WATER SYSTEM
Disusun Oleh:
Ferizka Shalima Chaeruniza
NPM: 1406533440
Pembimbing:
Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si, M.Eng
Mohamad Gozali, S. Kom
Disusun Oleh:
Ferizka Shalima Chaeruniza
NPM: 1406533440
Pembimbing:
Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si, M.Eng
Mohamad Gozali, S.Kom
ii Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tanggal :
iv Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN II
Disusun Oleh:
Nama : Ferizka Shalima Chaeruniza
NPM : 1406533440
Program Studi : Teknologi Bioproses
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Kerja Praktik, Pembimbing Departemen
Dr. Ir. Yuliusman, M.Eng Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si, M.Eng
NIP. 19660720 199501 1 001 NIP. 041003041
v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah S.W.T. karena atas berkah
dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik PT. Pfizer
Indonesia dengan tepat waktu.
Laporan Kerja Praktik yang berjudul Analisis Water Purified Unit Sebagai
Bagian dari Water System ini disusun dengan tujuan untuk memperkaya wawasan
keteknikan khususnya Teknik Kimia di dunia industri. Harapan penulis, laporan ini
dapat memberikan gambaran mengenai perusahaan terkait dan proses apa saja yang
terjadi di dalamnya dalam rangka memproduksi obat-obatan.
Dalam menyusun laporan ini, penulis banyak mendapat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
vi Universitas Indonesia
11. Pak Suratno, Pak Slamet, serta seluruh bagian Departemen Engineering yang
telah bersedia membagikan ilmu dan pengalaman,
12. Pak Arie P.S. selaku supervisor Produksi Solid di Departemen Produksi beserta
seluruh karyawan di Departemen Produksi atas kesediaannya menerima peserta
kerja praktik,
13. Teman-teman KP yaitu Mauhibah Yumna dan Nadina Sabila Amany atas
dukungannya,
14. Diva, Riska, Uthe, Davita, dan segenap teman-teman di program studi
Teknologi Bioproses dan Teknik Kimia, terima kasih atas keceriaan yang telah
dibagikan kepada saya selama ini.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Penulis mohon maaf atas segala
kekurangan yang ada pada laporan ini. Atas kesediannya menerima laporan ini,
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
3.1. Prinsip Dasar Water System yang Digunakan Untuk Industri Farmasi
(Pharmaceutical Water System) ........................................................................ 29
ix Universitas Indonesia
3.2. Spesifikasi Kualitas Air .......................................................................... 29
x Universitas Indonesia
5.2.4.3. Analisis TOC (Total Organic Carbon) Harian Purified Water ... 48
LAMPIRAN .......................................................................................................... 62
xi Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.2. Temperatur Tangki dan Loop WPU seiring waktu .......................... 46
Gambar 5.5. Temperatur tangki dan loop WPU seiring waktu ............................. 54
Gambar 5.7. Volume air dalam tangki WPU seiring waktu ................................. 58
Water system yang digunakan oleh PT. Pfizer Indonesia terdiri dari
beberapa unit yang saling terhubung, yaitu unit Reverse Osmosis (RO), water
purified unit (WPU), water for injection (WFI), Pharmastill, dan pure steam
generator unit (PSG). Keseluruhan water system ini digunakan untuk mengolah air
1 Universitas Indonesia
2
sehingga aman digunakan sebagai bahan baku obat dan sesuai dengan standar yang
berlaku.
a. Bagaimana skema dari keseluruhan water system yang digunakan oleh PT.
Pfizer Indonesia?
b. Bagaimana proses pengolahan air pada water system?
c. Apa itu WPU dan apa saja komponen-komponennya?
d. Bagaimana cara kerja WPU?
e. Bagaimana prosedur sanitasi WPU?
f. Apa analisis dan penjabaran mengenai sanitasi WPU?
a. Memenuhi salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Departemen Teknik
Kimia FTUI untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1).
b. Mengenal dan memperluas wawasan di bidang farmasi.
c. Mendapatkan pengalaman langsung dan aplikatif di lapangan mengenai tata
cara pengoperasian fasilitas manufaktur yang memproduksi beragam jenis obat
medis di PT. Pfizer Indonesia.
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
a. Tugas Umum
Tugas umum yang ditugaskan kepada penulis meliputi entri data hasil kalibrasi
alat-alat ukur yang ada di pabrik, dengan pengambilan data dilakukan oleh
spesialis kalibrasi PT. Pfizer Indonesia. Penulis juga ditugaskan dalam hal
pengarsipan dokumen-dokumen di Departemen Engineering dan mengisikan
data-data mesin dan komponennya serta melakukan risk assessment yaitu
penilaian risiko sebagaimana yang ditugaskan oleh Departemen EHS
(Environment, Health, and Safety; Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan
Lingkungan).
b. Tugas Khusus
Tugas khusus yang diberikan adalah menganalisis sistem yang telah berjalan di
PT. Pfizer Indonesia. Tugas khusus yang diberikan berjudul Analisis Sanitasi
Pada Water Purification Unit Sebagai Bagian dari Water System.
a. BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan kerja praktik,
ruang lingkup kerja praktik, tempat dan waktu pelaksanaan,
metode pelaksanaan, tugas kerja praktik, dan sistematika
penulisan.
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Produk perdana yang dihasilkan oleh Pfizer adalah obat cacing yang
dinamakan santonim. Selain itu, Pfizer juga membuat asam tartrat dan borax
bermutu tinggi. Pada tahun 1880, Pfizer melakukan perluasan jenis produksi
dengan memperkenalkan asam sitrat yang nantinya menjadi produk utama yang
unggul. Pembuatan asam sitrat dari buah jeruk berlangsung sampai awal 1920.
Menjelang tahun 1923, Pfizer terus berlanjut dan pada saat Perang Dunia II, atas
sponsor dari pemerintah Amerika Serikat, Pfizer ikut ambil bagian dengan
memproduksi Penicillin secara besar-besaran.
6 Universitas Indonesia
7
Saat ini PT. Pfizer Indonesia juga melakukan pengemasan atas produk jadi
yang diimpor seperti Unasyn dan Colomack selain memproduksi obat berdasarkan
formulasi dari kantor pusat. PT Pfizer Indonesia juga melakukan ekspor ke
Malaysia, Thailand, Filipina, dan Hongkong.
Universitas Indonesia
8
berdampingan dengan bangunan pabrik dan dipisahkan oleh jalur yang berguna
sebagai lalu lintas karyawan. Area terluas ditempati oleh bangunan pabrik.
