I. Pendahuluan
Lemak dan minyak sebagai bahan pangan yang dibagi menjadi dua
golongan, yaitu 1) lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (edible fat
consumed uncooked) misalnya mentega, margarin serta lemak yang digunakan
dalam kembang gula, dan 2) lemak yang dimasak bersama bahan pangan atau
dijadikan sebagai medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan
misalnya minyak goreng.
Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam
yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan,
minyak tersebut berfungsi sebagai sumber cadangan energi.
Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yaitu :
1. Bersumber dari tanaman
a. Biji-bijian palawija: minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed, wijen,
kedelai, dan bunga matahari.
b. Kulit buah tanaman tahunan: minyak zaitun dan kelapa sawit.
c. Biji-bijian dari tanaman harian: kelapa, cokelat, inti sawit, babassu, cohune
dan lain sebagainya.
2. Bersumber dari hewani
a. Susu hewani peliharaan: lemak susu.
b. Daging hewan peliharaan: lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil
dari oleo stock, lemak babi dan mutton tallow.
c. Hasil laut: minyak ikan sarden serta minyak ikan paus.
Minyak dan lemak (trigliserida) yang diperoleh dari berbagai sumber
mempunyai sifat fisiko-kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan
jumlah dan jenis ester yang terdapat di dalamnya. Minyak dan lemak tidak
berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya dan hanya berbeda dalam bentuk
(wujud). Disebut minyak jika berbentuk padat pada suhu kamar.
Sifat fisiko-kimia biasanya berada dalam suatu kisaran nilai, karena
perbedaannya cukup kecil, nilai tersebut dinamakan konstanta. Konstanta fisik
yang dianggap cukup penting adalah berat jenis, indeks bias dan titik cair,
sedangkan konstanta kimia yang penting adalah bilangan iod, bilangan
penyabunan, bilangan Reichert Meisce, bilangan Polenske, bilangan asam dan
residu fraksi tak tersabunkan.
Komposisi atau jenis asam lemak dan sifat fisiko-kimia tiap jenis minyak
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat
tumbuh dan pengolahan. Perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani
adalah:
1. Lemak hewani mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung
fitosterol.
2. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak
nabati.
3. Lemak hewani mempunyai bilangan Reichert Meisce lebih besar serta
bilangan polenske lebih kecil daripada minyak nabati.
Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya
mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu lipid komplek
(lesithin, cephalin, fosfatida dan glikolipid); sterol berada dalam keadaan bebas
atau terikat dengan asam lemak; asam lemak bebas; lilin; pigmen yang larut dalam
lemak dan hidrokarbon. Semua komponen tersebut akan mempengaruhi warna
dan flavor produk, serta berperan dalam proses ketengikan. Fosfolipid dalam
minyak yang berasal dari biji-bijian biasanya mengandung sejumlah fosfatida,
yaitu lesithin dan cephalin. Dalam minyak jagung dan kedelai, jumlah fosfatida
sekitar 2 – 3 %, dan dalam proses pemurniannya, senyawa ini dapat dipisahkan.
Minyak pangan dalam bahan pangan biasanya diekstraksi dalam keadaan
tidak murni dan bercampur dengan komponen-komponen lain yang disebut fraksi
lipida. Fraksi lipida terdiri dari minyak, lemak (edible fat/oil), malam (wax),
fosfolipida, sterol, hidrokarbon dan pigmen.
Fraksi lipid dalam bahan pangan biasanya dipisahkan dari persenyawaan
lain yang terdapat dalam bahan pangan dengan ekstraksi menggunakan pelarut
seperti petroleum eter, etil, ester, kloroform atau benzena. Fraksi yang larut
disebut “fraksi yang larut dalam eter” atau lemak kasar (Ketaren, 1986). Untuk
membedakan komponen-komponen fraksi lipida dipergunakan NaOH.
Minyak/ lemak pangan, malam dan fosfolipida dapat disabunkan dengan NaOH
sedangkan sterol, hidrokarbon dan pigmen adalah fraksi yang tidak tersabunkan.
