekulnya berbeda. Keisomeran dimulai dari senyawa dengan rumus kimia C4H10.
Jenis isomernya, yaitu isomer struktur. Perhatikan dua isomer yang dimiliki
C4H10 serta titik didihnya.
Cara sistematis mencari jumlah kemungkinan isomer alkana adalah sebagai berikut.
Contoh C6H14
2.Kemudian kurangi rantai induknya dengan satu atom karbon dan jadikan cabang.
Tempatkan cabang itu mulai dari atom karbon nomor 2, kemudian ke nomor 3, dan
seterusnya hingga semua kemungkinan habis. Untuk C6H14, hanya ada dua
kemungkinan.
5
3.Cabang metil tidak dapat ditempatkan pada atom karbon nomor 4, sebab sama saja
dengan penempatan cabang di nomor 2.
4.Selanjutnya, kurangi lagi rantai induknya. Kini, dua atom atom karbon dijadikan
cabang, yaitu sebagai dimetil atau etil. Sebagai contoh isomer dengan dua cabang metal
ada dua kemungkinan sebagai berikut.
6.Jadi, untuk alkana dengan rumus molekul C6H14 ada 5 kemungkinan isomer.
Semakin bertambah jumlah atom C pada rumus molekul suatu alkana maka semakin
banyak isomernya seperti yang tertera ditabel bawah ini:
6
Tabel 1.1 Banyak Isomer Alkana
Jumlah Atom C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10
C
Rumus C4H10 C5H12 C6H14 C7H16 C8H18 C9H20 C10H22
Molekul
Jumlah Isomer 2 3 5 9 18 35 75
(Sumber: Amarullah, 2006)
7
e. Reaktifitas dengan senyawa kimia lain relatif kecil, hal ini juga dikarenakan alkana
tidak memiliki ikatan rangkap, karena semakin banyak ikatan rangkap, suatu
senyawa kimia akan semakin reaktif
f. Afinitas kecil
g.Semakin panjang rantai karbonnya maka massa jenis akan semakin besar, namun
tetap lebih kecil dari massa jenis air, sehingga bila alkana dan air dicampur, alkana
akan berada di fase atas
h.Pada suhu dan tekanan standar (STP = standard temperature and pressure), alkana
dengan rantai C1-C4 memiliki wujud gas, C5-C17 memiliki wujud cair, dan C18
seterusnya memiliki wujud padat
i. Tidak memiliki konduktivitas, artinya tidak menghasilkan maupun menghantarkan
listrik.
Tabel 1.2 Titik Didih dan Titik Leleh Alkana Rantai Lurus Berdasarkan Deret
Homolog
8
1.3.2 Sifat Kimia Alkana:
1.3.2.1 Oksidasi
Alkana akan lebih mudah dioksidasi oleh oksigen akan tetapi semakin
bertambahnya jumlah atom karbon ini akan mengakibatkan semakin sulit terjadinya
reaksi dan reaksi ini akan menghasilkan sejumlah kalor atau disebut juga sebagai reaksi
eksoterm. Energi yang dibebaskan bila senyawa teroksidasi sempurna menjadi CO2
dan H2O disebut kalor pembakaran.
9
b) Pembakaran tak sempurna
Reaksi pembakaran tidak sempurna akan terjadi karena jumlah oksigen yang
tidak mencukupi. Pada reaksi pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan karbon
monoksida dan air. Pembakaran tak sempurna diperlukan pada pembuatan “carbon
black” untuk pewarna tinta.
1.3.2.2 Halogenasi
Alkana dapat bereaksi dengan halogen dibawah pengaruh panas membentuk
alkil halida dengan hasil samping hidrogen klorida. Alkana dan halogen (klor dan
brom) pada suhu rendah dalam kamar gelap, tidak bereaksi. Pada suhu tinggi dan di
bawah sinar terjadi reaksi eksoterm
Klorinasi : R – H + Cl2 sinar/kalorR
R – Cl + HCl
Brominasi : R – H + Br2 sinar/kalorR
R– Br + HBr
Reaksinya adalah reaksi substitusi (atom halogen menggantikan atom
hidrogen).
1.3.2.3 Nitrasi
Alkana dapat bereaksi dengan asam nitrat pada suhu 150-4750C membentuk
nitroalkana dengan hasil samping uap air.
1.3.2.4 Sulfonasi
Alkana dapat bereaksi dengan asam sulfat berasap (oleum) menghasilkan asam
alkana sulfonat dan air.
10
1.3.2.5 Relatif tidak reaktif
Alkana dan sikloalkana tidak reaktif, cukup stabil apabila dibandingkan dengan
senyawa organik lainnya. Oleh karena kurang reaktif, alkana kadang disebut paraffin
(berasal dari bahasa Latin: parum affins, yang artinya "afinitas kecil sekali").
1.3.2.6 Tidak bereaksi dengan asam, basa, oksidator dan reduktor.
1.3.2.7 Dapat digunakan sebagai pelarut
1.3.2.8 Bereaksi dengan oksigen (pembakaran) dan halogen (halogenasi).
Senyawa turunan alkana adalah senyawa yang dianggap berasal dari alkana yang
satu atau lebih atom H-nya diganti dengan gugus fungsi tertentu, dimana gugus fungsi
tersebut adalah di bawah ini, dengan R merujuk pada gugus alkil (CnH2n+1):
Sumber: Zumdahi,1989
11
1. Alkohol
Gugus fungsi: -OH
Struktur umum: R-OH
Rumus umum: CnH2n+2O
Contoh: metanol (CH3OH) dan etanol (C2H5OH) yang sering digunakan sebagai
pelarut untuk reaksi-reaksi kimia
2. Ester /alkoksialkanal
3. Aldehid /alkanal
Gugus fungsi: -CHO
Struktur umum: R-CHO
Rumus umum: CnH2nO
Contoh: metanal (CHOH) atau sering disebut formalin/formaldehid, suatu senyawa
yang digunakan sebagai bahan pengawet mayat.
4. Keton / alkanol
Gugus fungsi: -C=O-
Struktur umum: R-C=O-R’
Rumus umum: CnH2nO
Contoh: propanon (C3H6O) atau sering disebut aseton, digunakan untuk pembersih
cat kuku
5. Asam karboksilat / asam alkanoat
Gugus fungsi: -COOH
Struktur umum: R-COOH
12
Rumus umum: CnH2nO2
Contoh: Asam asetat (CH3COOH) atau sering disebut asam cuka, dapat digunakan
untuk pengawet makanan, penambah rasa makanan, dan sebagai salah satu bahan
pembuatan nata de coco
Contoh: metil salisilat (C8H8O3), banyak digunakan untuk campuran bahan koyo.
7. Alkil Halida/Haloalkana
Gugus fungsi: -X
13
BAB II
TATA NAMA
Kita telah mempelajari bahwa ikatan tunggal yang terbentuk pada molekul
etana adalah karena adanya overlap elektron sigma pada orbital karbon sp3. Senyawa
yang hanya memiliki ikatan tunggal karbon-karbon dan karbon-hidrogen, berapapun
jumlah atom karbonnya, kita golongkan dalam kelompok senyawa alkana.
CH4 CH3CH3
Metana Etana
14
Isomer konstitusional tidak terbatas hanya untuk alkana, tetapi juga pada
sebagian besar senyawa organik. Isomer konstitusional bisa berbeda pada susunan
kerangka atom karbon (seperti pada butana dan isobutana), perbedaan gugus fungsi
(seperti pada etanol dan dimetil eter), atau berbeda pada penempatan gugus fungsi
(isopropilamina dan propilamina). Meskipun memiliki formula yang sama, sifat-sifat
fisika kimia dari isomer biasanya berbeda.
Alkana tak bercabang diberi nama dengan nama yang menunjukkan jumlah atom
karbon dalam rantai ditambah akhiran –ana.
C1H4 Metana
C2H6 Etana
C3H8 Propana
C4H10 Butana
C5H12 Pentana
C6H14 Heksana
C7H16 Heptana
15
C8H20 Oktana
C9H22 Nonana
C10H24 Dekana
C11H24 Andekana
C12H26 Dodekana
C13H28 Tridekana
C14H30 Tetradekana
C15H32 Pentadekana
C16H34 Heksadekana
C17H36 Heptadekana
C18H40 Oktadekana
C19H42 Nonadekana
16
3. Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul. Jika terdapat 2 atau lebih
rantai terpanjang, maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk
diberi nama alkana sesuai dengan panjang rantai.
4. Cabang diberi nama alkil yaitu nama alkana yang sesuai, tetapi dengan mengganti
akhiran –ana menjadi –il. Gugus alkil mempunyai rumus umum : CnH2n+1 dan
dilambangkan dengan R.
17
Tabel 2.2 Gugus alkil dan namanya
Gugus Alkil Nama
CH3- Metil
CH3-CH2- Etil
CH3- CH2- CH2- Propil
CH3- (CH2)2- CH2- Butil
CH3- (CH2)3- CH2- Pentil
CH3- CH- Isopropil
CH3
CH3- CH2-CH- Sekunder butyl
CH3
CH3- CH-CH2- Isobutil
CH3
CH3- (CH2)4- CH2- Heksil
CH3- (CH2)5- CH2- Heptil
CH3- (CH2)6- CH2- Oktil
CH3- (CH2)7- CH2- Nonil
CH3- (CH2)8- CH2- Dekil
Sumber : J. E. Huheey, 1965
5. Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu
dinomori. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian rupa
sehingga posisi cabang mendapat nomor terkecil.
2-metilbutana
6. Jika terdapat 2 atau lebih cabang sejenis, harus dinyatakan dengan awalan di, tri,
tetra, penta dan seterusnya.
18
2,3-dimetilpentana
7. Cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai dengan urutan abjad dari nama cabang
tersebut.
4-etil-2,5-dimetilheptana
8. Awalan iso- tidak diabaikan. Jadi isopropil berawal dengan huruf i-
Awalan normal, sekunder dan tersier harus ditulis dengan huruf cetak miring .
Isopropil Isobutil
19
NO2 Br
CH3CH2CHCH2CH2
1-Bromo-3-Nitropentana
Siklopentana Siklopropana
20
Jika terdapat satu subtituen alkil yang jumlah C nya lebih pendek, maka
senyawa siklikknya dianggap sebagai rantai induk. Penamaannya mengikuti aturan :
nama cabang(alkil) + nama rantai induk (silik).
Tetapi jika jumlah atom C satu subtituen itu lebih banyak dari senyawa
sikliknya, maka yang menjadi rantai induk adalah subtituennya. Untuk senyawa yang
begini, maka rantai induknya diberi nomor dengan atom C yang terikat ke senyawa
siklik. Penamaannya mengikuti aturan : nomor senyawa siklik + nama senyawa siklik
(alkil) + nama rantai induk (alkana).
1-sikloheksiloktana 3-sikloheksiloktana
Jika ada dua subtituen alkil yang sama, maka penomoran dimulai dari alkil
sembarang ke arah sedemikian sehingga alkil yang lain mendapat nomor terendah.
cis – 1,2-dimetilsikloheksana
21
Karena gugus alkil berada di sisi yang sama, kita juga mengikutkan tata nama
cis dan transnya. Kemudian penomoran dimulai dari C 1. Arah penomoran adalah
searah jarum jam sehingga alkil kedua mendapat nomor terendah yaitu no 2. Bukan
berlawanan arah jarum jam sehingga alkil ke dua mendapat no 4.
Dalam beberapa hal, sifat kimia sikloalkana mirip dengan alkana asikloik
(rantai terbuka). Keduanya sama-sama nonpolar dan cenderung inert. Akan tetapi
terdapat perbedaan mendasar. Pertama, sikloalkana kurang fleksibel dibandingkan
dengan alkana rantai terbuka. Ikatan tunggal (ikatan sigma) pada alkana asliklik dapat
berputar.
Pada sikloalkana, ikatan yang terbentuk kurang bebas untuk berputar. Misalnya
siklopentana, bentuknya adalah segitiga rigid dan planar. Putaran pada ikatan karbon-
karbon tidak mungkin terjadi tanpa merusak cincin.
22
Oleh karena strukturnya yang siklik, sikloalkana memiliki dua sisi yaitu sisi
atas dan bawah. Hal ini memungkinakn sikloheksana memiliki kemungkinan
isomerisme berdasarkan letak substituennya. Contohnya, ada dua bentuk isomer dari
1,2-dimetilsiklopropana.
Pertama dengan dua gugus metil pada sisi yang sama, kedua dengan gugus
metil pada posisi yang berlawanan.
Kedua bentuk isomer merupakan molekul yang stabil, dan dapat dikonfersi
dari bentuk satu ke bentuk lainnya tanpa memecah cincin atau tanpa membentuk
ikatan baru.
Tidak seperti isomer konstitusional seperti pada butana dan isobutana dimana
terdapat perbedaan urutan penempatan atom-atomnya. Kedua isomer 1,2-
dimetilsiklopropana memiliki tempat ikatan yang sama, tetapi berbeda pada posisi
atom-atomnya. Semuawa senyawa yang memiliki posisi ikatan atom yang sama tetapi
berbeda pada orientasi tiga dimensinya disebut stereoisomer. Isomer konstitusional
berbeda pada ikatan atom-atomnya.Stetreoisomer posisi ikatan sama tapi berbeda pada
posisi tiga dimensinya
dan
23
2.3 Tata Nama Trivial
Nama trivial (non-IUPAC) dari alkana adalah "parafin". Dalam kimia parafin
adalah nama umum untuk hidrokarbon alkana dengan formula CnH2n+2. Lilin paraffin
merujuk pada benda padat dengan n=20 – 40. Molekul parafin paling simple adalah
metana (CH4, sebuah gas dalam temperature ruangan. Anggota sejenis ini yang lebih
berat, seperti oktan C8H18, muncul sebagai cairan pada temperature ruangan. Bentuk
padat parafin, disebut lilin parafin, berasal dari molekul terberat mulai C20H42 hingga
C40H82. Senyawa-senyawa ini biasanya diambil dari artefak-artefak sejarah. Nama
trivial digunakan sebelum ada nama sistematik, dan sampai saat ini masih digunakan
karena penggunaannya familier di industri.
Dapat hampir dipastikan kalau nama parafin diambil dari industri petrokimia.
Alkana rantai bercabang disebut isoparafin. Penggunaan kata "paraffin" untuk sebutan
secara umum dan seringkali tidak membedakan antara senyawa murni dan campuran
isomer dengan rumus kimia yang sama. Beberapa nama ini dipertahankan oleh IUPAC
24
BAB III
Sumber utama alkana di alam yaitu minyak bumi dan batubara yang di gunakan
sebagai bahan bakar dalam kehidupan sehari–hari. Pembuatan Alkana terbagi menjadi
dua,yaitu:
Atau reaksi yang lebih rinci, yang menunjukkan secara lebih jelas apa yang
terjadi pada berbagai atom dan ikatan, dapat dilihat pada gambar berikut:
25
Gambar 3.1 Pembentukan ikatan-ikatan rangkap
Ini hanya merupakan salah satu cara untuk memecah molekul C15H32. Senyawa
pecahan yang dihasilkan berupa etena dan propena yang merupakan bahan yang
penting untuk membuat plastik atau untuk menghasilkan bahan-bahan kimia organik
yang lain. Dan oktana yang merupakan salah satu molekul yang terdapat dalam petrol
(bensin).
26
dengan dua elektron yang mengikatnya pada karbon. Lepasnya hidrogen ini
menyebabkan atom karbon bermuatan positif. Ion-ion karbon seperti ini disebut ion
karbonium (atau karbokasi). Penataan ulang ion-ion ini menghasilkan berbagai produk
reaksi.
27
atau Pt2+ dan kemudian mereduksinya secara in situ sehingga atom logam terdeposit di
dalam kerangka zeolit. Material yang dihasilkan menunjukkan sifat gabungan antara
sifat katalisis logam dengan pendukung katalis logam (zeolit) dan penyebaran logam
ke dalam pori dapat dicapai dengan baik. Teknik lain untuk preparasi katalis dengan
pengemban zeolit melibatkan adsorsi fisika dari senyawa anorganik volatil diikuti
dengan dekomposisi termal. Ni(CO)4 dapat teradsorb pada zeolit-X dan dengan
pemanasan hati-hati akan terdekomposisi meninggalkan atom nikel pada rongga.
Katalis ini merupakan katalis yang baik untuk konversi karbon monoksida menjadi
metana.
Pada pemecahan termal, digunakan suhu yang tinggi (biasanya antara 450°C
sampai 750°C) and tekanan tinggi (sampai sekitar 70 atmosfir) untuk menguraikan
hidrokarbon-hidrokarbon yang besar menjadi hidrokarbon yang lebih kecil. Pemecahan
termal menghasilkan campuran produk yang mengandung banyak hidrokarbon dengan
ikatan rangkap, yakni alkena.
3. 2 Secara Laboratorium
28
senyawa organik Penambahan hidrogen ke dalam senyawa tersebut akan menambah
tingkat kejenuhannya.
Panas yang dilepaskan tersebut dikenal dengan Panas hidrogenasi atau energi
hidrogenasi (ΔHhidrogenasi). Energi ini merupakan indikator yang menunjukan
tingkat mudah atau tidaknya hidrogenasi terjadi secara termodinamis. Panas atau energi
hidrogenasi beberapa golongan alkena dan alkuna bisa diperbandingkan dengan
menghitung panas hidrogenasi melalui data panas pembentukan, yaitu panas
pembentukan produk (ΔHf produk) dikurangi panas pembentukan reaktan (ΔHf
reaktan)
Reaktannya dalam hal ini adalah senyawa yang dihidrogenasi yaitu alkena atau
alkuna dan gas hidrogen. Sedangkan produknya adalah hasil reaksi yaitu bisa alkana
atau alkena. Dengan menganggap nilai panas pembentukan gas hidrogen adalah nol
atau tetap, maka panas hidrogenasi bisa dihitung dari panas pembentukan produk dan
reaktan yang lain. Proses ini umumnya terdiri dari adisi sepasang atom hydrogen ke
sebuah molekul. Reaksi dilakukan pada suhu dan tekanan yang berbeda tergantung
29
pada substrat dan aktivitas katalis. Reaksi adisi alkena oleh hidrogen disebut juga reaksi
hidrogenasi. Reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut.
Studi hidrogenasi yang dilakukan pada senyawa golongan alkena dan alkuna
ini bertujuan untuk melihat tingkat kemudahannya dihidrogenasi secara
termodinamika. Kajian dilakukan dengan memvariasi panjang rantai dan bentuk rantai.
Hasil pengukuran dan perhitungan panas pembentukan dan panas hidrogenasi bisa
dilihat dibawah ini.
Gambar 3.1 Panas pembentukan dan Panas hidrogenasi beberapa golongan alkena
rantai lurus
30
Dari hasil pengukuran panas hidrogenasi seperti yang disajikan, pasangan
senyawa 5-6 dan 7-8, di mana pasangan senyawa tersebut punya panjang rantai yang
sama, tetapi panas hidrogenasinya berbeda. Sedangkan untuk pasangan senyawa nomor
6-7 dan pasangan senyawa 4-6, pasangan tersebut punya panjang rantai berbeda, tetapi
panas hidrogenasinya berbeda. Hal ini menunjukan bahwa panas hidrogenasi secara
termodinamik tidak ditentukan oleh panjang rantainya. Faktor yang paling berpengaruh
adalah posisi ikatan rangkapnya. Misalnya bisa kita lihat pada senyawa no 3-4 dan 5-
6. Posisi ikatan rangkap yang berada di ujung, cenderung tidak stabil sehingga mudah
berubah menjadi produk. Dengan kata lain bentuk produk lebih disukai secara
termodinamika dibandingkan bentuk reaktan. Pada senyawa nomor 1, posisi ikatan
rangkapnya berada di ujung, akan tetapi posisinya simetri yaitu sisi gugus sebelah kiri
sama dengan sisi gugus sebelah kanan sehingga senyawa ini secara termodinamik lebih
stabil dibandingkan senyawa lain yang memiliki ikatan rangkap di ujung.
31
banyaknya cabang akan menyebabkan kemungkinan terjadinya hiperkonjugasi
semakin besar sehingga akan semakin menjadi lebih stabil.
Pada bagian ini dikaji hidrogenasi senyawa golongan alkuna menjadi senyawa
golongan alkena. Tabel 3 menyajikan data tentang panas pembentukan alkuna
(reaktannya), panas pembentukan alkena (produknya) dan panas hidrogenasinya. Dari
data tersebut dapat kita lihat bahwa panjang rantai tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap panas hidrogenasi yang dilepaskan. Misalnya terlihat pada senyawa nomor 4,
5, 6, 7 dan 8, panjang rantai dan posisi ikatan rangkapnya berbeda akan tetapi panas
hidrogenasinya hampir sama. Panas hidrogenasi yang jauh berbeda terlihat pada
senyawa nomor 1 dan 2. Pada kedua senyawa tersebut, bentuk alkenanya memang lebih
stabil dibandingkan bentuk alkunanya.
32
3.2.2 Reduksi Alkil Halida
Alkana dapat diperoleh dari reduksi alkil halida dan logam, misalnya logam Zn
(campuran Zn + Cu) atau logam Na dan alkohol.
RX RH + HX
Mulanya diambil satu sendok Natrium benzoat dan diambil satu sendok NaOH.
Kemudian NaOH digerus dilumpang, NaOH yang telah halus diambil satu sendok.
Perbandingan antara NaOH dan Natrium benzoat harus sama. Kemudian keduanya
dicampur sampai homogen dan dibagi menjadi dua bagian. Masing-masing bagian
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan air sebagai media untuk melihat
terjadinya reaksi dan terbentuknya hesana
Sementara itu disiapkan air yang telah dididihkan pada suhu tertentu, lalu
tabung reaksi yang berisi campuran natrium benzoat dan NaOH dimasukkan
kedalamnya. Kemudian diamati perubahan reaksi yang terjadi. Akan ada gelembung
yang dihasilkan dari campuran tersebut. Namun keduanya, antara air dan campuran
tidak dapat melarut hal ini disebabkan karena produk yang dihasilkan baik asam
karboksilat, benzena, dan heksana bersifat nonpolar. Jadi terlihat saat dihasilkannya
heksana terdapat dua lapis cairan yang terpisah. Karena nonpolar, alkana larut dalam
pelarut nonpolar atau sedikit polar seperti misalnya alkana lain, dietil eter
33
(CH3CH2OCH2CH3) atau benzena. Kelarutan itu disebabkan oleh gaya tarik van der
waals antara pelarut dan zat terlarut. Semua alkana lebih ringan daripada air, suatu fakta
yang terlihat bahwa benzena dan minyak motor ( yang terutama adalah alkana )
mengapung di atas air. Jika alkana bercampur dengan air, lapisan alkana berada di atas,
sebab massa jenisnya lebih kecil daripada 1.
Kesulitan yang terjadi saat pengamatan yang membutuhkan waktu yang cukup
lama karena untuk menghasilkan alkana dibutuhkan suhu yang cukup tinggi, titik didih
senyawa hexana berkisar pada suhu 69⁰C. Identifikasi lain yang dapat dilakukan untuk
melihat terbentuknya hexana, dapat dilakukan dengan cara melakukan penciuman pada
mulut tabung reaksi. Maka akan tercium adanya bau heksana dari reaksi yang telah
berlangsung.
Heksana yang termasuk senyawa alkana yang berwujud cair. Pada suhu kamar,
empat suku pertama berwujud gas, suku ke 5 hingga suku ke 16 berwujud cair, dan
suku diatasnya berwujud padat. Reaksi yang terjadi dalam percobaan ini dapat terlihat
seperti :
34
3.2.4 Reaksi Wurtz
Rumus Umum :
(RMgX) + H2O→Alkane
Contoh :
35
CH3MgBr + H2O → CH4 + MgOHBr
Metil Mg Bromida metana
CH3CH2MgI + H2O → CH3CH3 + MgOHI
C + 2H2 CH4
a. Metana dapat diperoleh secara tidak langsung, yaitu dari senyawa CS2, H2 S dan
logam Cu, ini dikenal sebagai metoda Berthelot
CS2 + Bcu + 2H2S 4Cu2S + CH4
b. Metana dapat diperoleh dari monoksida dan hidrogen akan menghasilkan metana
Al4C3 + 12H2 4Al(OH)3 + 3CH4
c. Metana dapat dihasilkan dari pemanasan sodium asetat dengan basa kuat
(KOH/NaOH) tanpa adanya air. Pada ini biasanya ditambahkan soda lime
(campuran NaOH dan CaO) untuk mencegah terjadinya keausan tabung gelasnya.
CH3COOH + NaOH CH4 + NaCO3
d. Reduksi katalis dihasilkan dari pemanasan sodium asetat dengan basa kuat
(KOH/NaOH) tanpa adanya air.
