Anda di halaman 1dari 17

MINYAK KEDELAI

I. Pendahuluan
Lemak dan minyak sebagai bahan pangan yang dibagi menjadi dua
golongan, yaitu 1) lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (edible fat
consumed uncooked) misalnya mentega, margarin serta lemak yang digunakan
dalam kembang gula, dan 2) lemak yang dimasak bersama bahan pangan atau
dijadikan sebagai medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan
misalnya minyak goreng.
Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam
yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan,
minyak tersebut berfungsi sebagai sumber cadangan energi.
Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yaitu :
1. Bersumber dari tanaman
a. Biji-bijian palawija: minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed, wijen,
kedelai, dan bunga matahari.
b. Kulit buah tanaman tahunan: minyak zaitun dan kelapa sawit.
c. Biji-bijian dari tanaman harian: kelapa, cokelat, inti sawit, babassu, cohune
dan lain sebagainya.
2. Bersumber dari hewani
a. Susu hewani peliharaan: lemak susu.
b. Daging hewan peliharaan: lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil
dari oleo stock, lemak babi dan mutton tallow.
c. Hasil laut: minyak ikan sarden serta minyak ikan paus.
Minyak dan lemak (trigliserida) yang diperoleh dari berbagai sumber
mempunyai sifat fisiko-kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan
jumlah dan jenis ester yang terdapat di dalamnya. Minyak dan lemak tidak
berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya dan hanya berbeda dalam bentuk
(wujud). Disebut minyak jika berbentuk padat pada suhu kamar.
Sifat fisiko-kimia biasanya berada dalam suatu kisaran nilai, karena
perbedaannya cukup kecil, nilai tersebut dinamakan konstanta. Konstanta fisik
yang dianggap cukup penting adalah berat jenis, indeks bias dan titik cair,
sedangkan konstanta kimia yang penting adalah bilangan iod, bilangan
penyabunan, bilangan Reichert Meisce, bilangan Polenske, bilangan asam dan
residu fraksi tak tersabunkan.
Komposisi atau jenis asam lemak dan sifat fisiko-kimia tiap jenis minyak
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat
tumbuh dan pengolahan. Perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani
adalah:
1. Lemak hewani mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung
fitosterol.
2. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak
nabati.
3. Lemak hewani mempunyai bilangan Reichert Meisce lebih besar serta
bilangan polenske lebih kecil daripada minyak nabati.
Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya
mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu lipid komplek
(lesithin, cephalin, fosfatida dan glikolipid); sterol berada dalam keadaan bebas
atau terikat dengan asam lemak; asam lemak bebas; lilin; pigmen yang larut dalam
lemak dan hidrokarbon. Semua komponen tersebut akan mempengaruhi warna
dan flavor produk, serta berperan dalam proses ketengikan. Fosfolipid dalam
minyak yang berasal dari biji-bijian biasanya mengandung sejumlah fosfatida,
yaitu lesithin dan cephalin. Dalam minyak jagung dan kedelai, jumlah fosfatida
sekitar 2 – 3 %, dan dalam proses pemurniannya, senyawa ini dapat dipisahkan.
Minyak pangan dalam bahan pangan biasanya diekstraksi dalam keadaan
tidak murni dan bercampur dengan komponen-komponen lain yang disebut fraksi
lipida. Fraksi lipida terdiri dari minyak, lemak (edible fat/oil), malam (wax),
fosfolipida, sterol, hidrokarbon dan pigmen.
Fraksi lipid dalam bahan pangan biasanya dipisahkan dari persenyawaan
lain yang terdapat dalam bahan pangan dengan ekstraksi menggunakan pelarut
seperti petroleum eter, etil, ester, kloroform atau benzena. Fraksi yang larut
disebut “fraksi yang larut dalam eter” atau lemak kasar (Ketaren, 1986). Untuk
membedakan komponen-komponen fraksi lipida dipergunakan NaOH.
Minyak/ lemak pangan, malam dan fosfolipida dapat disabunkan dengan NaOH
sedangkan sterol, hidrokarbon dan pigmen adalah fraksi yang tidak tersabunkan.
Berdasarkan sifat mengeringnya, minyak dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Minyak tidak mengering (non drying oil)
• Tipe minyak zaitun, yaitu minyak zaitun, minyak buah persik, inti peach
dan minyak kacang.
• Tipe minyak rape, yaitu minyak biji rape dan minyak biji mustard.
• Tipe minyak hewani, yaitu minyak babi.
2. Minyak nabati setengah mengering, misalnya: minyak biji kapas dan minyak
biji bunga matahari.
3. Minyak nabati mengering, misalnya minyak kacang kedelai dan biji karet.
Klasifikasi lemak nabati berdasarkan sifat fisiknya (sifat mengering dan
sifat cair), sebagai berikut:
No Kelompok Lemak Jenis Lemak/ Minyak
1. Lemak (berwujud padat) Lemak biji cokelat, inti sawit, cohune,
babassu, tengkawang, nutmeg butter,
mowwah butter dan shea butter
2. Minyak (berwujud cair)
a. Tidak mengering Minyak zaitun, kelapa, inti zaitun, kacang
(non drying oil) tanah, almond, inti alpukat, inti plum, jarak
b. Setengah mengering rape dan mustard.
(semi drying oil) Minyak dari biji kapas, kapok, jagung,
c. Mengering (drying gandum, biji bunga matahari, eroton dan
oil) urgen.
Minyak kacang kedelai, safflower, argemone,
walnut, biji poppy, biji karet, penilla, lin seed
dan candle nut.
Jenis minyak mengering (drying oil) adlah minyak yang mempunyai sifat
dapat mengering jika kena oksidasi, dan akan berubah menjadi lapisan tebal,
bersifat kental dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan di udara terbuka.
Istilah minyak “setengah mengering” berupa minyak yang mempunyai daya
mengering lebih lambat.

