Anda di halaman 1dari 22

JURNAL TESIS

PENDUGAAN MASA SIMPAN BROWNIES SUKUN SUBTITUSI


BERDASARKAN NILAI TBA (Thiobarbituric Acid) DAN
ALT (Angka Lempengan Total) MENGGUNAKAN
MODEL ARRHENIUS

TESIS

Diajukan untuk Mendapatkan salah satu syarat Memperoleh Gelar Magister


Pada Fakultas Pascasarjana
Teknologi Industri Pangan

Oleh:

Intan Permatasari Muhariyani


128512105

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN


FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016

1
JURNAL TESIS

PENDUGAAN MASA SIMPAN BROWNIES SUKUN SUBTITUSI


BERDASARKAN NILAI TBA (Thiobarbituric Acid) DAN
ALT (Angka Lempengan Total) MENGGUNAKAN
MODEL ARRHENIUS

TESIS

Diajukan untuk Mendapatkan salah satu syarat Memperoleh Gelar Magister


Pada Fakultas Pascasarjana
Teknologi Industri Pangan

Oleh:

Intan Permatasari Muhariyani


128512105

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN


FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016

2
PENDUGAAN MASA SIMPAN BROWNIES SUKUN SUBTITUSI
BERDASARKAN NILAI TBA (Thiobarbituric Acid) DAN
ALT (Angka Lempengan Total) MENGGUNAKAN
MODEL ARRHENIUS

Intan Permatasari Muhariyani

Pascasarjana Universitas Pasundan Bandung Jawa Barat, Indonesia


Corresponding author e-mail : Intan_PM@rocketmail.com

Telah dilakukan penelitian tentang Pendugaan Masa Simpan Brownies Sukun Subtitusi
Berdasarkan Nilai TBA dan ALT menggunakan Model Arrhenius. Pemanfaatan buah sukun sebagai
bahan pangan telah banyak dilakukan, namun masih tergolong sederhana. Pengolahan tepung buah sukun
sebagai bahan baku pembuatan produk pangan dapat dilakukan sebagai upaya diversifikasi pangan di
masyarakat. Tepung sukun ini akan disubtitusi dengan tepung terigu. Pengolahan pangan pada industri
komersial umumnya bertujuan memperpanjang masa simpan, mengubah atau meningkatkan karakteristik
produk (warna, cita rasa, tekstur), mempermudah penanganan dan distribusi, memberikan lebih banyak
pilihan dan ragam produk pangan di pasaran, meningkatkan nilai ekonomis bahan baku, serta
mempertahankan atau meningkatkan mutu, terutama mutu gizi, daya cerna, dan ketersediaan gizi.
Penelitian ini dibagi empat tahap, yang pertama formulasi brownies sukun 1:3 menjadi formulasi
terpilih. Tahap kedua adalah lamanya waktu pengukusan brownies sukun yang terpilih adalah 25 menit
dengan suhu 900 C. Tahap ke tiga melakukan umur simpan brownies sukun bersamaan dengan
melakukan perhitungan TBA dan ALT selama lima hari dalam tiga suhu penyimpanan, hasilnya pada
TBA nilai tertinggi di peroleh di hari ke 5 di suhu 250 C (0.3033 mg/kg), dan pada ALT nilai tertinggi di
hari ke 3 di suhu 250 C (8,70 x 103 cfu/g). Tahap ke empat aplikasi model Arrhenius berdasarkan nilai
TBA dan ALT sampai didapat hasil perhitungan matematika dari prodak yang terpilih lalu di hitung nilai
TBA dan ALT nya dengan model Arrhenius menghasikan bahwa nilai perhitungan TBA lah yang
mendekati uji mikroorganisme dari brownies sukun formulasi dan lama waktu pengukusan yang
terpilih.
Dengan penelitian ini dapat mengetahui pengaruh perbandingan tepung terigu dengan tepung
buah sukun yang tepat dalam pembuatan brownies sukun, mengetahui dan mempelajari perubahan nilai
TBA dan ALT produk brownies sukun berapa lama masa simpan brownies sukun menggunakan model
Arrhenius hingga mendapatkan kurva bakunya.

Kata Kunci : Masa simpan, brownies sukun, subtitusi, TBA, ALT Arrhenius

I. PENDAHULUAN karbohidrat sebesar 365 gram. Selain kandungan


karbohidrat yang cukup tinggi pada buah sukun,
Indonesia merupakan Negara tropis sukun juga memiliki kandungan mineral dan
yang subur kaya dengan flora yang beraneka vitamin yang cukup tinggi. Pemanfaatan buah
ragam. Indonesia memiliki berbagai komoditi sukun sebagai bahan pangan telah banyak
lokal potensial, kaya akan beragam buah, yang dilakukan, namun masih tergolong sederhana.
biasa kita kenal dengan istilah buah tropis. Buah Pengolahan tepung buah sukun sebagai bahan
sukun (Artocapus Communis) merupakan bahan baku pembuatan produk pangan dapat dilakukan
makanan nabati yang banyak mengandung sebagai upaya diversifikasi pangan di
karbohidrat. Kandungan karbohidrat buah sukun masyarakat. Salah satu alternatif pemanfaatan
dengan bobot daging 1.350 gram mengandung