36
penggunaan karbon yang mengandung fluorin yang teradsorbsi di dalamnya
berlangsung dengan lancar untuk menghasilkan alkana terfluorinasi. Istilah "tidak
dihalogenasi pada karbon berikatan rangkap 'digunakan disini untuk menyingkirkan
perchlorethylene seperti yang digunakan oleh Watanabe et al dan etilena atau alkena
perhalogenated lainnya yang memiliki -CX-CX2 atau -CX-CX-di dalamnya dimana X
adalah tambang , klorida, fluorin, atau yodium Berbeda dengan proses Merritt dan
Paten Amerika Serikat 4.684.452 dan 4.754.085 yang dibahas di atas dimana reaksi
harus dilakukan pada suhu yang sangat rendah dalam pelarut, proses ini
memungkinkan operasi pada suhu kamar dan pelarut tidak diperlukan. Dengan
demikian, penemuan ini memberikan suatu proses untuk pembuatan alkana
terfokalisasi yang terdiri dari tahap mereaksikan alkena dengan karbon yang memiliki
fluor yang teradsorbsi di dalamnya pada suhu per dan untuk waktu yang cukup untuk
membentuk alkana terfluorinasi dimana alkena tersebut tidak dilampirkan pada ikatan
ganda karbon.
37
sehingga jumlah F2 yang teradsorbsi tidak akan membentuk ikatan kovalen dengan
karbon; ikatan rinol karbon kovalen tidak reaktif terhadap alkena dan tidak berguna
dalam proses sekarang. Pendinginan permukaan karbon mungkin diinginkan selama
penyerapan adsorpsi unsur fluida untuk mempertahankan sebagian besar fluorin yang
teradsorpsi dalam keadaan reaktif; sebuah coolingjacket dapat digunakan untuk tujuan
ini.
38
reaksi dilakukan pada suhu sekitar 50 'sampai sekitar 150 ° C. Waktu kontak harus
paling sedikit satu detik.
Bila alkena yang digunakan adalah etilena pilihan, produk utamanya adalah
1,1,1,2-tetrafluoroetana jika fluida unsur residu hadir dalam reaktor. Istilah "residu
fluorin" berarti bahwa setelah tahap adsorpsi fluor dan sebelum tahap umpan alkena,
reaktor tidak dibersihkan sehingga dapat menghilangkan fluorin residu di dalamnya.
Bila alkena yang digunakan adalah etilena pilihan dan fluida residu tidak ada, produk
utamanya adalah 1,2-difluoroetana. Dengan demikian, diyakini bahwa fluorin
menambah ikatan rangkap. Meskipun tidak ingin terikat oleh teori, diyakini bahwa
energetika unsur fluor dimoderasi oleh adsorpsi pada permukaan karbon. Dengan
demikian, mekanisme reaksi menjadi tween fluorin dan alkena diubah. Degradasi
etilena tidak terjadi karena tidak ada produk atom karbon tunggal.
Bila alkena yang digunakan adalah vinilidena fluorida yang disukai, produk
utamanya adalah 1,1,1-trifluoroetana dan 1,1,1,2-tetrafluoroetana. Dipercaya bahwa
1,1,1 trifluoroetana terbentuk dari penambahan HF ke ikatan rangkap sedangkan
1,1,1,2-tetrafluoroetana terbentuk dari penambahan F2 ke sumber ikatan ganda yang
mungkin HF adalah sebagai berikut. HF dapat dihasilkan dari reaksi F2 dengan gugus
lembab atau hidroksi yang ada pada permukaan karbon; HF juga bisa lepas dari HF-
scrubber dan diserap pada permukaan karbon dengan fluorine.
Lengan alkana terfluorinasi yang dihasilkan oleh proses ini dapat digunakan
sebagai bahan peniup dan pelarut. Sebuah alkana terfluorinasi seperti R134a sangat
berguna sebagai zat pendingin. Penemuan ini lebih lengkap diilustrasikan dengan
contoh-contoh yang tidak membatasi berikut.
Contoh
Pada pembuatan alkana yang diaduk dengan fluida dimana alkena yang
digunakan adalah etilena. 40-45 gram baterir Calgon BPL memuat karbon (ukuran
4x10 mesh) dikemas dalam pipa Monel berukuran 18 inci (46 cm) dan inci (1,9 cm).
39
Fluor unsur yang diencerkan dengan nitrogen dilewatkan melalui pipa. Laju aliran fluor
kira-kira 15 cc / menit; laju alir nitrogen sekitar 127 cc / menit. Sebuah bend panas
diperhatikan begitu fluorin mencapai tempat tidur karbon aktif. Suhu pita panas ini
sekitar 100 'C. Karena band panas hilang di bagian atas reaktor, adsorpsi fluorin telah
selesai. Karbon aktif kemudian mengandung 36% berat fluor. Ini memiliki 9% berat
kekuatan pengoksidasi bebas yang berarti bahwa 9% berat larutan F2 / karbon dapat
mengoksidasi K menjadi yodium dalam larutan alkohol / air. Seperti yang ahli dalam
bidang ini, ini adalah metode standar untuk menentukan reaktivitas F2. Setelah
menyelesaikan prosedur pertama , reaktor dibersihkan dengan nitrogen paling sedikit
0,5 jam setelah selesainya adsorpsi-F. Etilene kemudian diumpankan ke reaktor pada
laju alir dan sentrasi sentrifugal. Produk utama adalah 1,2-difluoroetana sedangkan
produk sisanya adalah monofluoroetana; 1,1 difluoroetana; dan 1,1,2-trifluoroetana.
40
BAB IV
Seperti yang diketahui bahwa ikatan pada alkana berciri tunggal, kovalen dan
nonpolar. Oleh karenanya alkana relatif stabil (tidak reaktif) terhadap kebanyakan
asam, basa, pengoksidasi atau pereduksi yang dapat dengan mudah bereaksi dengan
kelompok hidrokarbon lainnya. Karena sifatnya yang tidak reaktif tersebut, maka
alkana dapat digunakan sebagai pelarut.
Pada reaksi subsitusi terjadi pergantian atau pertukaran suatu atom/gugus atom
oleh atom atau gugus lain.
41
karbon tetraklorida (tetraklorometana)
Rumus Umum : CnH2n+2 + X2 → CnH2n+1X + HX
Alkana sukar dioksidasi oleh oksidator lemah atau agak kuat seperti KMNO4,
tetapi mudah dioksidasi oleh oksigen dari udara bila dibakar. Oksidasi yang cepat
dengan oksingen yang akan mengeluarkan panas dan cahaya disebut pembakaran atau
combustion. Hasil oksidasi sempurna dari alkana adalah gas karbon dioksida dan
sejumlah air. Sebelum terbentuknya produk akhir oksidasi berupa CO2 dan H2 O,
terlebih dahulu terbentuk alkohol, aldehid dan karboksilat. Alkana terbakar dalam
keadaan oksigen berlebihan dan reaksi ini menghasilkan sejumlah kalor (eksoterm)
Penumpukan karbon monoksida pada knalpot dan karbon pada piston mesin
kendaraan bermotor adalah contoh dampak dari pembakaran yang tidak sempurna.
Reaksi pembakaran tak sempurna kadang-kadang dilakukan, misalnya dalam
pembuatan carbon black, misalnya jelaga untuk pewarna pada tinta.
42
4.3 Reaksi halogenasi
Laju pergantian atom H sebagai berikut H3 > H2 > H1. Kereaktifan halogen
dalam mensubtitusi H yakni fluorin > klorin > brom > iodin. Reaksi antara alkana
dengan fluorin menimbulkan ledakan (eksplosif) bahkan pada suhu dingin dan ruang
gelap.
Jika campuran alkana dan gas klor disimpan pada suhu rendah dalam keadaan
gelap, reaksi tidak berlangsung. Jika campuran tersebut dalam kondisi suhu tinggi
atau di bawah sinar UV, maka akan terjadi reaksi yang eksoterm. Reaksi kimia
dengan bantuan cahaya disebut reaksi fitokimia.
Dalam reaksi klorinasi, satu atau lebih bahkan semua atom hidrogen diganti
oleh atom halogen. Contoh reaksi halogen dan klorinasi secara umum digambarkan
sebagai berikut:
43
Untuk menjelaskan keadaan ini, kita harus membicarakan mekanisme reaksinya.
Gambaran yang rinci bagaimana ikatan dipecah dan dibuat menjadi reaktan dan
berubah menjadi hasil reaksi.
Pembelahan dari molekul Cl2 atau Br2 menjadi radikal memerlukan energi sebesar 58
Kcal/mol untuk Cl2 dan 46 kcal/mol untuk Br2. Energi yang didapat dari cahaya atau
panas ini, diserap oleh halongen dan akan merupakan reaksi permulaan yang disebut
langkah permulaan.
Tahap kedua langkah penggadaan dimana radikal klor bertumbukan dengan molekul
metan, radikal ini akan memindahkan atom atom hidrongen (H ) kemudian
menghasilkan H-Cl dan sebuah radikal baru, radikal metil ( CH3).
44
Langkah I dari siklus penggadaan
Radikal bebas metil sebaliknya dapat bertumbukan dengan molekul (Cl2) untuk
membedakan atom khlor dalam langkah penggandaan lainnya.
Langka ketiga Reaksi Penggabungan Akhir. Reaksi rantai radikal bebas berjalan terus
sampai semua reaktan terpakai atau sampai radikalnya dimusnahkan. Reaksi dimana
radikal dimusnahkan disebut langkah akhir. Langkah akhir akan memutuskan rantai
45
dengan jalan mengambil sebuah radikal setelah rantai putus. Siklus penggandaan
akan berhenti dan tak berbentuk lagi reaksi.
Radikal lainnya juga dapat bergabung untuk mengakhiri rangkaian reaksi tersebut.
Misalnya CH3 dapat bergabung dengan Cl menghasilkan CH3Cl. Suatu masalah
dengan radikal bebas adalah terbentuknya hasil campuran. Contohnya ketika reaksi
khlorinasi metana berlangsung, konsentrasi dari metana akan berkurang sedangkan
klorometan bertambah. Sehingga ada kemungkinan besar bahwa radikal klor akan
bertumbukkan dengan molekul klormetan, bukannya dengan molekul metana.
46
Keadaan reaksi dan perbandingan antara klor dan metana dapat diatur untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Pada alkana rantai panjang, hasil reaksinya
menjadi semakin rumit karena campuran dari hasil reaksi berupa isomer-isomer
semakin banyak. Misalnya pada klorinasi propana
Bila alkana lebih tinggi dihalogenasi, campuran hasil reaksi menjadi rumit,
pemurnian atau pemisahan dari isomer-isomer sulit dilakukan. Dengan demikian
halogenasi tidak bermanfaat lagi dalam sintesis alkil halida. Akan tetapi pada
sikloalkana tak bersubtitusi dimana semua atom hidrogennya setara, hasil murni
dapat diperoleh. Karena sifatnya yang berulang terus reaksi semacam ini disebut
reaksi rantai radikal bebas.
Sulfonasi merupakan reaksi antara suatu senyawa dengan asam sulfat. Reaksi
antara alkana dengan asam sulfat berasap (oleum) menghasilkan asam alkana sulfonat.
dalam reaksi terjadi pergantian satu atom H oleh gugus –SO3H. Laju reaksi sulfonasi
H3 > H2 > H1.
Contoh:
47
4.5 Reaksi Nitrasi
Reaksi nitrasi analog dengan sulfonasi, berjalan dengan mudah jika terdapat
karbon tertier, jika alkananya rantai lurus reaksinya sangat lambat.
Proses pirolisis atau cracking adalah proses pemecahan alkana dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi, sekitar 10000 C tanpa oksigen, akan dihasilkan
alkana dengan rantai karbon lebih pendek
48
Proses pirolisis dari metana secara industri dipergunakan dalam pembuatan
karbon-black. Proses pirolisa juga dipergunakan untuk memperbaiki struktur bahan
bakar minyak, yaitu, berfungsi untuk menaikkan bilangan oktannya dan mendapatkan
senyawa alkena yang dipergunakan sebagai pembuatan plastik. Cracking biasanya
dilakukan pada tekanan tinggi dengan penambahan suatu katalis (tanah liat aluminium
silikat).
R - H + X2 → R - X + H - X
Contoh:
CH3 - H + Cl2 → CH3 - Cl + HCl
Reaksi adisi adalah reaksi penggabungan dua atau lebih molekul menjadi
sebuah molekul yang lebih besar dengan disertai berkurangnya ikatan rangkap dari
salah satu molekul yang bereaksi akibat adanya penggabungan. Biasanya satu molekul
49
yang terlibat mempunyai ikatan rangkap. Reaksi ini hanya terjadi hidrokarbon tak
jenuh (alkena dan alkuna).Reaksi adisi dapat diartikan sebagai reaksi pemutusan ikatan
rangkap (tak jenuh) menjadi ikatan tunggal (jenuh). Ada salah satu contoh reaksi adisi
H2 pada alkena membentuk alkana
Aturan Markovnikov: adisi asam terhadap alkena yang tak simetri, atom H akan
mengikat atom H lebih banyak. Pengecualian aturan Markovnikov ialah pada reaksi
adisi lakena dengan HBr dalam campuran reaksinya terdapat O2 atau Peroksida.
Contoh :
Pada prinsipnya dalam reaksi ini terjadi pemutusan ikatan rangkap dan ikatan
yang terputus digantikan dengan mengikat atom atau gugus atom lain. Dalam contoh
di atas ikatan rangkap dua mengalami pemutusan kemudian digantikan dengan
mengikat -H dan -Cl dari HCl. cara pemilihan letak ikatan -H dan -Cl menggunakan
aturan Markovnikov yakni "atom H akan terikat pada atom karbon yang lebih banyak
H nya". pada contoh di atas atom C di sebelah kiri ikatan rangkap tidak mengikat H
sedangkan atom C di sebelah kanan ikatan rangkap mengikat 1 atom H sehingga atom
H dari HCl akan diikat oleh atom C di sebelah kanan ikatan rangkap dan Cl dari HCl
50
akan diikat oleh aotm C di sebelah kirinya. aturan ini juga berlaku untuk reaksi adisi
dengan senyawa lain selain HCl.
Reaksi adisi terjadi pada senyawa tak jenuh. Molekul tak jenuh dapat menerima
tambahan atau gugus dari suatu pereaksi. Dua contoh pereaksi yang mengadisi pada
ikatan rangkap adalah brom dan hidrogen. Adisi brom biasanya merupakan reaksi
cepat, dan sering dipakai sebagai uji kualitatif untuk mengidentifikasi ikatan rangkap
dua atau rangkap tiga.
Reaksi eliminasi merupakan reaksi kebalikan dari reaksi adisi. Reaksi eliminasi
melibatkan pelepasan atom atau gugus atom dari sebuah molekul membentuk molekul
baru. Contoh reaksi eliminasi adalah eliminasi etil klorida menghasilkan etena dan
asam klorida.
Reaksi eliminasi terjadi pada senyawa jenuh (tidak memiliki ikatan rangkap)
dan menghasilkan senyawa tak jenuh (memiliki ikatan rangkap). Contoh lain reaksi
eliminasi yaitu; reaksi eliminasi H2 dari alkana menjadi alkena
Radikal bebas adalah atom atau gugus atom apa saja yang memiliki satu atau
lebih elektron tidak berpasangan. Maksudnya jumlah elektron dalam atom atau gugus
atom tersebut ganjil, sehingga tidak semuanya yang bisa berpasangan. Molekul radikal
tidak disebut bermuatan positif atau negatif, tetapi ia menjadi sangat reaktif karena
adanya elektron tidak berpasangan ini. Untuk menulis lambang bahwa suatu ataom atau
51
gugus atom adalah radikal bebas, maka elektron tidak berpasangan ini dilambangkan
dengan satu titik.
Salah satu reaksi radikal bebas yang paling umum adalah reaksi klorinasi
metana dengan bantuan cahaya ultra violet (hν). Reaksi terjadi antara Cl2 dengan
metana (CH4) dimana salah satu atau lebih atom H pada metana diganti oleh atom Cl
dari Cl2. Reaksi ini sering juga disebut reaksi substitusi radikal bebas. Oleh karena bisa
lebih dari satu atom H metana yang dapat digantikan oleh Cl2 maka produk klorinasi
metana adalah campuran dari empat senyawa sesuai dengan reaksi berikut :
Reaksi radikal bebas klorinasi metana (dan juga reaksi radikal bebas yang lain)
berlangsung melalui tiga tahap mekanisme yaitu sebagai berikut:
a) Inisias.
Pada tahap ini terjadi pembentukan awal radikal bebas dimana terjadi
pemaksapisahan homolitik molekul Cl2 membentuk dua buah atom Cl radikal. Reaksi
ini terjadi pada suhu yang sangat tinggi.
b) Propagasi.
Setelah radikal bebas baru terbentuk, maka reaksi pembentukan radikal bebas lain
juga akan terjadi sehingga gugus atom dan gugus atom radikal bebas menjadi banyak.
Inilah yang disebut dengan tahap propagasi. Pada reaksi klorinasi metana, radikal Cl
merebut atom H dari metanan sehingga terbentuk radikal bebas metil dan HCl.Reaksi
yang terjadi :
52
Metil radikal yang terbentuk juga reaktif dan akan merebut atom Cl dari Cl2 yang lain.
Ini adalah tahap propagasi kedua.
Pada tahap propagasi kedua ini, produk 1 sudah terbentuk yaitu CH3Cl. Produk ini
akan merebut kembali atom Cl dari Cl2 lainnya sehingga membentuk Cl radikal bebas.
Cl radikal bebas yang terbentuk juga akan merebut atom H dari molekul metana yang
lain sehingga terjadi lagi deret propagasi yang lain. Selagi molekul molekul yang
dibutuhkan dalam reaksi tersedia, reaksi propagasi ini akan terus menerus berulang.
Banyaknya reaksi propagasi yang terjadi pada suatu reaksi radikal bebas disebut
panjang rantai. Untuk klorinasi suatu molekul hidrokarbon panjang rantainya adalah
sekitar 10.000 yangartinya terjadi 10.000 kali pengulangan tahap propagasi.
c) Terminasi
Terminasi adalah tahap terakhir dari reaksi radikal bebas dimanan rantai
popagasinya diputus oleh zat apa apa saja yang dapat mengubah molekul radikal bebas
yang terbentuk menjadi stabil. Reaksi radikal bebas klorinasi metana diputus oleh
penggabungan dua molekul radikal bebas sehingga menjadi molekul yang tidak reaktif.
53
pertukaran panas yang dipelihara dalam kisaran tempera tempur tersebut dengan
transfer panas dari unggun terfluidisasi, yang mencakup aliran produk yang
mengandung olefin dari zona dehidrogenasi, dan mempertahankan suhu tinggi dari
bedak partikel terfluidasi dengan reaksi oksidasi ekso termal dengan tempat tidur.
Proses menghidrogenasi alkana dimana aliran umpan balik melalui atau setiap tabung
zona uran dehidrogen terganggu secara berkala, dan gas yang mengandung oksigen
dilewatkan ke dalam atau setiap tabung selama gangguan tersebut dan digunakan untuk
menghilangkan karbona.
Deposito 16 m dari bagian dalam atau setiap tabung (dan dari katalis
dehidrogenasi lainnya). Proses menghidrogenasi alkana dimana gas yang dipulihkan
dari masing-masing tabung selama setiap interupsi dilewatkan ke zona regenerasi.
Proses menghidrogenasi alkana dimana partikel katalis dehydrogenasi disebarkan
melalui tabung yang kontak dengan aliran umpan, partikel katalis dipisahkan secara
terpisah dari alkana dehidrogenasi dan dihubungi dengan gas yang mengandung
oksigen untuk menghilangkan endapan karbon dari eksoterm oksida daripadanya, dan
partikel katalis dermalasi deiman yang diaktifkan kembali dan dipanaskan kembali
disirkulasikan ke tabung untuk kontak dengan jumlah arus umpan alkana yang
mengandung alkana lebih lanjut. Proses menghidrogenasi alkana dimana bagian katalis
membungkus dan mengalirkan umpan balik melalui penghalang tabung saat ini, dan
aliran produk yang mengandung olefin dipulihkan dari satu ujung tabung dan katalis
yang dinonaktifkan dipulihkan dari yang lain ujung tabung. Proses menghidrogenasi
alkana dimana kistalisis yang dinonaktifkan dilibatkan dengan gas yang mengandung
oksigen, dan setelah pemisahan katalis yang diaktifkan kembali, gas yang mengandung
oksigen bekas disirkulasikan ke zona regenerasi tersebut dan / atau ke boiler-CO. 7.
Proses kombinasi terpadu untuk produksi simultan dari minyak olefin dan produk
hidrokarbon yang diolah secara katalitis (CCHP) yang menggunakan proses klaim 1
yang terdiri dari langkah-langkah untuk melewatkan umpan balik hidrokar ke zona
reaksi unit retak katalitik (CCU) dimana bahan umpan dikontakkan dengan katalis
retak aktif di bawah kondisi perengkahan katalitik dan diubah menjadi CCHP, dan
54
katalis perengkahan setidaknya sebagian dinonaktifkan oleh bahan nukleida coke dan
hidrokarbo yang tersimpan di atasnya, memisahkan katalis retak CCHP dan yang telah
dinonaktifkan, memulihkan CCHP, dengan menundukkan katalis perengkahan yang
dinonaktifkan menjadi langkah pengupasan di zona pengupasan untuk menghilangkan
setidaknya beberapa bahan hidrokarbon dari padanya, dengan menundukkan katalis
yang dilucuti dan dinonaktifkan ke regeneratio.
Sebagai contoh, pembuatan 1,3-butadiena merupakan proses dehidrogenasi n-
butana dengan adanya katalis alumina chromia. Hasil reaksi adalah butena, 1,3-
butadiena, dan hidrogen. Reaksi berlangsung dalam reaktor fixed bed multitube non
isotermal, non adiabatik pada suhu operasi 500-600oC dan tekanan 1 atm. Reaksi yang
terjadi bersifat endotermis. Tahapan proses meliputi penyiapan bahan baku n-butana,
pembentukan 1,3-butadiena dalam reaktor, dan pemurnian produk. Pemurnian produk
dilakukan melalui menara distilasi.
4.12 Proses Terintegrasi untuk Sintesis Alkohol, Etana, dan Olefin dari Alkana
Penemuan ini berhubungan secara umum dengan Sintesis alkohol, eter, dan
olefin dari alkana, dan lebih tepat khususnya pada metode dan peralatan untuk
pembuatan metanol dan dimetil eter dari metana; untuk etanol etanol, dietil eter, etil
asetat dari etana; dan untuk mengubah alkana, yang memiliki lebih dari dua atom
karbon dalam Struktur molekulernya, ke olefin corre sponding mereka.
55
sampingan, termasuk karbon dioksida dan asam hidroklorida, tergantung pada
selektivitas klorinasi. Asam klorida diproduksi atau digunakan dalam halogenasi
metana dengan metode apapun dan harus dipulihkan, didehidrasi dengan distilasi tropik
azeo dan didaur ulang. Korosi dan masalah lainnya yang terlibat dengan penanganan
asam kaporit dan asam hidroklorida bersifat substansial.
56
Jorge Miller, mengungkapkan sebuah proses untuk mengubah alkana dan
alkena menjadi corre sponding alkanol rendah dan diol. Dalam metode penemuan ini,
halogen gas (bromin) dihasilkan dengan cara membubarkan logam halida dalam cairan
yang memiliki titik leleh di bawah dan titik didih di atas suhu penguraian logam halida.
Cairan yang disukai adalah hidrokarbon klorida terhidrasi cair yang dipertahankan
pada suhu antara sekitar 37-280 C. Alkana rendah atau alkena terhalogenasi dalam
reaksi fasa gas dengan halogen. Alkil halida atau alkil dihalida yang dihasilkan
dikontakkan dengan logam hidroksida, lebih disukai larutan Berair dari hidroksida
besi, untuk meregenerasi logam halida dan menghasilkan alkanol rendah yang sesuai,
atau diol. Masalah dengan proses ini meliputi selektivitas monohalogenasi yang
rendah, dan kemanjuran dari halida besi terhidrasi, yang dapat menimbulkan masalah
penahanan jika prosesnya berjalan pada 280 ° C, di mana tekanan tinggi Uap
diperlukan untuk mempertahankan hidrasi halida besi. Akhirnya, proses tersebut
menghasilkan banyak air dan HCl atau HBr, yang semuanya sulit dipisahkan dalam
Skala besar dari metanol produk yang diinginkan.