II. Kedelai
Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan
yang menjadi bahan dasar banyak makanan Timur Jauh seperti kecap, tahu dan
tempe. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua
spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning,
agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam).
G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan
Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia
Tenggara. Dibawah ini adalah klasifikasi ilmiah dari kedelai.

Kerajaan: Plantae
Filum: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Suku: Fabaceae
Subsuku: Faboideae
Marga: Glycine
(L.) Merr.

Spesies
Glycine max
Glycine soja

Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia.
Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis
baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun
Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhn kedelai. Ini terjadi karena
kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli
tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan
Tiongkok. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah
sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif
kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih
cocok bagi Indonesia. Dibawah ini adalah jenis biji kedelai putih.

Di Indonesia pertanaman kedelai terpusat di Jawa, Lampung, Nusa


Tenggara Barat dan Bali. Varietas-varietas kedelai yang ada di Indonesia adalah
Daphros, Orba dan T.K.5. Kedelai dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m dpi,
sedangkan ketinggian optimalnya adalah 650 m dpi. Untuk pertumbuhan kedelai
perlu suhu optimal 29,4"C, pH tanah 6,0-6,8. Kedelai dapat ditanam secara
monokultur maupun tumpang sari, di lahan kering (tegalan) maupun di lahan
bekas padi di lahan sawah.
Kedelai merupakan sumber protein nabati. Rata-rata kandungan protein
biji adalah 35%, kandungan asam amino terbanyak adalah leusin (484 mg/g N2).
Kedelai dapat digunakan sebagai bahan makanan (tahu, tempe, kecap, tauco, taoji,
susu kedelai, tauge dan sebagainya.). Dalam minyak kedelai terdapat fosfatida
yang terdiri dari sekitar 2 persen lesitin dan sepalin yang digunakan sebagai bahan
pengemulsi dalam industri makanan. Lesitin digunakan sebagai bahan pengempuk
dalam pembuatan kue dan roti.
III. Minyak Kedelai
Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi
oleh varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari
trigliserida sebesar 90-95 persen, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak
bebas, sterol dan tokoferol. Minyak kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh
sekitar 15% sehingga sangat baik sebagai pengganti lemak dan minyak yang
memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi seperti mentega dan lemak babi.
Hal ini berarti minyak kedelai sama seperti minyak nabati lainnya yang bebas
kolestrol, seperti yang ditunjukkan dalam komposisi dari minyak nabati dibawah
ini.