3
buah sukun adalah sebagai bahan baku perbandingan tepung terigu dengan tepung buah
pembuatan brownies. Brownies merupakan sukun yang tepat dalam pembuatan brownies
produk bakery yang termasuk dalam kategori sukun. Untuk mengetahui dan mempelajari
cake (Widarti, 2005). perubahan nilai TBA dan ALT produk brownies
Pengolahan pangan pada industri sukun berapa lama masa simpan brownies
komersial umumnya bertujuan memperpanjang sukun. Untuk mengetahui dan mengaplikasikan
masa simpan, mengubah atau meningkatkan model Arrhenius sebagai dasar penentuan umur
karakteristik produk (warna, cita rasa, tekstur), simpan produk brownies sukun dengan suhu
mempermudah penanganan dan distribusi, penyimpanan. Mendapatkan kurva baku dari
memberikan lebih banyak pilihan dan ragam penurunan mutu brownies sukun berdasarkan
produk pangan di pasaran, meningkatkan nilai TBA dan ALT sehingga dapat mengetahui umur
ekonomis bahan baku, serta mempertahankan simpan dari produk brownies sukun pada kadar
atau meningkatkan mutu, terutama mutu gizi, TBA dan ALT.
daya cerna, dan ketersediaan gizi. Kriteria atau Hasil penelitian ini diharapkan dapat:
komponen mutu yang penting pada komoditas Memanfaatkan dan meningkatkan produktivitas
pangan adalah keamanan, kesehatan, flavor, pangan lokal sebagai diversifikasi pangan.
tekstur, warna, umur simpan, kemudahan, Referensi menentukan umur simpan dari produk
kehalalan, dan harga (Andarwulan dan Hariyadi brownies sukun serta mengetahui hubungan
2004). antara nilai TBA dan ALT pada produk
Hal ini yang membuat penulis akan brownies sukun sebagai dugaan penurunan mutu
melakukan pengolahan brownies kukus tepung yang terjadi pada produk brownies sukun.
buah sukun yang disubtitusi dengan tepung II. TINJAUAN PUSTAKA
terigu tanpa menghilangkan ciri khas dari Kategori kue yang juga tergolong dalam
brownies itu sendiri. Penulispun akan patiseri adalah cake. Cake adalah kue yang kaya
menghitung umur simpan brownies tersebut akan rasa. Dalam pembuatan cake banyak
agar dapat menentukan berapa lama kelayakan menggunakan lemak dan gula sebagai
konsumsi dari brownies tersebut menggunakan pembentuk struktur cake. Struktur cake sangat
TBA dan ALT, hingga dapat menebukan kurva ditentukan oleh bahan yang digunakan. Sebagian
baku. besar proses pembuatan cake relative mudah,
Adapun batasan masalah dalam karya ilmiah penggunaan formula yang tepat, ukuran bahan
ini hanya mencakup: Subjek dalam penelitian ini yang tepat dan keseimbangan penggunaan bahan
adalah aplikasi model Arrhenius untuk serta metode yang benar akan menghasilkan
menentukan rumus matematika dan pendugaan cake yang baik. (Anni Farida 2008:6)
masa simpan brownies sukun. Objek dalam Jenis formula pada cake ada dua, yaitu high
penelitian ini adalah produk brownies sukun fat cake dan low fat cake. Sedang metode
dengan pengaruh perbandingan tepung terigu pembuatannya ada lima yaitu creaming
dengan tepung buah sukun terhadap karakteristik method,two stage method(high fat cake),sponge
produk. Parameter yang diukur dalam penelitian method, angel food method dan chiffon method (
ini adalah parameter organoleptik untuk low fat cake). Cake disajikan dalam bentuk
menentuka titik kritis masa simpan. potongan ataupun irisan. Cake juga sering
Berdasarkan latar belakang tersebut maka disajikan secara utuh untuk digunakan dalam
dapat dirumuskan sebuah masalah sebagai acara pesta atau sebagai hiasan. (Anni Faridah,
berikut: apakah model Arrhenius dapat 2008:6). Brownies termasuk jenis cake namun
digunakan untuk menduga masa simpan cakenya yang mempunyai tekstur lebih padat,
brownies sukun pada penyimpanan dengan suhu volume cake lebih kecil dan rapat juga pori-pori
yang berbeda berdasarkan nilai TBA dan ALT sempit karena kurangnya ruang udara hal
serta bagaimana pengaruh perbandingan tepung tersebut dikarenakan brownies ini biasa di sebut
terigu dengan tepung buah sukun terhadap cake bantat.
karakteristik brownies sukun. Menurut Ismayani (2006) brownies adalah
Maksud dan tujuan penelitian yang jenis cake coklat yang padat awalnya merupakan
dilakukan adalah: Untuk mengetahui pengaruh adonan gagal dan keras dimana adonan terbuat

4
dari tepung terigu, telur, lemak, gula pasir dan Buah sukun (tak berbiji) merupakan bahan
coklat masak dengan cara dipanggang atau pangan penting sumber karbohidrat di pelbagai
dioven. Sedangkan menurut Astawan (2009) kepulauan di daerah tropik, terutama di Pasifik
brownies adalah salah satu jenis cake yang dan Asia tenggara. Sukun dapat dimasak utuh
berwarna coklat kehitaman dengan tekstur atau dipotong-potong terlebih dulu: direbus,
sedikit lebih keras dari pada cake karena digoreng, disangrai atau dibakar. Buah yang
brownies tidak membutuhkan pengembang atau telah dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di
gluten. bawah mata hari atau dalam tungku, sehingga
Berdasarkan penjelasan diatas yang awet dan dapat disimpan lama.
dimaksud brownies adalah sejenis kue yang
Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen buah
termasuk kelompok cake yang berwarna coklat
sukun akan dipendam dalam lubang tanah dan
kehitaman dengan tekstur sedikit lebih keras dari
dibiarkan berfermentasi beberapa minggu
pada cake. Bahannya terdiri dari tepung terigu,
lamanya, sehingga berubah menjadi pasta mirip
margarine, telur, gula, dan coklat (coklat bubuk
keju yang awet, bergizi dan dapat dibuat
dan coklat masak).
menjadi semacam kue panggang. Sukun dapat
Tabel 2.1Kandungan gizi per 100 gram brownies pula dijadikan keripik dengan cara diiris tipis
No Unsur Gizi Jumlah dan digoreng.
1 Energy (kkal) 434 Sukun (Artocarpus Altilis) merupakan
2 Karbohidrat (g) 76,6 tanaman yang mempunyai potensi sebagai
cadangan ketahanan pangan nasional karena
3 Lemak (g) 14
sukun mampu berproduksi sepanjang tahun.
4 Kalium (mg) 219
Selain itu buah sukun mengandung nutrisi yang
5 Natrium (mg) 303
tidak kalah dengan jagung maupun ubi-ubian.
(Sumber : Astawan,2009). Jika diolah sukun tak kalah lezat dengan
Brownies merupakan sumber energi yang beragam penganan berbasis karbohidrat. Mari
baik. Berdasarkan tabel diatas nilai energi per lihat Agnes Murdiati dari Pusat Kajian Makanan
100 gram brownies adalah 434 kkal, melebihi Tradisional Universitas Gadjah Mada. Ia
beras (335 kkal/100 gram) ataupun mi (339 membuat beragam penganan seperti burger,
kkal/100 gram). Energi pada brownies umumnya spagheti, kroket, pastel, dan sandwich. Semua
bersal dari karbohidrat (yaitu tepung dan gula) berbasis sukun. Malahan Murdiati juga membuat
serta lemak. Kadar karbohidrat pada brownies nasi liwet sukun. Meski memiliki banyak
adalah 76,6 gram/100 gram sedangkan lemaknya keunggulan ketimbang beras, sukun tetap
mencapai 14 gram/100 gram (Astawan, 2009). menyimpan kelemahan. Buah sukun segar tidak
Adapun bahan-bahan penunjang yang dapat disimpan terlalu lama, menyimpan sukun
digunakan untuk membuat brownies sukun sepekan saja, menyebabkan daging buah
adalah telur, Sortening, gula pasir, dark coklat, lembek.
bubuk coklat dan pengembang. Sukun yang sudah dikupas, daging buah
Sukun adalah salah satu tanaman yang berubah kecokelatan akibat oksidasi oleh udara
memiliki nama sama dengan buahnya. Buah bebas. Daging buah mengandung enzim
sukun tidak berbiji dan memiliki daging yang polifenol oksidase. Bila enzim itu bereaksi
berserat dan empuk seperti roti, maka dari itu dengan oksigen menyebabkan warna daging
orang Eropa menyebut buah seukun sebagai buah berubah cokelat. Namun, bukan berarti tak
buah roti atau breadfruit. Buah sukun banyak ada jalan keluar. Supaya tahan simpan, sukun
ditemukan sebagai tanaman pekarangan untuk dibikin tepung. Menurut Widowati tepung sukun
diambil buahnya. Buah sukun bisa diolah awet hingga setahun. Selain itu pemanfaatannya
menjadi berbagai macam olahan makanan juga semakin luas. Tepung sukun dapat
seperti keripik sukun maupun makanan lainya. menggantikan tepung beras atau terigu dalam
Bahkan di daerah Pasifik, sukun digunakan pembuatan mi, roti, dan aneka kue. Kelebihan
sebagai sumber karbohidrat dan digunakan tepung sukun antara lain mudah dibentuk dan
sebagai salah satu makanan pokok.

