Anda di halaman 1dari 4

Sejarah singkat, pengertian, habitat, spesies, jenis, ciri-ciri

Tembakau bernama latin nicotiana tabacum, tanaman ini diduga berasal dari


Amerika Selatan atau Amerika Utara. Setelah konsumsi tembakau menjadi life
style di Eropa, tembakau dibawa masuk Indonesia oleh sejarah kolonialisme
Barat, setidaknya di awal abad ke-17. Ada beberapa hipotesa sejarah, yaitu bangsa
Spayol, Portugis atau barangkali Belanda. Meski demikian secara etimologi,
istilah tembakau sendiri berasal dari bahasa Spayol, “tabaco”.

Sekalipun hampir bisa dipastikan secara historis berasal dari luar Indonesia,
namun karena tembakau telah menjadi tanaman budidaya dan mata pencarian
masyarakat sejak ratusan tahun lalu, walhasil tak sedikit ditemui folklore
menarasikan tanaman ini berasal dari Indonesia.

Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman perkebunan.


Pemanfaatan tanaman tembakau terutama pada daunnya yaitu untuk pembuatan
rokok. Tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut :

Famili : Solanaceae

Sub Famili : Nicotianae

Genus : Nicotianae

Spesies : Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica

(Cahyono, 1998).

Morfologi tanaman tembakau terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah.
Akar tanaman tembakau berakar tunggang. Akar tunggang tumbuh dengan tegak
kearah pusat bumi. Akar serabut tanaman tembakau menyebar kesamping dari
akar tunggang. Batang tanaman tembakau berbentuk bulat dan kuat. Ruas batang
tanaman tembakau ditumbuhi daun dan tunas ketiak daun. Diameter batang
tanaman tembakau sekitar 5 cm (Hanum, 2008). Tanaman tembakau mampu
tumbuh hingga ketinggian 1,8 meter dan ukuran daun yang panjang dan
meruncing dengan lebar 30 sentimeter. Daun tumbuh berselang-seling pada
batang tanaman. Jumlah daun dalam satu tanaman adalah 28-32 helai dan
memiliki mulut daun yang terletak merata (Cahyono, 1998). Bunga tanaman
tembakau berbentuk terompet dan panjang, terdiri dari banyak bagian yakni
kelopak bunga, mahkota bunga, bakal buah dan kepala putik. Bunga tanaman
tembakau berwarna merah jambu hingga merah tua. Bakal buah tanaman
tembakau berada diatas dasar bunga dan terdiri dari dua ruang yang membesar
(Hanum, 2008). Ada beberapa krteria yang menjadi syarat tumbuhnya tanaman
tembakau, yakni suhu, curah hujan, dan kondisi tanah. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan tembakau berada pada rentang 200C sampai 300 C dari mulai
transplantasi hingga panen. Namun kondisi yang ideal untuk produksi daun
tembakau dengan kualitas yang baik biasanya pada suhu 260 C dengan
kelembapan 70-80%. Selain itu, tembakau membutuhkan distribusi curah hujan
tahunan antara 500 hingga 1.250 mm. Namun, kelebihan air dapat menyebabkan
tanaman menjadi tipis dan bersisik. Untuk kondisi tanah, tembakau umumnya
dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Akan tetapi tanah yang baik untuk
pertumbuhan tembakau adalah tanah liat yang dalam dan berdrainase baik dengan
sedikit atau tanpa risiko banjir. Meskipun tembakau toleran terhadap kekeringan,
tembakau tumbuh optimum pada tanah dengan suhu 20 hingga 30 derajat dengan
kapasitas pasokan air yang tinggi.