Kadar minyak kedelai relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis


kacang-kacangan lainnya, tetapi lebih tinggi daripada kadar minyak serelia. Kadar
protein kedelai yang tinggi menyebabkan kedelai lebih banyak digunakan sebagai
sumber protein daripada sebagai sumber minyak.
Asam lemak dalam minyak kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak
esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Dibawah ini disajikan komposisi
kimia minyak kedelai, sifat fisiko-kimia minyak kedelai dan standar mutu minyak
kedelai.
Komposisi Kimia Minyak Kedelai
Asam Lemak Tidak Jenuh (85%) Terdiri dari :
Asam linoleat 15-64%
Asam oleat 11-60%
Asam linolenat 1-12%
Asam arachidonat 1,5%
Asam lemak jenuh (15%), terdiri dari :
Asam palmitat 7-10%
Asam stearat 2-5%
Asam arschidat 0,2-1%
Asam laurat 0-0,1%
Fosfolipida Jumlahnya sangat kecil (trace)
Lesitin -
Cephalin -
Lipositol -

Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kedelai


Sifat Nilai
Bilangan asam 0,3-3,000
Bilangan penyabunan 189-195
Bilangan iod 117-141
Bilangan thiosianogen 77-85
Bilangan hidroksil 4-8
Bilangan Reichert Meissl 0,2-0,7
Bilangan Polenske 0,2-1,0
Bahan yang tak tersabunkan 0,5-1,6%
Indeks bias (25oC) 1,471-1,475
o
Bobot jenis (25/ 25 C) 0,916-0,922
Titer (oC) 22-27
Standar Mutu Minyak Kedelai
Sifat Nilai
Bilangan asam Maksimum 3
Bilangan penyabunan Minimum 190
Bilangan iod 129-143
Bilangan tak tersabunkan (%) Maksimum 1,2
Bahan yang menguap (%) Maksimum 0,2
Indeks bias (20oC) 1,473-1,477
Bobot jenis (15,5/ 15,5oC) 0,924-0,928

Nilai gizi asam lemak esensial dalam minyak dapat mencegah timbulnya
athero-sclerosis atau penymbatan pembuluh darah. Kegunaan minyak kedelai
yang sudah dimurnikan dapat digunakan untuk pembuatan minyak salad, minyak
goreng (cooking oil) serta untuk segala keperluan pangan. Lebih dari 50 persen
pangan dibuat dari minyak kedelai, terutama margarin dan shortening. Hampir 90
persen dari produksi minyak kedelai digunakan di bidang pangan dan dalam
bentuk telah dihidrogenasi, karena minyak kedelaimengandung lebih kurang 85
persen asam lemak tidak jenuh.
Minyak kedelai juga digunakan pada pabrik lilin, sabun, varnish, lacquers,
cat, semir, insektisida dan desinfektans. Bungkil kedelai mengandung 40-48
persen protein dan merupakan bahan makanan ternak yang bernilai gizi tinggi,
juga digunakan untuk membuat lem, plastik, larutan yang berbusa, rabuk dan serat
tekstil sintesis. Bila minyak kedelai akan digunakan di bidang nonpangan, maka
tidak perlu seluruh tahap pemurnian dilakukan. Misalnya untuk pembuatan sabun
hanya perlu proses pemucatan dan deodorisasi, agar warna dan bau minyak
kedelai tidak mencemari warna dan bau sabun yang dihasilkan.
Titik cair yang dimiliki minyak kedelai sangat tinggi, yaitu sekitar -16oC
dan biasanya berbentuk padat (solid) pada ruang yang mempunyai suhu tinggi.
Hal ini berarti minyak kedelai dapat digunakan untuk biodiesel dan bahan bakar
pada musim panas (summer fuel). Dibawah ini disajikan titik cair dari berbagai
minyak.
Titik Cair dan Nilai Iodin dari Minyak
Titik Cair
Minyak Nilai Iodin
(oC)
Coconut oil 25 10
Palm kernel oil 24 37
Mutton tallow 42 40
Beef tallow - 50
Palm oil 35 54
Olive oil -6 81
Castor oil -18 85
Peanut oil 3 93
Rapeseed oil -10 98
Cotton seed oil -1 105
Sunflower oil -17 125
Soybean oil -16 130
Tung oil -2.5 168
Linseed oil -24 178
Sardine oil -

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl


ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur
atau lemak hewan. Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk
mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam
lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung,
biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak
bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar
diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena
merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol dan
dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini.
IV. Pembuatan Minyak Kedelai
Pada pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan
tergantung pada sifat alami minyak atau lemak dan juga tergantung dari hasil
akhir yang dikehendaki. Diagram dibawah ini menggambarkan mengenai
pengolahan minyak dan lemak secara umum.