5
cepat diolah sesuai tuntutan kehidupan modern susunan fisik atau membentuk
yang serbacepat. kerangka,mengikat dengan bahan lain sehingga
brownies menjadi kokoh (Suhardjito, 2006).
Tepung putih bersih diperoleh dari buah Tepung yang umum digunakan sebagai
mengkal yang dipanen 10 hari sebelum tingkat bahan pembuat brownies adalah terigu. Tepung
kematangan optimal atau 80-85 hari setelah ini, didalam adonan, berfungsi sebagai
berbunga. Sukun muda menghasilkan tepung pembentuk struktur dan tekstur brownies,
berwarna putih kecokelatan. Rasanya agak pahit pengikat bahan-bahan lain, dan pendistribusi
karena kadar getah masih tinggi. Selain itu, saat bahan-bahan lain secara merata, serta
panen hindari buah jatuh terbentur ke tanah. pembentuk citarasa (Matz 1972, didalam
Dampaknya tanin di kulit masuk ke jaringan Nurapriani 2010). Tepung terigu yang biasanya
daging buah sehingga menjadi pahit. digunakan adalah terigu lunak. Alasan
penggunaan terigu jenis lunak adalah
Dibawah ini terdapat kandungan gizi dalam kelebihannya dalam membentuk adonan yang
100 gram tepung buah sukun adalah sebagai lebih lembut dan lengket (Matz 1972, didalam
berikut: Nurapriani, 2010).
Tepung terigu memiliki kelebihan
Table 2.2 Kandungan gizi dalam 100 gram dibanding tepung serealia lainnya. Kelebihan
tepung buah sukun tepung terigu dibanding tepung serealia lainnya
Energi 108 Kalori adalah sifat fisiko kimiawinya, terutama
kemampuan protein dalam membentuk gluten.
Protein 1,3 gr Sifat ini kurang dimiliki oleh tepung serealia
Lemak 0,3 gr lainnya, apalagi komoditas non serealia
Karbohidrat 28,2 gr (Winarno dan Pudjaatmaka, 1989).
Tabel 2.3 Kandungan Gizi pada Tepung Terigu
Kalsium 21 mg dalam 100 gram Bahan
Phospor 59 mg No Unsur Gizi Kadar/100gram
Fe 0,4 mg Bahan
1. Energi 333 kalori
Vitamin A 0,12 mg 2. Protein 9.0 g
Vitamin B1 0,06 mg 3. Lemak 1,0 g
Vitanin C 17 mg 4. Karbohidrat 77,2 g
5. Kalsium 22 mg
Air 70,65 gr 6. Fosfor 150 mg
(Sumber: hamdan:2012) 7. Besi 1.3 mg
Tepung terigu terbuat dari biji gandum 8. Vitamin B 0.12 mg
yang mengandung protein (gluten). Tepung 9. Air 11.8 g
terigu dibagi menjadi 3 jenis yaitu hard flour (Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia,
(terigu keras) adalah tepung terigu yang 2009).
mengandung protein 11-13%, mediumflour Pengolahan pangan pada industry komersial
(sedang) adalah tepung terigu yang mengandung umumnya bertujuan memperpanjang masa
protein sedang 9-10% dan soft flour (terigu simpan, mengubah atau meningkatkan
lunak) adalah tepung terigu yang kandungan karakteristik produk (warna, cita rasa, tekstur),
proteinnya paling rendah yaitu 7-9%. Tepung mempermudah penanganan dan distribusi,
terigu yang digunakan dalam pembuatan memberikan lebih banyak pilihan dan ragam
brownies kukus yaitu tepung terigu lunak (soft produk pangan di pasaran, meningkatkan nilai
flour) yang mengandung proteinnya paling ekonomis bahan baku, serta mempertahankan
rendah yaitu 7-9%, karena dalam pembuatan atau meningkatkan mutu, terutama mutu gizi,
brownies tidak membutuhkan pengembangan daya cerna, dan ketersediaan gizi. Kriteria atau
fisik. Fungsi tepung terigu yaitu membantu komponen mutu yang penting pada komoditas

6
pangan adalah keamanan, kesehatan, flavor, 𝑬𝒂 𝟏
persamaan ln k = ln ko – ( 𝑹 ) 𝑻 . Dengan
tekstur, warna, umur simpan, kemudahan,
kehalalan, dan harga (Andarwulan dan Hariyadi persamaan yang diperoleh sebut nilai konstanta
2004). Penetapan umur simpan dan parameter k yang merupakan faktor pre-eksponensial dan
sensori sangat penting pada tahap penelitian dan nilai energy aktivasi reaksi perubahan
pengembangan produk pangan baru. Pada skala karakteristik (Ea = E). Lebih lanjut
industri besar atau komersial, umur simpan ditentukan model perrsamaan kecepatan
ditentukan berdasarkan hasil analisis di reaksi (k) perubahan parameter produk k =
laboratorium yang didukung hasil evaluasi ko e -Ea/RT. Penentuan umur simpan
distribusi di lapangan. Berkaitan dengan brownies sukun diperoleh dari parameter
berkembangnya industri pangan skala usaha yang mempunyai nilai energi aktivasi rendah.
kecil-menengah, dipandang perlu untuk Kemudian dihitung dengan persamaan o nol
mengembangkan penentuan umur simpan At = Ao + kt. Perhitungan dilakukan dengan
produk sebagai bentuk jaminan keamanan menggunakan data (nilai) rameter mutu awal
pangan. Penentuan umur simpan di tingkat bahan (kondisi bahan pada waktu t=0 atau Ao)
industri pangan skala usaha kecilmenengah dan nilai parameter mutu akhir bahan
sering kali terkendala oleh faktor biaya, waktu, (kondisi bahan pada waktu t =t atau At) atau
proses, fasilitas, dan kurangnya pengetahuan nilai kritis.
produsen pangan.
III. METODE PENELITIAN
Pada model Arrthenius, suhu Bahan baku yang digunakan dalam
merupakan faktor yang sangat berpengaruh pembuatan brownies sukun adalah tepung buah
terhadap perubahan mutu produk pangan. suku (Artocarpus Altilis), tepung terigu (soft
Akselerasi suhu yang digunakan pada wheat), telur, margarine, gula pasir, coklat blok,
berbagai tingkatan suhu di atas suhu ruang
coklat bubuk, garam dan pengembang kue (cake
(30oC), bertujuan untuk mempercepat emulsifies). Bahan-bahan yang digunakan untuk
tercapainy parameter mutu kritis. analisis sampel adalah HCl 4 M, akuades,
Berdasarkan hasil penentuan parameter pereaksi TBA, H2SO4, NaOH, H3BO3, pelarut
kunci reaksi penurunan mutu produk selama heksana, dan NaCl aw 0,75.
penyimpanan pada masing-masing suhu Peralatan yang digunakan adalah timbangan
penyimpanan digunakan untuk menduga umur digital, kompor, termometer, tabung Kjeldahl,
simpan brownies sukun. Laju reaksi pipet, aw meter, soxhlet, labu erlenmeyer,
penurunan mutu ditentukan dengan inkubator, oven, tanur, penjepit, desikator,
membuat plot antara nyimpanan (hari) cawan porselen, waring blender, labu destilasi,
dengan parameter yang dianalisa (parameter alat destilasi, tabung reaksi bertutup, cawan
kunci). Dari sini di peroleh beberapa petri, buret, pipet volumetrik, alat penghitung
persamaan regresi linear sederhana yang koloni (colony counter) dan spektrofotometer.
menyatakanhu bungan antara lama Alat-alat yang digunakan untuk
penyimpanan dengan perubahan parameter pembuatan brownies penelitian ini adalah
kunci pada tiga suhu penyimpanan. timbangan digital, baskom, saringan, blender,
Persamaannya adalah: y = a + bx. Dengan mixer, pengaduk plastik, Loyang pencetak kue,
y adalah nilai karakteristik produk, x sendok, kompor dan oven.
adalah variabel bebas (lama penyimpanan), Penelitian ini dilakukan melalui empat
a adalah karakteristik produk awal tahap yaitu penelitian suhu pemanggangan,
penyimpanan dan b merupakan laju reaksi Penelitian perbandingan tepung sukun dengan
penurunan mutu. Nilai slope b disebut juga tepung terigu, Analisis Proksimat, dan
dengan k yaitu konstanta laju reaksi Pendugaan umur simpan.
penurunan mutu. Nilai ln k dan 1/T yang Penelitian ini bertujuan menentukan
merupakan parameter persamaan Arrhenius pengaruh perbandingan tepung terigu dengan
korelasikan. Setelah nilai k diplot terhadap tepung buah sukun terhadap karakteristik
suhu, didapatkan nilai intersep dan pe dari brownies buah sukun, yang kemudian dilakukan

