Anda di halaman 1dari 6

Yakult dikenal dengan kemasan ukuran 65 ml yang di dalamnya terdapat bakteri baik L.

casei
Shirota strain. Bakteri L. casei Shirota strain adalah bakteri baik yang berguna untuk menjaga
kesehatan usus. Oleh sebab itu, mengonsumsi satu botol Yakult 65 ml dalam sehari secara rutin
dan kontinyu sudah cukup untuk menjaga kesehatan.

Kemasan botol ukuran 65 ml digunakan dengan tujuan agar kualitas Yakult selalu terjaga. Dengan
botol ukuran tersebut, Yakult diharapkan dapat dihabiskan dalam satu kali minum. Kebanyakan
konsumen yang mengonsumsi minuman dengan menggunakan botol yang lebih besar, lebih sering
tidak menghabiskan minumannya dalam sekali minum dan meninggalkan minuman tersebut
dalam kondisi terbuka. Hal ini dapat menyebabkan minuman akan tercampur dengan zat- zat
lainnya sehingga menurunkan kualitas dari produk tersebut. Dengan alasan tersebut, Yakult
dikemas dalam kemasan botol kecil agar kualitas Yakult selalu terjaga dan tidak bercampur
dengan bakteri jahat.

Selain itu, Yakult harus disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 0 10 derajat celcius. Pada
suhu tersebut bakteri L. casei Shirota strain yang terkandung di dalam Yakult tidak aktif di dalam
botol, sehingga rasanya tetap segar dan akan memberikan manfaat yang maksimal apabila
dikonsumsi oleh pelanggan. Apabila Yakult disimpan dalam suhu diatas 10 derajat celcius, maka
kualitas Yakult akan menurun dan rasa Yakult akan semakin asam. Dengan alasan tersebut, Yakult
akan segera dihabiskan oleh konsumen setelah dikeluarkan dari lemari pendingin saat suhu Yakult
masih terjaga.

Yakult boleh diminum dari segala usia, mulai dari bayi yang sudah mendapatkan makanan
tambahan hingga lansia. Untuk kenyamanan konsumen dari segala usia, botol Yakult di desain
dengan kemasan yang mudah dipegang. Bentuk botol Yakult juga mempermudah konsumen
terutama anak kecil dalam memegang botol tersebut sehingga tidak mudak tumpah. Jadi kemasan
botol Yakult yang kecil ukuran 65 ml bertujuan untuk menjaga kualitas dan kepuasan pelanggan.

Sejak tanggal 10 Mei 2017, produk Yakult sudah mengalami perubahan tulisan pada kemasan.
Perubahan tersebut adalah perubahan nomor Merk Dagang Dalam Negeri (MD) secara berkala
oleh Badan POM. Nomor MD yang digunakan saat ini adalah 201010001400. Perubahan juga
terjadi pada desain tulisan pada botol Yakult yaitu tulisan Halal yang sebelumnya terletak dibagian
tengah atas kemasan diletakkan dibagian tengah bawah kemasan dengan tulisan yang lebih besar
dan jelas. Meskipun nomor MD dan desain tulisan mengalami perubahan, namun proses produksi
dan manfaat Yakult tidak mengalami perubahan.

Pertama, Yakult dengan ukuran 65 ml sudah berisi lebih dari 6,5 miliar bakteri baik Lactobacillus
casei Shirota strain yang bermanfaat untuk tubuh.
Kedua, Yakult diharapkan diminum dalam sekali waktu/satu tegukan, sehingga meminimalkan
terjadinya kontaminasi silang dari luar ke dalam produk, maka tutup botolnya pun didesain
menggunakan alumunium foil agar bisa langsung dihabiskan dalam sekali waktu.
Ketiga, Yakult dibuat 1 pack isi 5 botol tujuannya adalah diminum oleh semua anggota keluarga,
karena aturan minum yang disarankan adalah diminum secara rutin setiap hari, 1 botol/hari dan
agar mudah jika ingin dibawa berpergian.
Keempat, Desain kemasan Yakult dibuat unik agar mudah untuk dipegang dan pada saat diminum
tidak mudah untuk tersedak.