Ekstraksi

Penjernihan

Pemucatan

Deodorisasi Hidrogenasi Winterisasi

Pemucatan Deodorisasi

Deodorisasi Interesterifikasi

Plasticizing Pemurnian

Pembuatan minyak kedelai dilakukan dalam beberapa tahap. Sebelum


masuk tahap ekstraksi, kedelai harus dibersihkan dan dikuliti terlebih dahulu. Alat
untuk mengkuliti biji kedelai dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Setelah itu biji kedelai dihancurkan kemudian dipisahkan dari kulitnya.
Penghancuran kedelai dilakukan pada suhu sekitar 74-79oC selama 30-60 menit
agar kulit kedelai dapat mengelupas. Dalam kondisi ini akan terjadi denaturasi dan
koagulasi protein sehingga mengurangi afinitas minyak menjadi padat dan akan
memudahkan dalam proses ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan pemanasan
secara tidak langsung untuk mengatur kelembapan dan suhu.
Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Dalam mengekstraksi
minyak terdiri dari tiga metode utama, yaitu pengepresan hidraulik (hydraulic
pressing), pengepresan berulir (expeller pressing) dan ekstraksi dengan pelarut
(solvent extraction). Untuk minyak kedelai menggunakan ekstraksi dengan
pelarut.
Ekstraksi pelarut dari biji minyak dapat dilakukan dengan menggunakan
alat tipe perkolasi atau pencelupan (immersion). Perkolasi lebih efektif daripada
pencelupan karena dapat digunakan dalam kapasitas besar dalam daerah yang
terbatas. Perkolasi biasanya menggunakan rotary extractor dan ditutup dengan
sistem vertikal untuk memindahkan pada tempat yang berlubang dengan
menggunakan gerakan rotary. Gambar rotary extractor dapat dilihat dibawah ini.

Pelarut yang digunakan adalah heksana dan diberikan diatas dasar


serpihan (flake) sehingga perkolasi akan turun melalui cawan berlubang atau kasa
berlubang. Serpihan yang terekstraksi terdiri dari 35% heksana, 2-8% air dan
0,5-1,0% minyak. Ketebalan serpihan adalah faktor dalam pemindahan minyak
secara efisien. Dibawah ini dijelaskan ilustrasi perkolasi ekstraksi sel.
Pemurnian (Purification)
Setelah tahap ekstraksi, minyak kedelai kasar terdiri dari kotoran tidak
terlarut dalam minyak dan yang terlarut dalam minyak. Kotoran ini harus dibuang
dengan cara pemurnian. Tujuan utama dalam proses pemurnian minyak adalah
untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik
dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan
sebagai bahan mentah dalam industri.
Kotoran yang tidak terlarut dalam minyak dapat dibuang dengan
menggunakan filtrasi. Sedangkan yang terlarut dalam minyak dapat dibuang
dengan beberapa teknik dibawah ini dimana sering digunakan dalam industri
untuk memproduksi minyak kedelai yang dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Keterangan :
D= deodorization, W= winterization, S= solidification, H2= hydrogenation

Pemisahan Gum (De-gumming)


Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir-
lendir yang terdiri dari fosfotida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa
mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Proses pemisahan gum
termasuk pencampuran minyak kedelai kasar dengan 2-3% air dan agitasi secara
hati-hati selama 30-60 menit (untuk mencegah adanya oksidasi dari minyak) pada
suhu 70oC. Proses ini dilakukan untuk memperbaiki fosfatida untuk membuat
lesitin kedelai dan untuk memindahkan materi yang ada pada minyak murni
selama penyimpanan.
Penyaringan Alkali
Penyaringan dilakukan untuk memindahkan objek kotoran yang dapat
mempengaruhi kualitas minyak. Soda kaustik digunakan dalam penyaringan
untuk membuat asam lemak bebas, fosfotida dan gum, pewarnaan zat yang tidak
terlarut dan materi lainnya. Minyak yang kasar merupakan hasil dari heat
exchanger untuk mengatur suhu menjadi 38oC. Biasanya kaustik yang
ditambahkan pada pencampuran sekitar 0,10-0,13% untuk memastikan terjadinya
saponifikasi dari asam lemak bebas, hidrasi dari fosfolipid dan reaksi dengan
pigmen warna. Campuran ini dipanaskan pada suhu 75-82oC dan disentrifus untuk
memisahkan kaustik dari minyak yang disaring. Kemudian minyak yang disaring
dipanaskan pada suhu 88oC dan dicampurkan dengan 10-20% air yang sudah
dipanaskan pada suhu 93oC.