7
uji organoleptik (uji hedonik) oleh 15 orang Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Panelis
(ANAVA). dalam Uji Organoleptik
Tabel 3.1 Formulasi Perbandingan Tepung Skala Hedonik Skala Numerik
Amat sangat baik 7
terigu dengan Tepung Sukun Sangat baik 6
Jumlah (%) Baik 5
N
Bahan Formulasi Formulasi II Formulasi III Biasa 4
o
I (1:1) (1:2) (1:3) Buruk 3
1. Tepung 8,2% 5,4% 4,1% Sangat buruk 2
Terigu Amat sangat buruk 1
2. Tepung 8,2% 11% 12,3% (Sumber : Soekarto, 1985)
sukun Hasil dari penelitian tahap II yang terpilih
3. Gula 16,4%% 16,4%% 16,4%% ini di gunakan untuk tahap selanjutnya yaitu
4. Margarin 21,9% 21,9% 21,9% tahap III.
5. Telur 18% 18% 18% Penelitian tahap tiga digunakan untuk
6. Coklat Blok 21,9% 21,9% 21,9% menentukan umur kritis masa simpan dari
7. Coklat 4,4% 4,4% 3,4% produk brownies sukun yang akan diamati
Bubuk
8. Cake 0,6% 0,6% 0,6%
dibagi kedalam satu perlakuan suhu dengan tiga
emulsifier taraf. Taraf pertama adalah penyimpanan pada
9. Garam 0,4% 0,4% 0,4% suhu 50 C, taraf kedua adalah penyimpanan
1 Total 100% 100% 100% pada suhu 150 C dan taraf ketiga adalah
0.
penyimpanan pada suhu 250 C. Brownies sukun
(Sumber : Modifikasi, Fatullah 2013). tersebut diamati beberapa kali waktu
Faktor yang diamati adalah sifat pengamatan.
organoleptik dengan atribut tekstur, warna, rasa, Faktor yang diamati adalah sifat
aroma oleh 15 orang panelis. Hasil penelitian mikroorganisme (kelembaban, warna, jamur,
dikumpulkan dan dimasukan kedalam formulir aroma) hingga brownies menjadi berjamur
pengisian, selanjutnya data tersebut dapat diolah dengan ciri berbau tengik, brownies lebih
secara statistic (ANAVA). Sampai diketahui lembab, timbul warna putih berupa jamur
formulasi terpilih brownies sukun, lalu hasil dari disekitar brownies. Perubahan yang terjadi
formulasi terpilih dipakai untuk penelitian tahap selama pengamatan hingga brownies sukun
II. berjamur atau beraroma tengik yang akan
Penelitian tahap dua digunakan untuk digunakan untuk menentukan umur simpan
menentukan suhu pengukusan terbaik dari brownies sukun. Sifat mikroorganisme brownies
penelitian tahap I yang terpilih. Produk brownies sukun ini akan di ujikan oleh 15 orang panelis
sukun yang akan diamati dibagi tiga taraf waktu dengan kriteria penilaian tertentu seperti dapat
pengukusan. Taraf pertama adalah pengukusan dilihat pada Tabel 3.3. Hasil penelitian
dengan waktu 15 menit, taraf ke dua adalah dikumpulkan dan dimasukan kedalam formulir
pengukusan dengan waktu 25 menit, dan taraf ke pengisian, selanjutnya data tersebut dapat diolah
tiga dengan pengukusan 35 menit dengan suhu secara statistic (ANAVA). Setelah diketahui
pengukusan yang sama yaitu 900 C. suhu penyimpanan brownies sukun secara
Faktor yang diamati adalah sifat mikroorganisme yang akan di gunakan pada
organoleptik dengan atribut tekstur, warna, rasa, tahap IV.
aroma oleh 15 orang panelis dengan kriteria Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Panelis
penilaian tertentu seperti dapat dilihat pada dalam Uji Mikroorganisme
Tabel 3.2. Hasil penelitian dikumpulkan dan Skala Hedonik Skala Numerik
dimasukan kedalam formulir pengisian, Amat sangat baik 7
Sangat baik 6
selanjutnya data tersebut dapat diolah secara Baik 5
statistic (ANAVA). Sampai diketahui suhu Biasa 4
terpilih pengukusan brownies sukun. Buruk 3
Sangat buruk 2
Amat sangat buruk 1
(Sumber : Soekarto, 1985)