Giuseppe Bellussi, Carlo Perego, dan Laura Zani belli sebagai penemu,
mengungkapkan sebuah metode untuk mengubah metana dan oksigen secara langsung
menjadi metanol di atas katalis logam halida / oksida logam. Ini bukan katalis dalam
Sense yang sebenarnya, namun karena reaksinya melibatkan pengalihan halida dari
logam halida melalui reaksi dengan metana ke oksida logam lain yang menghasilkan
logam halida dan metanol di bawah Aliran Sungai. Akhirnya halida tercuci dan
katalisator kehilangan aktivitas.
Metode untuk mengubah metana menjadi metanol melalui metil halida (CHBr
dan CHCI), yang kemudian dihidrolisis untuk membuat metanol. Dalam prosesnya,
CHBr dan CHCl dihidrolisis dengan katalis dengan uap Uap menghasilkan campuran
metanol, air, dan HCl atau HBr. Pemisahan metanol (sekitar 2% mol) dari HCl atau
HBr dan air pada skala industri (2000 ton per hari) memerlukan sejumlah besar energi
57
dan menghasilkan banyak limbah HCl atau HBr berair. HCl berair dan HBr juga sangat
korosif.
Penemuan ini terdiri dari suatu proses dimana tambang bro atau senyawa yang
mengandung bromin digunakan sebagai zat antara untuk mengubah alkana menjadi
alkohol, eter, atau olefin dengan reaksi dengan oksigen (atau udara). Sementara
prosesnya dapat digunakan untuk mengubah berbagai alkana, termasuk metana, etana,
propana, butana, isobutana, pentana, heksana, dan sikloheksana, dan lain-lain terhadap
alkohol, eter, atau olefin masing-masing, konversi metana menjadi metanol dan dimetil
eter adalah ilustrasi.
Metana bereaksi dengan bromin di atas katalis untuk membentuk CHBr dan
HBr, CHBr dan HBr bereaksi dengan oksida logam untuk membentuk campuran
variabel dimetil eter (DME), air dan metanol, dan bromida logam. Logam oksida dan
bromin molekul diregenerasi dengan reaksi logam bromida dengan udara dan / atau
oksigen. Bromin yang diregenerasi didaur ulang untuk bereaksi dengan metana
sedangkan oksida logam yang diregenerkan digunakan untuk mengubah lebih banyak
metil bromida dan HBr menjadi metanol dan DME, menyelesaikan siklus reaksi
58
dikonversi kembali ke monobromida dengan reaksi dengan alkana di atas katalis lain.
Sangat sedikit produk sampingan yang diproduksi
Perwujudan lain dari penemuan ini terdiri dari suatu proses untuk mengubah
hidrokarbon jenuh (alkana) ke olefin yang sesuai. Misalnya, etana ke etilena, propana
ke propilena, butana menjadi butena atau butadiena, isobu tane menjadi isobutena, dan
lain-lain. Proses perwujudan ketiga dapat dilakukan seperti yang digambarkan pada
gambar. 3. Dalam prosesnya, alkana bereaksi dengan CBr, CHBr, atau CHBr, atau
bereaksi dengan bromin untuk membentuk alkana brominasi dan HBr. Alkana
brominasi kemudian bereaksi dengan oksida logam untuk membentuk olefin dan
bromida logam. Bromida logam bereaksi dengan oksigen atau udara untuk
meregenerasi oksida logam. Dalam prosesnya, brom dan oksida logam didaur ulang.
Pada penemuan sebelumnya, olefin dibuat dengan perengkahan termal hidrokarbon.
Proses thermal cracking juga menghasilkan satu nilai hydrocarbons, seperti propane,
butane, isobutane, pentanes, dan hexanes, yang biasanya sulit untuk dikonversi ke
bahan yang berguna. Sebagai contoh, etana dapat dikonversi menjadi etilena dengan
retak termal pada suhu di atas 800 C. dalam reaksi endotermik, yang mengkonsumsi
sejumlah besar energi, dan juga menghasilkan sekitar 30% produk asam aseten (CH2).
Asetilena harus dihidrogenasi kembali ke etilen yang biasanya menyebabkan lebih dari
hidrogenasi sampai etana.
59
Propana saat ini digunakan sebagai bahan bakar, Karena saat ini tidak ada
proses efisien yang bisa mengubah propana menjadi propilena. Telah ada penelitian
yang mengarahkan pada pengoksidasi alkana ke olefin yang sesuai dengan
mereaksikan alkana dengan oksigen di atas katalis. Namun, selektivitas rendah dan
tingkat konversi rendah diperoleh. Reaksi menghasilkan sejumlah besar panas, yang
dapat mencairkan katalis dan juga reaktor. Selanjutnya, sebagian besar proses ini
melibatkan kontak langsung alkana dengan oksigen pada suhu tinggi dan tekanan awal,
yang berpotensi berbahaya. Telah diketahui dengan pasti bahwa alkana dapat dengan
mudah bereaksi dengan CBr, CHBr, atau CHBr, atau bereaksi dengan bromin pada
tempera rendah (di bawah 400 ° C) untuk membentuk alkana monobromida atau alkana
yang dibromida. Jika katalis yang sesuai digunakan, Selec tivity to alkane
monobromide atau dibromide bisa sangat tinggi (lebih dari 95% CHCH-BrCH
selectivity dapat dicapai). Reaksi sedikit eksotermal dan sangat mudah dikendalikan.
Pada reaksi berikutnya, alkana bromida diubah menjadi olefin dengan konversi 100%
(satu lintasan) dan selektivitas lebih dari 95%. Makanya, hasil olefin tinggi bisa didapat
dalam satu pass. Dalam prosesnya, kontak langsung oksigen dengan alkana dihindari,
membuat operasi Aman. Keuntungan lebih lanjut dari penemuan ini adalah eliminasi
Virtual produk sampingan, menghasilkan pemulihan substitusi olefin yang diinginkan
secara lebih mudah daripada proses konvensional. Keuntungan lebih lanjut dari
penemuan ini adalah produksi olefin tanpa produksi alkyne yang sesuai, sehingga
menghilangkan kebutuhan akan hidrogenasi parsial.
60
BAB V
SENYAWA KOMERSIAL
Alkana dari pentana (C5H12) sampai oktana (C8H18) akan disuling menjadi
bensin, sedangkan alkana jenis nonana (C9H20) sampai heksadekana (C16H34) akan
disuling menjadi diesel, kerosene dan bahan bakar jet. Alkana dengan jumlah atom
karbon 1 sampai 4 akan berbentuk gas dalam suhu ruangan, dan dijual sebagai elpiji
(LPG). Di musim dingin, butana (C4H10), digunakan sebagai bahan campuran pada
bensin, karena tekanan uap butana yang tinggi akan membantu mesin menyala pada
musim dingin. Rantai karbon dengan C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguap,
nafta jernih. Senyawaan tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry
clean), dan produk cepat-kering lainnya. Semua alkana merupakan senyawa polar
sehingga sukar larut dalam air. Pelarut yang baik untuk alkana adalah pelarut non polar,
misalnya eter. Jika alkana bercampur dengan air, lapisan alkana berada di atas, sebab
massa jenisnya lebih kecil daripada 1. Petroleum ether atau heksan adalah bahan
pelarut lemak nonpolar yang paling banyak digunakan karena harganya relatif murah,
kurang berbahaya terhadap risiko kebakaran dan ledakan, serta lebih selektif untuk
lemak nonpolar. Berikut contoh-contoh penggunakan senyawa alkana dalam
kehidupan sehari-hari:
61
dari parafin hidrokarbon. Gas ini memiliki rumus kimia CH4. Ia lebih ringan dari udara,
memiliki berat jenis 0,554. Gas alam dimurnikan menjadi metana sebelum digunakan
oleh konsumen. Metana adalah komponen yang paling berlimpah pada gas alam murni,
sangat mudah terbakar dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan sebagai sumber
energi. Sebelum metana dapat dibakar, terlebih dahulu harus dimurnikan dari gas alam
yang ditemukan dalam sumur minyak, sumur gas dan sumur kondensat. Setelah
diproses dari gas alam, metana digunakan untuk menghasilkan listrik melalui turbin
uap. Gas metana ini juga dikirim ke rumah melalui jaringan pipa dan digunakan untuk
memasak, pemanas udara dan kegiatan lainnya di rumah.
Gas metana diproduksi dalam lingkungan yang memiliki sedikit atau tanpa
oksigen oleh bakteri yang membusuk dalam bahan-bahan organik, seperti rumput dan
kayu. Sebuah studi menunjukkan bahwa sumber air tawar, seperti danau dan sungai,
memberikan kontribusi lebih banyak terhadap keberadaan gas metana ke atmosfer
daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hampir setengah dari gas ini berasal dari
sumber alami lahan basah seperti sungai, hidrat gas di dasar laut, dan lapisan es. Rayap
adalah sumber terbesar kedua dari emisi gas metana di alam, mereka menghasilkan gas
sebagai bagian dari proses pencernaan. Selain itu, emisi gas metana dapat ditemui
dibeberapa tempat yang meliputi tempat pembuangan sampah, pertanian dan
pertambangan batubara.
Metana (CH4) adalah gas rumah kaca non-CO2 yang relatif kuat untuk
bertanggung jawab pada pemanasan global. Metana dibuat secara alami dalam proses
62
metanogenesis oleh berbagai macam mikroorganisme. Meskipun gas ini berpotensi
untuk pemanasan global, tetapi ia juga memiliki nilai sebagai sumber energi.
Kandungan gas ini jauh lebih rendah daripada kandungan CO2 di atmosfer. Namun
potensi pemanasan global telah diperkirakan 25 kali lebih besar dari CO2.
Sebagian gas alam terdiri dari metana. Karena keberadaannya yang melimpah,
biaya rendah, kemudahan dalam penanganan, serta tingkat kebersihan, menjadikan gas
tersebut banyak digunakan sebagai bahan bakar di rumah-rumah, perusahaan, dan
pabrik-pabrik. Metana merupakan sumber penting dari hidrogen dan beberapa bahan
kimia organik. Metana bereaksi dengan uap pada suhu tinggi untuk menghasilkan
karbon monoksida dan hidrogen.
Biogas merupakan bahan bakar gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik
atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan
hewan, limbah domestik (rumah tangga), atau degradasi anaerobik bahan-bahan
organik oleh bakteri-bakteri anaerobik. Pemanfaatan biogas mempunyai beberapa
keunggulan jika dibandingkan dengan BBM (bahan bakar minyak) yang berasal dari
fosil diantaranya biogas mempunyai sifat yang ramah lingkungan dan dapat
diperbaharui. Bahan bakar fosil yang pembakarannya kurang sempurna menghasilkan
CO2 yang merupakan salah satu gas penyebab pemanasan global.
63
semakin terbatas. Sastrosupeno, mengatakan bahwa lingkungan hidup, yaitu apa saja
yang mempunyai kaitan kehidupan pada umumnya dan kehidupan manusia pada
khususnya. Manusia mempunyai hubungan dengan lingkungan lainnya seperti hewan,
tumbuh-tumbuhan dan benda/alat, termasuk hal-hal yang merugikanlingkungan.
Pencemaran lingkungan hidup tidak hanya dalam bentuk pencemaran fisik seperti
pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah tetapi jugapencemaran
lingkungan sosial yang seringkali menimbulkan keresahan sosial yang gawat.
Pada umumnya semua jenis bahan organik dapat diproses untuk menghasilkan
biogas, tetapi hanya bahan organik padat dan cair homogen seperti kotoran urin hewan
ternak yang cocok untuk sistem biogas. Diperkirakan ada tiga jenis bahan baku untuk
dikembangkan sebagai bahan baku biogas di Indonesia, antara lain kotoran hewan dan
manusia, sampah organik, dan limbah cair.
64
biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batubara, dan menghasilkan
energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit.
Akhir-akhir ini gas metana banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan
bakar. Hal ini dikarenakan sifat yang dimiliki oleh gas ini, yaitu mudah terbakar.
Manusia melakukan penangkapan dan pengumpulan gas metana yang dihasilkan oleh
peristiwa metanogenesis. Mereka melakukan hal ini untuk beberapa alasan,
diantaranya adalah untuk mengurangi efek rumah kaca, dan juga untuk memperoleh
alternatif sumber energi.
Proses ini dilakukan agar proses fermentasi anaerobik oleh bakteri dapat
berjalan secara optimal. Fermentasi anaerobik adalah proses pengolahan makanan yang
dilakukan oleh bakteri anaerobik tanpa oksigen yang nantinya akan menghasilkan gas
metana secara lebih optimal. Gas metana yang dihasilkan dalam proses fermentasi
tersebut bisa dimanfaatkan sebagai salah satu bahan bakar alternative, misalnya untuk
generator yaitu, agar alat tersebut dapat bergerak dan menghasilkan daya listrik
sehingga dapat dipergunakan sebagai penerangan, atau bisa juga dimanfaatkan sebagai
bahan bakar kompor gas untuk memasak.
65
range 6,4 – 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu
bakteri anaerob seperti, Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan
Methanosarcina. Sebagai contoh, pada pembuatan biogas dari bahan baku kotoran sapi
atau kerbau yang banyak mengandung selulosa. Bahan baku dalam bentuk selulosa
akan lebih mudah dicerna oleh bakteri anaerob.
66
Gambar 5.1 Jalur degradasi senyawa kompleks organik dalam proses anaerob.
67
(4) (C6H12O6) n CH3CH2CH2COOH + CO2 + H2
asam butirat
(5) (C6H12O6) n CH3CH2OH + CO2
Etanol
Fase selanjutnya adalah fase methanogenesis, yakni asam asetat diuraikan oleh
bakteri metanogen menjadi CH4, CO2, dan H2O. Pembentukan metana sebagian besar
berasal dari asam asetat (70%), sisanya dari asam format, methanol, CO2, dan H2 .
Reaksi metanogenesis :
(6) CH3COOH CH4 + CO2
(7) CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O
Selain kondisi digester, karakteristik substrat, dan pertumbuhan organisme
yang mempengaruhi produksi biogas, pengaruh starter juga penting yakni untuk
mempercepat reaksi diperlukan starter yang mengandung bakteri metana. Bakteri
metana meliputi: Methanobacterium, Methanobacillus, Methanosacaria, dan
Methanococcus.
Menurut Sri Wahyuni limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang
gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh tanaman, nilai kalori dari satu meter kubik biogas sekitar 6.000 watt
jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu, biogas sangat
cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti
68
minyak tanah, Liquefied Petroleum Gas (LPG), butana, batubara, maupun bahan-bahan
lain yang berasal dari fosil. Kesetaraan biogas dapat dilihat dari Tabel berikut ini.
Hasil penelitian penggunaan basa sebagai adsorber gas CO2 secara kuantitatif
ditentukan dengan reaksi titrasi asam basa. Konsentrasi awal basa sebelum digunakan
69
dan konsentrasi setelah digunakan dianggap sebagai konsentrasi karbondioksida yang
terserap. Basa yang digunakan adalah Natrium Hidroksida dan Kalium Hidroksida.
Natrium hidroksida dan Kalium hidroksida bersifat ionik sempurna, dan bereaksi
sempurna dengan asam klorida membentuk garam natrium klorida dan kalium klorida.
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Reaksi lain dengan oksida asam seperti CO2 membentuk reaksi yang lengkap sebagai
berikut:
70
Dari gambar dapat dilihat bahwa NaOH 2M mengalami penurunan konsentrasi
menjadi 1,8928M pada waktu kontak 5 menit dan terus menurun menjadi 1,8053 M
setelah kontak 10 menit, kemudian setelah kontak 15 menit menjadi 1,5263M. Hal
yang sama terjadi pada NaOH dengan konsentrasi awal 1,5 M; 1M dan 0,5M. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu kontak antara biogas dengan
larutan NaOH maka konsentrasi CO2 yang terserap juga akan semakin banyak.
Penurunan konsentrasi NaOH 1M ternyata lebih linear terhadap waktu dibandingkan
konsentrasi lainnya yaitu dari 1M kemudian menjadi 0,883 setelah 5 menit; 0,6645 M
setelah 10 menit dan 0,555 M setelah 15 menit. Penurunan konsentrasi larutan KOH
setelah kontak dengan biogas disajikan pada gambar.
Dari gambar dapat dilihat penurunan konsentrasi KOH setelah proses kontak
dengan biogas. Untuk konsentrasi KOH 2M terjadi penurunan menjadi 1,7886M
setelah 5 menit kontak kemudian 1,5045M setelah 10 menit kontak dan 1,3362M
setelah 15 menit kontak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin lama
waktu kontak antara biogas dengan larutan KOH maka konsentrasi CO2 yang terserap
juga akan semakin banyak Adapun penurunan paling linear terjadi untuk KOH 1M
yaitu menjadi 0,8207M setelah 5 menit; 0,6734M setelah 10 menit dan 0,5155M
71
setelah 15 menit. Dari hasil absorbsi karbon dioksida dengan KOH dan NaOH ternyata
konsentrasi KOH 1M dan NaOH 1M memberikan penurunan konsentrasi paling linier
dibanding konsentrasi lainnya dan dipakai sebagai larutan uji selanjutnya.
Perbandingan linearitas penurunan konsentrasi antara NaOH 1M dan KOH 1M
disajikan dalam gambar.
Dari gambar dapat dilihat bahwa KOH dengan garis warna merah mempunyai
nilai linearitas yang lebih tinggi dan nilai R2 adalah 0,9984. Sedangkan NaOH dengan
grafik warna biru tua mempunyai nilai R2 adalah 0,9819. Atas dasar inilah maka dipilih
KOH 1 M yang memberikan efek penyerapan karbondioksida yang lebih bagus
dibandingkan dengan NaOH 1M. Untuk menguji kenaikan konsentrasi metana, uji
selanjutnya dipakai konsentrasi KOH 1M selama 10 menit kontak. Biogas sebelum dan
sesudah kontak dengan absorber diambil sampelnya sebanyak 10 ml dan dianalisis
dengan menggunakan alat gas kromatografi dengan menggunakan detector TCD.
Pengujian kemurnian metana dilakukan dengan bantuan PT Petrolab. Hasil yang
didapatkan disajikan pada tabel.
72
Tabel 5.3 Peningkatan kemurnian Metana
Kadar Metana Sebelum kontak Kadar Metana Setelah kontak
62,5% 77,4%
Dari hasil analisis terjadi kenaikan kandungan metana. Beberapa faktor seperti
bahan baku biogas dan tipe digester mempengaruhi terhadap kemurnian metana
sebelum dimurnikan dengan treatment tertentu. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa kemurnian metana masih cukup rendah jika ingin digunakan sebagai bahan baku
fuelcell, tetapi sudah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan bakar genset
yang mensyaratkan kemurnian metana minimal 65%.
a. Temperatur
Gas dapat dihasilkan jika suhu antara 4 - 60°C dan suhu dijaga konstan. Bakteri
akan menghasilkan \enzim yang lebih banyak pada temperatur optimum. Semakin
tinggi temperatur reaksi juga akan semakin cepat tetapi bakteri akan semakin
berkurang. Proses pembentukan metana bekerja pada rentang temperatur 30 - 40°C,
tapi dapat juga terjadi pada temperatur rendah, 4°C. Laju produksi gas akan naik 100 -
400% untuk setiap kenaikan temperatur 12°C pada rentang temperatur 4 - 65°C.
Mikroorganisme yang berjenis thermophilic lebih sensitif terhadap
perubahantemparatur daripada jenis mesophilic. Pada temperatur 38°C, jenis
mesophilic dapat bertahan pada perubahan temperatur ± 2,8°C. Untuk jenis
thermophilic pada suhu 49°C, perubahan suhu yang dizinkan ± 0,8°C dan pada
temperatur 52°C perubahan temperatur yang dizinkan ± O,3°C.
73
b. pH (keasaman)
c. Konsentrasi Substrat
Sel mikroorganisme mengandung Carbon, Nitrogen, Posfor dan Sulfur dengan
perbandingan 100 : 10 : 1 : 1. Untuk pertumbuhan mikroorganisme, unsur-unsur di atas
harus ada pada sumber makanannya (substart). Konsentrasi substrat dapat
mempengaruhi proses kerja mikroorganisme. Kondisi yang optimum dicapai jika
jumlah mikroorganisme sebanding dengan konsentrasi substrat. Kandungan air dalam
substrat dan homogenitas sistem juga mempengaruhi proses kerja mikroorganisme.
Karena kandungan air yang tinggi akan memudahkan proses penguraian, sedangkan
homogenitas sistem membuat kontak antar mikroorganisme dengan substrat menjadi
lebih intim.
d. Zat Beracun
Zat organik maupun anorganik, baik yang terlarut maupun tersuspensi dapat
menjadi penghambat ataupun racun bagi pertumbuhan mikroorganisme jika terdapat
pada konsentrasi yang tinggi. Untuk logam pads umumnya sifat racun akan semakin
bertambah dengan tingginya valensi dan berat atomnya. Bakteri penghasil metana lebih
sensitif terhadap racun daripada bakteri penghasil asam. Ada beberapa senyawa yang
bisa menghambat (proses) penguraian dalam suatu unit biogas saat menyiapkan bahan
baku untuk produksi biogas, seperti antibiotik, desinfektan dan logam berat.
74
2. Sebagai bahan bakar kendaraan
Gas metana menghasilkan karbon dioksida yang lebih sedikit atau lebih rendah
daripada hidrokarbon lainnya. Hal tersebutlah yang menjadikan gas metana sebagai
hidrokarbon yang paling sederhana, akan tetapi dapat menghasilkan panas yang lebih
banyak per satuan massanya. Pemanfaatan gas metana biasanya disalurkan ke rumah-
rumah penduduk dengan tujuan pemanasan dan memasak. Dalam konteks ini biasanya
dikenal sebagai gas alam, yang dianggap memiliki kandungan energi dari 39 megajoule
per meter kubik, atau 1.000 BTU per kaki kubik standar. Metana dalam bentuk gas
alam juga digunakan sebagai bahan bakar kendaraan dan diklaim lebih ramah
lingkungan dibandingkan bahan bakar lainnya seperti bensin dan solar.
Proses untuk memproduksi gas bahan bakar yang mengandung metana meliputi
langkah-langkah berikut :
(a) menghidrogenasi hidrokarbon cair pertama atau bahan padat karbon dengan adanya
hidrogen daur ulang untuk menghasilkan aliran gas bahan bakar mentah yang terdiri
dari metana dan hidrogen yang tidak bereaksi.
(b) mengkondisikan hidrokarbon cair kedua atau bahan padat karbon dengan adanya
udara untuk menghasilkan aliran gas kedua yang terdiri dari hidrogen, nitrogen dan
oksida karbon.
(c) menghilangkan padatan dari aliran gas tersebut.
(d) mencampur aliran gas kedua tersebut dengan aliran gas bahan bakar mentah
tersebut dan dengan uap dan menundukkan aliran produk yang dihasilkan ke kondisi
pergeseran karbon monoksida untuk mengubah setidaknya sebagian karbon monoksida
yang ada dalam oksida karbon tersebut menjadi karbon dioksida dengan pembentukan
hidrogen.
(e) menghilangkan setidaknya sebagian dari karbon dioksida dan gas asam lainnya dari
aliran produk tersebut.
75
(f) mereaksikan hidrogen dalam aliran produk tersebut dengan oksida karbon yang ada
dalam aliran produk tersebut untuk menghasilkan metana.
(g) menundukkan aliran produk tersebut ke pemisahan kriogenik untuk menghasilkan
paling sedikit aliran kaya nitrogen, aliran hidrogen daur ulang, dan gas bahan bakar
yang mengandung metana.
(h) mendaur ulang daur ulang hidrogen daur ulang tersebut ke langkah (a) untuk
menghidrogenasi bahan hidrokarbon cair pertama atau bahan padat karbon.
Suatu proses untuk memproduksi gas bahan bakar yang mengandung metana
dimana bahan hidrokarbon cair atau bahan padat karbon digasifikasi dengan adanya
udara dan uap dan kondisi pergeseran karbon monoksida dan kondisi pelepasan karbon
dioksida dipilih untuk menghasilkan aliran produk yang mengandung karbon oksida
dan hidrogen dengan sedikit kelebihan yang dibutuhkan untuk menghidrogenasi
karbon oksida, uap produk tersebut dilewatkan di atas katalis methanasi untuk
membentuk metana dari karbon oksida dan hidrogen.
Suatu proses untuk memproduksi gas bahan bakar yang mengandung metana
dimana bahan hidrokarbon cair kedua atau bahan padat karbon yang digasifikasi
dengan adanya udara terdiri dari char yang dibentuk dalam hidrogenasi dari bahan
hidrokarbon cair pertama atau bahan padat karbon.
Suatu proses untuk memproduksi gas bahan bakar yang mengandung metana
dimana hidrokarbon cair pertama atau bahan berkarbon yang dihidrogenasi) terdiri dari
bahan gasifikasi dari hidrokarbon cair kedua atau bahan padat karbon di hadapan udara.