Yakult adalah minuman probiotik pertama di Indonesia yang hampir mirip dengan yogurt yang
dibuat dari fermentasi skim milk dan gula dengan bakteri Lactobacillus casei. Dengan
mengkonsumsi yakult setiap hari berarti memasukkan sekurang-kurangnya 6,5 milyar bakteri
Lactobacillus casei Shirota strain hidup kedalam usus. Usus memainkan peran yang penting dalam
kesehatan tubuh. Bahkan proses penuaanpun dimulai dari usus. Karena itu yang terpenting dalam
menjaga kesehatan adalah menjaga kesehatan usus. Lactobacillus casei juga telah digunakan
sebagai produk beku-kering dalam suplemen diet. L. casei telah terbukti menguntungkan dan
mempengaruhi kesehatan saluran pencernaan serta sistem kekebalan tubuh. L. casei telah
ditunjukkan untuk mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan fungsi modulasi seperti
fagositosis, produksi antibodi, dan sitokin. Stimulasi aktivitas fagositosis pada kesehatan telah
terbukti menggunakan L.casei yang difermentasi serta dalam susu nonfermented (Lee dan
Salminen, 2009).

Lactobacillus casei strain yang mampu hidup dalam usus dan dapat memberikan
manfaat seperti mencegah gangguan pencernaan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan
jumlah bakteri berguna dalam usus, mengurangi racun dalam usus dan membatasi jumlah bakteri
yang merugikan dalam usus. Karena bakteri Lactobacillus casei adalah bakteri yang dapat
menaklukkan berbagai hambatan fisiologis seperti asam lambung dan cairan empedu dan bertahan
hidup dalam usus manusia. Dari dalam usus bakteri ini membantu meningkatkan kesehatan
dengan cara mengaktifkan sel-sel kekebalan dan meningkatkan jumlah bakteri berguna serta
mengurangi jumlah bakteri yang merugikan.

Proses pembuatan yakult adalah dengan cara memfermentasi campuran susu bubuk
skim dan glukosa menggunakan bakteri Lactobacillus casei strain. Yakult dibuat dari bahan-bahan
bakteri Lactobacillus casei strain hidup, susu bubuk skim, sukrosa dan glukosa, perisa, air, serta
yakult ini tidak menggunakan bahan pengawet. Yakult dapat bertahan sejak pembuatannya sampai
dengan tanggal kadaluwarsa tanpa menggunakan pengawet adalah dikarenakan asam laktat yang
dihasilkan secara alami selama proses fermentasi dapat memperpanjang umur simpannya,
pembuatannya secara hygienis penyimpanannya pada suhu dibawah 10C.

Penelitian yang telah dilakukan Yakult Honsha Co.Ltd. (Jepang) diketahui bahwa
manfaat Yakult adalah terletak pada bakterinya yang mampu hidup sampai usus karena itu bakteri
ini dapat memberikan manfaat seperti:
1. Mencegah gangguan pencernaan

2. Meningkatkan daya tahan tubuh

3. Meningkatkan jumlah bakteri berguna dalam usus

4. Mengurangi racun dalam usus

5. Membatasi jumlah bakteri yang merugikan dalam usus.

Pengemasan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk melindungi bahan pangan
dari penyebab-penyebab kerusakan, baik kerusakan fisik, kimia, biologis, maupun mekanis,
sehingga kemasan dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik dan menarik (Tjahjadi,
2011). Pengemas produk yakult berupa wadah gelas dengan leher sempit yang disebut botol.
Pemilihan bentuk wadah derupa botol dengan tujuan untuk memudahkan konsumen dalam
mengkonsumsi yakult.

Jenis plastik yang digunakan untuk membuat botol produk yaitu PS (Polistirena resin).
Menurut Bachriansyah (1997), jenis plastik ini aman untuk sekali pakai dan menunjukkan warna
alami yang dimiliki produk. Selain itu, jenis plastik ini memiliki sifat transparansi yang tinggi dan
daya serap air yang rendah juga termasuk kedalam kemasan food grade. Jenis plastik yang
digunakan untuk membuat botol produk yaitu PS (Polistirena resin). Plastik botol yang terbuat
dari plastik yang food grade dan nomor enam pada kode identifikasi plastik. Botol ditutup
menggunakan tutup aluminium foil, yang tidak resealable untuk memastikan bahwa produk
tersebut dikonsumsi saat membuka. Ini meminimalkan risiko kontaminasi pernah dibuka. Satu pak
terdiri dari lima botol dan dari lima botol tersebut akan di pak lagi menjadi 20 botol.