8
Penelitian tahap IV ini dilakukan untuk a adalah karakteristik produk awal
mengetahui perubahan mutu brownies sukun penyimpanan dan b merupakan laju reaksi
yang disimpan pada berbagai suhu tinggi penurunan mutu. Nilai slope b disebut juga
agar kondisi kritis mutu produk dapat segera dengan k yaitu konstanta laju reaksi
tercapai. Hasil penelitian ini akan digunakan penurunan mutu. Nilai ln k dan 1/T yang
untuk pendugaan umur simpan dari brownies merupakan parameter persamaan Arrhenius
sukun. Brownie sukun simpan dalam inkubator korelasikan. Setelah nilai k diplot terhadap
pada suhu 5oC, 15oC dan 25oC selama 5 hari suhu, didapatkan nilai intersep dan pe dari
𝑬𝒂 𝟏
dengan interval waktu pengamatan dan persamaan ln k = ln ko – ( 𝑹 ) 𝑻 . Dengan
pengukuran 3 hari. Parameter yang diuji persamaan yang diperoleh sebut nilai konstanta
selama penyimpanan adalah uji organoleptik k yang merupakan faktor pre-eksponensial dan
(penampakan, warna, rasa, bau dan tekstur), nilai energy aktivasi reaksi perubahan
analisis angka lempeng total (ALT), analisis karakteristik (Ea = E). Lebih lanjut
bilangan Thiobarbituric id (TBA). Data yang ditentukan model persamaan kecepatan reaksi
diperoleh diinterpretasi untuk menentukan (k) perubahan parameter produk k = ko e
rameter kunci reaksi penurunan mutu produk -Ea/RT
brownies sukun. . Penentuan umur simpan brownies
Pendugaan umur simpan produk brownis sukun diperoleh dari parameter yang
sukun dilakukan secara eksperimental dengan mempunyai nilai energi aktivasi rendah.
mengguna3kan data parameter mutu produk Kemudian dihitung dengan persamaan o nol
pada kondisi kritis hasil penelitian At = Ao + kt. Perhitungan dilakukan dengan
sebelumnya untuk mengetahui sampai kapan menggunakan data (nilai) rameter mutu awal
atau berapa lama produk tersebut masih bahan (kondisi bahan pada waktu t=0 atau Ao)
layak dikonsumsi. Pendugaan umur simpan dan nilai parameter mutu akhir bahan
ini menggunakan metode akselerasi (kondisi bahan pada waktu t =t atau At) atau
Arrhenius. Pengujian yang dilakukan pada nilai kritis.
metode akselerasi menggunakan parameter Penelitian tahap tiga dilakukan untuk
kunci reaksi penurunan mutu produk. mengetahui penurunan mutu dan masa simpan
Pada model Arrthenius, suhu merupakan brownies sukun pada penyimpanan suhu ruang.
faktor yang sangat berpengaruh t e r h a d a p Rancang perlakuan yang dilakukan pada
mutu produk pangan. Akselerasi suhu yang penelitian ini adalah variasi suhu. Kondisi suhu
digunakan pada berbagai tingkatan suhu di tersebut diperoleh dengan menggunakan
atas suhu ruang (30oC), bertujuan untuk inkubator.
mempercepat tercapainya parameter mutu Pengamatan dilakukan sesuai waktu yang
telah ditentukan pada saat penelitian tahap III.
kritis. Berdasarkan hasil penentuan
parameter kunci reaksi penurunan mutu Kemudian data yang didapat dianalisis melalui
produk selama penyimpanan pada masing- pengukuran laju penurunan parameter mutu
masing suhu penyimpanan digunakan untuk dengan metode Arrhrnius. Selanjutnya dilakukan
menduga umur simpan brownies sukun. Laju penentuan model matematis umur simpan
brownies sukun berdasarkan TBA
reaksi penurunan mutu ditentukan dengan
membuat plot antara nyimpanan (hari) (Thiobarbituric Acid) dan ALT (Angka
dengan parameter yang dianalisa (parameter Lempengan Total).
Setiap data hasil analisa yang didapat diubah
kunci). Dari sini di peroleh beberapa
dalam bentuk In dan diplot ke kurva sehingga
persamaan regresi linear sederhana yang
akan mendapatkan regresi liniernya.
menyatakanhu bungan antara lama
penyimpanan dengan perubahan parameter y = a + bx
Keterangan :
kunci pada tiga suhu penyimpanan. y = nilai analis
Persamaannya adalah: y = a + bx. Dengan x = masa simpan
a = nilai analisis pada saat mulai disimpan
y adalah nilai karakteristik produk, x b = laju nilai analisis (konstanta penurunan mutu/k)
adalah variabel bebas (lama penyimpanan),

9
Selanjutnya sebelum diterapkan dalam Ordo Reaksi Satu meliputi tipe
rumus Arrhenius, maka ln k dimasukan ke kerusakan pada bahan pangan yangmengikuti
dalam rumus: kinematika reaksi ordo satu seperti ketengikan,
𝐸 pertumbuhanmikroorganisme, produksi off-
𝐼𝑛 𝑘 = 𝐼𝑛 𝑘0 − flavour oleh mikroba (pada brownies sukun),
𝑅𝑇
karena ln 𝑘0 dan –E/R merupakan bilangan kerusakan vitamin, penurunan mutu protein,
konstanta, maka persamaan tersebut di karbohidrat dan perubahankadar air. Menurut
tulis sebagai berikut: Atkins (1997), kerusakan bahan pangan yang
1 mengikuti reaksiordo satu dapat digambarkan
In k = 𝐴 + B ( )
T dengan persamaan berikut:
Sehingga apabila setiap nilai ln k dan 1/T 𝑑[𝐶]
diplotkan dalam sebuah grafik, maka − = −𝑘. [𝐶]1
[𝐶]
diharapkan akan diperoleh gambar seperti pada Prsamaan ini ditata ulang menjadi:
Gambar 3.1. 𝑑[𝐶]
− = −𝑘. 𝑑𝑡
[𝐶]
Persamaan tersebut dapat diintergrasikan secara
langsung . Karena awalnya (pada
t=0) konsentrasi C adalah [C]0 maka pada waktu
t, konsentrasinya adalah [Ct],dapat dituliskan:
[𝐶]𝑡 𝑑[𝐶] 𝑡
∫[𝐶]0 = - ∫0 𝑘. 𝑑𝑡
[𝐶]
Gambar 3.3. Grafik Hubungan antara ln k
𝐼𝑛dengan
𝑘 = 𝐼𝑛1/T
𝑘0 − Rancangan respon perlakuan untuk
𝐸
penelitian tahap I dan II.Respon yang akan
Dengan 𝑅𝑇demikian besarnya nilai E dapat dilakukan pada penelitian ini meliputi respon
diperoleh yaitu sebagai berikut: kimia respon fisik dan respon organoleptik.
𝐸 Pengujian organoleptik dilakukan pada saat
− =𝐵
𝑅 penelitian tahap satu.Pengujianorganoleptik
di mana slope B dihasilkan dari persamaan bertujuan untuk menentukan umur simpan
regresi linier antara ln K dan 1/T, serta secara responorganoleptik.Faktor yang diamati
nilai𝑘0 diperolehInsebagai
k = 𝐴berikut:
+ adalah sifat organoleptiknya (warna, aroma dan
𝐸 tekstur) hingga brownies sukun menjadi busuk
1
𝑘 = 𝑘 0 . 𝑒 –
𝑅𝑇 dengan ciri tumbuh kapang/jamur, aroma
Di mana:B (T) tengikdan tekstur luar brownies lembek
k = konstanta penurunan mutu
ko= konstanta (tidak tergantung pada suhu) berair.Analisa Organoleptik melibatkan minimal
e = logaritma dasar (2.718282) 15 responden.Jika respondensudah menunjukan
E = energi aktivasi
T = suhu mutlak (C + 273) lebih dari setengahnya maka didapatkan umur
R = konstanta gas, 1.986 kal/mol simpan secaraorganoleptik produk brownies
Penentuan umur simpan dapat diduga sukun. Menurut SNI 01-2971-1998 bahwa
dengan mengunakan kinetika reaksi Ordo Reaksi brownies yang baik memiliki bau, rasa dan
Nol dan Ordo reaksi satu. Ordo reaksi nol warna yang normal dan mempunyaitekstur dan
meliputi tipe kerusakanyang mengikuti kriteria remah yang baik. Penyimpangan dari standar
reaksi ordo nol seperti kerusakan enzimatik, tersebut mengindikasikan bahwa brownies
pencoklatan enzimatik dan oksidasi. Penurunan sukun tersebut sudah mengalami penurunan
mutu ordo reaksi nol artinya penurunan mutu mutu dan sudah mulai membusuk.
yang konstan. Kecepatan penurunan mutu Rancangan Respon Kimia meliputi nilai
tersebut berlangsung tetap pada suhukonstan dan TBA (Thiobarbiturik Acid) dan derajat
digambarkan dengan persamaan: keasaman.Pengujian masa simpan brownies
𝑑𝑐 menggunakan uji TBA menunjukan bahwa
− =𝑘
𝑑𝑡