Suatu proses untuk memproduksi gas bahan bakar yang mengandung metana dimana
aliran kaya nitrogen diperluas melalui turbin untuk menghasilkan energi.
Salah satu sumber dari gas metana adalah dari kotoran hewan, kotoran hewan
ternak yang telah hilang gasnya (slurry) dapat digunakan sebagai pupuk organik.
76
Pupuk ini memiliki unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman seperti protein,
selulose, lignin, dan lain-lain yang tidak terdapat dalam pupuk kimia.
Pembakaran yang tidak sempurna dari gas metana menghasilkan karbon hitam.
Dimana karbon tersebut dapat dimanfaatkan sebagai agen penguat dalam karet yang
digunakan untuk industri ban mobil.
Dampak negatif dari gas metana adalah saat seseorang terkena paparan gas
tersebut. Gejala seseorang yang terkena paparan gas ini antara lain adalah sakit kepala,
berkurangnya tingkat oksigen dalam tubuh, dehidrasi, mual, muntah, jantung berdebar-
debar, detak jantung lebih cepat, masalah kognitif (seperti mudah lupa, hilangnya
memori), pusing, penglihatan kabur, kurangnya koordinasi motorik, mengalami flu,
gelisah, lesu, dan lain sebagainya. Paparan gas metana dapat mengenai seseorang
dengan tiga cara, yaitu :
1. Inhalasi.
Gas metana dapat terhirup ketika seseorang memasuki rumah atau gedung
perkantoran yang di dalamnya terdapat sumber atau kandungan gas tersebut, misalnya
gas metana yang masuk ke rumah kita melalui retakan di dasar bangunan atau melalui
saluran pembuangan atau bisa juga karena bangunan rumah atau kantor terletak di atas
77
atau di dekat tempat pembuangan sampah. Kemungkinan meningkatnya inhalasi
adalah ketika kita melewati septic tank, selokan, lubang sampah, atau tempat-tempat
lain di mana produksi gas metana dapat terjadi.
2. Konsumsi gas.
Meskipun jarang terjadi, namun hal ini juga harus tetap kita waspadai. Seorang
anak dapat menelan gas metana, jika dia makan kotoran yang memiliki kandungan
metana di dalamnya. Tingkat paparan yang disebabkan oleh konsumsi sangat rendah,
dan hampir tidak ada efek samping yang diketahui pada tubuh.
3. Sentuhan.
Gas metana dapat memasuki tubuh melalui sentuhan, meskipun gas tersebut
sulit untuk menembus kulit.
Dari berbagai uraian di atas, maka kita bisa tahu proses terbentuknya gas
metana, hingga gejala-gejala yang terjadi pada saat seseorang terkena paparan metana
yang hampir mirip dengan gejala orang-orang yang mengalami kondisi medis lainnya.
Oleh karena itu, saat seseorang telah diketahui atau didiagnosa mengalami paparan
tersebut, maka ia harus segera mendapatkan pertolongan medis. Ia harus segera
mendapatkan bantuan pasokan oksigen dan penggunaan infus untuk mencegah
timbulnya dehidrasi. Untuk mencegah terbentuknya gas metana di rumah maupun di
perkantoran, sebaiknya bangunan harus memiliki ventilasi yang baik. Hal ini bertujuan
agar terjadi pergantian udara dalam ruangan. mencegah terbentuknya gas metana di
rumah, perlu bahwa bangunan rumah dan kantor berventilasi baik.
5.2 Etana
78
sebagai hidrokarbon alkana dan termasuk dalam empat alkana primer, yaitu: metana,
etana, propana, dan butana. Etana adalah hidrokarbon dan hasil dari penyulingan
minyak bumi. Dengan nilai kalor lebih tinggi dari metana, etana digunakan dalam
beberapa cara setelah terisolasi dari gas alam. Etana berguna sebagai bahan bakar untuk
memasak dan sebagai refrigerant dalam sistem pendinginan dua tahap untuk suhu
rendah.
Etana pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday pada tahun 1834, ketika ia
melakukan percobaan elektrolisis pada larutan kalium asetat. Nama ‘etana’ diturunkan
dari kata ‘ether’, berasal dari bahasa Latin dan Yunani ‘ether’ atau ‘aither’, yang berarti
‘udara’. Rumus kimia untuk gas etana adalah C2H6. Etana memiliki massa molar 30,07
gram per mol (g / mol). Titik leleh etana adalah -181,76 ° C (89,34 K) sedangkan titik
didihnya -88,6 ° C (184,5 K).
Karena gas etana bersifat non-polar, maka ia larut dalam pelarut polar seperti
air. Biasanya, kelarutan etana cukup rendah untuk pembentukan larutan homogen pada
suhu kamar. Seperti halnya dengan semua alkana, juga sangat mudah terbakar.
Pembakaran sempurna gas menghasilkan karbon dioksida dan air bersama dengan rilis
1561 kilo joule per mol (kJ / mol).
Etana dikategorikan sebagai bahan bakar bersih dan juga konstituen utama
kedua gas alam setelah metana. Terlepas dari gas alam, juga terjadi secara alami
79
sebagai komponen dilarutkan dalam minyak bumi. Selain ini, itu adalah kepala oleh-
produk selama operasi yang melibatkan kilang minyak dan batubara-karbonisasi.
Dalam industri, etana dihasilkan dengan cara diisolasi dari gas alam, dan
sebagai hasil samping dari penyulingan minyak. Kegunaan utamanya adalah sebagai
bahan mentah untuk produksi etilena (C2H4) melalui perengkahan kukus (steam
cracking). Setelah dipisahkan dari gas alam, etana sering digunakan untuk
memproduksi etilen dan produk polyethylene. Etana merupakan bahan yang baik
dalam produksi etilena karena hasil reaksi perengkahan kukus etana memiliki
persentase etilena yang cukup banyak, sedangkan reaksi hidrokarbon lain yang lebih
berat menghasilkan produk berupa campuran yang memiliki sedikit etilena, dan lebih
banyak olefina seperti propilena dan butadiena, serta hidrokarbon aromatik Pada
gilirannya etana digunakan untuk memproduksi kemasan, isolasi, kawat dan produk
konsumen lainnya.
80
maksimal. Suhu produk keluar sekitar 1800 0F (850 0C) didinginkan mendadak pada
alat penukar panas hingga suhu di bawah suhu 640 0C. Untuk proses pemurnian produk
dilakukan pada suhu rendah.
Reaksi :
Hasil keluar reaktor yang berupa ethylene, hidrogen, metana, butana, sisa etana,
dan impuritas propilen kemudian digabungkan dengan fresh. Reaksi berlangsung fase
gas dalam reaktor alir pipa. Reaksi berlangsung endotermis sehingga perlu adanya
suplai panas yang berasal dari flue gas hasil pembakaran fuel gas dalam furnace feed.
Reaksi dilakukan pada suhu 1300 K dan tekanan 1 atm tanpa bantuan katalis. Reaksi
pembentukan Ethylene dari etana berlangsung dalam 3 tahapan yaitu :
2. Propagasi atau Chain TransferI : Interaksi antara intermediet aktif dengan reaktan
atau produk untuk menghasilkan intermediet aktif yang lain.
C2H5 C2H4 + H
H + C2H6 C2H5 + H2
81
Selanjutnya dilakukan pendinginan secara tiba-tiba oleh unit
pendingin ini dihasilkan uap bertekanan tinggi (saturated steam) yang nantinya
digunakan di unit cracking, reboiler, dan splitter. Pemisahan produk dari hasil
sampingnya juga dilakukan secara bertahap meliputi proses absorpsi, adsorbsi dan
distilasi. Absorber yang memisahkan hidrokarbon gas terhadap hidrokarbon cair dalam
alirannya dengan media pencuci air. Aliran hidrokarbon cair (uel oil) dan air keluar
dari dasar menara, sedangkan aliran hidrokarbon gas keluar dari atas lalu masuk ke unit
kompresi, setelah itu diteruskan ke unit pencucian dengan kaustik (kaustik to1er)
dilakukan pemisahan gas O2 dengan cara mereaksikan dengan NaOH.
Gas keluar unit pencuci kaustik masuk ke compressor untuk dikompres lagi
sebelum masuk ke unit adsorpsi. Adsorber memisahkan air yang terkandung dalam
aliran hidrokarbon gas. Gas keluar adsorber m a s u k k e dalam prechiller sehingga
masuk ke unit pemisah distilasi dalam fasa cair. Unit pemisah distilasi adalah
deethanier yang memisahkan fraksi C1 dan C2 terhadap C3. Produk dasar
menara distilasi dipisahkan sebagai produk samping untuk bahan bakar, sedangkan
produk puncak menara masuk reactor asetilen. Asetilen dikonversikan menjadi etilen
dengan bantuan katalis palladium dalam fixed bed reaktor.
Sebelum masuk ke unit pemisahan berikutnya, dilakukan penurunan
temperature dan penurunan tekanan terhadap aliran gas. Hidrokarbon keluar
ekspander terdiri dari dua fasa yaitu fasa cair dan gas. Unit pemisah berikutnya adalah
yang memisahkan fraksi gas H dan H2 dari fraksi cair. Produk diatas menara
dipisahkan sebagai produk samping berupa bahan bakar metana dan hydrogen
yang digunakan pada unit perengkahan. Produk masuk ke unit pemisah distilasi. Unit
pemisah distilasi adalah splitter yang memisahkan etilen sebagai produk atas
dan etana sebagai produk baru yang didaur ulang sebagai umpan di unit cracking.
82
5.3 Propana
Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas dalam
keadaan normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah dipindahkan dalam
kontainer yang tidak mahal. Sifat gas ini tidak beracun, tidak berwarna dan tidak
berbau, hampir Seperti dengan gas alam, bau mengidentifikasi ditambahkan sehingga
gas dapat dengan mudah dideteksi dan sangat aman bagi lingkungan. Propana adalah
sumber energi berlimpah yang ditemukan dalam gas alam dan diproses dalam bentuk
gas atau cair. Sering disalurkan melalui pipa gas, propana dapat digunakan untuk
berbagai tujuan. Sering kali propana digunakan untuk bahan bakar mesin, memasak
dengan kompor, dan untuk pemanas sentral di rumah atau bangunan yang lebih besar.
Propana juga digunakan untuk memanggang barbekyu karena output energi yang tinggi
dan portabilitas-nya. Beberapa bus dan kendaraan besar dijalankan menggunakan
propana, dan pada banyak rumah juga menggunakan gas propana untuk bahan bakar
kompor, pemanas air dan kebutuhan lainnya.
Propana dijual sebagai bahan bakar, propana dikenal juga sebagai LPG
(liquified petroleum gas - gas petroleum cair) yang dapat berupa campuran dengan
sejumlah kecil propena, butana, dan butena. Kadang ditambahkan juga etanetiol
sebagai bahan pemberi bau agar dapat digunakan sebagai deteksi jika terjadi
kebocoran. Di Amerika Utara, komposisi utama LPG adalah propana (paling tidak
90%), dengan tambahan butana dan propena. LPG merupakan campuran dari
hidrokarbon tersebut yang berbentuk gas pada tekanan atmosfir, namun dapat
diembunkan menjadi bentuk cair pada suhu normal, dengan tekanan yang cukup besar.
Walaupun digunakan sebagai gas, namun untuk kenyamanan dan kemudahannya,
disimpan dan ditranspor dalam bentuk cair dengan tekanan tertentu.LPG cair, jika
menguap membentuk gas denga volume sekitar 250 kali.
Gas dari hasil distilasi (adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap ) yang dipergunakan
83
untuk keperluan bahan bakar rumah adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang
terutama terdiri darimetana CH4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas
Bumi dan juga tambang batu bara.
Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh
bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas.
Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta
penampungan kotoran manusia dan hewan.
Uap LPG lebih berat dari udara, butan beratnya sekitar 2 kali berat udara dan
propan sekitar 1,5 kali berat udara. Sehingga, uap dapat mengalir didekat permukaan
tanah dan turun hingga ketingkat yang paling rendah dari lingkungan dan dapat
terbakar pada jarak tertentu dari sumber kebocoran. Ada udara yang tenang, uap akan
tersebar secara perlahan. Lolosnya gas cair walaupun dalam jumlah sedikit dapat
meningkatkan campuran perbandingan volum uap atau udara sehingga dapat
menyebabkan bahaya untuk membantu pendeteksian kebocoran ke atmosfer, LPG
biasanya ditambah bahan yang umumnya kurang ekonomis untuk dijadikan umpan
produksi LPG, hal ini disebabkan proses produksi LPG dari metana memerlukan
konversi kimia yang tidak murah.
84
yang sudah dikurangi kadar air dan gas gas asam nya ( H2S, merkaptan, dan CO2).
Sejumlah teknologi dasar pemisahan yang dikenal dalam rancangan LPG plant yang
terintegrasi dengan pproses produksi di lapangan gas adalah sebagai berikut:
1. pemisahan dengan cara penyerapan komponen C3-C4 oleh hidrokarbon cair ringan
(light oil absorption), diikuti dengan pemisahan kembali C3- C4 oleh hidrokarbon cair
ringan (like oil absorbtion), diikuti dengan pemisahan kembali C3-C4 dri hidrokarbon
cair dengan cara distilasi.
85
Karakteristik dari gas associated bervariasi dalam komposisi, laju alir, dan
frekuensi untuk proses flaring dan venting-nya bergantung kepada masing-masing
lapangan. Oleh karenanya, teknologi untuk untilisasi gas associated juga akan
bervariasi. Screening untuk teknologi yang akan digunakan untuk recovery dan
untilisasi gas flare memerlukan kajian tersendiri dan akan bergantung kepada demand
potensial yang akan berpengaruh terhadap keekonomian dari usaha utilisasinya. Secara
umum terdapat beberapa opsi untuk pemanfaatan gas suar bakar, diantaranya adalah :
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam produksi LPG dari gas suarbakar:
1. Fraksi C3 DAN C4 dalam gas suar harus cukup tinggi dalam pertimbangan
ekonomis untuk produksi LPG.
2. Laju alir gas umpan yang akan diproses, minimum satu MMSCFD, hal
iniberdasarkan mini LPG plant yang ada sekarang
3. Gas umpan memiliki kandungan CO2 yang rendah. Untuk kasus khusus dengan
kandungan CO2 yang tinggi, mini LPG plant harus dilengkapi dengan CO2
absorber untuk menurunkan kandungan CO2sebelum masuk tahapan proses
berikutnya.
86
Dalam proses ini, gas umpan mula-mula di dinginkan melalui pertukaran panas
dengan gas residu hasil pemisahan LPG. Gas umpan kemudian diumpankan kekolom
absorber, dimana komponen C3-C4 diserap oleh aliran hidrokarbon ke rosin yang
mengalir berlawanan arah dengan gas umpan. Kerosin yang jenuh dengan komponen
LPG (rich oil) kemudian di umpankan kekolom deethanizer untuk memisahkan
komponen gas-gas ringan ( metana dan etana), sebelum diumpankan kekolom stripper
(Ddisebut juga dengan still column). Didalam still column, korosin yangbmembawa
komponen LPG dipanaskan, sehingga gas-gas C3-C4 terlepas kepuncak column dan
ditarik keluar sebagai gas produk.
Proses lean oil dewasa ini sudah ditinggalkan karena sulit untuk dioperasikan,
dan kurang handal karena korosin yang digunakan sebagai penyerap cenderung
mengalami degradasi terhadap waktu. Selain itu, teknologi ini memiliki efisiensi
pemisahan LPG yang relative rendah, yakni sekitar 80% untuk C3, 90% untuk C4, dan
98% untuk fraksi berat (C5+).
Proses ini berintikan pendinginan aliran gas alam umpan dibawah temperatur
pengembunan fraksi LPG dengan menggunakan refrijeran berupa gas propane atau
preon. Gas umpan terlebih dahulu diturunkan kadar airnya dengan cara dehidrasi
dengan glikol. Glikol mengikat air dari gas umpan, sehingga kecendrungan gas untuk
membentuk hidrat selama proses pengembunan LPG dapan ditekan. Glikol yang telah
jenuh dengan air dapat dipulihkan kembali dengan cara pemanasan, sebelum
dikembalikan keproses pemisahan LPG.
Gas alam umpan yang telah didehidrasi selanjutnya diumpankan ke unit chiller,
dimana gas didinginkan oleh referijeran. Pendinginan ini menyebabkan terbentuknnya
tiga fasa yakni larutan glikol-air campuran hidrokarbon cair yang terutama terdiri dari
LPG yang melarutkan gas-gas ringan (metana dan etana), serta fasa gas hidrokarbon
ringan yang tidak terembunkan. Larutan glikol-air dikembalikan keunit pemekatan
87
glikol. Aliran gas yang tidak terembunkan dapat digabungkan dengan sales gas pipe
line, atau dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk kebutuhan utilitas pabrik. Aliran
hidrokarbon cair selanjutnya diumpankan kolom destilasi untuk dikurangi gas
ringannya. Pengurangan gas ringan ini berlangsung pada temperaatur rendah, yakni
sekitar 30F. produkLPG dikeluarkan dari bagian dasar kolom destilasi ini.
Pada proses ini, fraksi LPG dipisahkan dengan cara pendinginan, yang di
hasilkan oleh efek penurunan temperature gas karena penurunan tekanan secara
mendadak. Penurunan tekanan gas umpan ini dapat diperoleh dengan cara mengalirkan
gas umpan bertekanan tinggi melalui katup ekstansi Joule- Thompson (J- T valve), atau
melalui unit turboexpander. Ekspansi gas secara mendadak ini dapat menghasilkan
temperature sangat rendah, yakni sekitar -100 hingga -150 F. Temperatur ini jauh lebih
rendah daripada yang dapat dicapai pada proses refrijerasi.
Dalam proses ini, gas umpan bertekanan tinggi (sekitar 1000 Psi) mula-mula
dikurangi kadar airnya melalui kontak dengan glikol di unit dehidrator. Gas umpan
yang ttelah kering kemudian di dinginkan oleh gas keluaran dari unit turboextander
utama atau unit J-T valve. Pendinginan ini terjadi di bawah temperature pengembunan
C3-C4, sehingga terjadi pemisahan komponen-komponen LPG tersebut kedalam fasa
cair. Fasa cair LPG ini dipisahkan dari liran sisa gas tidak mengembun dalam unit
coldseperator.
88
Sisa gas dari coldseperator di umpankan ke J-T valve atau turboexpander
sehingga mengalami penurunan temperature secara drastic. Fraksi cair dari
coldseperator diumpankan kekolom De-Methanizer, yang berfungsi menghilangkan
gas- gas ringan (komponen C1-C2) dari fraksi C3-C4 cair melalui proses pemanasan
dan distilasi. Produk LPG dikeluarkan dari bagian dasar kolom De- Methanizer,
sedangkan gas ringan dari bagian puncak kolom digunakan untuk mendinginkan gas
umpan.
1. Recovery level
Adalah efisiensi pemisahan LPG dari gas umpan. Semakin besar recovery level
sebuah proses, semakin bagus performansinya. Recovery level biasanya berbanding
89
lurus dengan energi yang di perlikan proses, semakin besar recovery level sebuah
proses, maka energi yang diperlukan akan bertambah juga.
Tekanan yang tinggi (sekitar 500-700 Psig) akan mempermudah proses pemisahan
C3+ sebagai komponen utama LPG. Oleh karena itu, tekanan masuk umpan gas yang
rendah akan menambah biaya operasi untuk mencapai kondisi operasi yang akan
dicapai agar dilakukan pemisahan C3+.
3. Refirejerasi
Efisiensi proses yang lebih tinggi sebuah proses produksi LPG maka
berdampak pada:
Ditemukan pada gas alam, butana tidak melimpah seperti hidrokarbon lainnya,
tetapi masih merupakan sumber energi yang layak dan dapat digunakan untuk berbagai
tujuan. Diisolasi selama pengolahan gas alam, seperti bensin adalah komponen minyak
mentah. Sementara produk minyak bumi seperti bensin diperhalus, produk gas alam
90
yang diambil. Butana juga dapat diproduksi dari minyak mentah, tetapi dalam jumlah
yang jauh lebih kecil. Hal ini sering ditambahkan ke bensin biasa untuk meningkatkan
kinerjanya tanpa menciptakan produk yang sangat volatile. Butana mencapai sampai
sekitar 20 persen dari komposisi gas alam. Butana sering menjadi komponen pada gas
untuk mobil, unit pendinginan/refrigeran dan pemanasan sistem, korek gas juga
menggunakan sejumlah besar butana sebagai bahan bakar dan bahan baku karet
sintesis. Aerosol kaleng juga menggunakan butana sebagai propelan, tapi pemakaian
ini telah dianggap berbahaya bagi lingkungan., Gas ini juga digunakan dalam Oktana.
5.4.1 Refrigeran
91
Banyak senyawa hidrokarbon yang digunakan sebagai refrigeran, umumnya
digunakan pada industri minyak bumi, seperti metana, etana, propana, etilen, dan
isobutilen. Kesemuanya flammable dan eksplosif. Digolongkan sedikit beracun karena
mengandung efek bius pada tingkat tertentu. Etana, metana, dan etilen digunakan pada
pendinginan suhu ekstra rendah.
92
Tabel 5.4 Refrigeran alternatif sebagai pengganti R-22
Refrigeran
Parameter Iso-
R-22 R-12 Propana
butana
CHClF
Rumus Kimia CCl2F2 C3H8 C4H10
2
Pada Tabel ditampilkan beberapa jenis refrigeran yaitu : R-22, R-12, propana
dan isobutana. Kelemahan utama R-22, karena potensi perusakan ozon dan pemanasan
globalnya relatif tinggi dari ke tiga jenis refrigeran lainnya. Berbeda dengan refrigeran
hidrokarbon untuk mesin yang sebelumnya menggunakan refrigeran R-22 maka
refrigeran hidrokarbon dapat langsung menggantikannya tanpa melakukan
penggantian komponen. Berdasarkan uraian di atas, maka refrigeran yang baik
pengganti R-22 adalah hidrokarbon. Kelemahan hidrokarbon yang menonjol adalah
93
mudah terbakar, namun hal ini tidak terlalu mengkhawatirkan jika prosedur keamanan
penggunan hidrokarbon diterapkan dengan baik serta telah diakui dan diatur oleh
berbagai 13 standar internasional yaitu : BS4434:1995(Inggris) , AS/NZ 1677:1998
(Australia / New Zeland) dan DIN 7003 (Jerman ). 2.3.2 Hidrokarbon Sebagai
Refrigeran Beberapa kelebihan yang dimiliki refrigeran hidrokarbon, campuran
propanabutana-isobutana, sebagai refrigeran alternatif pengganti R-22, yaitu :
2. Ramah lingkungan, potensi perusakan ozon nol (non-ODP) dan potensi pemanasan
global dapat diabaikan (non-GWP).
94
kaya dengan komponen yang titik didihnya lebih tinggi. Akibatnya apabila campuran
mengalir sepanjang evaporator, maka titik didih campuran akan naik, dan temperatur
evaporasi juga akan bertambah. Pada tekanan evaporator, titik cair jenuh akan lebih
rendah daripada titik uap jenuh. Fenomena serupa juga terjadi pada kondensor, yaitu
temperatur kondensasi akan menurun di sepanjang kondensor. Akibat yang timbul
karena adanya temperature glide adalah sebagai berikut:
1. Komposisi campuran mungkin berbeda antara fasa uap dan fasa cair, oleh karena
itu pengisian refrigeran ke dalam sistem refrigerasi sebaiknya dilakukan dalam fasa
cair.
Indonesia sebagai negara yang memiliki cadangan gas alam dan minyak bumi,
disamping pemanfaatan sebagai bahan bakar, juga memiliki potensi sebagai negara
yang dapat berkecimpung dalam hal refrigerant hidrokarbon maupun produk-produk
ramah lingkungan berbasis hidrokarbon lainnya seperti: Aerosol propellant, foaming
agent, solvent, dan lain-lain. Produk refrigerant hidrokarbon MUSI COOL merupakan
refrigerant hidrokarbon yang sudah diproduksi di dalam negeri dengan beberapa grade
a. MC-12 dan MC-134 sebagai pengganti refrigerant R-12 dan R-134a MC-12 dan
MC-134 merupakan campuran propane dan i-butane dengan kandungan butane
serendah mungkin agar tidak menggangu proses kondensasi pada sistem
pendingin. Refrigerant ini digunakan pada kendaraan bermotor, kulkas dan
dispenser.
b. MC-22 sebagai pengganti refrigerant R-22 MC-22 digunakan untuk pendingin
ruangan/AC jenis Split, window maupun central. Refrigerant ini memerlukan
kandungan propane yang sangat tinggi yaitu 99,7 % wt dengan impuritis butane
95
dan olefin yang serendah mungkin atau mendekati nol agar kinerja sistem
pendingin berjalan optimal.
c. MC-600 sebagai refrigerant 600a MC-600 mempunyai kandungan i-butane yang
sangat tinggi/dominan atau lebih besar dari 85 % wt dengan kandungan propane
seminim mungkin. Refrigerant 600a saat ini digunakan sebagai media
pendingin pada kulkas, yang beroperasi pada tekanan rendah. Ke depan prospek
refrigerant ini sangat cerah karena kecenderungan penggunaannya tinggi.