Berdasarkan sifat mengeringnya, minyak dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Minyak tidak mengering (non drying oil)
• Tipe minyak zaitun, yaitu minyak zaitun, minyak buah persik, inti peach
dan minyak kacang.
• Tipe minyak rape, yaitu minyak biji rape dan minyak biji mustard.
• Tipe minyak hewani, yaitu minyak babi.
2. Minyak nabati setengah mengering, misalnya: minyak biji kapas dan minyak
biji bunga matahari.
3. Minyak nabati mengering, misalnya minyak kacang kedelai dan biji karet.
Klasifikasi lemak nabati berdasarkan sifat fisiknya (sifat mengering dan
sifat cair), sebagai berikut:
No Kelompok Lemak Jenis Lemak/ Minyak
1. Lemak (berwujud padat) Lemak biji cokelat, inti sawit, cohune,
babassu, tengkawang, nutmeg butter,
mowwah butter dan shea butter
2. Minyak (berwujud cair)
a. Tidak mengering Minyak zaitun, kelapa, inti zaitun, kacang
(non drying oil) tanah, almond, inti alpukat, inti plum, jarak
b. Setengah mengering rape dan mustard.
(semi drying oil) Minyak dari biji kapas, kapok, jagung,
c. Mengering (drying gandum, biji bunga matahari, eroton dan
oil) urgen.
Minyak kacang kedelai, safflower, argemone,
walnut, biji poppy, biji karet, penilla, lin seed
dan candle nut.
Jenis minyak mengering (drying oil) adlah minyak yang mempunyai sifat
dapat mengering jika kena oksidasi, dan akan berubah menjadi lapisan tebal,
bersifat kental dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan di udara terbuka.
Istilah minyak “setengah mengering” berupa minyak yang mempunyai daya
mengering lebih lambat.
II. Kedelai
Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan
yang menjadi bahan dasar banyak makanan Timur Jauh seperti kecap, tahu dan
tempe. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua
spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning,
agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam).
G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan
Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia
Tenggara. Dibawah ini adalah klasifikasi ilmiah dari kedelai.
Kerajaan: Plantae
Filum: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Suku: Fabaceae
Subsuku: Faboideae
Marga: Glycine
(L.) Merr.
Spesies
Glycine max
Glycine soja
Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia.
Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis
baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun
Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhn kedelai. Ini terjadi karena
kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli
tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan
Tiongkok. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah
sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif
kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih
cocok bagi Indonesia. Dibawah ini adalah jenis biji kedelai putih.
Nilai gizi asam lemak esensial dalam minyak dapat mencegah timbulnya
athero-sclerosis atau penymbatan pembuluh darah. Kegunaan minyak kedelai
yang sudah dimurnikan dapat digunakan untuk pembuatan minyak salad, minyak
goreng (cooking oil) serta untuk segala keperluan pangan. Lebih dari 50 persen
pangan dibuat dari minyak kedelai, terutama margarin dan shortening. Hampir 90
persen dari produksi minyak kedelai digunakan di bidang pangan dan dalam
bentuk telah dihidrogenasi, karena minyak kedelaimengandung lebih kurang 85
persen asam lemak tidak jenuh.
Minyak kedelai juga digunakan pada pabrik lilin, sabun, varnish, lacquers,
cat, semir, insektisida dan desinfektans. Bungkil kedelai mengandung 40-48
persen protein dan merupakan bahan makanan ternak yang bernilai gizi tinggi,
juga digunakan untuk membuat lem, plastik, larutan yang berbusa, rabuk dan serat
tekstil sintesis. Bila minyak kedelai akan digunakan di bidang nonpangan, maka
tidak perlu seluruh tahap pemurnian dilakukan. Misalnya untuk pembuatan sabun
hanya perlu proses pemucatan dan deodorisasi, agar warna dan bau minyak
kedelai tidak mencemari warna dan bau sabun yang dihasilkan.