Untuk mencapai visi, PGS mempunyai beberapa misi. Misi PGS adalah
menjadi jaringan penyedia terpadu internal dan eksternal, memberikan keunggulan
kompetitif bagi Pfizer dengan menawarkan solusi penyedia yang cepat, fleksibel
dan inovatif yang dihargai oleh pelanggan. Adapun unsur-unsur dari misi PGS
adalah:
a. Quality
Proses kerja yang ada di Pfizer dirancang untuk menghasilkan produk
berkualitas melebihi ekspektasi pasien, pelanggan, karyawan, investor, instansi
pemerintah, dan mitra bisnis.
Universitas Indonesia
9
b. Integrity
PT. Pfizer Indonesia menerapkan standar etika tertinggi, serta menjamin
bahwa proses serta produk yang dihasilkan memiliki kualitas terbaik.
c. Innovation
Inovasi merupakan kunci untuk meningkatkan kesehatan manusia,
sekaligus mempertahankan pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan.
d. Respect for People
Pfizer menyadari bahwa sumber daya manusia merupakan penentu
kesuksesan perusahaan. Oleh karena itu, Pfizer memandang keragaman
sebagai sumber kekuatan, dengan memperlakukan karyawannya dengan
penuh rasa hormat.
e. Customer Focus
Customer Focus merupakan komitmen Pfizer untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan dan senantiasa menaruh perhatian pada kepuasan pelanggan dan
konsumen.
f. Collaboration
Bekerja sama menghilangkan batasan organisasi dan geografis untuk
memenuhi kebutuhan konsumen merupakan alat yang dapat digunakan
untuk meraih kesuksesan.
g. Leadership
PT. Pfizer Indonesia percaya bahwa pemimpin dapat memberdayakan
orang-orang di sekitarnya dengan cara membagi pengetahuan dan
memberikan penghargaan bagi prestasi individual yang menonjol. PT.
Pfizer Indonesia berdedikasi untuk memberi peluang pada setiap individu
di setiap level organisasi untuk menjadi pemimpin.
h. Performance
PT. Pfizer Indonesia terus berupaya untuk memperbaiki kinerja perusahaan
dengan memantau hasil yang dicapai secara seksama dan tidak pernah
mengabaikan integritas dan penghargaan terhadap seksama.
i. Community
PT. Pfizer Indonesia berperan aktif dalam menciptakan tempat kerja yang
menyenangkan. PT. Pfizer Indonesia menyadari bahwa vitalitas komunitas
Universitas Indonesia
10
a. Karyawan bekerja selama 8 jam per hari dan 40 jam per minggu, yaitu hari
Senin hingga Jumat.
b. Menepati jam kerja mulai pukul 08.00 hingga 16.30 dengan waktu istirahat
siang selama 30 menit dari pukul 12.00 hingga 12.30 dan coffee break selama
15 menit dari pukul 10.00.
c. Semua karyawan mengisi absensi pada waktu datang dan pulang menggunakan
akses.
d. Semua karyawan yang bekerja di pabrik harus mengenakan pakaian kerja yang
telah ditetapkan sesuai masing-masing bagian.
Universitas Indonesia
11
Seluruh karyawan dan personil PT. Pfizer Indonesia bertanggung jawab untuk
menerapkan dan memelihara Sistem Manajemen Mutu demi tercapainya kebijakan
mutu. Kebijakan mutu ini dikomunikasikan kepada seluruh karyawan PT. Pfizer
Indonesia dan dievaluasi secara berkala untuk menjamin kelangsungan dan
kesesuaian dari kebijakan mutu.
Universitas Indonesia
12
Manufacturing
Director
Senior Admin.
Assistant
Production
Manager
Material and
Export Manager
Quality Operation
Manager
Engineering
Manager
Administration
Assist.
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Water system mengolah air PDAM dan air sumur menjadi air yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan di area pabrik PT. Pfizer Indonesia. Air yang
telah diolah dapat digunakan mulai dari keperluan domestik seperti mencuci dan
kebutuhan di toilet hingga air yang digunakan untuk bahan baku obat-obatan yang
diproduksi dan untuk sterilisasi peralatan yang digunakan dalam proses produksi.
Secara umum, air dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu potable water, purified
water, water for injection, dan pure steam. Potable water digunakan untuk
keperluan domestik seperti toilet dan mencuci. Purified water digunakan untuk
membersihkan peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Water for
Injection digunakan sebagai bahan baku obat. Sementara pure steam adalah steam
yang digunakan dalam proses sterilisasi peralatan sebelum digunakan dalam proses
produksi.
Universitas Indonesia
15
Kalibrasi yang dilaksanakan oleh PT. Pfizer Indonesia terkait dalam satu
rantai ketelusuran hingga lembaga kalibrasi tertinggi. Rantai ketelusuran dapat
digambarkan dalam bagan berikut.
CGPM
National Metrology
Institute (LIPI)
Laboratorium Kalibrasi
Standar Industri/Perusahaan
Pengguna akhir alat ukur dapat dijelaskan sebagai alat ukur yang langsung
digunakan oleh pengamat, misalnya untuk mengukur suhu, pengamat dapat
Universitas Indonesia
16
mengamati nilai suhu yang terdeteksi oleh termokopel. Kemudian, secara berkala
alat ukur tersebut dikalibrasi oleh spesialis kalibrasi suatu perusahaan
menggunakan suatu alat yang memenuhi standar industri / perusahaan. Instrumen
kalibrasi yang digunakan suatu perusahaan dikalibrasi oleh lembaga yang lebih
tinggi yaitu laboratorium kalibrasi. Instrumen kalibrasi yang digunakan oleh
laboratorium kalibrasi selanjutnya dikalibrasi lagi oleh institut metrologi nasional
di negara tempat perusahaan itu berdiri (dalam hal ini, LIPI). Instrumen kalibrasi
yang digunakan oleh LIPI selanjutnya dikalibrasi lagi oleh lembaga yang diakui
secara internasional, dalam hal ini CGPM. Semakin tinggi lembaganya, instrumen
kalibrasi yang digunakan semakin kecil ketidakpastiannya. Di Divisi Kalibrasi PT.
Pfizer Indonesia, pengkalibrasian yang dilakukan terbatas pada penggunaan standar
perusahaan yang mengkalibrasi pengguna akhir alat ukur.
