I. JURNAL PENELITIAN
Tahun : 2016
Penulis : Arlina Mayharty Andulaa , Ruslan , Hardi Ys, Dwi Juli Puspitasari
Universitas Tadulako )
B. Tujuan
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui
II. REVIEW
Minyak sawit merah (Red Palm Oil/RPO) merupakan salah satu produk dari
pengolahan minyak sawit mentah yang mengandung karoten dan vitamin E yang
cukup tinggi (Ooi et al., 1991). Vitamin E termasuk dalam vitamin yang larut dalam
dan tokotrienol dalam sediaan makanan maupun nutrisi lainnya. Semua bentuk
tokoferol dan tokotrienol dapat dipisahkan dan ditetapkan kadarnya dengan metode
KCKT baik dengan menggunakan kolom fase normal maupun fase terbalik (Lampi,
2013). Meskipun demikian, KCKT memiliki kekurangan antara lain biaya analisis
vitamin E dengan peralatan yang mudah diperoleh dan biaya analisisnya lebih
ekonomis.
B. Sample Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sawit merah yang
natrium klorida.
C. Alat Penelitian
(Cecil CE 2021 2000 Series), kuvet, mikropipet, peralatan gelas yang umum
alat KCKT.
D. Metode Penelitian
Pemisahan tersebut terjadi saat sampel bergerak melewati fase diam (dapat berupa
zat padat atau cair) karena terbawa oleh fase gerak (dapat berupa zat cair atau gas).
2. Spektrofotometri UV-VIS
kosong atau ke tingkat energi orbital yang lebih tinggi. Umumnya, transisi yang
paling memungkinkan adalah transisi pada tingkat tertinggi (HOMO atau Highest
Occupied Molecule Orbital) ke orbital molekul yang kosong pada tingkat terendah
E. Prosedur Penelitian
saponifikasi , yaitu Fraksi yang larut heksan (bagian atas) diambil untuk analisis
tanda batas.)
tertinggi.
kurva baku, dimana absorban sebagai ordinat dan konsentrasi sebagai absis.
persamaan garis linear regresi dari kurva kalibrasi/standar yang telah dibuat
hingga diperoleh deret larutan standar 0,25; 0,5; 2,5; 5,0; 25,0 dan 50,0 ppm
- Pengerjaan sampel
suhu ±80oC selama 45 menit dan dikocok setiap 10 menit. Setelah larutan
hingga suhu ruang. Kemudian memasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
homogenkan. Setelah itu didiamkan hingga 1 jam pada suhu ruang. Larutan
KCKT.
- Perhitungan
berikut :
6
Gambar 1 (a) Hasil Saponifikasi Minyak Sawit Merah, (b) Hasil Ekstraksi Vitamin E
saponifikasi, pemanasan pada suhu 70oC dilakukan untuk mempercepat reaksi. Ini
merupakan kondisi optimal karena suhu yang lebih tinggi dan waktu yang relative
lama akan merusak isomer vitamin E (Ryynanen et al., 2004; Lampi, 2013; Martha
et al., 2012) sedangkan waktu yang relatif singkat menyebabkan penurunan tingkat
oksidasi vitamin E oleh udara, maupun oleh pemanasan dan NaCl berfungsi
tidak tersabunkan dan fraksi air. Pada tahap ekstraksi, methanol berfungsi menarik
7
2 propanol (1%) dalam heksan berfungsi menarik senyawa polar dalam 2-propanol
maksimum. Hal ini disebabkan preparasi sampel dan kondisi alat serta lingkungan
Gambar 2. Spektrum Larutan Standar Vitamin E pada Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
merupakan pelarut yang tidak berwarna dan tidak mengandung ikatan rangkap pada
sifatnya yang non-polar baik untuk melarutkan vitamin E yang juga bersifat non-
polar.
menyerap radiasi pada panjang gelombang UV. Hal ini disebabkan vitamin E
memiliki gugus fungsi yang disebut gugus kromofor sehingga senyawa ini dapat
ialah 2,9736. Nilai absorbansi sampel diplotkan ke dalam persamaan linear sehingga
maksimum dan pemilihan laju alir karena metode yang dipakai sudah tervalidasi dan
sering digunakan dimana Panjang gelombang yang digunakan yaitu 290 nm dengan
dengan cara membandingkan waktu retensi sampel yang diduga merupakan vitamin
dapat dilihat bahwa waktu retensi sampel maupun 7 seri larutan standar relatif sama
yaitu untuk sampel 21,928 menit sedangkan untuk larutan standar waktu retensi rata-
rata yaitu 21,668 menit dengan waktu analisis kurang dari 25 menit. Sementara itu,
waktu retensi antara sampel dan standar memakan waktu relatif lama.
Hal ini disebabkan penggunaan kolom fasa terbalik (RP) dimana fasa gerak
yang digunakan ialah senyawa polar sedangkan fase diam adalah non-polar.
Senyawa yang bersifat polar akan lebih dulu terelusi mengikuti fase gerak yang polar
sedangkan vitamin E yang merupakan senyawa non-polar akan terelusi paling akhir
perhitungan dengan memplotkan nilai luas area sampel ke dalam sebuah persamaan.
KCKT yang digunakan pada penelitian ini menggunakan detektor UV-Vis yang
pada absorbansi pada dua rentang Panjang gelombang yaitu panjang gelombang
298,5 nm yang keduanya masih berada pada rentang panjang gelombang UV.
Panjang gelombang maksimum ini relevan dengan beberapa penelititan yang pernah
dilakukan yaitu Panjang gelombang maksimum vitamin E berada pada rentang 290-
300 nm (Hossu et al., 2009; Martha et al., 2012; Lampi, 2013). Diasumsikan bahwa
digunakan untuk melarutkan standar, dimana pelarut KCKT yang digunakan ialah
mendekati dengan hasil KCKT dengan selisih konsentrasi 22,5 ppm. Pada penelitian
ini, hal tersebut disebabkan karena sampel yang dianalisis mengalami perlakuan
pendahuluan yang sama antara metode KCKT dan spektrofotometri UV-Vis yaitu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Han & Choo (2012) dan
Lampi (2013), panjang gelombang maksimum vitamin E berkisar antara 298 - 300
nm sehingga dalam penelitian ini diasumsikan senyawa yang terserap adalah benar
terserap pada panjang gelombang tersebut masih ada. Perbandingan data konsentrasi
bukan berarti dapat diklaim bahwa kandungan vitamin E secara kuantitatif adalah
valid karena sejauh ini belum ada laporan yang membuktikan tentang analogi kedua
Kesimpulan
III. PENUTUP
merah yang tersaponifikasi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu dengan metode
spektrofotometri UV – Vis dan juga dengan metode KCKT (HPLC), dimana dari
kedua instrument tersebut memiliki prinsip kerja yang berbeda namun detector
KCKT yang digunakan pada penelitian ini menggunakan detektor UV-Vis yang
pada absorbansi pada dua rentang Panjang gelombang yaitu panjang gelombang
sinar ultraviolet dan pada panjang gelombang sinar tampak sehingga si penulis
Tujuan dari perbandingan itu dilakukan yaitu untuk mengetahui bahwa senyawa
Dari data jurnal tersebut berisi lengkap standard dari panjang gelombang yang
terserap sehingga terlihat jelas bahwa senyawa yang terserap dengan panjang
dimana konsentrasi vitamin E yang dianalisis menggunakan KCKT ialah 127 ppm
Spektrofotometer UV-Vis sebesar 104,5 ppm. Hal ini mungkin saja terjadi karena
Dan pada jurnal ini tidak diberitahu metode mana yang lebih baik digunakan
menurut kami penggunaan metode spektrofotometri UV-Vis emang lebih efisien dalam
segi biaya dan waktu dibanding dengan penggunaan metode KCKT, namun penggunaan
yaitu, tingkat ketelitian pada hasil analisis KCKT dari kromatogram merupakan analisis
Sehingga metode yang baik digunakan dalam menentukan kadar vitamin E pada
Saran dari kami yaitu metode harus di validasi lebih lanjut serta tambahkan standard
DAFTAR PUSTAKA
Beukema, H.P., and D.E. van der Zaag. (1979) Potato improvement.
International Agriculture Centre, Wageningen.
Burton, W.G. (1981). Challenges for stress physiology in potato. Am. Potato J.
58 : 3-14.
Departemen Kesehatan RI. 1997. Pedoman Gizi Pada Bahan Pangan. Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, Jakarta.
Ewing, E.E., and R.E. Keller. (1982). Limiting factors to the extension of potato
into non-traditional climates. p. 37-40. Proc. Int. Congr. Research for the
Potato in the Year 2000. International Potato Centre.
ExelI, R.B., (1980). A Simple Solar Rice Dryer: Basic Design Theory, da1am
Sunworl, Vol. 4 (6), New York: Pergamon Press.ha1aman
Fellow, P., 1990, Food Processing Technology Principles and Practice, Ellis
Horwood, New York.
Hawkes, J.G. (1990). The potato, evolution, biodiversity, and genetic resources.
Balhaven Press, London.
Muchtadi, Tien dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta, Bandung.