Titik cair yang dimiliki minyak kedelai sangat tinggi, yaitu sekitar -16oC
dan biasanya berbentuk padat (solid) pada ruang yang mempunyai suhu tinggi.
Hal ini berarti minyak kedelai dapat digunakan untuk biodiesel dan bahan bakar
pada musim panas (summer fuel). Dibawah ini disajikan titik cair dari berbagai
minyak.
Titik Cair dan Nilai Iodin dari Minyak
Titik Cair
Minyak Nilai Iodin
(oC)
Coconut oil 25 10
Palm kernel oil 24 37
Mutton tallow 42 40
Beef tallow - 50
Palm oil 35 54
Olive oil -6 81
Castor oil -18 85
Peanut oil 3 93
Rapeseed oil -10 98
Cotton seed oil -1 105
Sunflower oil -17 125
Soybean oil -16 130
Tung oil -2.5 168
Linseed oil -24 178
Sardine oil -
Ekstraksi
Penjernihan
Pemucatan
Pemucatan Deodorisasi
Deodorisasi Interesterifikasi
Plasticizing Pemurnian
Pemucatan (Bleaching)
Pemucatan adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-
zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Dalam pemucatan minyak kedelai
menggunakan tanah serap (fuleris earth) sekitar 1% atau karbon aktif (actived
carbons) seperti arang. Adsorben ini dimasukkan dalam sistem vakum pada 15
inchi Hg selama 7-10 menit dan selanjutnya dipanaskan pada suhu 104-166oC
yang dilewatkan pada heat exchanger bagian luar kemudian dimasukkan pada
tangki kosong yang diagitasi selama 10 menit. Campuran ini disaring, didinginkan
dan dialirkan menuju tangki holding.
Hidrogenasi (Hydrogenation)
Deodorisasi (Deodorization)
Deodorisasi adalah suatu tahapan proses pemurnian minyak yang
bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak.
Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam
tekanan atmosfer atau keadaan vakum. Asam lemak bebas yang terbuang juga
akan meningkatkan kestabilan minyak.
Winterisasi (Winterization)
Winterisasi adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik
cair tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Winterisasi merupakan bentuk dari
fraksinasi atau pemindahan materi padat pada suhu yang diatur. Hal ini termasuk
pemindahan jumlah kecil dari materi terkristalisasi dari minyak yang dapat
dimakan dengan filtrasi untuk mencegah cairan fraksi mengeruh pada suhu
pendinginan. Minyak didinginkan secara perlahan pada suhu sekitar 6oC selama
24 jam. Pendinginan dihentikan dan minyak atau campuran kristal didiamkan
selama 6-8 jam. Kemudian minyak disaring sehingga akan menghasilkan 75-80%
minyak dan produk stearine yang akan digunukan untuk shortening pada industri.
Dewaxing
Dewaxing dan pelarut terfraksinasi digunakan untuk menjernihkan minyak
dengan memeras atau menekan minyak dari lemak padat dengan pengepresan
hidraulik sehingga menghasilkan mentega yang keras. Pelarut terfraksinasi
termasuk kristalisasi dari fraksi yang diinginkan dari campuran trigliserida yang
terlarut dalam pelarut yang cocok. Fraksi dapat memilih dalam bentuk yang jelas
pada suhu yang berbeda, dipisahkan dan pelarut dibuang untuk mendapatkan hasil
akhir atau trigliserida spesifik atau komposisi asam lemak.
DAFTAR PUSTAKA
Semon, M., Patterson, M., Wyborney, P., Blumfield, A. and Tageant, A. 2006.
Soybean Oil. http://www.wsu.edu/~gmhyde/433_web_pages/433Oil-web-
pages/Soy/soybean1.html. Diakses tanggal 1 Desember 2006.
Somantri, I. H., Hasanah, M., Adisoemarto, S., Thohari, M., Nurhadi, A. Dan
Orbani, I. N. 2004. Mengenal Plasma Nutfah Tanaman Pangan.
http://www.indobiogen.or.id/berita_artikel/mengenal_plasmanutfah.php.
Diakses tanggal 1 Desember 2006.