5.6 Bensin
Bensin adalah campuran isomer-isomer heptana (C6 H16) dan oktana (C8H18).
Bensin yang komponen terbanyaknya hidrokarbon rantai bercabang, energi hasil
pembakarannya lebih besar dibandingkan dengan bensin yang komponen terbanyaknya
rantai lurus. Dengan demikian bensin dari hidrokarbon rantai lurus kurang efisien
untuk menggerakkan mesin kendaraan. Bensin dapat dibuat dengan beberapa cara,
antara lain yaitu ;
1. Penyulingan langsung dari minyak bumi (bensin straight run), dimana kualitasnya
tergantung pada susunan kimia dari bahan-bahan dasar. Bila mengandung banyak
aromatik-aromatik dan napthen-naphten akan menghasilkan bensin yang tidak
mengetok (anti knocking).
96
2. Merengkah (cracking) dari hasil-hasil minyak bumi berat, misalnya dari minyak
gas dan residu.
3. Merengkah (retor ming) bensin berat dari kualitas yang kurang baik.
4. Sintesis dari zat-zat berkarbon rendah.
Bensin biasanya digunakan sebagai :
1. Bahan bakar motor
Sebagai bahan bakar motor ada beberapa sifat yang diperhatikan untuk
menentukan baik atau tidaknya bensin tersebut.
a. Keadaan terbang (titik embun)
Gangguan yang disebabkan oleh adanya gelembung-gelembung gas didalam
karburator dari sebuah motor yang disebabkan oleh adanya kadar yang terlalu tinggi
dari fraksi-fraksi yang sangat ringan dalam bensin. Hal ini terutama disebabkan oleh
terlalu banyaknya propana dan butana yang berasal dari bensin. Gelembung-
gelembung gas yang terdapat dalam keadaan tertentu dapat menutup lubang-lubang
perecik yang sempit dan pengisian bensin akan terhenti.
b. Kecendrungan mengetok (knocking)
Ketika rasio tekanan dari motor relatif tinggi, pembakaran bisa menyebabkan
peletusan (peledakan) didalam sijinder, sehingga :
- Timbulnya kebisingan knock
- Kekuatan berkurang
- Menyebabkan kerusakan mesin
Hidrokarbon rantai bercabang dan aromatik sangat mengurangi kecenderungan
dari bahan bakar yang menyebabkan knocking, misalnya 2,2,4 -trimetil pentana (iso-
oktan) adalah anti knock fuels. Harga yang tinggi dari bilangan oktan mengakibatkan
makin baik melawan knocking. Mesin automibil modern memerlukan bahan bakar
dengan bilangan oktan antara 90 dan 100, semakin tinggi rasio
penekanan (compression) maka diperlukan bilangan oktan yang tinggi pula. Bilangan
oktan dapat dinaikkan dengan menambahkan beberapa substansi, antara lain fefraefyl
lead (TEL) dan feframefyl lead (l-MI) yang ditambahkan dalam bensin dengan
97
kuantitas yang kecil karena dikuatirkan apabila ditambahkan terlalu banyak efek timah
bagi lingkungan. TEL (Pb(C2Hs)4) dibuat dari campuran timah hitam dengan natrium
dan etilklorida, reaksinya :
Pb + 4Na + 4C2H5CI Pb (C2H5)4 + 4 NaCI
TEL
Kurangnya efisiensi ini ditandai dengan suara ketukan (knocking) pada mesin
kendaraan. Dengan demikian, sebaiknya menggunakan bensin yang komponennya
senyawa hidrokarbon bercabang. Komponen bensin yang paling banyak cabangnya
adalah 2,2,4- trimetil- pentana atau isooktana dengan rumus
CH3
H3 C– C – CH2 – CH – CH3
CH3 CH3
Isooktana
Bensin merupakan fraksi minyak bumi yang paling komersial, paling banyak
diproduksi, dan paling banyak digunakan, sebab berfungsi sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi manusia sehari-hari. Bensin yang
dijual di pasaran merupakan campuran isooktana dengan alkana- alkana lainnya,
seperti heptana dan oktana.
Sementara itu, bila bensin yang digunakan sebagai bahan bakar mesin terdiri
dari heptana dan oktana yang bercabang, maka pembakaran yang terjadi di dalam
mesin sangat efektif (menghasilkan energi yang besar) sehingga jumlah ketukan mesin
dapat dikurangi. Kualitas bensin dapat ditentukan berdasarkan jumlah ketukan yang
ditimbulkannya, dan dinyatakan dengan bilangan oktan. Jika bensin mempunyai
98
bilangan oktan tinggi, maka bensin tersebut berkualitas baik dan sebaliknya, bensin
yang mempunyai bilangan oktan rendah merupakan bensin yang tidak baik digunakan
sebagai bahan bakar. Bilangan oktan pada bensin dinyatakan dengan angka 0 sampai
100. Untuk menentukan bilangan oktan, digunakan dua jenis senyawa sebagai
pembanding yaitu, n-heptana (alkana rantai lurus, bilangan oktan=0) dan isooktana
(alkana rantai bercabang, bilangan oktan= 100) yang keduanya merupakan senyawa
yang terdapat pada bensin.
99
2. Bahan Ekstraksi, Pelarut dan Pembersih
Sebelum digunakan sebaagi pengekstraksi bensin di fraksinasi dengan destilasi
bertingkat menjadi fraksi yang lebih kecil. Bensin biasanya digunakan untuk
mengekstraksi berbagai bahan, seperti minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak
kelapa dan bahan-bahan alam lain. Sebagai bahan pelarut bagi karet digunakan fraksi
dengan titik didih antara 80 -130°C dan 100 -130°C. Larutan karet ini biasanya
digunakan untuk :
- Mencelupkan kanvas pada pembuatan ban.
- Melekatkan karet.
- Perekat-perekat untuk industri sepatu.
- Larutan untuk pasta-pasta karet untuk memadatkan dan melaburkan tenunan.
Bensin juga dapat digunakan sebagai bahan pembersih yaitu membersihkan
secara kimia dengan cara diuapkan. Keuntungan menggunakan bensin sebagai bahan
pembersih adalah:
- Bensin memiliki titik didih rendah sehingga barang-barang yang dicuci lekas menjadi
kering dan baunya cepat hilang.
- Tidak mudah terbakar di ruang terbuka.
- Kualitas dari bahan wol tahan terhadap ini.
3. Bahan bakar penerangan dan pemanasan
Bensin digunakan pada lampu-lampu tambang dimana tidak terdapat tenaga
listrik. Dan sebagai pemanas digunakan pada:
- Lampu soldir dan lampu pembakar cat.
- Penghangus yang dapat menghilangkan serat-serat yang menonjol dari tenunan dan
rambut kulit.
Pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan atau dalam industri tidak
terbakar sempurna. Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon (bahan bakar fosil)
membentuk karbon dioksida dan uap air. Sedangkan pembakaran tak sempurna
membentuk karbon monoksida dan uap air.
100
a. Pembakaran sempurna isooktana:
C8H18 (l) +12 ½ O2 (g) –> 8 CO2 (g) + 9 H2O (g) ΔH = -5460 kJ
Semakin tinggi harga bilangan oktan suatu bensin, berarti bensin tersebut makin
bagus atau makin efisien dalam menghasilkan energi. Bensin premium mutunya lebih
rendah dibandingkan petramax. Bensin premium memiliki bilangan oktan antara 80 -
84 sedangkan pertamax mempunyai bilangan oktan 92 - 94. Selain itu, di pasaran
dikenal pula petramax plus yang memiliki bilangan oktan 98.
Bila bilangan oktan bensin rendah, pada mesin kendaraan akan timbul suara
ketukan (knocking) sehingga mesin mudah panas dan rusak. Untuk meningkatkan
bilangan oktan pada bensin ditambahkan TEL (Tetra Etyl Lead) dengan rumus kimia
Pb(C2 H5) 4. TEL dikenal sebagai anti knocking. Penggunaan TEL ini ternyata
menimbulkan masalah yaitu timbulnya pencemaran udara oleh partikulat Pb. Agar PbO
hasil pembakaran tidak mengendap dalam mesin dan keluar melalui knalpot, maka
ditambahkan lagi senyawa 1,2-dibromoetana, sehingga yang keluar dari hasil
pembakaran adalah PbBr2 yang mudah menguap.
101
Fraksi bensin dalam minyak bumi sebetulnya relatif sedikit jumlahnya. Oleh
karena itu, bensin banyak diperoleh dari hasil cracking minyak bumi, yaitu pemutusan
hidrokarbon yang rantainya panjang menjadi rantai yang lebih pendek. Beberapa jenis
bensin yang dikenal di Indonesia diantaranya:
5.7 Kerosin
Minyak tanah disebut juga dengan kerosene merupakan bahan bakar jenis
distilat yang tidak berwarna (jernih). Minyak Tanah adalah cairan hidrokarbon yang
tak berwarna dan mudah terbakar. Dia diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari
petroleum pada 150 °C and 275 °C (rantai karbon dari C12 sampai C15). Pada suatu
waktu dia banyak digunakan dalam lampu minyak tanah tetapi sekarang utamanya
digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau
JP-8). Sebuah bentuk dari minyak tanah dikenal sebagai RP-1 dibakar dengan oksigen
cair sebagai bahan bakar roket. Nama kerosene diturunkan dari bahasa Yunani keros
(κερωσ, malam).
1. Kerosin
Minyak tanah atau kerosin merupakan cairan hidrokarbon yang tak berwarna
dan mudah terbakar dan memiliki titik didih antara 200 °C dan 300 °C. Minyak tanah
atau disebut juga parafin. Minyak tanah banyak digunakan untuk lampu minyak dan
kompor, sekarang banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (Avtur, Jet-A, Jet-
B, JP-4 atau JP-8). Kerosin dikenal sebagai RP-1 digunakan sebagai bahan bakar roket.
102
Pada proses pembakarannya menggunakan oksigen cair. Kerosin didestilasi langsung
dari minyak mentah dan memerlukan pengendalian khusus dalam sebuah unit Merox
atau hydrotreater untuk mengurangi kadar belerang dan perkaratan. Kerosene dapat
juga diproduksi oleh hydrockraker, yang digunakan untuk meningkatkan bagian dari
minyak mentah yang cocok untuk bahan bakar minyak. Minyak tanah sifatnya berada
antara minyak gas dan bensin.
Pada pengolahan minyak tanah dilakukan pencucian dengan asam sulfat, untuk
mengetahui kadar belerang dan kandungan senyawa yang membentuk kerak pada
sumbu serta warna. Proses ini dilakukan dengan cara penambahan asam sulfat sampai
5X, setelah dipisahkan kemudian dicuci dengan soda dan air.
b. Proses Adeleanu.
103
2. Motor-motor yang menggunakan kerosin sebagai bahan bakar adalah :Alat-alat
pertanian (traktor).
3. Kapal perikanan.
6.Minyak Lampu
- Prime spirit
- Standar spirit
b)Sifat bakar, Nyala kerosin tergantung pada susunan kimia dari minyak tanah :
- Jika mengandung banyak aromatik maka apinya tidak dapat dibesarkan karena apinya
mulai berarang.
104
c)Viskositas, Minyak dalam lampu kerasin mengalir ke sumbu karena adanya gaya
kapiler dalam saluran-saluran sempit antara serat-serat sumbu. Aliran kerosin
tergantung pada viskositas yaitu jika minyak cair kental dan lampu mempunyai
tinggi-naik yang besar maka api akan tetap rendah dan sumbu menjadi arang
(hangus) karena kekurangan minyak.
d)Kadar belerang, Kerugian yang disebabkan bila kadar belerang terlalu tinggi, adalah:
1. Memberikan bau yang tidak enak dari gas-gas yang dihasilkan.
105
untuk memasak terbatas di negara berkembang, setelah melalui proses penyulingan
seperlunya dan masih tidak murni dan bahkan memilki pengotor (debris).
Perbaikan Mutu Fraksi Kerosin Melalui Proses Adsorpsi Oleh Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan karbon yang sudah diaktifkan sehingga mempunyai
daya serap yang tinggi terhadap warna, bau, zat-zat beracun dan sebagainya. Daya
serap yang besar dari karbon aktif disebabkan karbon aktif mempunyai luas permukaan
yang besar, disamping itu makropori dan mesopori mempunyai luas 5 % dari luas
keseluruhan dan mikropori sebesar 95 %. Sifat lain dari karbon aktif adalah amorf,
berwarna hitam, tidak berbau, tidak berasa, tidak larut dalam air, asam, basa dan pelarut
organik. Karbon aktif dapat dibuat melalui beberapa tahap uyaitu tahap karbonisasi
(600 oC) sebagai langkah awal pembentukan struktur keropos dan tahap aktivasi untuk
meningkatkan luas permukaan.
Struktur karbon aktif menyerupai struktur grafit terdiri dari pelat-pelat datar
atom C tersusun sebagai sisi heksagon dan setiap atom C terikat secara kovalen dengan
atom C lainnya. Pada grafit pelat-pelat ini lebih dekat satu dengan lainnya dan terikat
secara tertentu yang tidak dijumpai pada karbon kristal. Secara umum yang
menyebabkan daya serap pada karbon aktif adalah adanya pori-pori mikro antar
partikel yang sangat banyak jumlahnya, hal ini akan menimbulkan gejala kapiler yang
menyebabkan daya serap. Luas permukaan karbon aktif yang sangat besar menentukan
dalam proses adsorpsi sehingga karbon aktif banyak digunakan sebagai dsorben. Pada
kondisi tertentu ternyata hanya sebagian permukaan karbon aktif yang dapat menyerap
zat yang tertentu pula, hal ini yang dinamakan situs aktif permukaan.
Proses adsorpsi dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama adalah proses
menggunakan berat karbon bervariasi sedangkan waktu kontak dikonstankan (30
menit), diukur parameter sehingga dapat ditentukan berat karbon aktif optimum. Tahap
kedua adalah proses dengan memvariasikann waktu kontak, berat karbon aktif ayang
digunakan adalah berat optimum sehingga dapat ditentukan waktu kontak optimum.
106
Tabel 5.5 Pengaruh berat karbon aktif terhadap kandungan sulfur kerosin
No BERAT KARBON (GRAM) [SULFUR] (%w) KUALITAS WARNA
1 (Kerosin awal) 0,0310 +16
2 20 0,0265 +27
3 50 0,0260 +27
4 100 0,0235 +28
5 150 0,0230 +29
6 170 0,0230 +29
7 200 0,035 +29
Proses adsorpsi dilakukan di dalam alat pengocok Wrist Action Shaker model
75 Burell, dengan kecepatan pada skala 3 , diharapkan kontak antara kerosin dengan
karbon aktif menjadi optimal. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa terjadi pengurangan
kandungan sulfur dalam kerosin. Senyawa sulfur yang ada dalam kerosin umumnya
berupa merkaptan (R-S-H) dan dialkil sulfit (R-R), rantai alkil (R) umumnya terdiri
dari 4 sampai 5 atom C, bisa rantai lurus, bercabang serta berbentuk siklis, oleh karena
itu sangat dimungkinkan senyawa-senyawa ini dapat tereadsorpsi dan masuk kedalam
pori-pori karbon aktif. Kandungan sulfur semakin berkurang dengan naikkanya berat
karbon aktif yang digunakan dan akan stabil pada 150 gram sehingga 150 gram
ditetapkan sebagai berat karbon aktif optimum. Kualitas warna kerosin semakin
meningkat dengan naiknya berat karbon aktif, peningkatan ini mencapai81 % yaitu dari
+16 (gelap) menjadi +29 (jernih) dengan berat karbon aktif 150 gram. Pengurangan
kandungan sulfur dan kenaikan kualitas warna kerosin ini menunjukkan bahwa telah
terjadi proses adsorpsi senyawa penyebab bau dan warna oleh kerosin. Senyawa
tersebut berupa senyawa organik sulfur, nitrogen dan oksigen yang tersisa karena
proses distilasi yang kurang sempurna, serta bahan hasil kondensasi berbagai molekul
yang disebut gum. Hasil tersebut diatas belum merupakan hasil yang optimum karena
107
waktu kontak yang digunakan hanya 30 menit sehingga perlu dilakukan variasi waktu
kontak, hasil dapat dilihat pada table.
Tabel 5.6 Pengaruh waktu kontak terhadap kandungan sulfur dan kualitas
warna.
No WAKTU KONTAK (MENIT) [SULFUR] (%w) KUALITAS WARNA
1 Kerosin awal 0,0310 +16
2 20 0,0295 +19
3 30 0,0235 +28
4 40 0,0230 +29
5 70 0,0230 +30
6 80 0,0210 +30
7 90 0,0215 +30
Untuk membuktikan bahwa sudah terjadi proses adsorpsi oleh karbon aktif
maka dilakukan pengukuran bilangan Iod karbon aktif. Bilangan iodmerupakan ukuran
kemampuan karbon aktif untuk mengadsorpsi dan didefinisikan sebagai banyaknya
Iod(miligram)yang diserap oleh 1 gram karbon aktif, Bilangan Iod Karbon aktif awal
(sebelum digunakan) adalah 1077 dan setelah digunakan bilangan Iod turun menjadi
872 yaitu turun 19 %. Hal ini menunjukkan telah berkurang kemampuan karbon aktif
108
untuk mengadsorpsi iod karena pori-pori karbon aktif sudah terisi oleh komponen yang
ada dalam kerosin.
Solar adalah fraksi minyak bumi dengan titik didih antara 270-350C. Solar
adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi
mentah, bahan bakar ini mempunyai warna kuning cokelat yang jernih. Minyak solar
ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pada semua jenis motor Diesel dan juga
sebagai bahan bakar untuk pembakaran langsung di dalam dapur–dapur kecil yang
menghendaki hasil pembakaran yang bersih. Minyak ini sering disebut juga sebagai
gas oil, ADO, HSD, atau Dieseline. Pada temperatur biasa, artinya pada suhu
kamartidak menguap, dan titik nyalanya jauh lebih tinggi dari pada bahan bakar bensin.
Kualitas solar dinyatakan dengan angka setane atau cetane number (CN).
Bilangan setane yaitu besar prosentase volume normal cetane dalam campurannya
dengan methylnaphthalene yang menghasilkan karakteristik pembakaran yang sama
dengan solar yang bersangkutan.Secara umum solar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Minyak Solar biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel pada
kendaraan bermotor seperti bus, truk, kereta api dan traktor. Bahan bakar Diesel biasa
juga disebut dengan light oil atau solar, yaitu suatu campuran dari hidro karbon yang
telah didestilasi setelah bensin dan minyak tanah dari minyak mentah pada temperature
200°C sampai 340°C.
109
Bahan bakar jenis ini atau biasa disebut sebagai bahan bakar solar sebagian
besar digunakan untuk menggerakkan mesin diesel. Bahan bakar diesel mempunyai
sifat utama yaitu sebagai berikut:
b. Tetap encer pada suhu dingin (tidak mudah membeku), menunjukan Solar harus
tetap cair pada suhu rendah sehingga mesin akan mudah dihidupkan dan berputar
lembut
c. Daya pelumasan, artinya Solar juga berfungsi sebagai pelumas untuk pompa injeksi
dan nossel. Oleh karena itu harus mempunyai sifat dan daya lumas yang baik,
d. Kekentalan, berkait dengan syarat melumas dalam arti Solar harus memiliki
kekentalan yang baik sehingga mudah untuk dapat di semprotkan oleh injektor,
110
e. Kandungan sulfur, karakteristik Sulfuir yang dapat merusak pemakaian komponen
mesin sehingga mempersyaratkan kandungan sulfur solar harus sekecil mungkin
(<1%)
f. Angka cetane, Yaitu suatu cara untuk mengontrol bahan bakar solar dalam
kemampuan untuk mencegah terjadinya knocking, tingkat yang lebih besar memiliki
kemampuan yang lebih baik.
1. Pada bahan bakar motor, diesel tipe besar (seperti Bus & Truk )Memproduksi uap
2. Mencairkan hasil perindustrian
3. Membakar batu
4. Mengerjakan panas dari logam Spesifikas
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua
benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan
pelindung yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas
terdiri dari 90% minyak dasar dan 10% zat tambahan.
111
Salah satu penggunaan pelumas paling utama adalah oli mesin yang dipakai
pada mesin pembakaran dalam. Kegunaan minyak pelumas diantaranya mencegah
karat dan mengurangi gesekan.
Sekarang ini bentuk minyak pelumas yang diproduksi oleh proses blending
adalah dalam jumlah kecil dari bahan dasar minyak pelumas dan additive. Bahan dasar
pelumas adalah menyiapkan pemilihan minyak bumi oleh proses dan proses yang
dipilih adalah proses khusus yang memenuhi sifat yang dikehendaki. Dan bahan kimia
yang ditambahkan, digunakan untuk memberi sifat yang dikehendaki pada bahan dasar
pelumas yang kurang baik atau untuk memenaikan dan memperbaiki sifat yang ada
Sifat – sifat yang penting yang diperhatikan yaitu :
1. Kekentalan
Kekentalan adalah ukuran tahanan internal dari suatu fluida untuk mengalir
Tingginya kekentalan menyebabkan ketebalan minyak dan ketebalan lapisan yang
menyebabkan minyak melindungi permukaan. Tergantung pemakaianya minyak
digunakan. Minyak memerukankebebasan mengalir dengan ketebalan yang
menyebabkan tahanan tinggi untuk mengalir dari minyak bumi memberikan makin
tinggi trayek didih fraksi makin tinggi viscositasnya. Karena itu viskositas bahan dasar
blending dapat dipilih dengan trayek didih dari minyak.
112
jadi. Pelumas kendaraan harus cukup tipis pada suhu rendah untuk mengijinkan start
yang mudah dan kekentalan yang cukup pada suhu operasi kendaraan ( 180 samapi 250
0F atau 80 sampai 1200C) Untuk menurunkan gesekan dan kebocoran dengan
memberikan lapisan cairan secara kontinyu antara kedua permukaan logam.
2. Titik beku
Titik beku adalah suhu terendah dimana minyak akan tetap mengalir dibawah
kondisi suhu standar yang di tentukan pada 5 0F atau 3 0C ditetpkan sebagai titik
bekudari minyak . Pada kendaraan bermotor titik beku yang rendah adalah hal
yangsangat penting untuk mencapai kasus untuk start dan yang diperlukan dalam
kemapuan untuk di start dalam kondisi dingin. Ada dua bentuk titik beku yaitu titik
beku kekentalan dan titik beku lilin. Titik beku kekentalan derajat yang mendkati
sebagi temperatur bila diturunkan dan kekentalan minyak naik. Sampai minyak tidak
bisa mengalir kondisi dibawah suhu pengujian Titik beku lilin terjadi sbagai mana
kristal wax mengendap dari larutan dan menyak membeku. Tambahan bahan yang
menyebabkan sifat kristal lilin dapat digunakan pada suhu titik beku yang rendah dari
minyak bahan dasar jenis parafin.Ini adalah suhu starting kristal dari parafin wax.
4. Titik nyala
113
Titik nyala dari minyak mempunyai pengaruh yang kecil terhadap unjuk kerja
mesin dan memberi pelayanan utama dalam indikator emisi hidro karbon atau sumber
minyak dalam pencampuran untuk contohnya bagaimanapun suatau campuran minyak
kekentalan yang tinggi dan yang rendah akan memberikan viskositas campuran atau
ditekan dengan mencampur minyak yang utama titik nyala yang rendah menujukan
emisi hidrokarbon yang besar selama pemakaian .