10
semakin tinggi nilai TBA berarti semakin rendah mentega agar tidak lengket ketika proses
kualitas brownies. pengukusan telah dihentikan.
Analisa pada brownies sukun ini adalah d. Pengukusan
pendugaan umur simpan dan modelmatematis Adonan yang sudah siap lalu dikukus
dengan menggunakan metode Arrhenius dengan menggunakan steaming, pada suhu
sehingga dari perhitungantersebut didapatkan 90℃ selama 25 menit. Pengukusan
konstanta penurunan mutu (k). dihentikan sesuai waktu yang ditentukan.
Penentuan model matematis didapatkan e. Tempering
dari data yang diperoleh baik TBA dan ALT Tempering dilakukan setelah proses
dengan menentukan kurva baku. Kurva baku pengukusan, dimana brownies yang telah
merupakan hasil analisis regresi antara waktu dikukus disimpan diatas meja pengolahan.
dengan TBA dan ALT. Dari hasil kurva yang Tempering ini dilakukan selama 10
didapat menit.Tujuan dari Tempering adalah untuk
maka akan diperoleh persamaan garis regresi menurunkan suhu brownies sehingga
linier sederhana. mencapai keseimbangan dengan suhu ruang
Deskkripsi penelitian brownis sukun ini di agar tidak terjadi kondensasi.
bagi tiga tahap: 2. Penyimpanan Brownies Sukun
Pada tahap pembuatan brownies sukun ini Penyimpanan brownies kukus pada saat
akan dibagi dengan beberapa langkah: perlakuan dilakukan dengan cara menyimpan
1. Formulasi Brownies Sukun brownies pada tiga suhu yang telah ditentukan
a. Penimbangan Bahan yaitu penyimpanan pada suhu 5°C, perlakuan
Bahan-bahan untuk membuat brownies kedua adalah penyimpanan pada suhu 15°C dan
harus ditimbang dengan tepat sesuai dengan perlakuan ketiga adalah penyimpanan pada suhu
formula untuk mencapai mutu produk yang 25°C.
diharapkan. Penggunaan takaran yang 3. Uji Organoleptik
kurang tepat, misalnya dengan sendok, Brownies yang telah disimpan pada
cangkir atau gelas, akan dapat menyebabkan suhu yang ditentukan kemudian diamati dengan
karakteristik produk yang diharapkan tidak waktu pengamatan penyimpanan pada suhu 5°C
tercapai. sebanyak enam kali, perlakuan kedua adalah
Penimbangan untuk formulasi yaitu penyimpanan pada suhu 15°C sebanyak lima
tepung terigu dan tepung brownies dengan kali dan perlakuan ketiga adalah penyimpanan
menggunakan perbandingan 1:1, 1:2, 1:3 pada suhu 25°C sebanyak lima kali sampai
dengan penambahan bahan lain yang sama terjadi perbuahan mutu pada produk. Faktor
telur 18%, gula 16,4%, garam 0,2%, coklat yang diamati adalah sifat organoleptiknya
bubuk 4,4%, Cake e,ulsifier 0,6%, coklat (warna, aroma dan tekstur) hingga brownies
blok 21,9% dan margarin 21,9% sukun menjadi busuk dengan ciri warna
b. Pencampuran cenderung remah lembek, aroma tengik dan
Bahan yang sudah ditimbang kemudian tekstur lembek. Perubahan yang terjadi selama
dicampurkan menjadi satu dengan pengamatan hingga brownies sukun menjadi
menggunakan mixer.Pencampuran adonan busuk digunakan untuk menentukan umur
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh simpan brownies sukun.
adonan yang baik yaitu merata/homogen, Lanjut ke tahap II membuat brownies
dan mudah dicetak. Sebelumnya untuk dengan formula terpilih lalu di kukus dengan
coklat blok dan margarin dilakukan proses suhu yang berbeda. Lanjut ke tahap III brownies
pengukusan terlebih dahulu agar mencair. sukun terpilih di hitung nilai TBA dan ALT
Bahan yang sudah tercampur akan menggunakan model Arrhenius sampai
membentuk adonan yang siap untuk dicetak. ditemukan kurva baku matematika.
c. Pencetakan
Adonan yang telah diaduk kemudian
dicetak kedalam loyang. Loyang yang
digunakan, sebelumnya telah diolesi oleh