Pemucatan (Bleaching)
Pemucatan adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-
zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Dalam pemucatan minyak kedelai
menggunakan tanah serap (fuleris earth) sekitar 1% atau karbon aktif (actived
carbons) seperti arang. Adsorben ini dimasukkan dalam sistem vakum pada 15
inchi Hg selama 7-10 menit dan selanjutnya dipanaskan pada suhu 104-166oC
yang dilewatkan pada heat exchanger bagian luar kemudian dimasukkan pada
tangki kosong yang diagitasi selama 10 menit. Campuran ini disaring, didinginkan
dan dialirkan menuju tangki holding.

Hidrogenasi (Hydrogenation)

Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan


menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan
mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak. Selain itu, hidrogenasi
pada minyak kedelai dapat meningkatkan titik cair, stabilitas minyak dari efek
oksidasi dan kerusakan rasa dengan cara mengubah asam linolenat menjadi asam
linoleat dan asam linoleat menjadi asam oleat.
Hidrogenasi akan memberikan perbedaan derajat kekerasan (hardness) dari
produk yang diinginkan. Hidrogenasi terjadi dalam tempat vakum yang berisi
minyak dimana gas hidrogen akan keluar dalam bentuk gelembung halus selama
pemanasan campuran dan agitasi. Ketika hidrogenasi yang diinginkan tercapai,
maka campuran didinginkan dan katalis disaring. Sebagian sisa minyak yang
terhidrogenasi akan berbentuk cair dan sebagian besar minyak kedelai akan
mengeras (hardened).

Deodorisasi (Deodorization)
Deodorisasi adalah suatu tahapan proses pemurnian minyak yang
bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak.
Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam
tekanan atmosfer atau keadaan vakum. Asam lemak bebas yang terbuang juga
akan meningkatkan kestabilan minyak.

Winterisasi (Winterization)
Winterisasi adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik
cair tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Winterisasi merupakan bentuk dari
fraksinasi atau pemindahan materi padat pada suhu yang diatur. Hal ini termasuk
pemindahan jumlah kecil dari materi terkristalisasi dari minyak yang dapat
dimakan dengan filtrasi untuk mencegah cairan fraksi mengeruh pada suhu
pendinginan. Minyak didinginkan secara perlahan pada suhu sekitar 6oC selama
24 jam. Pendinginan dihentikan dan minyak atau campuran kristal didiamkan
selama 6-8 jam. Kemudian minyak disaring sehingga akan menghasilkan 75-80%
minyak dan produk stearine yang akan digunukan untuk shortening pada industri.

Dewaxing
Dewaxing dan pelarut terfraksinasi digunakan untuk menjernihkan minyak
dengan memeras atau menekan minyak dari lemak padat dengan pengepresan
hidraulik sehingga menghasilkan mentega yang keras. Pelarut terfraksinasi
termasuk kristalisasi dari fraksi yang diinginkan dari campuran trigliserida yang
terlarut dalam pelarut yang cocok. Fraksi dapat memilih dalam bentuk yang jelas
pada suhu yang berbeda, dipisahkan dan pelarut dibuang untuk mendapatkan hasil
akhir atau trigliserida spesifik atau komposisi asam lemak.
DAFTAR PUSTAKA

Addison, K. 2006 Oil Yields and Characteristics.


http://journeytoforever.org/biodiesel_yield.html. Diakses tanggal
1 Desember 2006.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit


Universitas Indonesia. Jakarta.

Semon, M., Patterson, M., Wyborney, P., Blumfield, A. and Tageant, A. 2006.
Soybean Oil. http://www.wsu.edu/~gmhyde/433_web_pages/433Oil-web-
pages/Soy/soybean1.html. Diakses tanggal 1 Desember 2006.

Somantri, I. H., Hasanah, M., Adisoemarto, S., Thohari, M., Nurhadi, A. Dan
Orbani, I. N. 2004. Mengenal Plasma Nutfah Tanaman Pangan.
http://www.indobiogen.or.id/berita_artikel/mengenal_plasmanutfah.php.
Diakses tanggal 1 Desember 2006.

Wikipedia. 2006. Biodiesel. http://id.wikipedia.org/wiki/Biodiesel. Diakses


tanggal 1 Desember 2006.

______________. Kedelai. http://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai. Diakses tanggal


1 Desember 2006.

______________. Soybean. http://en.wikipedia.org/wiki/Soybean. Diakses


tanggal 1 Desember 2006.

Anda mungkin juga menyukai