5. Titik didih
Trayek didih yang sangat tinggi dari fraksi menunjukan tingginya berat molekul
komponen. Dan untuk dberikan oleh minyak mentah menunjukan kekentalan yang
tinggi. Trayek didih dan kekentalan dari fraksi adalah faktor yang besar dalam
pemilihan fraksi minyak untuk mencampur bahan dasar minyak pelumas dalam unit
distilasi vakum. Keasaman Pengkaratan pada logam penumpu adalah terbesar
disebabkan oleh serangan asam pada logam penumpu yang mengalami oksidasi. Asam
organik ini dibentuk oleh reaksi oksidasi pada hidro karbon minyak pelumas yang
dioperasikan pada kondosi dibawah. dan asam yang dihasilkan oleh proses pembakaran
yang dikenalkan dalam karter yang ditiup oleh tiupan torak. Pelumas motor
mengandung bahan penahan untuk menetralkan asam yang berifat korosif. Biasanya
dispersant dan detergen yang ditambahkan adalah dibentuk oleh material alkali yang
keras yang menyebabkan yang melaksanakan penetralan asam yang terikut. Proses
pencampuran bahan dasar pelumas jenis parafin mempunyai panas dan kestabilan
terhadap oksidasi yang lebih baik dan menunjukan keasaman yang rendah dibanding
dengan minyak mentah jenis naphten. Sejumlah bahan yang dipakai untuk menetralkan
dipakai untuk mengukur asam organik dari minyak angka yang tinggi menunjukan
derajat keasaman yang tinggi.
6. Sifat asam
Proses yang pertama kali dalam pengolahan minyak pelumas adalah proses
pemisahan pada distilasi atmosfer. Dari masing masing fraksi sesuai spesifikasi
114
kekentalanya dan trayek didih. Bahan dasar Minyak pelumas berat di peroleh
darimenara distilasi vakum bagian bawah dengan aspaltin damar, dan bahan bahan
yang tidak disukai. Bahan fraksi pelumas yang baik dari minyak mentah yang
mengandung komponen yang tidak disukai untuk dibentuk menjadi minyak pelumas.
Hal ini harus dihilangkan atau dirombak dengan melalui proses seperti liquid
ektraktion, pengkristalan, pemilihan jenis hidrokraking dan atau proses penjenuhan
.karakterstik yang tidak disukai termasuk titik tuang yang tinggi. Perubahan viscositas
yang tinggi akibat suhu ( VI yang rendah) Kestabilan terhadap oksidasi yang rendah
Titik beku yang tinggi asam organik yang tinggi dan kadar karbon yang tinggi dan
kecenderungan pembentukan sludge. Proses - proses yang digunakan untuk merubah
sifat tersebut :
3. Pelarut dewaksing dan hidrokaraking yang selektiv untuk menurunkan titik beku dan
titik tuang
4. Hidro treating dan clay treting untuk memperbaiki warna dan kestabilan terhadap
oksigen.
Meskipun pengaruh utama dari proses sebagai mana dijelaskan diatas ada juga
pengaruh sekundair suatu contoh mesikipun hasil utama dari proses dewaxing adalah
rendahnya titik beku dari minyak sulven dewaxing juga menurunkan VI dari minyak
secara nyata. Untuk akibat ekonomi sebagai mana satu proses terkait proses yang lain
pada umumnya diharapkan ekstraksi pada diaspalting, dewaxing, dan proses akhir .
Bagaimanapun proses dewaxing dan finising adalah Acuan yang berulang ulang yang
umumnya proses dikembangkan dalam biaya dan dilengkapi dengan keinginan yang
sama. Bahan baku distilat berat untuk memproduksi bahan dasar pelumas dapat dikirim
115
searah dengan unit ekstraksi yang menggunakan pelarut tetapi hasil bawah menara
distilasi atmosfer dan distilasi vacum meminta prosesdiaspalting untuk menghilangkan
aspalten dan damar sebelum di lanjutkan proses ekstraksi yang menggunakan pelarut.
Dalam kasus yang sama aliran distilat yang mempunyai titik didih tinggi dapat juga
mengandung senyawa aspalten yag cukup dan damar untuk memperbaiki digunakan
proses deaspalting. Propan adalah solven yang umum digunakan dalam proses
deaspalting tetapi dapat juga digunakan etan atau butan diharapkan untuk mencapai
sifat pelarut yang dikehendaki. Propan mempunyai sifat pelarut yang disenangi dalam
kondisi suhu 100 sampai 206 0F atau (40 samapi 96,8 0C) parafin adalah sangat mudah
larut dalam propan tetapi daya larut akan menurun searah dengan naiknya temperatur
samapi pada suhu kritisnya 206 0 F (96,8 0C)semua hidra karbon menjadi larut
seluruhnya. Dalam kisaran suhu 100 samapi 106 0F ( 40 samapi 96,8 0C) Aspalten
dengan berat molekul tinggi dan resin adalah sangat mudah alrut dalam propane.
Pemisahannya dengan menggunakan distilasi yang umumnya dengan berat molekul
masing masing komponen dan ekstraksi pelarut oleh molekul. Propan elarut asal jatuh
diantara dua kategori karena pemisahan adalah fungsi dari keduanya yaitu berat
molekul dan struktur hidro karbonya. Bahan baku dikontakkan dengan 4 sampai 8 kali
volume cairan propan pada temprtur yang dikehendaki. Pjase ekstrak mengandung
minyak sebesar 15 sampaidengan 20 % berat yng tercampur dengan pelarut. Bahan
baku yang sangat berat meggunakan perbandingan yang sangat tinggi untuk plarut
propane. Phase rafinat mengandung 30 samapi 50 % volume propan dan bukan laurtan
murni tetapi merupakan endapan emulsi antara propane dan aspaltik Sebagaimana
kilang yang sangat baik seksi dasar ekstraksi dari proses yang umum adalah sangat
sederhana yang terdiri atas menara selinder dengan bafel jenis besi yang diletakan
berbariis horisontaal atau terdapatbafel yang berlubang lubang yang digunakan untuk
memperoleh aliran yang berlawanan antar minyak dan pelarut beberapa unit
menggunakan rotating disc contraktor (RDC) untuk tujuan tersebut. Bentuk unit propan
deaspalting (FIG 14) dimana propan diinjeksikan pada dasar menara pembersihdan
umpan dari dasar menara vacum dimasukan mendekati puncak kolom. Mereka akan
116
melarutkan minyak dari residu dan terbawa kepuncak menara anara residu dan titik
umpan dan puncak menara, spiral pemanas digunakan untuk menaikan suhu dari
propan dan ekstrak, jadi akan menurunkan daya larut dari minyak kedalam propan
Kasus ini sama dengan minyak dilepaskan dari pase extrak yang menggambarka aliran
reflux. Aliran reflaux menuju kebawah menara dan menaikan ketajaman ppemmisahan
antara minyak bagian dari residu dan sebagaian aspaltin dan resin. Aspal dan resin
meninggalkan botom menara disebut rafinat dan campuran minyak dan propan
meninggalkan puncak disebut ekstrak. Sistem perolehan solven dari proses propan
deaspalting sebagai mana semua proses ekstraksi adalah sangat besar biaya
operasinnya dibanding proses treating sytem dua tingkat atau teknik superentikal
digubakan untuk memperoleh propan dari rafinat dan dalam phase ektrak.. dalam sytem
flash satu tingkat dioperasikan pada tekanan yang tinggi untuk mencairkan uap propan
dengan pendinginan air sebagaimana perpindahan panas medium. Gambar 1 Proses
Pembuatan Bahan Dasar Pelumas Dalam menara flash yang bertekanan rafinat,
masalah foming dan aspalt yang terbawa adalah sangat besar . Untuk mengurangi hal
ini Flash tower dioperasikan pada suhu 550 0 F ( 290 0C) Untuk mengatasi kekentalan
aspal pada kondisi level yang rebdah. Striper yang dua tingkat digunakan untuk
mengambil propan dari rafinat dan ekstrak pada tekanan mendekati atmosfer.. Propan
ini dikondensasikan dan ditekan sebelum dikembalikan ke Drum enampung propan.
Menara propan deaspalting dioperasikan pada tekanan tinggi yang cukup untuk
memelihara pelarut dalam kondisi cair biasanya tekananya 500 psig ( 3448 kPa). Aspalt
diperoleh kembali dari rafinat dapat dicampur dengan aspalt yang lain untuk
mendapatkan bahan bakar berat atau di umpankan pada unit coking. Produk minyak
berat dari residu vakum disebut bahan baku rengkahan adalah mempunyai kekentalan
yang tinggi bila dicampur yang telah diproses kelanjutanya. Dan digunakan untuk
digunakan untuk pelumasan beban berat seperti pada truk automobil dan pelayanan
pada pesawat terbang.
117
Ada tiga pelarut yang digunakan dalam ekstraksi aromatik dari bahan dasar
pelumas yang diumpankan dan bagian pengambil pelarut dari sistem yang berbeda
yaitu. Pelarut fulfural phenol Nitrogen methyl 2 piroidin (NMP). Tujuan ekstraksi
pelarut adalah untuk memperbaiki viskossitas indek ketahanan terhadap oksidasi dan
warna bahan baku pelumas dasar. Dan untuk menurunkan kecenderugan pembentukan
karbon dan lumpur busa dari pelumas dengan memisahkan sebagian aromatik dari
naphtenik dan paraffin:.
Aliran proses melalui unit fulfural ekstraktion unit seperti halnya pada propan
deaspalting unit kecuali untuk seksi perolehan sulven yang agak lebih komplek.
Minyak bahan baku diumpankan pada ektraktor yang dialirkan secara berlawanan arah
secara terus menerus pada suhu yang merupakan fungsi kekentalan dari umpan . makin
tinggi kekentalan umpan makin tinggi suhunya. Unit ekstraksi biasanya ditempatkan
raschig ring atau packed tower atau rotating dich contaktor dengan grradien temperatur
dari punacak sampai kebotom 60 samapai 90 0 F( 30 samapi 50 0C). Suhu pucak
menara merupakan fungsi suhu pencampuran antara minyak dan fulfural biasanya
dalam kisaran 220 sampai dengan 300 0 F ( 105 sampai dengan 150 0C) Arah aliran
minyak dalam kondisi terus menenrus dan aliran fulfural dispersant menuju kerah
bawah melaui minyak. Ektrak dikembalikan dengan perbandingan 0,5 :1 untuk
memperbaiki effisiensi ekstrak. Menara ekstraksi dan RDC di operasikan dengan
gradien suhu yang memperbaiki pemisahan yang dilakukan oleh internal reflux. Phenol
pertama kali diumpankan pada menara dengan suhu yang tinggi dibanding dengan
minyak Suhu penol bersih yang lewat menurun melebihi suhu pada dasar kolom dan
kelarutan minyak terjadi apad saat aliran menurun. Minyak keluar dengan arah aliran
yang berlawanan dengan penol dan naik kepuncak kolom sebagai reflux suhu puncak
menara ditahan pada suhu dibawah suhu peenacmpuran campuranya. Dan suhu botom
dipelihara pada 20 0F (10 0C) dibawah suhu puncak. Phenol melarutkan berbagi
senyawa parafin dan naphten seperti halnya aromatik . Air melakukan sebagai anti
118
pelarut untuk menaikan selectifitas dari pelarut phenol sebesar 3 sampai dengan 38 %
Air ditambahkan pada phenol penurunan suhu reaksi mempunyai akibat samping.
Yield rafinat dinaikan dengan menaikan kandungan air atau penurunana suhu. Varibel
operasi menara ekstraksi yang penting adalah:
2. Suhu ektraksi
3. Kandungan air dalam phenol Perbandingan antara phenol dan minyak 1:1 samapi
2,5:1 tergantng kualitas dan kekentalan umpan dan kualitas produk yang dikehendaki
naiknya perbandingan untuk memberikan bahan mempunyai VI dari produk yield
menurun Phenol diambil kembali adari ekstrak dan rafinat dengan distilasi dan aliran
striping gas. Kehilangan phenol berkisar antara 0,02 samapi 0,045 % dari phenol yang
disirkulasikan.
Dewaxing adalah proses yang telah dikembangkan oleh Exxon yaitu modifikasi
proses keton dewaxing dengan proses pendinginan secara tiba tiba dari ompan minyak
yang mengandung wax de ngan injeksi searah deengan pelarut yang dingin dalam
pencampur yang sangat tinggi krital wax membentuk besar dan sangat keras dibanding
dengan kristal yang dibentuk oleh pisau pengikis permukaan chiller . kecepatan
penyaringan yang sangat tinggi dan pemisahan minyak yang baik dapat dicapai .
Hasilnya biaya operasi dan biaya infestasi sangat rendah dan yield minyak yang bebas
wax sangat tinggi. Pendingin pisau penghilangan permukaan dihilangkan tetapi
chillernya masih digunakan . c. Propan Dewaxing Propan dewaxing berbeda dari keton
dewaxing dalam hal ini propan digunakan sebagi pelarut dan pendingin dalam direct
chilling . sebagai pelarut propan melarutkan minyak untuk mengalir dan melukan
pengangkutan sesudah wax mengkristal . Sebagai pendingin mendinginkan minyak
dengan mengubah diri menjadi uap sesuai propan yang adad dalam larutan minyak
yang mengandung wax . Kecepatan pendinginan biasanya mencapai 3 0F (1,5 0C)per
119
menit tetapai jaraknya hampir mendekati 7 0F(40C) permenit mulai proses
pendinginan terus mennerus mencapai 2 0F (1 0C) pada akhir pendinginan dalam
propan dewaxing kecepatan akhir pendinginan untuk mencagah slax mendingin karena
hasilnya wax yang membentuk kristal dan berkemabng.sejumlah larutan yang diminta
adalah merupakan fungsi minyak yang diproduksi dengan propan sebagai umpan yang
baru untuk hidrakrbon ringan dan untuk bahan baku yang berat Umpan minyak yang
mengandung wax dicampur dengan propan didinginkan sampai 80 0F ( 29 0C) dan
diumpankan pada drum larutan masukan panas dibawah tekanan yang cukup untuk
mencegah penguapan propan dari drum pelarut kedua campuran di pisah menjadi dua
atau satu kedalam chiler dimana di situ didingnkan dan dikendalikan kecepatanya
dengan penguapan propan biasanya samapi 30 menit untuk mendinginkan campuran
samapi suhu yang dikehendaki. Lumpur kemudian dikeluarkan dan diumpankan pada
filter drum Putaran dilakukan dengan satu chiller yang sedang melakukan pendinginan
sedang chiller yang lain sedang mengumpankan pada filter drum kemudian dinaikan
pada larutan drum panas. Wax dipisahkan dalam pamihaan wax dari minyak pada filter
berputar, setelah cake dibesihkan dengan propan dingin sedangakan didalam filter di
gunkan untuk memisahkan sebanyak banyaknya minyak sebagai partikel uap propan
yang digunakan untuk memisahkan cake. Propan dalam kandungan dewaxed dan aliran
wax diambil kembali dengan memanaskan sapai 32 0F ( 160 0C) dan dibersihakan pada
tekanan yang ditetukan dimanan propan didinginkan dengan air pebdingin kilang . se
bagai mana propan yang diperoleh dengan tekanan renadah dan akhir aliran striping
dari masing masing aliran Propan yang dari aliran tekanan rendah dikompresi dan
dikondensasikan dan dikembalikan lagi ke drum penampungan Pemisahan wax yang
utama seperti para flow ( naphtalin chlorinated produksi kondensasi wax) dan atau
acriloid ( meta crelate polimer) secara terus menerus ditambahkan pada umpan wax
yang berminyak dalam kandungan 0,05 samapi 0,2 % volume dari umpan untuk
mengubah struktur wax, hasil ini dalam kecepatan penyaringan yang tinggi dan lapisan
cake yang tebal dalam hal ini sangat mudah dibersihkan dengan minyak.
120
a) Pemilihan Hidrokraking
Ada pemilihan proses hidro kraking untuk memisahakan minyak dari wax
Salah satunya menggunakan satu katalis hanya untuk menurunkan pour point dan yang
lain menggunakan dua katalis untuk menurunkan pour point dan memperbaiki
kestabilan terhadap oksigen . Untuk operasi menurunkan pour point kedua proses yang
menggunakan bentuk katalis zeolit yang selektif akan melakukan perengkahan normal
parafin dan parafin cabang yang pendek, zeolit dengan diameter terbuka 6A
memberikan craking yang sangat cepat untuk normal parafin dengan penurunan
kecepatan sebanding dengan jumlah yang membesar. Proses pelumas kendaraan
menggunakan fix bed reaktor yang menggunakan dua katalis dan aliran proses sebagai
manan pada hidro kraking . ketajaman operasi dikendalikan oleh temparatur out let
furnace ( suhu rekator ) terutama pembentukan methan atau ethan dalam reaksinya.
Seperti halnya British petroleum (BP) Proses produksi propan , butan dan pentan dalam
perbandingan 2:4:3 dalam satuan berat. Kondisi rekasi untuk mobil dan BP proses
timbul Sesuai dengan type jarak yang dikehendaki sebagai berikut: Yield dari minyak
yang bebas dari wax seperti halnya pour point yang sama dari bahan umpan yang sangat
tinggi dari 0 samapi 15 % lebih besar dari pelarut dewaxing ( SDW) dengan naiknya
kesulitan yang ditimbulkan dari pemisahan minyak dari wax dalam prses SDW. Umpan
pada proses hidro kraking yang selektif adalah minyak yang diekstrak dari unit
aromatik ektraksi keuntungan dapat dicapai atas pelarut lingkungan unit dewaxing
termasuk
a. Minyak yang dihasilkan mempunyai kandungan rendah pada pour poinya dari bahan
baku parafin
c. Yield bahan baku minyak pelumas yang menguntungkan d. Operasi pemisahan hidro
kraking tidak ditentukan.
b) Hydro Finishing
121
Hydro finishing dari bahan baku pelumas tanpa wax adalah diperlukan untuk
memisahkan senyawa kimia yang aktif yang mempunyai sifat warna yang tidak stabil
dari minyak pelumas. Banyak operasi hidro craking menggunakan katalis cobalt
molibdenum dan dioperasikan pada kondisi tajam dengan menentukan perbaikan
warna yang diutamakan. Senyawa organik nitrogen memberikan akibat samping yang
sangat serius terhadap warna dan wana yang tidak stabil dari minyak. Dan merika harus
dipisahkan dalam jumlah yang besar atau dari operasinya Aliran prosesnya adalah sama
seperti halnya untuk bentuk unit hidrokraking . kondisi operasi yang mewakili
diantaranya : Biasanya yield akhir minyak kurang lebih 98 % dari minyak dewaxing
yang diumpankan.
Dampak Lingkungan
Kritikan persyaratan lingkungan dan standar yang berlaku untuk mobil baru
memberikan gambaran tentang pertumbuhan permintaan mutu yang tinggi berbagai
macam tingkatan untuk pelumas motor yang mempunyai penguapan rendah dan sifat
pemakaian bahan bakar dan menurukan ketebalan minyak dengaan mengoksidasi
selama pelayanan yang menyebabkan naiknya pemakaian bahan bakar pelarut yang
memperbaiki minyak telah mengalami kesukaran dalam memenuhi stabdard yang baru
dan telah dikembangkan pada hidrokraker dan poli alpha oliven bahan dasar minyak.
Khususnya untuk minyak yang viskositasnya rendah seperti 5W -30 dan 10W 30 dan
122
serba guna. Viscositas yang rendah pada minyak yang serba guna adalah bentuk
pencampuran dari viskositas rendah minyak bahan dasar mineral yang mempunyai
penguapan dan kecenderungan pemakaian yang tinggi dan ketebalan yang tipis dengan
oksidasi selama penggunaan. Hidrokraking dari bahan dasar mengikuti ekstraksi
pelarut untuk menghilangkan komponen aromatik yang mengalami hidrokraker
sebagian. Adalah biaya yang efektif dibanding dengan memproduksi polialpa olivin.
Sistem pelumasan merupakan salah satu sistem utama pada mesin, yaitu suatu
rangkaian alat-alat mulai dari tempat penyimpanan minyak pelumas, pompa oli (oil
pump), pipa-pipa saluran minyak, dan pengaturan tekanan minyak pelumas agar
sampai kepada bagian-bagian yang memerlukan pelumasan. Sistem pelumasan ini
memiliki beberapa fungsi dan tujuan, antara lain:
Mengurangi gesekan serta mencegah keausan dan panas, dengan cara yaitu oli
membentuk suatu lapisan tipis (oil film) untuk mencegah kontak langsung permukaan
logam dengan logam. Sebagai media pendingin, yaitu dengan menyerap panas dari
bagian-bagian yang mendapat pelumasan dan kemudian membawa serta
memindahkannya pada sistem pendingin. Sebagai bahan pembersih, yaitu dengan
mengeluarkan kotoran pada bagian-bagian mesin. Mencegah karat pada bagian-bagian
mesin, mencegah terjadinya kebocoran gas hasil pembakaran, sebagai perantara
oksidasi.
123
2. Pelumas nabati, yaitu yang terbuat dari bahan lemak binatang atau tumbuh-
tumbuhan. Sifat penting yang dipunyai pelumas nabati ini ialah bebas sulfur
atau belerang, tetapi tidak tahan suhu tinggi, sehingga untuk mendapatkan sifat
gabungan yang baik biasanya sering dicampur dengan bahan pelumas yang
berasal dari bahan minyak mineral, biasa disebut juga compound oil.
3. Pelumas sintetik, yaitu pelumas yang bukan berasal dari nabati ataupun
mineral. Minyak pelumas ini berasal dari suatu bahan yang dihasilkan dari
pengolahan tersendiri. Pada umumnya pelumas sintetik mempunyai sifat-sifat
khusus, seperti daya tahan terhadap suhu tinggi yang lebih baik daripada
pelumas mineral atau nabati, daya tahan terhadap asam, dan lain-lain.
Selain ciri-ciri fisik yang penting seperti telah dijelaskan sebelumnya, minyak
pelumas juga memiliki sifat-sifat penting, yaitu:
Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk karena pengaruh dari luar (gas
buang) dan asam-asam yang terbentuk karena terjadinya oksidasi.
124
c) Sifat tahan terhadap oksidasi
Untuk mencegah minyak pelumas cepat beroksidasi dengan uap air yang pasti ada
di dalam karter, yang pada waktu suhu mesin menjadi dingin akan berubah menjadi
embun dan bercampur dengan minyak pelumas. Oksidasi ini akan mengakibatkan
minyak pelumas menjadi lebih kental dari yang diharapkan, serta dengan adanya air
dan belerang sisa pembakaran maka akan bereaksi menjadi H2SO4 yang sifatnya sangat
korosif.
b. Gemuk Pelumas
-Mencegah masuknya air, dan meskipun ada molekul-molekul air, daya lumas tidak
berubah.
125
-Bagian yang mudah terkena debu dan air.
c. Additive
Kualitas pelumas yang baik tidak hanya didapatkan dengan cara proses
pengolahan maupun pemurnian (purifikasi), tetapi perlu ditambahkan bahan-bahan
kimia tertentu yang lebih dikenal dengan aditif. Aditif yang ditambahkan ke dalam
minyak pelumas bertujuan untuk memperbaiki kualitas minyak pelumas. Penambahan
aditif dalam minyak pelumas ini berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi,
temperatur, dan kerja dari mesin itu sendiri. Oleh karena itu jenis-jenis minyak pelumas
berbeda-beda dapat kita temukan di pasaran.
1. Deterjen
126
2. Dispersan
Aditif yang bekerja pada temperatur rendah yang berfungsi untuk menghalangi
terbentuknya lumpur atau deposit di dalam ruang mesin. Aditif ini cocok digunakan
pada mesin-mesin mobil kendaraan pribadi yang sering berhenti dan berjalan.
3. Antioksidan
4. Pelindung Korosi
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat berwarna hitam
kecoklatan, tahan terhadap air. Aspal sering juga disebut bitumen. Aspal atau bitumen
adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit
mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan
lentur mempunyai sifat viskoelastis.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan
127
pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal berasal dari
aspal alam (aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi).
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik
dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom
selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen,
belerang, dan beberapa atom lain.
Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan.
Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi
dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh,
alifatik dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul.
Kegunaan aspal adalah untuk melapisi permukaan jalan. Secara kuantitatif, biasanya
80% massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan
nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium.
Aspal yang dikenal saat ini dan dipergunakan dipasaran dapat digolongkan
menjadi dua berdasarkan kepada proses pembentukannya, yaitu aspal minyak
diperoleh dari penyulingan minyak bumi aspal dengan berbagai kadar, volume lebih
besar dan lebih ekonomis daripada aspal alam. Aspal alam mulai digunakan sekitar
3000 SM penambangannya dilakukan dari sumuran terbuka atau danau. sedangkan di
Indonesia aspal alam di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Produksi aspal Indonesia terdiri dari aspal alam dan aspal minyak yang
dihasilkan oleh empat dari delapan kilang minyak dari Pertamin, yaitu Kilang
Pangkalan Brandan, Musi, Cilacap, dan Wonokromo. Potensi cadangan aspal alam di
Pulau Buton saat ini berjumlah 5,72 ton dengan kadar bitumen 20-30%.
