PENDAHULUAN
1
2
Keterangan:
𝐷𝑀
= kecepatan disolusi
𝑑𝑡
D = koefisien difusi
S = luas permukaan zat
Cs = kelarutan zat padat
C = konsentrasi zat dalam larutan pada waktu t
h = tebal lapisan difusi
Dalam teori disolusi atau perpindahan massa, diasumsikan bahwa selama
proses disolusi berlangsung pada permukaan padatan terbentuk suatu lapisan difusi air
atau lapisan tipis cairan yang stagnan dengan ketebalan h. Bila konsentrasi zat terlarut
di dalam larutan (C) jauh lebih kecil daripada kelarutan zat tersebut (Cs) sehingga dapat
diabaikan, maka harga (Cs−C) dianggap sama dengan Cs. Jadi, persamaan kecepatan
disolusi dapat disederhanakan menjadi:
dM D.S.CS
[ dt = ]……………………………………………………………….(1.2)
h
juga. Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut daripada bentuk stabilnya,
sehingga kecepatan disolusinya besar.
7. Sifat Permukaan Zat
Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat hidrofob.
Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar partikel
zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan
disolusinya bertambah.
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat
digunakan sebai bahan intermediat dari pembuatan bahan baku untuk keperluan
farmasi. Perkembangan konsumsi asam salisilat di Indonesia cenderung meningkat dari
5
tahunketahun. Hal ini didukung dengan adanya industri yang menggunakan asam
salisilat sebagai bahan buku utama, seperti halnya dengan pembuatan aspirin, metil
salisilat, salisilamide dan industriyang berhubungan dengan pencelupan, pembuatan
karet dan resin kimia (Kristian dan Amitra, 2007).
Asam salisilat meningkatkan penetrasinya ke dalam kulit. Tidak dapat
dikombinasi dengan mengoksida kareana akan terbentuk garam sengsalisilat yang tidak
aktif. Asam relatif ini dan ester hidroksinya 0,1% berkhasiat fungistasis dan
bakteriostatis lemah. Biasanya zat ini digunakan bersamaan dengan asam salisilat
(Rahardja dan Tjay, 2007).
Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam struktur kimianya, yaitu
radikal hidroksi feanolik dan radikal karboksil yang langsung terkait pada inti relatif.
Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol diperoleh ester fenil salisilat yang
dikenal dengan nama salol, sedangkan esterifikasi radikalnya deangan asetilaklorida
didapatkan ester esetilsalisilat yang deikenal dengan aspirin salol dan banyak
digunakan dalam bidang kedokteran karena mempunyai sifat analgelik dan antipireatik
(Sumardjo, 2006).
oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk
larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air, digunakan di berbagai macam
bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu
dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang
paling umum digunakan dalam laboratorium kimia (Bailey, 1996).
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan sorensen.
Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas.
Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada
proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Ia juga larut dalam etanol
dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada
kelarutan KOH. Tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan
natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Kirk dan
Othmer, 1976).
Sifat – sifat fisika dan kimia Natrium hidroksida (NaOH) ditunjukkan pada tabel
berikut:
Tabel 1.3 Sifat Fisika dan Kimia NaOH
Karakteristik Nilai
Massa molar 40 g/mol
Wujud Zat padat putih
Specific gravity 2,130
Titik didih 318,4 °C (591 K)
Titik leleh 1390 °C (1663 K)
Kelarutan dalam air sangat larut
Kebasaan (pKb) ~ 2,43
1.2.8 Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak
dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara
pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan
suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari
hasil standardisasi (Underwood, 1999).
Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer
(Kenkel, 2003). Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi
(biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat
berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi
untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg
menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit
adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan
konsentrasinya atau strukturnya.
9
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi
biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang
dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (Haryadi, 1990). Pengenceran adalah
proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku
hukum kekekalan mol.
1.2.9 Akuades
Akuades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor
sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades berwarna bening, tidak berbau,
dan tidak memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untuk membersihkan alatalat
laboratorium dari zat pengotor (Petrucci, 2008). Air murni diperoleh dengan cara
penyulingan (destilasi), tujuan dari destilasi yaitu memperoleh cairan murni dari cairan
yang telah tercemari zat terlarut, atau bercampur dengan cairan lain yang berbeda titik
didihnya. Cairan yang dikehendaki dididihkan hingga menguap kemudian uap
diembunkan melalui kondensor, sehingga uap mencair kembali. Cairan hasil destilasi
ini disebut destilat. Air murni antara lain dipergunakan untuk keperluan di laboratorium
kimia, dan perawatan kesehatan (Pitojo, 2003).
Akuades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hampir semua
cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam akuades
mencakup berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar
seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh
kecenderungan molekul akuades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus
hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton (Lehninger, 1982).
10