Tembakau memiliki lebih dari 50 jenis, namun terdapat 2 spesies tembakau yang
mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi, yaitu Nicotiana tabacum, Nicotiana
rustica.Perbedaan yang mencolok dari kedua spesies tersebut yaitu berdasarkan
kadar nikotinnya, dimana Nicotiana rustica mengandung kadar nikotin tertinggi
yaitu sebesar 16%, sedangkan Nicotiana tabacum mengandung kadar nikotin
terenddah yaitu 0,6% (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan,
2009). Berdasarkan waktu penanaman dan penggunaannya, tembakau dibedakan
menjadi 2 yaitu tembakau musim kemarau atau VO (Voor Oogst) dan tembakau
musim hujan atau NO (Naoogst). Tembakau VO ditanam pada akhir musim hujan
berkisar bulan April – pertengahan Juni dan dipanen pada musim kemarau
berkisar bulan Agustus – September karena pada waktu panen menghendaki tidak
ada hujan. Sedangkan penanaman tembakau NO dilakukan pada awal musim
hujan berkisar bulan Agustus – September dan dipanen pada saat musim hujan
sekitar bulan November – Desember karena pada waktu panen menghendaki ada
hujan (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan, 2009). Tembakau
musim kemarau (VO) terdiri dari tembakau sigaret, tembakau asapan dan
tembakau asli atau rakyat, sedangkan untuk tembakau musim hujan (NO) terdiri
dari tembakau cerutu dan tembakau pipa.

KRITERIA PANEN ( UMUR, CIRI FISIK, KAPAN PANEN+ ALASAN)

Pengolahan hulu sampai setengah jadi

Kriteria masak secara umum dipengaruhi oleh varietas, posisi daun pada batang,
jumlah daun yang disisakan pada batang atau dalamnya pangkasan, kesehatan
tanaman, iklim dan cuaca saat panen dan lain-lain (Dinas Perkebunan Provinsi
Jawa Timur, 2011). Panen dapat dimulai setelah tanaman berumur 70 - 80 HST
untuk daerah yang memiliki ketiggian lebih dari 500 mdpl. Daun yang sudah
masak dapat dipetik dalam satu kali panen umumnya berkisar antara 2 - 4 lembar
dan daun dapat dipetik 4 hingga 7 hari sekali. Dalam satu musim panen dapat
berlangsung 5-7 minggu. Pemetikan daun tembakau secara bertahap dapat
meningkatkan nilai daun sehingga dapat lebih menguntungkan petani (Hanum,
2008). Tingkat kematangan daun tembakau dalam satu tanaman biasanya tidak
serempak, melainkan bergiliran dengan urutan dari bawah ke atas sehingga
pemanenan dilakukan secara bertahap (Setiawan dan Trisnawati, 1993). Pasca
Panen dilakukan dengan proses pemeraman, sortasi, perajangan dan pengeringan.
Pemeraman dilakukan dengan menumpuk daun di tempat pemeraman dan ditutup
dengan daun pisang. Sortasi dilakukan berdasarkan warna daun yaitu trash
(apkiran / warna daun hitam), slick (licin / warna daun kuning muda), less slick
(kurang licin / warna daun kuning seperti lemon) dan more granny side (sedikit
kasar / warna daun antara kuning - oranye) (Maulidiana, 2008). Sortasi daun
tembakau bertujuan untuk memilah daun sesuai tingkat kemasakan, sebelum
dilakukan pemeraman, sehingga diperoleh daun yang mempunyai kesamaan
waktu atau lama pemeraman. Dalam sortasi daun dikelompokkan menjadi empat,
yaitu 1) daun kelewat masak, 2) daun tepat masak, 3) daun kurang masak, dan 4)
daun cacat. Perajangan dilakukan pada waktu malam hari sampai pagi hari.
Caranya dengan memotong gulungan daun yang telah selesai diperam. Gulungan
daun dimasukkan pada lubang alat perajang kemudian diiris dengan pisau yang
tajam dan ukuran ketebalan rajangan antara 1−2 mm. Perajangan harus dengan
pisau yang tajam karena jika pisau kurang tajam hasil rajangan akan memar yang
dapat menurunkan mutu. Hasil rajangan dihamparkan di atas widig, kemudian
dijemur di panas matahari.Widig atau rigen adalah anyaman bilah-bilah bambu
ukuran 75 cm x 150 cm yang diberi bingkai untuk menjemur rajangan daun
tembakau. Anyaman dibuat jarang dengan lubang 5−10 mm dan ukuran bilah
bambu yang dianyam 4−5 mm.

Anda mungkin juga menyukai