128
Aspal dapat digunakan sebagai pelapis permukaan jalan, baik campuran dingin
(cold mix) maupun campuran panas (hot mix). Pada campuran dingin
aspal dicampurkan pada temperatur rendah dengan minyak pelunak (fluk oil/bunker
oil) di dalam campuran panas absuton diperoleh dengan campuran minyak pelunak dan
agregat dengan aspal panas di dalam Aspalt, Mixing Plant. Industri yang memerlukan
material aspal antara lain industri cat, vernis dan lak, batu batere, barang dari karet, dan
barang dari logam.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan
pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat
padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang
sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik.
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik
dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom
selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen,
belerang, dan beberapa atom lain.
129
Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6%
belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan
vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa
molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal
mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa
polar.
2. Istilah
a. Aspal adalah material berwarna hitam dengan sementasi yang solid atau semi
solid. Secara umum aspal akan melunak jika dipanaskan dan kembali lebih
solid setelah dingin. Di alam aspal ditemukan diruangan bercelah dan pori
batuan atau dari produk sampingan penyulingan minyak.
b. Aspaltit adalah material berwarna hitam secara alami terjadi dari bitumen solid,
biasanya mengkilap dan pecahannya membentuk konkoidal. Aspalitit yang
sudah dikenal adalah kilsonit (wintahit), grahamit dan danter.
c. Mineral wax (lilin) adalah material yang solid atau semi solid. Secara relatif
dapat disebut sebagai bitumen, tidak mudah menguap, warnanya bervariasi dan
kilap lilin. Mineral lilin yang cukup dikenal adalah ozokerit.
d. Pirobitumen adalah material berwarna hitam berupa hidrokarbon yang solid
dapat dilebur dan relatif dapat dicairkan dalam karbon disulfide. Penamaan
material ini berdasarkan sifatnya yang baru membentuk hidrokarboncair atau
gas setelah dipanaskan.
130
e. Aspaltit pirobitumen adalah sebagai substantially free of oxygenated bodies.
Misalnya, wurtzilit (elaterit), alberit, dan impsonit. Sedangkankan non-aspaltik
pirobitumen mengandung oxygenated bodies seperti batubara dan gambut.
Memang ada aspal yang dihasilkan dari hasil pengolahan minyak bumi selain
itu ada juga aspal yang dihasilkan sebagai bahan galian atau hasil tambang. Di
Indonesia bahan galian aspal sudah lama dikenal orang. Aspal yang dikenal saat ini dan
dipergunakan dipasaran dapat digolongkan menjadi dua berdasarkan kepada proses
pembentukannya, yaitu :
1. Aspal Minyak
Aspal minyak diperoleh dari penyulingan minyak bumi aspal dengan berbagai
kadar, volume lebih besar dan lebih ekonomis daripada aspal alam. Adanya variasi
kadar ini memungkinkan dipakainya aspal di berbagai industri, sehingga kedudukan
aspal alam banyak diganti oleh aspal minyak. Bahkan di Amerika konsumsi aspal
minyak lebih dari 95% per tahun.
Komposisi elemen karbon pada aspal minyak hampir sama dengan minyak,
yaitu 83% dari berat tetapi mengandung unsur belerang (S), natirum (na) dan oksida
(O) jauh lebih besar.
131
2. Aspal Alam
Bantuan aspal juga dijumpai sebagai deposit dari Bituminus batu pasir dan
kapur. Peresapan aspal kemungkinan ditempatkan dalam batuan asal sebagai minyak
bumi yang dikonfersikan dalam bentuknya sekarang dengan polimerisasi alam. Deposit
aspal bituminous terdapat di Amerika (Kentucki, Texsas, Oklahoma, Lousiana, Utah,
Arkansas, California, dan Alabama). Di Eropa ditemuka di Prancis, Jerman, Italia, dan
Swiss. Di dalam batuan aspal berkadar bitumen sesuai aslinya seperti :
-Batuan aspal kapur yang merupakan natural limestone rock aspalt dengan kadar 9-
12% dan perimbangan material pengotor bebas.
-Bantuan aspal yang merupakan natural sadstone rock aspalt berkadar 7%, sisanya
bebas dari tanah liat ataumaterial yang lain.
132
-Bantuan aspal terproses yang terdiri atas natural sandstone rock aspalt yang bercampur
dengan beberapa sebagian semen aspal.
Endapan absuton tersebar mulai dari Teluk Sampolawa sampai Teluk Lawele.
Kadar aspal dalam batuan bervariasi antara 10-45% bergantung kepada jenis dan
porositas batuan, meskipun dalam lapangan yang sama. Areal aspal biasanya
ditemukan pada puncak pegunungan atau di lereng antiklin
4. Pengolahan Aspal
1. Aspal Alam
Sampai saat ini penambangan aspal alam hanya dilakukan di Kabungka yang
dilakukan dengan cara tambang terbuka. Penambangan dilakukan dengan cara
mengupas tanah penutup, kemudian batuan aspalnya dieksploitasi dengan peledakan,
pengecilan ukuran, pemilihan kadar, dan pencampuran. Kadar bitumen berkisar antara
3-15% dengan hasil pencampuran berkisar antara 6,5-7%.
Lapisan absuton yang relatif keras (batuan induknya pasir) digali dengan
buldozer (ripping) dan yang batuan induknya kapur digali dengan peledak. Hasil galian
absuton diangkut ke crushing plant untuk dipecah menjadi tiga macam ukuran,
diayak/disaring dalam bentuk curah. Absuton curah diangkut ke pelabuhan Banabung
untuk dimuat ke kapal/tongkang denagn alat muat ship loader/conveyor dan
selanjutnya dikirim ke daerah-daerah yang memerlukan di Indonesia. Pemasaran
menjadi kendala utama apabila penjualan/pengaspalan aspal tidak lancar, produksi juga
akan terpaksa diturunkan.
2. Aspal Minyak
133
tanpa dekomposisi. Meskipun demikian, destilasi residu tersebut yang dicampur
dengan aspal yang lebih keras sudah digunakan untuk pelapisan jalan.
Penemuan tabung kontinu atau pipa still pada tahun 1912, telah memudahkan
perolehan produk residu secara kontinu dalam operasinya. Penemuan tersebut juga
memungkinkan untuk dapat dilakukan. Produk proses ini dikenal dengan straight
reduced atau straight non asphait. Munculnya proses continuous cracking pada tahun
1923 menyebabkan aspal panas menjadi factor penentu untuk pengaspalan jalan atau
industri, dan terus berkembang sehingga pasokan aspal panas cukup dengan hanya
menggunakan fraksi kecil dari minyak tanah pada taraf catalytic craking. Usaha
memperkeras residu dengan oksidasi telah diperoleh produk khusus untuk
memperbaiki suhu kerentanan dan daya tahan terhadap cuaca. Produk ini dapat juga
digunakan untuk built-up roof covering dan prepared roofing.
134
jalan. Produk-produk cair seperti curing, cutback, baik yang lembut, medium, atau
cepay dan emulsi air, juga sering digunakan. Aspal tiup telah dikembalikan dengan
mencampurkan bahan pengisi, polimer, soloen, dalam bentuk emulsi. Pengembangan
disesuaikan dengan kondisi pasar berdasarkan fungsi dan pemakaiannya.
5. Produksi
Produksi aspal Indonesia terdiri dari aspal alam oleh PT. Sarana Karya dan
aspal minyak yang dihasilkan oleh empat dari delapan kilang minyak dari Pertamin,
yaitu Kilang Pangkalan Brandan, Musi, Cilacap, dan Wonokromo.
Potensi cadangan aspal alam di Pulau Buton saat ini berjumlah 5,72 ton dengan
kadar bitumen 20-30%. Meningat jumlah cadangan tersebut, untuk memasok
kebutuhan aspal di Indonesia yang saat ini lebih dari 500.000 ton sangat tidak mungkin.
Oleh karena itu, cadangan yang ada masih dapat dimanfaatkan sebagai pelapis
permukaan jalan dan pengikatan agregat sebagai aspal hot mix. Konsumsi diarahkan
ke Indonesia Kawasan timur yang mempunyai jarak tidak terlalu jauh, sehingga
pengangkut tidak memerlukan ongkos tinggi.
6. Kegunaan
135
material aspal antara lain industri cat, vernis dan lak, batu batere, barang dari karet, dan
barang dari logam.
7. Penyebaran
Di Pulau Buton terdapat 19 lapangan aspal besar dan kecil, empat diantaranya
dikatagorikan ekonomis, yaitu lapangan Waisiu dengan cadangan sekitar 200.000 ton
dan kadar bitumen rata-rata adalah 30%, kandungan (4,5 juta ton, 30%-45%) dan
lapangan Lawele (20.000 ton; 20-35%).
5.11 Avtur
Avtur didesain khusus untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin
turbin (external combution) . Performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur
ditentukan oleh karakteristik kemurnian, model pembakaran turbin, dan daya tahan
struktur pada suhu yang rendah . Disamping sebagai sumber energi penggerak mesin
pesawat terbang juga berfungsi sebagai cairan hidrolik didalam sistem kontrol mesin
dan sebagai pendingin bagi beberapa komponen sistem pembakaran.
136
berat jenis (specific gravity),tekanan uap reid, warna,viskositas kinematis, temperatur
distilasi, titik nyala, titik tuang dan titik sambar.
Avtur memiliki sifat yang menyerupai kerosin karena memiliki rentang panjang
rantai C yang sama. Komponen-komponen kerosin dan avtur terutama adalah senyawa-
senyawa hidrokarbon parafinik (CnH2n+2) dan monoolefinik (CnH2n) atau naftenik
(sikloalkan, CnH2n) dalam rentang C10 – C15. Sifat ini dipilih karena memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan bahan bakar jenis lain. Contohnya adalah volatilitas;
dibandingkan dengan bensin, avtur memiliki volatilitas yang lebih kecil sehingga
mengurangi kemungkinan kehilangan bahan bakar dalam jumlah besar akibat
penguapan pada ketinggian penerbangan. Hal lain yang menguntungkan dari avtur
adalah kandungan energi per volumnya lebih tinggi dibandingkan dengan bensin
sehingga mampu memberikan energi bagi pesawat untuk penerbangan jarak yang lebih
jauh.
Avtur adalah bahan bakar dari fraksi kerosene, sefraksi dengan minyak tanah,
namun lebih sensitif dan lebih high grade daripada minyak tanah, yang dirancang
sebagai bahan bakar pesawat terbang yang menggunakan mesin turbin atau mesin yang
memiliki ruang pembakaran eksternal (External Combustion Engine).
Proses pembuatannya adalah dari pengolahan minyak bumi yang inputnya jenis gasoil
berfraksi berat di crack dalam reactor tekanan tinggi, dan sebagai output terdapat Light
Kerosene dan Heavy Kerosene yang merupakan komponen blending Avtur yang
nantinya dimix sedemikian rupa sesuai kebutuhan mutu Avtur.
137
kerosine lebih tinggi, yakni antara 144-252° Celcius. Mesin piston, sebagaimana
laiknya dapur pacu generasi awal, jauh lebih rentan ketimbang mesin turbin yang
terbuat dari metal jenis terbaru. Itu sebab, mesin pesawat DC-3 Dakota yang walau
hingga kini masih terbang, misalnya, tetap tak bisa beranjak dari avgas.
Oleh karena itu, dengan adanya perkembangan teknologi pada mesin juga ikut
mempengaruhi jenis bahan bakar yang dipakai oleh pesawat udara. Campuran-
campuran zat kimia lain yang dibutuhkan untuk menyesuaikan dengan jenis dan
kebutuhan mesin pada tiap-tiap pesawat. Namun memang, Avtur paling banyak
diproduksi dibanding aviation fuel lainnya seperti Avgas, Avtag, Avtcat untuk
keperluan penerbangan pesawat komersil dikarenakan banyaknya penggunaan engine
turbo-jet pada pesawat komersil tersebut.
Sifat pengaliran avtur dibatasi mengigat avtur harus dapat digunakan sebagai
bahan bakar pesawat terbang yang beroperasi pada suhu maksimal – 450C, avtur harus
disemprotkan ke ruang bakar. Sifat pembakaran sangat penting untuk mengetahui nilai
kalori yang dihasilkan dalam pembakaran yang sempurna dan untuk menghindari
terjadinya radiasi panas yang berlebihan dari senyawa yang terkandung dalam avtur.
138
1. Destilasi Atmosfir
Pada toping unit (Crude Destilation Unit CDU), Crude oil yang diolah
merupakan campuran antara Sumatra Light Crude (SLC) dan Duri Crude Oil (DCO),
CDU bekerja pada temperatur ± 3500C dan tekanan 1 atmosfir.Dari proses destilasi ini
dihasilkan produk antara lain :
1. Naptha
2. Kerosin
5. Long Residu
Long Residu yang dihasilkan CPU, digunakan sebagai umpan pada Heavy
Vacum Unit pada tekanan 40 mmHg temperatur ± 3900C. Dari unit destilasi hampa ini
menghasilkan produk yaitu :
2. Heavy Vacum Gas Oil (HVGO), sebagai umpan pada unit Hydrocracking.
3. Short Residu
Short residu yang dihasilkan dari heavy vacum unit, digunakan sebagai umpan
pada delayed coker unit (DCU) yang bekerja pada temperatur ± 3200C dan tekanan
±0.98kg/cm. Dari Delayed Coker Unit(DCU) dihasiklkan produk antara lain :
1. Naptha
2. Kerosin
139
3. Light Coker Gas Oil (HCOGO), dipakai sebagai umpan Hydrocracking
4. Green Coke
Gas alam dan gas petroleum merupakan sumber hidrogen dalam industri,
misalnya industri amonia dan pupuk. Ketika alkana dipanaskan sampai temperatur
tinggi dalam udara vakum, alkana akan pecah atau terpecah menjadi molekul
yang lebih kecil. Perengkahan metana (CH4) menghasilkan serbuk karbon murni,
seperti yang digunakan pada ban mobil; pembentukan pelapis intan buatan; dan
menghasilkan hidrogen, sebagai bahan mentah untuk industri kimia.
Perengkahan etana menghasilkan etena, salah satu bahan mentah yang penting
dalam industri kimia (terutama dalam pembuatan plastik) sama halnya seperti
hidrogen.
Asal - usul Minyak Bumi dan gas alam berasal dari binatang - binatang laut
yang kecil atau pun besar hidup dilaut dangkal yang selanjutnya mati dan kemudian
terendapkan, sehingga dalam kurun waktu yang lama akan tertutup oleh lapisan yang
tebal. Karena pengaruh waktu, tekanan, temperature yang Tinggi. endapan makhluk
hidup tersebut berubah menjadi Petroleum ( minyak bumi ) MIGAS.
Endapan migas dapat di gambarkan sebagai : Batuan lunak yang berasal dari
Lumpur yang mengandung bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk atau
“soure rock”. Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju tempet yang
bertekanan lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat yang di sebut perangkap
(trap). Suatu perangkap dapat mengandung:
140
Minyak, gas, dan air
2.Teori “anorganik”
3.Teori “duplex” yang merupakan perpaduan dari kedua teori sebelumnya. Teori
duplex yang banyak di terima oleh kalangan luas menjelaskan bahwa minyak dan gas
bumi berasal dari berbagai jenis organisme laut baik hewani maupun nabati. Dapat kita
ilustrasikan atau gambarkan :
141
Gambar 5.7 Mulai terjadi proses pengendapan dan proses perubahan kimiawi
142
Dari ilustrasi menarik diatas maka dapat di jelaskan secara detail tentang
gambaran gambaran tersebut. Secara Kimiawi, Migas adalah campuran senyawa
hidrokarbon yang multi komponen. Migas dapat berupa campuran senyawa
hidrokarbon paraffinik, napthecnic, atau aromatic (sangat jarang). Contoh campuran
senyawa paraffinic yang memiliki komponen utama yaitu : Unsur Carbon ( C ) dan
Hidrogen(H), dengan rumus umum senyawa : CnH2n+2.
1. Carbon 84-87%
2. Hidrogen 11-14%
4. Nitrogen 0,1-0,2%
143
5. Oksigen 0,1-2,0%
Secara garis besar minyak bumi dapat di rumuskan menurut sifat kimianya
yaitu:
1. Senyawa Hidrokarbon Alifatik Rantai Lurus disebut alkana atau normal paraffin.
Senyawa ini banyak terdapat dalam gas alam dan minyak bumi yang memiliki rantai
karbon pendek.
Contoh:
CH3–CH3 dan CH3–CH2–CH3.
Gas Alam adalah campuran hidrokarbon yang mempunyai daya tekan tinggi
dan daya kembang besar, dengan berat jenis spesifik yang rendah dan secara alamiah
terdapat dalam bentuk gas. Kompones gas-gas utama dari Gas Alam adalah Methana
(CH4), Ethana (C2H6), Propane (C3H8), Isobutane (C4H10), Butane (C4H10), dan
144
Pentane (C5H12). Terdiri dari golongan parafin yang mudah menguap C1 - C4. Dapat
digolongkan beberpa bentuk yaitu :
2. Sour Gas : Gas alam yang mengamdung H2S dalam jumlah besar ( bersifat korosif).
Gas alam sebagian besar terdiri dari metana. Indonesia adalah salah satu
penghasil utama gas alam terutama dari ladang gas Bontang (Kalimantan) dan ladang
gas Arun (Aceh). Gas alam dihasilkan dari sumur-sumur bor. Untuk mempermudah
transportasi gas alam dicairkan yang disebut LNG (Liquefied Natural Gas). Gas alam
terutama digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, maupun pemanas ruangan
waktu musim dingin. Disamping itu, gas alam juga berfungsi sebagai sumber hydrogen
dan sebagai bahan dasar untuk berbagai jenis industri.
Gas Alam (Natural Gas) adalah gas yang terkumpul dibawah tanah dengan
berbagai macam komposisi yang mungkin berkaitan dengan kandungan-kandungan
minyak bumi (associated gas) atau tidak berkaitan dengan sumber minyak bumi (non
associated gas). Pada umumnya semua kandungan minyak bumi berkaitan dengan gas
alam, dimana gas tersebut larut dalam minyak mentah dan membentuki "Cungkup Gas"
(gas cap) diatas kandungan minyak bumi tersebut. Tetapi ada juga pengumpulan gas
alam yang lepas dari kandungan atau ladang minyak bumi, contohnya ladang gas Arun
di Aceh.
145
diperoleh dengan proses-proses pendinginan, penyulingan atau absorpi. Heksan
dengan tekanan uap yang relatif rendah sering disebut kondensat atau bensin alam.
Petro Gas Cair (LPG) adalah gas propan atau gas butan atau campuran dari
kedua gas tersebut. Hidrokarbon berbentuk gas yang lebih berat itu diproses menjadi
cairan yang memungkinkan penampungan, pengangkutan dan mudah penanganannya.
LPG diperjualbelikan sebagai sumber energi panas.
Gas Alam Cair (LNG) yaitu gas alam (kebanyakan gas metan) yang dicairkan
untuk memungkinkan penampungan atau pengankutannya. Proses pencairannya
tidaklah semudah gas LPG. Untuk mendapatkan LNG harus dibutuhkan suhu yang
rendah sekali yaitu -162°C dan tekanan yang tinggi sekali. Setelah mengalami proses
regasifikasi (kembali berbentuk gas) LNG digunakan untuk bahan bakar industri.
Gas alam mengambil bagian dalam porsi yang besar dan tidak terpisahkan
sebagai pasokan energi dunia. Ketika dibakar, gas alam merupakan salah satu bentuk
energi paling bersih dan paling kuat yang tersedia. Gas alam memungkinkan kita untuk
memasak, menggunakan listrik, dan melakukan tugas keseharian dengan nyaman.
Meskipun sebagian besar terdiri dari metana, ada hidrokarbon lain yang
berkontribusi terhadap susunan gas alam. Setelah gas alam dimurnikan, bermacam
hidrokarbon ini secara terpisah dapat digunakan sebagai berbagai sumber energi.
4. Bitumen
Bitumen padat (oil shale) didefinisikan sebagai batuan sedimen klastik dan
karbonat yang mengandung material organik dalam jumlah yang signifikan, sehingga
apabila diekstraksi dengan dipanaskan pada temperatur tertentu dapat menghasilkan
minyak. Dari karakteristiknya yang meliputi jenis material organik, maturity dan
146
kelimpahan material organiknya; secara geologi, endapan bitumen padat banyak
terakumulasi Bitumen padat diendapkan dalam lingkungan transisi hingga ke laut
dangkal.Sebagaimana diketahui bahwa pada beberapa dekade yang lalu, biaya produksi
minyak bumi lebih murah dibandingkan dengan biaya produksi minyak bitumen padat
(shale oil), diantaranya karena biaya tambahan pada penambangan dan biaya untuk
ekstraksinya tinggi, disamping itu ekstraksi akan menghasilkan waste dalam kuantitas
yang besar yang memerlukan penanganan tersendiri. Akan tetapi dengan meningkatnya
kembali harga minyak dunia dan akan semakin berkurangnya cadangan minyak dunia,
bitumen padat mempunyai peluang menjadi salah satu alternatif penghasil energi fosil
minyak (shale oil) dalam memenuhi kebutuhan minyak nasional di masa datang.
Berdasarkan pemikiran ini, pemanfaatan minyak dari bitumen padat perlu digiatkan
karena selain dapat menghemat devisa juga untuk pemenuhan energi nasional serta
meningkatkan peluang kerja.
Trap (perangkap)
Setelah kita mengulas beberapa pandangan tentang asal usul minyak bumi
maka pada bagian ini kita coba untuk membahas tentang Perangkap (Trap ) MIGAS
yang merupakan cikal bakal dilakukanya suatu proses Explorasi MIGAS. Hal ini sama
dengan minyak bumi, sebelum minyak terjebak maka kita perlu element atau unsur dan
proses pembentuk minyak dan gas bumi.
147
kandungan material organik seperti batu lempung atau batuan yang punya banyak
kandungan material organik seperti batu gamping.
3. Batuan penutup (Seal): batuan yang impermeable atau batuan yang tidak gampang
tembus karena berbutir sangat halus dimana butiran satu sama lain sangat rapat.
4. Migrasi (Migration): berpindahnya minyak atau gas bumi yang terbentuk dari batuan
induk ke batuan penyimpan sampai dimana minyak dan gas bumi tidak dapat berpindah
lagi.
5. Jebakan (Trap): bentuk dari suatu geometri yang mampu menahan minyak dan gas
bumi untuk dapat berkumpul.
Bagaimana Proses minyak Bumi dan Gas terbentuk secara sistematis. Proses
pembentukan minyak bumi ada 5 tahap yang dapat kita susun secara sistematis dengan
148
memasukan unsur unsur materi yang telah kita bahas diatas.Adapun 5 prosesnya,
Yaitu:
2. Migrasi atau perpindahan (Migration): Senyawa hidrokarbon (minyak dan gas bumi)
akan cenderung berpindah dari batuan induk (source) ke batuan penyimpan (reservoir)
karena berat jenisnya yang ringan dibandingkan air.
5. Waktu (Timing): Jebakan harus terbentuk sebelum atau selama minyak bumi
berpindah dari batuan induk ke batuan penyimpan.
Setelah kita mengetahui dasar Tentang asal usul petroleum maka diharapkan
mendapat pandangan tentang MIGAS dengan baik dan benar. Yang tentunya materi ini
hanya sebagai pandangan awal saja masih banyak materi yang digunakan untuk
melakukan explorasi MIGAS.
a) Source Rocks
149
Source rocks adalah endapan sedimen yang mengandung bahan-bahan organik
yang dapat menghasilan minyak dan gas bumi ketika endapan tersebut tertimbun dan
terpanaskan. Bahan-bahan organik yang terdapat didalam endapan sedimen selanjutnya
dikenal dengan kerogen (dalam bahasa Yunani berarti penghasil lilin). Terdapat empat
tipe kerogen:
Tipe I: bahan- bahan organic kerogen Tipe I merupakan alga dari lingkungan
pegendapan lacustrine dan lagoon. Tipe I ini dapat mengkasilkan minyak ringan (light
oil) dengan kuallitas yang bagus serta mampu menghasilkan gas.
Tipe II: merupakan campuran material tumbuhan serta mikroorganisme laut. Tipe ini
merupakan bahan utama minyak bumi serta gas.
Tipe III: Tanaman darat dalam endapan yang mengandung batu bara. Tipe ini
umumnya menghasilkan gas dan sedikit minyak.
Tipe IV: bahan-bahan tanaman yang teroksidasi. Tipe ini tidak bisa menghasilkan
minyak dan gas.
Kandungan kerogen dari suatu source rock dikenal dengan TOC (Total Organic
Carbon), dimana standar minimal untuk 'keekonomisan' harus lebih besar dari 0.5%.