II. PENYIMPANGAN PRODUK

2.1 Perubahan Produk secara Mekanis

Kerusakan mekanis disebabkan adanya benturan-benturan mekanis. Kerusakan ini terjadi


pada : benturan antar bahan, waktu dipanen dengan alat, selama pengangkutan (tertindih atau
tertekan) maupun terjatuh, sehingga mengalami bentuk atau cacat berupa memar, tersobek atau
terpotong. Botol plastic yakult berdasarkan struktur sistem kemas, maka digolongkan sebagai
kemasan primer. Sedangkan plastik plietilen termasuk kemasan sekunder karena mengemas lima
botol yakult menjadi satu (Muchtadi, 1989).
Setiap lima botol (produk yakult) dikemas dalam 1 pack dengan menggunakan plastic
jenis polietilen. Selanjutnya dari lima botol tersebut akan di pak lagi menjadi 20 botol. Botol
yakult ini terbuat dari plastik, yang ringan, aman, mudah didaur ulang. Walaupun botol plastik
yakult bersifat semi kaku atau semi fleksibel namun perubahan produk secara mekanis masih
dapat terjadi. Apabila proses distribusi produk tidak berjalan sebagaimana mestinya dapat
menyebabkan kemasan yakult dari plastik tersebut dapat mengalami tekanan dan akhirnya sampai
bocor atau rusak. Banyaknya tumpukan kemasan sekunder yang berlebihan, serta medan jalan
yang dilalui sangat bergelombang/rusak juga memiliki dampak yang signifikan dalam hal ini.
Akibat dari kerusakan mekanis tersebut maka produk yakult sendiri sudah tidak layak untuk
dikonsumsi karena produk sudah terkontaminasi.

2.2 Perubahan Produk secara Kimiawi

Polistirena adalah sebuah polimer dengan monomer stirena,sebuah hidrokarbon cair yang
dibuat secara komersial dari minyak bumi. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat
termoplastik padat dapat mencair pada suhu yang lebih tinggi. Stirena juga termasuk golongan
senyawa aromatik. Karakteristik polistirena yaitu memiliki temperatur operasi maksimal < 90C,
tahan terhadap air, bahan kimia non-organik, alkohol, dan rapuh (perpanjangan 1-3%), tidak cocok
untuk aplikasi luar ruangan,serta mudah terbakar. Polistiren (PS) yang digunakan berbeda dengan
polistiren busa yang biasa digunakan untuk sterefoam. Polistiren ini bersifat jernih seperti kaca,
kaku, buram, terpengaruh lemak dan pelarut, mudah dibentuk, melunak pada suhu 950C. Dan
digunakan sebagai wadah makanan beku, sendok, garpu (Suyitno, 1990). Polistirena pada
kemasan yakult ini sangat cocok untuk mengemas bahan yakult yang tidak mengandung alkohol
dan lemak. Kemasan plastik dari produk yang tidak tahan terhadap suhu tinggi tersebut yang dapat
bereaksi dan berbahaya bagi konsumen yang kurang paham terhadap karakteristik maupun
komposisi produk.

2.3 Perubahan Produk secara Biokimiawi

Yang dimaksud dengan kerusakan biologis yaitu kerusakan yang disebabkan karena
kerusakan fisiologis, serangga dan binatang pengerat (rodentia). Kerusakan fisiologis meliputi
kerusakan yang disebabkan oleh reaksi-reaksi metabolisme dalam bahan atau oleh enzim-enzim
yang terdapat didalam bahan itu sendiri secara alami sehingga terjadi autolisis dan berakhir
dengan kerusakan serta pembusukan (Muchtadi, 1989).

Yakult harus selalu disimpan pada suhu dibawah 10C karena pada kondisi tersebut bakteri yakult
tidak aktif sehingga kualitas Yakult dapat dipertahankan terjaga. Penyimpanan pada suhu diatas
10C akan mengakibatkan turunnya kualitas karena bakteri yakult aktif, menghasilkan asam laktat
yang menyebabkan yakult menjadi asam dan jumlah bakteri hidupnya akan menurun. Maka rasa
asam yang tinggi pada saat produk sudah melebihi kadaluwarsa dapat berdampak negatif terhadap
konsumen. Hal ini memberikan gambaran bahwa pentingnya mengetahui karakteristik dari produk
yang akan dikonsumsi.