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Limbah cair terdiri dari limbah domestik dan limbah hasil produksi. Limbah
domestik berasal dari tempat-tempat umum seperti kantin dan toilet, sedangkan
limbah hasil produksi ditimbulkan dari adanya proses produksi. Proses pengolahan
limbah cair dilaksanakan di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) PGS Jakarta
yang terdiri dari tahapan sebagai berikut.
Universitas Indonesia
19
5. Tahap Kontrol I
Tahap ini berlangsung di bak kontrol pertama di mana limbah cair hasil
sedimentasi dialirkan ke bak ini. Bak ini berfungsi sebagai tempat
penampungan limbah cair hasil sedimentasi sebelum dialirkan ke filter pasir.
6. Filtrasi Pasir
Limbah cair dari bak kontrol pertama dialirkan menuju filter pasir untuk tahap
penyaringan pertama. Filter pasir yang digunakan di PGS Jakarta ada sebanyak
satu buah.
7. Tahap Kontrol II
Tahap kontrol II adalah tahapan di mana limbah cair hasil filtrasi menggunakan
filter pasir ditampung di bak kontrol II sebelum disaring lagi menggunakan
filter karbon.
8. Filtrasi Karbon
Pada tahap ini, limbah cair diberi perlakuan yaitu penyaringan menggunakan
filter karbon. Terdapat dua buah filter karbon yang digunakan oleh PGS Jakarta.
9. Penampungan di Bak Effluent
Limbah cair yang telah melewati filter karbon kemudian ditampung di bak
effluent untuk selanjutnya disalurkan ke bioindikator dan cooling tower.
Bioindikator digunakan untuk mengetahui apakah limbah cair hasil olahan unit
pengolahan limbah cair yang ada di PGS Jakarta sudah tidak mengandung zat
berbahaya. Bioindikator yang digunakan berupa kolam berisi ikan hidup.
Sebagian air hasil pengolahan limbah cair juga disalurkan ke cooling tower.
Universitas Indonesia
20
ke berbagai pihak seperti pihak laboratorium, PPIC, dan gudang. Setelah jadwal
disetujui, PPIC akan mengeluarkan Production Order (PDO) yang berisikan jumlah
bahan baku yang diperlukan untuk produksi dan kemudian diserahkan ke bagian
farmasi untuk penimbangan.
Universitas Indonesia
21
pengolahan batch, serta merevisi dan memperbarui seluruh SOP bagian produksi
sediaan padat.
Universitas Indonesia
22
Proses produksi obat padat semisal tablet dan kapsul diawali dengan
dikeluarkannya WO (working order) berupa perintah untuk memproduksi suatu
produk tertentu. Kemudian ada PPIC yang berisi data mengenai apa yang
diproduksi, kuantitasnya, dan mesin apa saja yang digunakan.
Selanjutnya adalah tahap final blending di mana granul yang sudah halus
dan kering dicampurkan kembali dengan ditambahkan bahan penghancur dan
pelicir. Bahan yang sudah melewati tahap ini menunggu pemrosesan lebih lanjut
dengan disimpan di ruang work in process (WIP).
Universitas Indonesia
23
dilakukan untuk beberapa alasan, yaitu untuk melindungi obat dari paparan
lingkungan luar dan untuk menutupi rasa yang tidak enak, misalnya rasa pahit yang
dibawa oleh obat ditutupi oleh coating salut gula pada permukaan tablet. Packaging
terdiri dari dua jenis yaitu packaging primer dan sekunder. Packaging primer
adalah kemasan yang bersentuhan langsung dengan obat, misalnya strip dan blister.
Packaging sekunder adalah kemasan yang tidak bersentuhan langsung dengan obat,
misalnya kotak kardus.
Universitas Indonesia
24
1. Persiapan bahan
Pada tahap ini, bahan-bahan yang diperlukan diambil dari staging room setelah
diperiksa oleh supervisor.
2. Pencampuran (Blending)
Proses pencampuran semisolid diawali dengan pembuatan agen pembuat gel
(untuk produksi gel) atau pelelehan basis (untuk pembuatan suspensi).
Selanjutnya adalah pelarutan bahan aktif dan pencampuran antara agen pembuat
gel/lelehan basis dengan bahan aktif. Sedangkan proses pembuatan obat cair
non steril berurutan adalah pembuatan pensuspensi, pembuatan zat aktif, dan
pencampuran keduanya.
3. Filtrasi
Filtrasi dilakukan untuk menyaring partikel-partikel yang dapat saja muncul
saat pencampuran dan pengeluaran produk-produk.
4. Pengisian (Filling)
Bahan yang sudah lulus uji laboratorium setelah melalui proses filtrasi
kemudian diisikan ke kemasan-kemasan yang tersedia. Pengisian suspensi
memerlukan pengadukan terlebih dahulu sebelum diisikan agar tidak terjadi
pengendapan, sementara pengisian obat semisolid tidak perlu pengadukan.
Sediaan steril semisolid memerlukan sterilisasi dengan penyinaran sinar
gamma.
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
2.8.1.3. Cairan
Produk cair terdiri dari cairan steril untuk tetes mata dan injeksi yang dibuat
secara aseptik serta suspensi oral non-steril. Produk cair yang diproduksi oleh PT.
Pfizer Indonesia antara lain sebagai berikut.
Universitas Indonesia
28
a. Solid
Aromasin, Accupril FCT, Champix FCT, Caduet FCT, Detrusitol FCT,
Feldene Flash, Glucotrol XL FCT, Lipitor FCT, Medrol Tabs, Provera Tabs,
Unasyn FCT, Vfend FCT, Viagra Tabs, Xanax Tabs, Zyvox FCT, Celebrex
Caps, Lyrica Caps, Neurantin Caps, Sutent Tabs.
b. Cairan
Campto, Cefobid, Depo Medrol Injection, Diflucan IV, Dilantin
Injection, Dynastat IV, Farmorubicin, Feldene IM, Genotropin, Serenace, Solu
Medrol, Sulperazone, Unasyn IM dan IV, Vfend IV, Xalacom, Xalatan,
Zithromax IV dan POS, dan Zyvox.
Universitas Indonesia
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Prinsip Dasar Water System yang Digunakan Untuk Industri Farmasi
(Pharmaceutical Water System)
Menurut WHO (2012), produksi, penyimpanan, dan sistem distribusi
pharmaceutical water harus didesain, diinstalasi, di-commission, dikualifikasi dan
dipelihara untuk menjamin proses produksi air yang memiliki kualitas yang sesuai.