11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN perbedaan warna yang nyata pada formulasi
4.1 Penelitian Tahap I tepung terigu dan tepung sukun a1 dan a3
Pada penelitian tahap I ini memilih dengan a2. Warna brownies sukun yang dibuat
formulasi terpilih. Penelitian ini bertujuan warna coklat pekat dengan warna dari bahan
menentukan pengaruh perbandingan tepung campuran brownies sukunya.
terigu dengan tepung buah sukun terhadap Komponen yang ketiga yang akan di uji
karakteristik brownies buah sukun, yang yaitu rasa, rasa merupakan hal penting dari
kemudian dilakukan uji organoleptik (uji sebuah produk. Rasa ini sendiri mempengaruhi
hedonik) oleh 15 orang (ANAVA). Faktor yang kepuasan, kesukaan konsumen terhadap prodak
diamati adalah sifat organoleptik dengan atribut yang kita buat. Dengan rasa akan
tekstur, warna, rasa, aroma oleh 15 orang mempengaruhi juga kualitas dan umur simpan
panelis. brownies sukun.
Komponen yang pertama diukur adalah Hasil analisis statistik ANAVA brownies
tekstur, tekstur merupakan sifat muti yang sukun (lampiran 4) dapat dilihat bahwa terdapat
berhubungan dengan keempukan dan kejerasan perbedaan yang nyata dari rasa brownies sukun
bahan dan hal ini juga menjadi salah satu a1, a2, a3.
pertimbangan konsumen dalam menilai mutu Komponen yang keempat dan terakhir
prodak brownies sukun, sehingga konsumen adalah aroma. Aroma merupakan sifat mutu
berkesimpulan apakah akan menerimanya atau yang penting untuk diperhatikan dalam penilaian
tidak. Nilai keempukan suatu prodak organoleptik bahan pangan, karena aroma
dipengaruhi oleh perubahan kadar air, merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
kelembaban, total mikroba dan tingkat pada daya terima konsumen terhadap suatu
kebusukan selama penyimpanan. Karena produk tanpa harus melihat produk tersebut. Uji
perubahan nilai-nilai tersebut semakin mengarah aroma merupakan salah satu uji yang penting
pada ketengikan, maka nilai kelembutan dilakukan dalam industri pangan untuk melihat
biasanya akan semakin besar. apakah produk yang dihasilkan disukai atau
Uji tekstur merupakan salah satu cara tidak disukai. (Soekarto, 1985). Aroma (bau)
pengujian untuk mengetahui pengaruh suhu dan dapat dihasilkan karena adanya senyawa
lama waktu penyimpanan terhadap brownies Volatile (mudah menguap) didalam bahan
sukun. Berdasarkan hasil uji analisis statistik pangan dan akan dibawa oleh udara dan masuk
menggunakan ANAVA (lampilan 2) dapat ke rongga hidung (deman,1997).
diketahui bahwa terdapat perbedaan nyata Aroma pada brownies sukun adalah aroma
terhadap tekstur formulasi brownies sukun, khas sukun. Berdasarkan hasil analisa statistik
antara a1, a2 dengan a3. menggunakan ANAVA (lampiran 5) dapat
Penentuan formulasi brownies sukun dapat diketahui bahwa aroma pada brownis sukun
dilakukan dengan pertimbangan warna bari terdapat perbedaan yang nyata antara a1,a2
prodak tersebut.menurut Singh (1994) warna dengan a3.
pada bahan pangan merupakan hasil dari faktor Menurut hasil uji pendahuluan tahap I
internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi organoleptik parameter tekstur, warna, rasa dan
perlakuan sebelum ada pasca panen. Faktor- aroma ditemukan perbedaan hasil uji coba
faktor tersebut diantarannya adalah bahan formulasi brownis sukun antara formulasi 1:1,
pengemas, cahaya, proses pengolahan pigmen 1:2, dan 1:3. Formulasi terpilih brownis sukun
dan zat warna tambakan, serta karakteristik fisik berdasarkan data panelis yang berjumlah 15
yang mempengaruhi kecerahan dan kejeruhan orang dan sample tiga formulasi maka di dapat
bahan pangan tersebut. Perubahan yang terjadi hasil tekstur brownies sukun a1 dan a2 sangat di
dipengaruhi oleh karekteristik dan tramisi suka oleh panelis, warna brownies sukun a1 dan
kemasan yang digunkan, perubahan suhu, udara a3 sangat di suka oleh panelis, rasa brownies
dan cahaya dari lingkungan yang saling sukun a3 sangat disukai oleh panelis dan aroma
berinteraksi dengan bahan tersebut. brownies sukun a3 sangat disukai oleh panelis.
Hasil analisa statistik ANAVA brownies Maka pada tahap I formulasi brownis sukun
sukun (lampiran 3) dapat dilihat bahwa terdapat

12
tetpilih a3 sebagai sample produk yang akan pengukusan yang sama yaitu 900 C. Waktu
diuji organoleptik ke tahap II. pengukusan terpilih brownis sukun berdasarkan
4.2 Penelitian Tahap II data panelis yang berjumlah 15 orang dan
Penelitian tahap II ini penentuan waktu sample tiga taraf waktu maka di dapat hasil
pengukusan terpilih brownies sukun, sample tekstur brownies sukun t3 sangat di suka oleh
berasal dari brownies terpilih pada tahap I. Hasil panelis, warna brownies sukun t2 sangat di suka
pada Tahap I di atas formulasi terpilih untuk oleh panelis, rasa brownies sukun t2 sangat
brownies sukun yaitu a3 dimana a3 ini adalah disukai oleh panelis dan aroma brownies sukun
formulasi perbandingan tepung terigu dan t2 sangat disukai oleh panelis. Maka pada tahap
tepung sukun 1:3. Sampel a3 ini akan berlanjut II waktu pengukusan brownis sukun tetpilih
di tahap II ini yaitu waktu pengukusan. Produk adalah t2 sebagai sample produk yang akan diuji
brownies sukun yang akan diamati dibagi tiga organoleptik ke tahap III dan IV.
taraf waktu pengukusan. Taraf pertama adalah 4.3 Penelitian Tahap III
pengukusan dengan waktu 15 menit, taraf ke Penelitian tahap ini kelanjutan dari tahap
dua adalah pengukusan dengan waktu 25 menit, I dan tahap II, dimana pada tahap I didapat
dan taraf ke tiga dengan pengukusan 35 menit formulasi terpilih lalu dari formulasi terpilih
dengan suhu pengukusan yang sama yaitu masuk ke tahap II yaitu suhu pengukusan
900 C. terpilih, setelah di dapat satu prodak brownis
Uji organoleptik yang pertama pada formulasi dan suhu terpulih yaitu brownies a3t2
tahap II ini adalah tekstur brownies sukun pada berlanjutlah pada tahap III ini. Penelitian tahap
tiga taraf pengukusan (t1,t2,t3). Waktu III ini terdiri dari beberapa langkah. Langkah
pengukusan sangat berpengaruh terhadap tekstur pertama adalah melakukan umur simpan
kelembaban brownies. Hasil uji organoleptik brownies sukun bersamaan dengan melakukan
pada tekstur brownies sukun dengan tiga taraf perhitungan TBA dan ALT selama lima hari
waktu pengukusan adalah terdapat perbedaan dalam tiga suhu penyimpanan yaitu suhu 50 C,
yang signifikan brownies sukun dengan lamanya suhu 150 C dan suhu 250 C. Secara bersamaan
waktu pengukusan. Pada t3 panelis sangat suka penyimpanan dilakukan dalam tiga suhu yang
dengan tekstur brownies sukun. berbeda dan setiap suhu diteliti lima hari. Pada
Komponen yang di nilai ke dua adalah penelitian tahap disatukan dengan umur simpan
warna brownies sukun. Warna brownies coklat brownies sukun agar lebih efisien waktu.
pekat hal ini disebabkan karena bahan baku 4.3.1 Pengaruh Suhu Terhadap Nilai TBA dan
coklat blok dan coklat bubuk yang digunakan. ALT
Hasil organoleptik dari uji warna adalah t2 Hasil penelitian perubahan nilai TBA
sangat disukai panelis ketimbang t3 dan t1. dan ALT selama lima hari penyimpanan dengan
Komponen selanjutnya adalah rasa, rasa suhu 50 C, suhu 150 C dan suhu 250 C.
ini dipengaruhi oleh bahan baku yang
digunakan. Hasil dari uji organoleptik rasa Tabel 4.1 Hasil Nilai TBA dan ALT
dengan tiga komponen waktu didapat t2 sangat Brownies Sukun
diminati oleh panelis.
Komponen yang terakhir adalah aroma,
aroma menentukan kualitas pengukusan
brownies. Hasil ujicoba organoleptuk pada
atribut aroma terlihat perbedaan antara t2
dengan t1 dan t3.
Menurut hasil uji tahap II organoleptik
parameter tekstur, warna, rasa dan aroma
ditemukan perbedaan hasil uji waktu
pengukusan brownis sukun antara taraf pertama
pengukusan dengan waktu 15 menit, taraf ke
dua pengukusan dengan waktu 25 menit, dan
taraf ke tiga pengukusan 35 menit dengan suhu