Implikasi penting dari pengetahuan tipe kerogen dari sebuah prospek adalah kita dapat
memprediksikan jenis hidrokarbon yang mungkin dihasilkan (minyak, gas, minyak &
gas bahkan tidak ada migas).
b) Maturasi
Maturasi adalah proses perubahan secara biologi, fisika, dan kimia dari kerogen
menjadi minyak dan gas bumi. Proses maturasi berawal sejak endapan sedimen yang
kaya bahan organic terendapkan. Pada tahapan ini, terjadi reaksi pada temperatur
rendah yang melibatkan bakteri anaerobic yang mereduksi oksigen, nitrogen dan
belerang sehingga menghasilkan konsentrasi hidrokarbon.
150
Proses ini terus berlangsung sampai suhu batuan mencapai 50 derajat celcius.
Selanjutnya, efek peningkatan temperatur menjadi sangat berpengaruh sejalan dengan
tingkat reaksi dari bahan-bahan organik kerogen. Karena temperatur terus mengingkat
sejalan dengan bertambahnya kedalaman, efek pemanasan secara alamiah ditentukan
oleh seberapa dalam batuan sumber tertimbun (gradien geothermal).
Gambar dibawah ini menunjukkan proporsi relatif dari minyak dan gas untuk
kerogen tipe II, yang tertimbun di daerah dengan gradien geothermal sekitar 35 °C k-1.
151
Gambar di bawah ini merupakan contoh penampang kedalaman dari lapisan-
lapisan batuan sumber, serta prediksi temperatur dengan cara menggunakan contoh
kurva di atas. Dari penampang ini dapat diprediksikan apakah source tersebut berada
dalam oil window, gas window, dll. Metoda ini dikenal dengan metoda Lopatin ( 1971).
Terlihat jelas, metoda Lopatin hanya berdasarkan temperature dan mengabaikan efek
reaksi kimia serta biologi.
152
Tabel 5.11 Contoh Reservoir berikut Nilai Porositas, Permeabilitas
d) Migrasi
Migrasi adalah proses trasportasi minyak dan gas dari batuan sumber menuju
reservoir. Proses migrasi berawal dari migrasi primer (primary migration), yakni
transportasi dari source rock ke reservoir secara langsung. Lalu diikuti oleh migrasi
sekunder (secondary migration), yakni migrasi dalam batuan reservoir nya itu sendiri
(dari reservoir bagian dalam ke reservoir bagian dangkal).
153
Prinsip dasar identifikasi jalur-jalur migrasi hidrokarbon adalah dengan
membuat peta reservoir. Kebalikannya dari air sungai di permukaan bumi, hidrokarbon
akan melewati punggungan (bukit-bukit) dari morfologi reservoir. Daerah yang teraliri
hidrokarbon disebut dengan drainage area (Analogi Daerah Aliran Sungai di permukan
bumi). Jika perangkap tersebut telah terisi penuh (fill to spill) sampai spill point, maka
hidrokarbon tersebut akan tumpah (spill) ke tempat yang lebih dangkal. Berikut
contohnya:
Waktu pengisian minyak dan gas bumi pada sebuah perangkap merupakan hal
yang sangat penting. Karena kita menginginkan agar perangkap tersebut terbentuk
sebelum migrasi, jika tidak, maka hidrokarbon telah terlanjur lewat sebelum perangkap
tersebut terbentuk.
f) Trap
154
Gambar 5.15 Proses Trap
g) Seal
Seal adalah sistem batuan penyekat yang bersifat tidak permeable seperti
batulempung/mudstone, anhydrite dan garam.
h) Fracture Gradient
Gambar dibawah ini menunjukkan kurva fracture gradient dari gas, minyak dan
air formasi dari sebuah lapangan. Berdasarkan kurva ini, jika kita memiliki sebuah
perangkap dengan ketebalan overburden (c), maka ketebalan kolom gas maksimal yang
mampu ditahan adalah (c-a), dan ketebalan kolom minyak adalah (c-b), selebihnya
hidrokarbon tersebut akan merembes keluar penyekat.
155
Gambar 5.16 Kurva Fracture Gradient dari Gas
156
umumnya minyak bumi terperangkap dalam bebatuan yang tidak berpori dalam
pergerakannya ke atas. Hal ini menjelaskan mengapa minyak bumi juga disebut
petroleum (petroleum dari bahasa latin ‘petrus’ artinya batu dan ‘oleum’ artinya
minyak). Untuk memperoleh minyak bumi atau petroleum ini, dilakukan pengeboran.
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
n-heptana
CH3 CH3
a. Alkana
Golongan alkana yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah n-alkana
dan isoalkana. n-alkana adalah alkana jenuh berantai lurus dan tidak bercabang, contoh
157
n-oktana.Isoalkana adalah alkana jenuh yang rantai induknya mempunyai atom C
tersier dan bercabang, contoh isooktana.Alkana disebut juga parafin. Parafin adalah
senyawa hidrokarbon tersatuasi yang mengandung rantai lurus atau bercabang yang
molekulnya hanya terdiri atas atom karbon (C) dan hidrogen (H).
a. Sikloalkana
b. Hidrokarbon Aromatik
Secara umum, komponen minyak bumi terdiri atas lima unsur kimia, yaitu 83-
87% karbon, 10-14% hidrogen, 0,05-6% belerang, 0,05-1,5% oksigen, 0,1-2%
nitrogen, dan < 0,1% unsur-unsur logam.
158
1. Sulfur (Belerang)
2. Oksigen
Oksigen dapat terbentuk karena kontak yang cukup lama antara minyak bumi
dengan atmosfer di udara. Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah antara
0,05 sampai 1,5 persen dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan
oksigen bisa menaik apabila produk itu terlalu lama berhubungan dengan udara.
Senyawa yang terbentuk dapat berupa: alkohol, keton, eter, dll, sehingga dapat
menimbulkan sifat asam pada minyak bumi. Oksigen dapat meningkatkan titik didih
bahan bakar.
3. Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-
2%. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun
terhadap katalis dan dapat membentuk gum (getah) pada fuel oil. Kandungan nitrogen
terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi.
4. Unsur-Unsur Logam
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses
catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk
gasoline, menghasilkan banyak gas, dan pembentukkan coke. Pada power generator
temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama
vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari
pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi
159
dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran
sehingga merusakkan refractory itu.
Sebagian besar komponen dalam minyak bumi jenis parafin adalah senyawa
hidrokarbon rantai terbuka. Minyak bumi jenis ini dimanfaatkan untuk bahan bakar
karena merupakan sumber penghasil gasolin.
160
dan gas ini akan bermigrasi menuju tempat yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya
akan terakumulasi ditempat yang disebut perangkap (trap).
Gas alam terdiri dari alkana suku rendah, yaitu metana, etana, propane dan
butana, dengan metana sebagai komponen utamanya, Selain alkana, juga terdapat
berbagai gas lain, seperti karbondioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S). Beberapa
sumur gas juga mengandung Helium. (Purba, 2007: 231). Minyak bumi ditemukan
bersama-sama dengan gas alam. Minyak bumi yang telah dipisahkan dari gas alam
disebut juga minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dapat dibedakan menjadi :
1. Minyak mentah ringan (light crude oil) yang mengandung kadar logam dan
belerang rendah, berwarna terang dan bersifat encer (viskositas rendah).
2. Minyak mentah berat (heavy crude oil) yang mengandung kadar logam dan
belerang tinggi, memiliki viskositas tinggi sehingga harus dipanaskan agar meleleh.
Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi.
Berdasarkan hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :
Karbon : 83,0-87,0 %
Hidrogen : 10,0-14,0 %
Nitrogen : 0,1-2,0 %
Oksigen : 0,05-1,5 %
Sulfur : 0,05-6,0 %
1). Alkana (parafin) CnH2n +2, alkane ini memiliki rantai lurus dan
bercabang, fraksi ini merupakan yang terbesar di dalam minyak mentah.
2). Sikloalkana (napten) CnH2n , Sikloalkana ada yang memiliki cincin 5 (lima) yaitu
siklopentana ataupun cincin 6 (enam) yaitu sikloheksana. Jika dilihat kasar, minyak
Bumi hanya berisi minyak mentah saja, tapi dalam penggunaan sehari-hari ternyata
161
juga digunakan dalam bentuk hidrokarbon padat, cair, dan gas lainnya. Pada kondisi
temperatur dan tekanan standar, hidrokarbon yang ringan seperti metana, etana,
propana, dan butana berbentuk gas yang mendidih pada -161.6 °C, -88.6 °C, -42 °C,
dan -0.5 °C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F), sedangkan karbon
yang lebih tinggi, mulai dari pentana ke atas berbentuk padatan atau cairan. Meskipun
begitu, di sumber minyak di bawah tanah, proporsi gas, cairan, dan padatan tergantung
dari kondisi permukaan dan diagram fase dari campuran minyak Bumi tersebut.
Jenis hidrokarbon yang terdapat pada minyak Bumi sebagian besar terdiri dari
alkana, sikloalkana, dan berbagai macam jenis hidrokarbon aromatik, ditambah dengan
sebagian kecil elemen-elemen lainnya seperti nitrogen, oksigen dan sulfur, ditambah
beberapa jenis logam seperti besi, nikel, tembaga, dan vanadium. Jumlah komposisi
molekul sangatlah beragam dari minyak yang satu ke minyak yang lain tapi persentase
proporsi dari elemen kimianya dapat dilihat di bawah ini:
162
Tabel 5.12 Komposisi Elemen berdasarkan Berat
Ada 4 macam molekul hidrokarbon yang ada dalam minyak mentah. Persentase
relatif setiap molekul berbeda-beda tiap lokasi minyaknya, sehingga menggambarkan
ciri-ciri dari setiap minyak.
Aspaltena 6% sisa-sisa
163
Penampakan fisik dari minyak Bumi sangatlah beragam tergantung dari
komposisinya. Minyak Bumi biasanya berwarna hitam atau coklat gelap (meskipun
warnanya juga bisa kekuningan, kemerahan, atau bahkan kehijauan). Pada sumur
minyak biasanya ditemukan juga gas alam yang mempunyai massa jenis lebih ringan
daripada minyak Bumi, sehingga biasanya keluar terlebih dahulu dibandingkan
minyak. Dalam campuran itu, terdapat juga air asin, yang massa jenisnya lebih rendah
sehingga berada di lapisan di bawah minyak. Minyak mentah juga dapat ditemukan
dengan campuran dengan pasir dan minyak, seperti pada pasir minyak Athabasca di
Kanada, yang biasanya merujuk pada bitumen mentah.
164
mengandung karbon terlalu banyak dan hidrogen terlalu sedikit, maka proses yang
biasanya dipakai adalah mengurangi karbon atau menambahkan hidrogen ke dalam
molekulnya. Untuk mengubah molekul yang panjang dan kompleks menjadi molekul
yang lebih kecil dan sederhana, digunakan proses fluid catalytic cracking.
Cadangan minyak yang diketahui saat ini berkisar 190 km3 (1,2 triliun barrel)
tanpa pasir minyak, atau 595 km3 (3,74 triliun barrel) jika pasir minyak ikut dihitung.
Konsumsi minyak Bumi saat ini berkisar 84 juta barrel (13,4×106 m3) per harinya, atau
4.9 km3 per tahunnya. Dengan cadangan minyak yang ada sekarang, minyak Bumi
masih bisa dipakai sampai 120 tahun lagi, jika konsumsi dunia diasumsikan tidak
bertambah.
Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak adalah zat abiotik, yang berarti
zat ini tidak berasal dari fosil tetapi berasal dari zat anorganik yang dihasilkan secara
alami dalam perut Bumi. Namun, pandangan ini diragukan dalam lingkungan ilmiah.
Minyak bumi ditemukan bersama-sama dengan gas alam. Minyak bumi yang
telah dipisahkan dari gas alam disebut juga minyak mentah (crude oil). Minyak mentah
dapat dibedakan menjadi:
a. Minyak mentah ringan (light crude oil) yang mengandung kadar logam dan
belerang rendah, berwarna terang dan bersifat encer (viskositas rendah).
165
b. Minyak mentah berat (heavy crude oil) yang mengandung kadar logam dan
belerang tinggi, memiliki viskositas tinggi sehingga harus dipanaskan agar
meleleh.
2. Distilasi Bertingkat
Dalam menara distilasi, uap minyak mentah bergerak ke atas melewati pelat-
pelat (tray). Setiap pelat memiliki banyak lubang yang dilengkapi dengan tutup
gelembung (bubble cap) yang memungkinkan uap lewat. Dalam pergerakannya, uap
minyak mentah akan menjadi dingin. Sebagian uap akan mencapai ketinggian di mana
uap tersebut akan terkondensasi membentuk zat cair. Zat cair yang diperoleh dalam
suatu kisaran suhu tertentu ini disebut fraksi.
166
Fraksi yang mengandung senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan
terkondensasi di bagian bawah menara distilasi. Sedangkan fraksi senyawa-senyawa
dengan titik didih rendah akan terkondensasi di bagian atas menara. Sebagian fraksi
dari menara distilasi selanjutnya dialirkan ke bagian kilang minyak lainnya untuk
proses konversi.
167
memiliki isomerisomer dengan titik didih yang berdekatan. Oleh karena itu, pemisahan
minyak mentah dilakukan dengan proses distilasi bertingkat. Fraksi-fraksi yang
diperoleh dari destilat minyak bumi ialah campuran hidrokarbon yang mendidih pada
trayek suhu tertentu.
a. Pengolahan tahap pertama (primary process)
Pengolahan tahap pertama ini berlangsung melalui proses distilasi bertingkat,
yaitu pemisahan minyak bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan titik didih
masing-masing fraksi.
Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun
ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke
bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut menara gelembung. Makin ke atas,
suhu dalam menara fraksionasi itu makin rendah. Hal itu menyebabkan komponen
dengan titik didih lebih tinggi akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen
yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian
seterusnya, sehingga komponen yang mencapai puncak menara adalah komponen yang
pada suhu kamar berupa gas
Hasil-hasil frasionasi minyak bumi yaitu sebagai berikut.
1) Fraksi pertama
Pada fraksi ini dihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan. Minyak
bumi dengan titik didih di bawah 30 oC, berarti pada suhu kamar berupa gas. Gas pada
kolom ini ialah gas yang tadinya terlarut dalam minyak mentah, sedangkan gas yang
tidak terlarut dipisahkan pada waktu pengeboran. Gas yang dihasilkan pada tahap ini
yaitu LNG (Liquid Natural Gas) yang mengandung komponen utama
propana (C3H8) dan butana (C4H10), dan LPG (Liquid Petroleum Gas) yang
mengandung metana (CH4)dan etana (C2H6).
2) Fraksi kedua
Pada fraksi ini dihasilkan petroleum eter. Minyak bumi dengan titik didih lebih
kecil 90 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendinginan dengan suhu
30 oC – 90 oC. Pada trayek ini, petroleum eter (bensin ringan) akan mencair dan keluar
168
ke penampungan petroleum eter. Petroleum eter merupakan campuran alkana dengan
rantai C5H12 – C6H14.
3) Fraksi Ketiga
Pada fraksi ini dihasilkan gasolin (bensin). Minyak bumi dengan titik didih
lebih kecil dari 175 oC , masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan
suhu 90 oC – 175 oC. Pada trayek ini, bensin akan mencair dan keluar ke penampungan
bensin. Bensin merupakan campuran alkana dengan rantai C6H14–C9H20.
4) Fraksi keempat
Pada fraksi ini dihasilkan nafta. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari
200 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175 oC -
200 oC. Pada trayek ini, nafta (bensin berat) akan mencair dan keluar ke penampungan
nafta. Na fta merupakan campuran alkana dengan rantai C9H20–C12H26.
5) Fraksi kelima
Pada fraksi ini dihasilkan kerosin (minyak tanah). Minyak bumi dengan titik
didih lebih kecil dari 275 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin
dengan suhu 175 oC - 275 oC. Pada trayek ini, kerosin (minyak tanah) akan mencair
dan keluar ke penampungan kerosin. Minyak tanah (kerosin) merupakan campuran
alkana dengan rantai C12H26–C15H32.
6) Fraksi keenam
Pada fraksi ini dihasilkan minyak gas (minyak solar). Minyak bumi dengan titik
didih lebih kecil dari 375 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin
dengan suhu 250 oC - 375 oC. Pada trayek ini minyak gas (minyak solar) akan mencair
dan keluar ke penampungan minyak gas (minyak solar). Minyak solar merupakan
campuran alkana dengan rantai C15H32–C16H34. 7)
7) Fraksi ketujuh
Pada fraksi ini dihasilkan residu. Minyak mentah dipanaskan pada suhu tinggi,
yaitu di atas 375 oC, sehingga akan terjadi penguapan. Pada trayek ini dihasilkan residu
169
yang tidak menguap dan residu yang menguap. Residu yang tidak menguap berasal
dari minyak yang tidak menguap, seperti aspal dan arang minyak bumi. Adapun residu
yang menguap berasal dari minyak yang menguap, yang masuk ke kolom pendingin
dengan suhu 375 oC. Minyak pelumas (C16H34–C20H42) digunakan untuk pelumas
mesin-mesin, parafin (C21H44–C24H50) untuk membuat lilin, dan aspal (rantai C lebih
besar dari C36H74) digunakan untuk bahan bakar dan pelapis jalan raya.
a) Perengkahan (cracking)
170
2.Perengkahan katalitik; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan panas dan
katalisator untuk mengubah distilat yang memiliki titik didih tinggi menjadi bensin dan
karosin. Proses ini juga akan menghasilkan butana dan gas lainnya.
Dengan cara seperti ini, maka dari minyak bumi dapat dihasilkan elpiji, nafta,
karosin, avtur, dan solar. Jumlah yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih
baik dibandingkan dengan proses perengkahan termal atau perengkahan katalitik saja.
Selain itu, jumlah residunya akan berkurang.
b) Alkilasi
Alkilasi adalah suatu proses penggabungan dua macam hidrokarbon isoparafin
secara kimia menjadi alkilat yang memiliki nilai oktan tinggi. Alkilat ini dapat
dijadikan bensin atau avgas.
c) Polimerisasi
Polimerisasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih untuk membentuk
molekul tunggal yang disebut polimer. Tujuan polimerisasi ini ialah untuk
menggabungkan molekul-molekul hidrokarbon dalam bentuk gas (etilen, propena)
menjadi senyawa nafta ringan.
d) Reformasi
Reformasi adalah proses yang berupa perengkahan termal ringan dari nafta
untuk mendapatkan produk yang lebih mudah menguap seperti olefin dengan angka
oktan yang lebih tinggi. Di samping itu, dapat pula berupa konversi katalitik
komponen-komponen nafta untuk menghasilkan aromatik dengan angka oktan yang
lebih tinggi.
171
e) Isomerisasi
Dalam proses ini, susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa menambah
atau mengurangi bagian asal. Hidrokarbon garis lurus diubah menjadi hidrokarbon
garis bercabang yang memiliki angka oktan lebih tinggi. Dengan proses ini, n-butana
dapat diubah menjadi isobutana yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam proses
alkilasi.
2) Proses ekstraksi
Melalui proses ini, dilakukan pemisahan atas dasar perbedaan daya larut
fraksifraksi minyak dalam bahan pelarut (solvent) seperti SO2, furfural, dan
sebagainya. Dengan proses ini, volume produk yang diperoleh akan lebih banyak dan
mutunya lebih baik bila dibandingkan dengan proses distilasi saja.
3) Proses kristalisasi
Pada proses ini, fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair (melting
point) masing-masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin, melalui proses
pendinginan, penekanan dan penyaringan, dapat dihasilkan lilin dan minyak filter. Pada
hampir setiap proses pengolahan, dapat diperoleh produk-produk lain sebagai produk
tambahan. Produk-produk ini dapat dijadikan bahan dasar petrokimia yang diperlukan
untuk pembuatan bahan plastik, bahan dasar kosmetika, obat pembasmi serangga, dan
berbagai hasil petrokimia lainnya.
4) Membersihkan produk dari kontaminasi (treating)
Hasil-hasil minyak yang telah diperoleh melalui proses pengolahan tahap
pertama dan proses pengolahan lanjutan sering mengalami kontaminasi dengan zat-zat
yang merugikan seperti persenyawaan yang korosif atau yang berbau tidak sedap.
Kontaminan ini harus dibersihkan misalnya dengan menggunakan caustic soda, tanah
liat, atau proses hidrogenasi.
Sumber Minyak Bumi
Sumber energi utama yang digunakan untuk bahan bakar rumah tangga,
kendaraan bermotor dan mesin industri berasal dari minyak bumi, batubara dan gas
alam. Ketiga jenis bahan bakar tersebut terbentuk dari peruraian senyawa-senyawa
172
organik yang berasal dari jasad organisme kecil yang hidup di laut jutaan tahun yang
lalu. Proses peruraian berlangsung lambat di bawah suhu dan tekanan tinggi, dan
menghasilkan campuran hidrokarbon yang kompleks. Sebagian campuran berada
dalam fase cair dan dikenal sebagai minyak bumi. Sedangkan sebagian lagi berada
dalam fase gas dan disebut gas alam.
Karena memiliki nilai kerapatan yang lebih rendah dari air, maka minyak bumi
(dan gas alam) dapat bergerak ke atas melalui batuan sedimen yang berpori. Jika tidak
menemui hambatan, minyak bumi dapat mencapai permukaan bumi. Akan tetapi, pada
umumnya minyak bumi terperangkap dalam bebatuan yang tidak berpori dalam
pergerakannya ke atas. Hal ini menjelaskan mengapa minyak bumi juga disebut
petroleum. (Petro-leum dari bahasa Latin petrus artinya batu dan oleum artinya
minyak). Untuk memperoleh minyak bumi atau petroleum ini, dilakukan pengeboran.
Pengeboran untuk mengambil minyak bumi (dan gas alam) di lepas pantai dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Menanam jalur pipa di dasar laut dan memompa minyak (dan gas alam) ke
daratan. Cara ini digunakan apabila jarak ladang minyak cukup dekat ke daratan.
Membuat anjungan di mana minyak bumi (dan gas alam) selanjutnya dibawa oleh kapal
tanker menuju daratan. Didarat, minyak bumi (dan gas alam) dibawa ke kilang minyak
(refinery) untuk diolah.
173
Produk Hasil Pengolahan Minyak Bumi
Produk Hasil Pengolahan Minyak Bumi adalah bahan bermanfaat yang berasal
dari minyak mentah (minyak bumi) setelah diproses di pengolahan minyak. Menurut
komposisi dan permintaan minyak mentah, pengolahan dapat memproduksi berbagai
jenis produk minyak bumi. Produk minyak terbesar digunakan sebagai energi;
bermacam tingkatan minyak bahan bakar dan bensin. Hasil Pengolahan Minyak Bumi
tersebut seperti LPG, Bensin, Nafta, Kerosin, Solar, Oli, Lilin, Minyak Bakar,
Bitumen.
174
DAFTAR PUSTAKA
Bart, J.C.J., Palmeri, N., dan Cavallaro, S. (2010). Biodiesel Science and Technology
from Soil to Oil, Woodhead Publishing. New York : CRC Press.
Fessenden, R.J, and Fessende, J.S.(1982). Kimia Organik (terjemahan) Edisi 3.Jakarta:
Erlangga.
Hart,H, Craine, L.E, Hart, D.J.(2003). Kimia Organik (terjemahan) Edisi 11. Jakarta :
Erlangga.
Susilo. (2006). Biodiesel revisi sumber energy alternative pengganti solar yang
terbuat dari ekstraksi minyak jarak pagar. Surabaya: Trubus agrisarana.
Wahyu, H. M. dan Michael J. H. (2007). Sintesis Dan Uji Aktivitas Cu/Zn/Al2O3 Untuk
Katalis Reformasi Kukus Metanol Sebagai Penyedia Hidrogen Sel Tunam (fuel
cell). Bandung: ITB
175
Wiseman, Peter. (1983). An Introduction to Industrial Organic Chemistry Second
Edition. London : Applied Science Publisher.
Wardan Suyanto, Zainal Arifin.(2003). Bahan Bakar Dan Pelumas. Yogyakarta:
Fakultas Teknik UNY.
176
PROFIL PENULIS
177
Nama : Donda Lamsinar Br. Hutauruk
Tempat, Tanggal Lahir : Dayun, 26 Mei 1999
Asal Sekolah : SMAN 2 Dayun
Alamat : Dayun, Siak / Jl. Bangau Sakti
No. Hp : 0812 68774456
Motto : Sekarang berjuang, esok meraih kemenangan
Sosial Media : donda_hutauruk
178
Nama : Vallerin Goldia Tiffany Herjan
179
Nama : Durga Lorenzi Ginsky
180
Motto : Do ya thing b
No. Hp : 081210729078
181
Motto : Live your life
182