Kapasitas sistem juga harus didesain sehingga sesuai dengan rata-rata dan puncak
permintaan aliran dari suatu operasi. Jika dibutuhkan, sistem dapat didesain untuk
menoleransi penambahan kapasitas atau modifikasi.
Sumber air dan air yang telah diberi perlakuan harus dipantau dalam hal
kontaminasi kimia, mikrobiologi, dan endotoksin. Kinerja dari sistem pemurnian
air, penyimpanan, dan distribusi juga harus dipantau.
Purified water harus dibuat dari air minum karena air minum mempunyai
kualitas minimum air yang diumpankan (feed water). Purified water yang
dibicarakan di sini adalah purified water dalam bentuk bulk. Purified water harus
sesuai spesifikasinya, baik spesifikasi kimia maupun mikrobiologi, dengan yang
29 Universitas Indonesia
30
Sementara itu, water for injection (WFI) adalah pelarut yang digunakan
dalam produksi produk parenteral dan produk lain di mana tingkat endotoksin
dalam produk tersebut harus terkontrol. WFI tidak mengandung zat tambahan dan
harus dibuat sedemikian sehingga dapat meminimalisir atau mencegah kontaminasi
mikroba sekaligus menghilangkan kontaminasi endotoksin dari air. WFI dapat
disimpan selama sebulan di dalam tangki khusus berlampu UV.
Universitas Indonesia
31
Katup terdiri dari beberapa jenis yang berbeda dalam hal konfigurasi dan
cara kerja. Berdasarkan cara kerjanya, katup digolongkan dalam tiga kelompok,
yaitu On/Off Service, Throttling Service, dan Non-Reverse Flow. Berikut ini adalah
jenis-jenis katup untuk masing-masing kelompok.
On/Off Service: Gate valve, ball valve, diaphragm valve, plug valve, butterfly valve.
Throttling Service: Globe valve. butterfly valve, diaphragm valve, pinch valve
Non- Reverse Flow: check valve
Universitas Indonesia
32
kelemahan dari gate valve adalah dapat menimbulkan getaran pada seat disc saat
terbuka sebagian, respons lambat, dan membutuhkan actuating force yang besar.
Kelebihan dari katup jenis ini adalah lebih cepat dalam membuka-tutup
aliran, mengandalkan gerakan buka-tutup untuk mengontrol aliran, dan mempunyai
bentuk dudukan yang paling baik. Kekurangan dari globe valve adalah dudukan
piringannya yang dalam keadaan terbuka sebagian.
Universitas Indonesia
33
segala bahan kimia dan memiliki koefisien gesek yang rendah. Ball valve biasanya
digunakan untuk pengontrolan aliran dan tekanan, juga digunakan untuk fluida
yang korosif, slurry, maupun bahan cair dan gas. Kelebihan dari katup jenis ini
adalah kemudahan dalam pemeliharaan, pressure drop yang rendah, berukuran
kecil dan bobotnya ringan. Sementara kekurangannya adalah fluida dapat
terperangkap dalam bola pada saat keadaan katup tertutup, menyebabkan tekanan
uap yang meningkat dan korosi pada katup.
Katup jenis ini biasa digunakan untuk mengontrol aliran yang besar dan
pengaplikasian pada kondisi tekanan rendah di mana kebocoran tidak menjadi
Universitas Indonesia
34
masalah. Kelebihan dari katup ini adalah pembukaannya yang cepat, pengontrolan
yang baik, pressure drop rendah, dan biayanya murah. Namun, butterfly valve tidak
dapat menutup dengan rapat.
Diaphragm valve dapat digunakan untuk cairan korosif pada temperatur dan
tekanan rendah. Katup ini juga biasa digunakan pada industri farmasi, di mana
aliran harus terjaga kemurniannya. Hal ini didukung dengan tidak adanya struktur
yang dapat memerangkap partikel-partikel seperti slurry, cairan, dan pengotor
lainnya. Keuntungan menggunakan katup jenis ini adalah dapat digunakan dalam
mekanisme on/off atau throttling (pengaturan aliran dengan
memperbesar/mempersempit bukaan), mempunyai resistensi terhadap bahan kimia
yang baik, dan tidak ada kebocoran pada stem. Kelemahannya adalah tidak dapat
digunakan pada kondisi tekanan di atas 200 psi dan temperatur di atas 2040C dan
struktur weir dapat menghambat drainage yang sempurna.
Universitas Indonesia
35
Secara umum, heat exchanger jenis shell and tube tersusun dari kumpulan
tabung (tube) yang dipasangkan pada cangkang (shell) silinder. Satu jenis fluida
mengalir di dalam tabung, fluida yang lain mengalir melewati sisi-sisi tabung.
Komponen-komponen heat exchanger ini antara lain tabung (tube), shell, front-end
head, rear-end head, baffle, dan tubesheet. Tube dapat terbuat dari plastik, logam,
dan keramik tergantung kebutuhan. Shell diperuntukkan sebagai wadah untuk
fluida yang mengalir di luar tube, dan memiliki beberapa konfigurasi sesuai
kebutuhan. Pada shell terdapat nozzle yang berfungsi sebagai tempat keluar-masuk
(inlet-outlet) fluida shell dan fluida tube. Front dan rear-end berfungsi sebagai
keluar-masuk fluida dalam tube, di mana rear-end head dapat diperhitungkan untuk
mengantisipasi ekspansi tube akibat panas. Baffle digunakan untuk mengontrol arah
aliran fluida pada shell.
Kelebihan dari heat exchanger jenis ini adalah kapasitasnya yang besar,
dapat menangani fluida dengan tekanan dan temperatur tinggi, dan mudah untuk
dikendalikan dan dioperasikan. Shell and Tube exchanger dapat beroperasi pada
kondisi hampir vakum hingga bertekanan ultra-tinggi di atas 100 MPa, dari kondisi
kriogenik hingga 11000C, dan dengan perbedaan besar suhu dan tekanan antara dua
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
kontrol proses untuk memantau kinerja unit operasi yang digunakan untuk
purifikasi dan sistem distribusi.
Universitas Indonesia
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
38 Universitas Indonesia
39
Analisis terdiri dari analisis skema kerja water system secara umum, analisis
STILMAS water system, analisis WPU, dan analisis sanitasi WPU. Lebih lanjut,
analisis sanitasi WPU terdiri dari analisis alat dan bahan, analisis prosedur sanitasi,
dan analisis hasil sanitasi.