2.4 Perubahan Produk secara Mikrobiologis

Ditinjau dari sifat perlindungannya, maka bahan kemas yakult ini tergolong sebagai
kemasan yang hermentis. Artinya tahan uap dan gas. Selama kemasan dalam keadaan hermentis,
maka kemasan tidak dapat ditembus oleh bakteri, kapang dan debu. Walaupun botol ditutup
menggunakan tutup aluminium foil, yang tidak resealable untuk memastikan bahwa produk
tersebut dikonsumsi saat membuka namun masih dapat dimungkinkan terjadi perubahan
mikrobiologis dikarenakan kemasan yang tidak sesuai/rusak saat transportasi menyebabkan
kemasan dapat ditembus oleh bakteri maupun kapang. Informasi yang diberikan pada label tidak
boleh menyesatkan konsumen.

Pada umumnya kerusakan mikrobiologis tidak hanya terjadi pada bahan mentah, tetapi
juga pada bahan setengah jadi maupun pada bahan hasil olahan. Kerusakan ini sangat merugikan
dan kadang-kadang berbahaya bagi kesehatan karena racun yang diproduksi, penularan serta
penjalaran kerusakan yang cepat. Bahan yang telah rusak oleh mikroba juga dapat menjadi sumber
kontaminasi yang berbahaya bagi bahan lain yang masih sehat atau segar. Penyebab kerusakan
mikrobiologis adalah bermacam-macam mikroba seperti kapang, khamir dan bakteri. Cara
perusakannya dengan menghidrolisa atau mendegradasi makromolekul yang menyusun bahan
tersebut menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil (Muchtadi, 1989).

III. PENUTUP

Dalam setiap produk pasti memiliki karakteristik dan komposisi bahan yang berbeda-
beda. Maka dari itu penyimpangan yang dapat terjadi juga bermacam-macam pula. Yakult adalah
minuman probiotik pertama di Indonesia yang hampir mirip dengan yogurt yang dibuat dari
fermentasi skim milk dan gula dengan bakteri Lactobacillus casei Produk Yakult yang merupakan
minuman probiotik/minuman kesehatan yang berfungsi baik bagi tubuh. Pada yakult sendiri dapat
memiliki beberapa penyimpangan yang mungkin terjadi seperti mekanis, kimiawi, biokimiawi,
dan mikrobiologis. Perubahan mekanis yang mungkin terjadi pada produk tersebut dapat berupa
pecah atau rusaknya kemasan yang dapat mengakibatkan produk tersebut telah mengalami proses
oksidasi. Untuk perubahan kimiawi yaitu kemasan plastik dari produk yang tidak tahan terhadap
suhu tinggi yang dapat bereaksi dan berbahaya. Perubahan biokimia juga dapat terjadi seperti rasa
asam yang tinggi pada saat produk dikarenakan terjadi reaksi metabolisme atau enzim-enzim di
dalamnya yang tidak diingikan seperti pada saat sudah melebihi kadaluwarsa sedangkan untuk
perubahan mikrobiologis terjadinya pemasukan bakteri lain maupun benda asing yang masuk ke
dalam produk dan rusaknya bakteri Lactobacillus casei dikarenakan kemasan yang kurang tertutup
rapat maupun kesalahan penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA

Bachriansyah, S. 2007. Identifikasi Plastik. Makalah Pelatihan Teknologi Pengemasan Industri


Makanan Dan Minuman. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Jakarta.

Lee, K.Y. and Salminen, S., 2009. Handbook of probiotics & prebiotics 2nd ed. John Wiley and
sons. New Jersey.

Suyitno. 1990. Bahan-Bahan Pengemas. PAU. UGM. Yogyakarta.

Muchtadi, Tien R., 2001. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.
IPB. Bogor.

Tjahjadi, C dan Herlina Marta. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. Universitas Padjajaran.
Bandung.

Nurminah, M. 2002. Penelitian sifat berbagai bahan kemasan plastic dan kertas serta pengaruhnya
terhadap bahan yang dikemas. Universitas Sumatra Utara.
Sumitra, onit.2003. Mengidentifikasi Bahan Kemasan Alami. Direktorat pendidikan menengah
kejuruan direktorat jendral pendidikan dan dan menengah depertemen pendidikan nasional.
Syarief, R.,S. Santausa, St. Ismayana, B. 1987. Teknologi Pengemasan pangan. Laboraturium
rekayasa proses pangan, PAU pangan dan gizi, IPB. Bogor.
Wirya, Iwan.1999. kemasan yang menjual. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai