Anda di halaman 1dari 2

Hand Sanitizer Ekstrak Kulit Buah Kakao

Kulit buah kakao merupakan limbah utama dari pengolahan biji kakao (Vriesmann et al.,
2011). Sekitar 70% komposisi kulit buah kakao belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga
hanya menjadi limbah produk pertanian (Harimurti, 2010). Selama ini pemanfaatan kulit buah
kakao hanya terbatas sebagai pakan ternak (Harsini dan Susilowati, 2010). Kulit buah kakao
mengandung senyawa fenolik seperti, tanin, pirogalol, epikatekin-3-galat, kuersetin, resorsinol
(Fapohunda dan Afolayan, 2012), dan lignin (Mensah et al., 2012). Tiga komponen utama dari
polifenol kakao yaitu katekin (37%), antosianin (4%), dan proantosianidin (58%) (Hii et al.,
2009). Sebagai tanaman yang mengandung senyawa polifenol, kulit buah kakao berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai agen antibakteri alami.
Kulit buah kakao juga diketahui mengandung senyawa aktif alkaloid yaitu theobromin
(3,7– dimethylxantine). Salah satu efek dari theobromin adalah sebagai penenang, sehingga zat
tersebut menjadi faktor pembatas pada pemakaian limbah kulit buah kakao sebagai pakan ternak
(Helmestein, 2010). Kulit buah kakao mengandung senyawa aktif flavonoid atau tanin
terkondensasi atau terpolimerisasi, seperti antosianidin, katekin, dan leukoantosianidin yang
banyak terikat dengan glukosa. Senyawa-senyawa bioaktif tersebut diketahui memiliki sifat
antibakteri (Matsumoto et.al, 2004). Keberadaan senyawa tersebut di dalam kulit buah kakao
diduga menjadi salah satu penyebab tidak ditemukannya penyakit pada tanaman kakao yang
disebabkan oleh bakteri. Potensi ekstrak kulit buah kakao jenis lindak (Forastero) telah dilakukan
oleh Sartini et al. (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah kakao dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus mutan, Escherichia
coli, dan Salmonella thyposai dengan tingkat konsentrasi yang berbeda.
Salah satu cara paling mudah dalam menghambat penyebaran bakteri yaitu dengan
mencuci tangan. Mencuci tangan dapat menurunkan jumlah bakteri sampai dengan 58%.
Masyarakat sering menggunakan gel antiseptik sebagai media pencuci tangan (Hand sanitizer)
untuk menggantikan sabun dan air agar lebih praktis. Pemakaiannya yang efektif dan efisien
menjadi daya tarik utama dari Hand Sanitizer. Kelebihan hand sanitizer dapat membunuh kuman
dalam waktu relatif cepat. Bahan aktif dari hand sanitizer umumnya senyawa golongan alkohol
dengan konsentrasi ± 60% sampai 80% dan golongan fenol (triklosan) sehingga memiliki
mekanisme kerja dengan cara mendenaturasi dan mengkoagulasi protein sel kuman.
Dari penjelasan diatas kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai hand sanitizer
mengingat kandungan dalam kulit buah kakao dapat menjadi anti bakteri. Kulit buah kakao
dimanfaatkan sebagai Hand sanitizer yang umumnya diformulasikan dalam bentuk gel yang
memberikan sensai lembut dan nyaman digunakan di kulit.

Metode Pembuatan Handsanitizer Kulit Buah Kakao


Kulit buah kakao hibrida yang sudah masak diekstrak dengan metode Maserasi
menggunakan pelarut etanol 96% (Goeswin, 2007). Sebelum proses ekstraksi kulit buah kakao
dikeringkan dan dihaluskan hingga menjadi serbuk halus. Sebanyak 40 g serbuk kulit buah kakao
direndam dengan 400 mL etanol 96% di dalam Erlenmeyer. Perendaman dilakukan dalam suhu
ruang pada shaker dengan kecepatan 120 rpm secara kontinyu selama 24 jam. Penyaringan
dilakukan dengan kertas saring Whatman no.41, sehingga diperoleh maserat. Pelarut (etanol)
dalam maserat diuapkan menggunakan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat dengan
bobot konstan.

Pembuatan gel hand sanitizer ekstrak kulit buah kakao dengan ditambahkan alkohol sekitar
70%. Lalu ditambahkan trikolasan sebanyak 1,5-2%. Alkohol dan triklosan berfungsi untuk
menyerang mikrob agar diding selnya rusak. ditambahkan juga ekstrak lidah buaya sebanyak
10%. Lidah buaya berguna untuk mengentalkan cairan sehingga memudahkan kita untuk
mengusap dan meratakannya di tangan. Dan langkah terakhir ditambahkan essensial oil untuk
menambah aroma wangi dari handsanitizer.

Anda mungkin juga menyukai