Universitas Indonesia
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
40 Universitas Indonesia
41
Gambar di atas merupakan skema water system yang ada di PT. Pfizer
Indonesia. Skema yang ditunjukkan di atas adalah pemrosesan air PDAM dan air
sumur menjadi air yang siap diolah menjadi purified water, WFI (Water for
Injection), dan uap murni (pure steam). Nantinya, WFI digunakan sebagai bahan
baku dalam pembuatan obat dan pure steam digunakan untuk sterilisasi alat
sebelum masuk daerah aseptik di bagian produksi.
Pertama-tama, air yang berasal dari PDAM dan air sumur ditampung di
tangki penyimpanan (storage tank) berkapasitas 50 m3. Air yang tertampung di
tangki penyimpanan tersebut diinjeksi klorin menggunakan dosing pump sebanyak
0,3-1 ppm. Injeksi klorin diperlukan untuk membunuh bakteri berbahaya yang
mungkin saja terdapat dalam air.
Untuk memenuhi kebutuhan domestik seperti cuci tangan dan wudu, air dari
tangki penyimpanan potable water A dialirkan ke pressure tank potable water A.
Pressure tank digunakan agar tekanan air pada saat disalurkan sama untuk setiap
titik dan terjaga konstan. Jika tidak menggunakan pressure tank, pada saat air
disirkulasikan, distribusi tekanan menjadi tidak merata menyebabkan air yang
keluar tidak sama banyak di lokasi-lokasi yang berbeda dalam satu satuan waktu
tertentu. Setelah ditampung dalam pressure tank, air potable didistribusikan ke
plant dengan spesifikasi yaitu mempunyai kandungan klorin sebesar 0,3-1 ppm.
Universitas Indonesia
42
Universitas Indonesia
43
Air dari mix bed terlebih dahulu melewati filter 3 mikron kemudian diolah
pada unit RO seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pengolahan air pada unit
RO dimaksudkan agar nilai TOC dan konduktivitas dari air tersebut turun sebelum
dimasukkan ke dalam tangki penampungan WPU.
Universitas Indonesia
44
untuk memanaskan air yang berasal dari PDAM yang tertampung dalam generator
agar menjadi steam. Steam yang bersuhu tinggi kemudian dialirkan ke purified
water sehingga suhunya naik dan menjadi steam. Steam inilah yang disebut pure
steam. Keuntungan dari metode pembuatan steam ini adalah steam yang terbentuk
dapat terjamin kemurniannya karena kandungan mineral dan tanah hampir tidak ada
di dalam pure steam.
5.2. WPU
5.2.1. Pengertian dan Fungsi WPU
WPU atau Water Purified Unit merupakan salah satu unit dalam water
system yang berfungsi sebagai penyimpanan dan pendistribusi purified water yang
dihasilkan dari proses reverse osmosis pada unit RO.
Tangki WPU itu sendiri berkapasitas 2500 L berbahan dasar stainless steel.
Tangki WPU dilengkapi dengan ventilasi yang berguna untuk menjaga tekanan di
dalam tangki WPU agar sama dengan tekanan lingkungan. Jika tidak diberikan
ventilasi, maka pada saat air dikeluarkan, akan terjadi vakum pada bagian dalam
tangki akibat udara dalam tangki terhisap keluar pula, sehingga akan menyebabkan
rusaknya tangki karena perbedaan tekanan udara. Di dalam selongsong ventilasi
juga terdapat filter yang berguna untuk menyaring udara yang masuk agar air dalam
tangki tetap higienis. Tangki WPU digunakan untuk menampung purified water
dari unit RO Demi untuk kemudian dialirkan menuju ruangan yang membutuhkan.
Universitas Indonesia
45
mengalir melewati loop. Filter yang digunakan terdiri dari dua ukuran, yaitu 0,45
dan 0,22. Ukuran mikroba yang dapat saja terdapat pada air menjadi pertimbangan
dalam pemilihan ukuran pori-pori filter, di mana ukuran pori-pori filter harus lebih
kecil daripada ukuran mikroba agar air yang dialirkan ke use point bebas dari
mikroba. Selain ukuran ukuran mikroba, ukuran partikel kecil seperti debu dan pasir
juga dijadikan pertimbangan dalam pemilihan ukuran filter. Filter 0,45 digunakan
untuk memerangkap partikel-partikel padat dan filter 0,22 digunakan untuk
memerangkap mikroba. Lampu UV digunakan untuk membunuh mikroba yang
masih terdapat dalam air hasil saring. Spesifikasi lampu UV yang digunakan pada
loop WPU adalah 8000 H.
WPU juga dilengkapi dengan heat exchanger yang digunakan dalam proses
sanitasi WPU untuk memanaskan air. Heat exchanger yang digunakan adalah jenis
shell and tube di mana zat bersuhu tinggi (steam) berada pada bagian tube dan air
dingin berada pada bagian shell saat digunakan. Steam berada di bagian tube untuk
menjamin keamanan pekerja agar pekerja tidak terpapar suhu yang sangat panas.
Shell and tube mempunyai kelebihan yaitu dapat menangani temperatur dan
tekanan yang tinggi, berkapasitas besar, mudah dikontrol dan dioperasikan.
Kelebihan-kelebihan ini membuat heat exchanger tipe ini cocok digunakan di
industri.
Setiap 15-19 minggu sekali atau sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan
CMMS, WPU akan disanitasi. Pada saat itu, WPU untuk sementara tidak beroperasi
hingga proses sanitasi selesai.
Universitas Indonesia
46
Terlihat pada Gambar 4.2, temperatur loop WPU baik loop sebelum maupun
sesudah melewati heat exchanger lebih tinggi dibandingkan temperatur pada tangki
WPU. Hal ini dapat disebabkan karena perpipaan loop WPU melewati ruang
mezzanine yang bersuhu panas, sehingga udara panas tersebut mempengaruhi loop
WPU dan meningkatkan suhu loop WPU.
40.0
35.0
30.0
Temperatur (C)
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
00:00
00:30
01:00
01:30
02:00
02:30
03:00
03:30
04:00
04:30
05:00
05:30
06:00
06:30
07:00
07:30
08:00
08:30
09:00
09:30
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:00
13:30
14:00
14:30
15:00
15:30
16:00
16:30
17:00
17:30
18:00
18:30
19:00
19:30
20:00
20:30
21:00
21:30
22:00
22:30
23:00
23:30
Pukul
WPU WPU Tank Temp. WPU WPU Loop Temp. WPU WPU Loop Return Temp.
TE-10.1 TE-10.2 After Exch.
(C) (C) TE-10.5 (C)
Universitas Indonesia
47
Dari data yang diberikan juga dapat diketahui nilai temperatur maksimal,
minimal, dan rerata temperatur. Pada tangki WPU, temperatur maksimal, minimal,
dan rerata berturut-turut adalah 29,80C; 27,30C; dan 280C. Untuk temperatur loop
berturut-turut adalah 34,20C; 31,70C; dan 33,30C. Sedangkan untuk temperatur loop
arah balik setelah heat exchanger adalah 34,00C; 31,50C; dan 33,00C. Temperatur
yang tercatat menggambarkan bahwa purified water yang ada dalam WPU
bertemperatur sedang.
Universitas Indonesia
48
0.8
0.7
0.6
Konduktivitas (S)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
00:00
00:30
01:00
01:30
02:00
02:30
03:00
03:30
04:00
04:30
05:00
05:30
06:00
06:30
07:00
07:30
08:00
08:30
09:00
09:30
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:00
13:30
14:00
14:30
15:00
15:30
16:00
16:30
17:00
17:30
18:00
18:30
19:00
19:30
20:00
20:30
21:00
21:30
22:00
22:30
23:00
23:30
Pukul
Terlihat pada grafik pada Gambar 4.3 bahwa nilai konduktivitas air dalam
WPU cenderung stabil di antara 0,5 dan 0,6 S. Hal ini menunjukkan bahwa air
dalam WPU memiliki konduktivitas sesuai kriteria pada tanggal 16 Agustus 2017,
di mana kriteria untuk konduktivitas purified water adalah kurang dari atau sama
dengan 0,8 S. Fluktuasi kecil yang terjadi dari waktu ke waktu dapat disebabkan
oleh perbedaan konduktivitas air PDAM (air umpan atau feed) sebelum diolah oleh
unit RO Demi.
Universitas Indonesia
49
500
300
200
100
0
00:00
00:30
01:00
01:30
02:00
02:30
03:00
03:30
04:00
04:30
05:00
05:30
06:00
06:30
07:00
07:30
08:00
08:30
09:00
09:30
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:00
13:30
14:00
14:30
15:00
15:30
16:00
16:30
17:00
17:30
18:00
18:30
19:00
19:30
20:00
20:30
21:00
21:30
22:00
22:30
23:00
23:30
Pukul
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.4 di atas, nilai TOC pada 16 Agustus
2017 cenderung stabil di bawah 500 ppb. Hal ini sesuai dengan standar yang berlaku
di mana kadar TOC dalam air harus kurang dari atau sama dengan 500 ppb. Dengan
begitu, purified water yang dihasilkan oleh unit RO Demi dan tersimpan di tangki
WPU sudah layak digunakan untuk proses mencuci peralatan dan lainnya. Fluktuasi
yang teramati pada grafik dapat saja disebabkan karena air umpan (feed) yang
berasal dari air PDAM yang kadar TOC-nya berbeda-beda pula.
5.3.Sanitasi WPU
5.3.1. Alat dan Bahan Sanitasi WPU
Alat yang digunakan untuk sanitasi WPU adalah heat exchanger, sedangkan
bahan yang digunakan untuk sanitasi WPU adalah air. Sanitasi WPU pada
STILMAS water system menggunakan air panas.
a. Melakukan integrity test untuk filter 0,45 yang terdapat pada loop WPU dan
filter 0,22 yang terdapat pada tangki WPU.
Universitas Indonesia
50
b. Memastikan semua diaphragm valve pada use point loop WPU dapat berfungsi
dengan baik.
c. Meyakinkan suplai steam dan air dingin tersedia.
d. Meyakinkan semua keran use point WPU dalam keadaan tertutup.
e. Meyakinkan saklar untuk pompa sirkulasi P10.1 dalam keadaan ON.
f. Meyakinkan bahwa valve V10.6, V17.4, V17.5, dan V17.6 dalam keadaan
tertutup.
g. Meyakinkan bahwa valve V10.4, V10.5, V10.7, V17.1 dan V17.2 dalam
keadaan terbuka.
h. Mengoperasikan loop WPU.
i. Menekan tombol F16 untuk memulai proses sanitasi. Proses sanitasi otomatis
berjalan dengan fase berurutan yaitu pengosongan sebagian (partial emptying),
pemanasan (heating), holding, depressurization, pendinginan (cooling),
pengosongan (emptying), dan pengosongan total (total emptying).
j. Setelah proses sanitasi loop WPU selesai, selanjutnya Laboratorium QO akan
melakukan uji untuk mengetahui kualitas dari WPU yang dihasilkan.
k. Laboratorium QO akan melakukan sampling terhadap WPU sebelum dan
sesudah sanitasi dilakukan.
l. Laporan hasil analisis sebelum dan sesudah sanitasi ditandatangani oleh
personil Engineering dan Laboratorium QO.
Universitas Indonesia
51
Bahan yang digunakan dalam proses sanitasi loop dan tangki WPU adalah
air panas. Air panas merupakan salah satu bahan yang umum digunakan dalam
proses sanitasi selain steam. Metode sanitasi menggunakan air panas termasuk
dalam metode sanitasi menggunakan panas (heat/thermal). Sanitasi menggunakan
air panas mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat membunuh beragam jenis
bakteri dan mikroba secara efektif. Keuntungan lainnya yang dapat diperoleh PT.
Pfizer Indonesia dalam menggunakan air panas adalah harganya yang murah,
mudah didapat, dan tidak beracun. Keuntungan dari penggunaan air panas sebagai
bahan yang digunakan untuk sanitasi juga turut memelihara peralatan dan
keselamatan pekerja.
Diaphragm valve pada tiap use point harus dipastikan berfungsi dengan
baik, agar pada saat proses sanitasi, tidak ada air panas yang keluar dari loop ke
lingkungan. Air panas harus tetap di dalam loop pada saat proses sanitasi agar tiap
bagian loop dapat tersanitasi dengan baik. Jika air panas tumpah ke lingkungan, hal
itu tentunya dapat mencelakakan pekerja. Sistem ini menggunakan diaphragm
valve karena kemampuan menutupnya yang baik dibandingkan dengan jenis lain
dan kemungkinan terkontaminasinya medium yang mengalir melewati valve sangat
kecil. Hal ini membuat diaphragm valve umum digunakan di industri farmasi di
mana bahan-bahan yang digunakan harus sebersih dan sesteril mungkin.
Diaphragm valve juga harus dapat membuka dengan benar agar penyaluran WPU
ke titik-titik yang membutuhkan juga lancar.
Suplai steam dan air dingin harus dipastikan tersedia agar proses sanitasi
berlangsung dengan lancar. Sanitasi WPU membutuhkan air panas dan air panas
diperoleh dari pemanasan air dingin menggunakan heat exchanger. Heat exchanger
memerlukan pasokan steam untuk memanaskan air dingin.
Universitas Indonesia
52
Memastikan bahwa semua keran use point WPU dalam keadaan tertutup
dimaksudkan agar tidak ada celah yang dapat dilewati air panas pada saat proses
sanitasi sehingga tidak membahayakan pekerja atau petugas.
Pemanasan air dilakukan agar terbentuk air yang suhunya memadai untuk
digunakan dalam proses sanitasi. Temperatur yang digunakan dalam proses sanitasi
WPU di PT. Pfizer Indonesia adalah 800C, merupakan temperatur yang cukup agar
air panas dapat membunuh bakteri dan mikroba lainnya yang terdapat pada tangki
dan loop WPU. Temperatur air dicek oleh probe (pelacak) temperatur yang
diletakkan di suatu titik kritikal yang ada pada loop distribusi.
Universitas Indonesia
53
water hammer. Fenomena ini dapat memecahkan tangki WPU akibat tekanan yang
ditimbulkan. Proses depressurization berlangsung selama 10-15 menit.
Berikut adalah grafik temperatur tangki dan loop WPU pada tanggal 21 Mei
2017. Pengambilan data dilakukan setiap 30 menit sekali dari pukul 00.00 hingga
23.30.
Universitas Indonesia
54
90
85
80
75
70
65
60
Temperatur (C)
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
01:00
01:30
02:00
02:30
03:00
03:30
04:00
04:30
05:00
05:30
06:00
06:30
07:00
07:30
08:00
08:30
09:00
09:30
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:00
13:30
14:00
14:30
15:00
15:30
16:00
16:30
17:00
17:30
18:00
18:30
19:00
19:30
20:00
20:30
21:00
21:30
22:00
22:30
23:00
23:30
Pukul
WPU Tank Temp. WPU Loop Temp. WPU Loop Return Temp.
TE-10.1 TE-10.2 After Exch.
(C) (C) TE-10.5 (C)
Secara umum, seperti pada hari lainnya, temperatur pada tangki WPU
sedikit lebih rendah dibandingkan temperatur pada loop WPU. Perbedaannya
terletak pada tingginya nilai temperatur yang dimulai pada pukul 00.00 dan terus
meningkat hingga kira-kira pukul 02.00. Setelah pukul 02.00, temperatur terus
menurun hingga pada pukul 06.30 untuk temperatur tangki, namun pada jam yang
sama, temperatur loop WPU dan loop WPU arah balik (kurva hijau) mengalami
peningkatan. Peningkatan yang terjadi pada pukul 00.00 hingga 02.00 disebabkan
karena pada pukul tersebut sedang diadakan sanitasi WPU. Proses sanitasi WPU
membutuhkan air bertemperatur minimal 800C, maka itu diperlukan pemanasan air
menggunakan heat exchanger yang ada pada loop WPU. Dapat diamati pula bahwa
temperatur loop arah balik setelah melewati heat exchanger pada periode ini adalah
yang tertinggi, diikuti oleh temperatur tangki dan temperatur loop. Temperatur loop
arah balik menjadi yang tertinggi karena pengukuran dilakukan di bagian loop arah
balik setelah melewati heat exchanger, di mana air pada bagian tersebut sudah
dipanaskan oleh heat exchanger. Setelah melewati loop arah balik, air kemudian
tertampung kembali di tangki WPU, di mana air panas bercampur dengan air
Universitas Indonesia
55
bersuhu lebih rendah yang lebih dahulu berada di dalam tangki, meningkatkan
suhunya. Suhu loop WPU paling rendah dapat saja disebabkan karena adanya
sedikit panas yang keluar ke lingkungan di perjalanan melalui perpipaan loop WPU.
Menurut prosedur sanitasi, terdapat fase heating yaitu pemanasan air hingga
suhu minimal 800C diikuti dengan fase holding yaitu pendiaman air dalam unit
WPU selama 30 menit. Terlihat pada Gambar 5.5, saat mencapai temperatur
minimal 800C, temperatur tangki dan loop akan meningkat hingga kira-kira 30
menit, di mana kira-kira pada menit ke-30 temperatur tangki dan loop mencapai
nilai tertinggi. Hal ini sesuai dengan fase yang secara otomatis terjadi dalam proses
sanitasi WPU.
Setelah fase cooling, tangki dikosongkan saat fase tank emptying dan tank
total emptying selama 15-30 menit. Waktu yang dibutuhkan untuk sanitasi WPU
pada tanggal 21 Mei 2017 adalah selama 900 menit.
Setelah pukul 03.17, temperatur tangki, loop, dan loop arah balik terus
menurun hingga kira-kira 300C. Baru pada pukul 06.30 temperatur tangki, loop, dan
loop arah balik cenderung stabil hingga rekaman data terakhir yaitu pada pukul
23.30. Pada pukul 06.30 hingga 23.30, trend dari ketiga kurva kembali lagi seperti
Universitas Indonesia
56
Berikut adalah grafik konduktivitas loop WPU pada tanggal 21 Mei 2017,
yang mana merupakan hari dilakukannya sanitasi WPU.
2
1.8
1.6
1.4
Konduktivitas (S)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
00:00
00:30
01:00
01:30
02:00
02:30
03:00
03:30
04:00
04:30
05:00
05:30
06:00
06:30
07:00
07:30
08:00
08:30
09:00
09:30
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:00
13:30
14:00
14:30
15:00
15:30
16:00
16:30
17:00
17:30
18:00
18:30
19:00
19:30
20:00
20:30
21:00
21:30
22:00
22:30
23:00
23:30
Pukul
Trend yang dapat teramati pada grafik di Gambar 5.5 serupa dengan trend
yang pada grafik temperatur tangki dan loop WPU pada hari sanitasi. Dapat dilihat
pada grafik bahwa sanitasi berlangsung antara pukul 00.00 hingga 03.30, ditandai
dengan tingginya konduktivitas melebihi batas maksimal yang ditetapkan untuk
purified water yaitu 0,8 S.
Pada grafik, terlihat bahwa konduktivitas pada saat sanitasi WPU mencapai
kurang lebih 2 S. Konduktivitas yang melebihi batas maksimal ini terjadi pada
pukul 00.00 hingga pukul 05.00. Peningkatan konduktivitas pada saat sanitasi
disebabkan oleh terakumulasinya ion-ion mineral pada saat fase holding, dan dapat
juga disebabkan adanya biofilm yang terangkut dalam aliran air panas untuk
sanitasi, sehingga konsentrasi ion dalam air meningkat dan konduktivitas air panas
dalam WPU juga meningkat.
Universitas Indonesia
57
Pada grafik, jam di saat konduktivitas air mencapai nilai tertinggi sama
dengan jam di saat temperatur tangki dan loop lebih tinggi daripada biasanya.
Namun, di saat temperatur sudah turun setelah pukul 02.00, nilai konduktivitas
masih tetap di sekitar 2 S hingga pukul 05.00, setelah itu pada pukul 05.30
konduktivitas turun drastis nilainya hingga 0,69 S (di bawah 0,8 S). Hal ini dapat
disebabkan karena adanya fase pengosongan tangki (tank emptying) yang
menyebabkan konsentrasi ion dalam air menjadi meningkat meskipun suhu loop
telah turun. Pada saat pengisian purified water yang baru, perlu waktu untuk
mengisi kembali tangki hingga ketinggian (level) yang ditetapkan yang
mengalirkan air ke perpipaan loop kembali.
Terlihat pada grafik, pada pukul 05.30 hingga perekaman data terakhir yaitu
pukul 23.30 nilai konduktivitas loop WPU terjaga di bawah batas maksimal 0,8 S,
yaitu berkisar pada kurang lebih 0,5 S. Pada jam-jam tersebut, WPU telah
beroperasi dengan normal.
Gambar 5.7 menunjukkan volume air dalam tangki WPU seiring waktu pada
tanggal 21 Mei 2017. Melalui grafik tersebut, dapat diketahui fase apa saja yang
dilewati pada saat sanitasi.
Universitas Indonesia
58
1200
800
600
400
200
0
00:00
00:30
01:00
01:30
02:00
02:30
03:00
03:30
04:00
04:30
05:00
05:30
06:00
06:30
07:00
07:30
08:00
08:30
09:00
09:30
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:00
13:30
14:00
14:30
15:00
15:30
16:00
16:30
17:00
17:30
18:00
18:30
19:00
19:30
20:00
20:30
21:00
21:30
22:00
22:30
23:00
23:30
Pukul
Pukul 03.30, level air pada tangki turun drastis menjadi 184 L. Level air
pada tangki kemudian menjadi 0 L pada pukul 04.00. Peristiwa ini menandakan
terjadinya fase akhir sanitasi yaitu pengosongan (emptying) dan pengosongan total
(total emptying). Pengosongan total terjadi pada 15-30 menit, hal ini sesuai dengan
yang ditunjukkan pada grafik di mana waktu yang diperlukan dari 184 L
(pengosongan sebagian) ke 0 L membutuhkan waktu 30 menit.
Setelah pengosongan total, tangki WPU diisi kembali dengan purified water
dan didistribusikan kembali seperti biasa. Pengisian tangki ditunjukkan dengan
meningkatnya level air dari 0 L menjadi 681 L pada pukul 05.30, fluktuasi level air
pada pukul 06.00-06.30, dan meningkat lagi menjadi 886,4 L pada pukul 07.00.
Dari pukul 07.00 hingga 23.30, level air dijaga pada kisaran 800-1000 L. Hal ini
menunjukkan bahwa mulai pukul 07.00 WPU telah berfungsi dengan normal.
Fluktuasi yang terjadi antara pukul 07.00-23.30 dapat disebabkan karena air yang
berkurang akibat dikeluarkan dari use point yang membutuhkan.
Universitas Indonesia
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. WPU merupakan bagian dari water system di PT. Pfizer Indonesia yang
berfungsi sebagai penampung dan penyalur purified water ke bagian-bagian
yang membutuhkan.
2. WPU terdiri dari tangki WPU, filter 0,45 dan 0,22 , lampu UV, perpipaan
loop WPU, dan heat exchanger.
3. Mekanisme WPU adalah purified water yang telah tersimpan dalam tangki
disalurkan menggunakan perpipaan loop WPU dengan terlebih dahulu
melewati filter dan lampu UV ke use point yang membutuhkan. Jika tidak
keluar di use point, purified water dikembalikan lagi ke tangki melewati
pipa loop.
4. Pada 16 Agustus 2017 suhu tangki dan loop WPU (loop dan loop arah balik)
terjaga pada suhu ruangan (25-350C).
5. Konduktivitas loop WPU pada 16 Agustus 2017 terjaga di bawah 0,8 S
(sekitar 0,5-0,6 S).
6. Total Organic Carbon (TOC) purified water pada 16 Agustus 2017 terjaga
di bawah 500 ppb (13-29 ppb).
7. Sanitasi WPU dilakukan secara otomatis oleh sistem STILMAS dan terdiri
dari fase pengosongan tangki sebagian, pemanasan, holding,
depressurization, pendinginan, pengosongan tangki, dan pengosongan
tangki total.
8. Temperatur tangki dan loop WPU (loop dan loop arah balik) berada pada
800C dan lebih pada saat dilakukan proses sanitasi.
9. Konduktivitas loop WPU (loop dan loop arah balik) pada saat terjadinya
sanitasi meningkat menjadi lebih dari 0,8 S (1,82 1,93 S).
10. Level air pada tangki WPU pada saat dilakukan sanitasi sesuai dengan fase-
fase pengosongan dan pengisian tangki saat sanitasi.
59 Universitas Indonesia
60
6.2. Saran
Pihak perusahaan disarankan untuk mempertahankan mekanisme WPU dan
metode sanitasi WPU karena sudah baik untuk menjaga agar air yang diolah selalu
sesuai standar. Perusahaan juga diharapkan selalu memperhatikan temperatur,
konduktivitas, dan TOC purified water serta parameter-parameter lain yang terkait
keseluruhan water system untuk menjaga mutu obat-obatan yang diproduksi.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Industrial Automation, PLC Programming, scada & Pid Control System. (2016).
Types of Control Valves - Application,Advantages and Disadvantages.
[online] Tersedia di: https://automationforum.in/t/types-of-control-valves-
application-advantages-and-disadvantages/955 [Accessed 20 Aug. 2017].
Shah, R.K., dan Sekulic, D.P. (2003). Fundamentals of Heat Exchanger Design,
pp.1-77. John Wiley and Sons.
61 Universitas Indonesia
62
LAMPIRAN
Universitas Indonesia