13
Hasil bereaksi dengan pereaksi TBA dan
WAKTU
SUH menghasilkan pigmen warna merah. Intensitas
PENGAMAT
U TBA ALT
AN warna merah ini kemudian diukur secara
Mg/Kg cfu/g
Pengamatan ke 1 0.0934 8,00 x 101
spektroskopis pada panjang gelombang 530 nm.
Pengamatan ke 2 0.1167 1,10 x 102
𝟎C
Hasil pengukuran yang diperoleh dinyatakan
𝟓 Pengamatan ke 3 0.1312 1,12 x 102

Pengamatan ke 4 0.1379 1,14 x 102


sebagai bilangan TBA yang nilainya setara
Pengamatan ke 5 0.1472 1,17 x 102 dengan jumlah malonaldehida pada brownies
Pengamatan ke 1 0.1239 1,80 x 101 sukun. Semakin tinggi bilangan TBA maka
Pengamatan ke 2 0.1475 1,90 x 102 tingkat oksidasi brownies sukun semakin tinggi
𝟏𝟓𝟎 C Pengamatan ke 3 0.1620 2,70 x 102
dan tingkat ketengikan brownies sukun semakin
Pengamatan ke 4 0.1859 3,90 x 102

Pengamatan ke 5 0.2094 5,10 x 102


tinggi.
Pengamatan ke 1 0.1466 4,60 x 102 0.4
Pengamatan ke 2 0.1934 1,10 x 103
5 derajat
𝟐𝟓𝟎 C Pengamatan ke 3 0.2239 8,70 x 103
0.2
Pengamatan ke 4 0.2628 1,02 x 103
C
Pengamatan ke 5 0.3033 1,34 x 103
0 15
derajat C
Hari Hari Hari Hari Hari
4.3.2 TBA (Thio Barbituric Acid)
ke 1 ke2 ke 3 ke 4 ke 5
TBA (Thio Barbituric Acid)
merupakan salah satu parameter untuk Gambar 4.1 Grafik Nilai TBA selama
mengukur tingkat derajat ketengikan bahan Penyimpanan
pangan menunjukkan seberapa besar kerusakan Pada Gambar 4.1 terlihat terjadi
bahan pangan telah terjadi. Uji ketengikan peningkatan nilai TBA. Peningkatan nilai TBA
merupakan uji yang digunakan untuk mengukur pada brownies sukun terjadi karena adanya
stabilitas oksidasi bahan pangan. Stabilitas senyawa malonaldehid dan senyawa volatil
oksidasi bahan pangan dapat di diukur secara lainnya. Pembentukan senyawa ini terjadi karena
cepat dengan menggunakan Methrom Rancimat terjadi akibat mutu brownies sukun yang
mengukur waktu induksi yaitu waktu yang semakin menurun selama penyimpanan.
dibutuhkan oleh bahan pangan pada suhu KenaikanTBA yang lebih besar terjadi pada
tertentu sebelum mengalami kerusakan yang suhu yang lebih besar pula, hal ini dipengaruhi
cepat. Pengukuran kerusakan bahan pangan oleh meningkatnya jumlah senyawa volatiil
dilakukan berdasarkan senyawa volatiil hasil hasil oksidasi brownies sukun yang
oksidasi bahan pangan yang mengakibatkan bau mengakibatkan bau tengik seperti asam
tengik seperti asam dikarboksil. Senyawa berbau dikarboksil.
tengik ini dapat meningkatkan konduktivitas 4.3.3 ALT ( Angka Lempengan Total)
lsitrik sehingga dapat diintegrasikan dalam Angka lempeng total (ALT) adalah angka
bentuk kurva hubungan antara waktu induksi yang menunjukkan jumlah bakteri mesofil dalam
dengan konduksivitas. Bahan pangan yang tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel makanan yang
mempunyai waktu induksi lebih pendek berarti diperiksa. Prinsip dari ALT adalah menghitung
memiliki stabilitas oksidasi yang rendah. pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil
Bilangan TBA uji bilangan Thio Barbituric Acid setelah sampel makanan ditanam pada lempeng
(TBA) umum digunakan untuk mengukur media yang sesuai dengan cara tuang kemudian
tingkat ketengikan produk pangan yang dieramkan selama 24-48 jam pada suhu 35-37°C
mengandung lemak/minyak. (Joko Wibowo Ristanto, 1989). Uji angka
Dalam reaksi oksidasi lemak lempeng total merupakan metode yang umum
komponen hasil dekomposisi lemak yang dapat digunakan untuk menghitung adanya bakteri
terbentuk adalah senyawa turunan aldehid yaitu yang terhadap dalam sediaan yang diperiksa.
malonaldehid. Keberadaan malonaldehid pada Populasi bakteri dihitung dengan cara
brownies sukun menunjukkan bahwa brownies mengencerkan sampel atau bahan uji,
sukun telah mengalami oksidasi langsung. dilanjutkan dengan melakukan inokulasi semua
Senyawa malonaldehid yang terbebtuk akan hasil pengenceran didalam media pelat. Jumlah
koloni yang dapat tumbuh pada pelat dihitung

14
secara manual dengan bantuan “Colony sebelumnya terlihat adanya kecenderungan
Counter”. Jumlah koloni yang memenuhi penurunan mutu prodak brownies sukun
ketentuan perhitungan adalah 25-30 sampai 250- terhadap TBA dan ALT. Berdasarkan
300 koloni pada media pelat. Artinya: Bila kecenderungan tersebut, maka dapat dipastiakn
percobaan menunjukan data terdapat populasi 20 produk brownies sukun terpilih yang digunakan
koloni pada pelat hasil pengenceran ke-4 dan pada penelitian ini secara cepat atau lambat akan
200 koloni pada pengenceran ke-3, maka mengalami penurunan mutu, kerusakan dan
kesimpulannya adalah bahan uji mengandung = membusuk sehingga tidak layak lagi untuk
200 x 10³ = 200.000 koloni bakter / mL atau dikonsumsi, karena itu, perlu dilakukan
perhitungan berdasarkan pada koloni yang pendugaan umur simpan produk untuk
tumbuh pada hasil pengenceran ke-3. memperkirakan sampai sejauh mana produk
Metode ini dapat dianggap yang paling brownies sukun bertahan.
sensitive kerena sel hidup yang dapat terhitung, Setiap jenis makanan memiliki daya
beberapa jenis mikroorganisme dapat dihitung simpan yang terbatas tergantung pada jenis
sekaligus dan dapat digunakan utuk isolasi dan bahan pangan dan kondisi penyimpanannya.
identifikasi karena koloni yang terbentuk Pada penelitian ini, untuk mengetahui lama
mungkin berasal dari satu sel induk. waktu daya simpan brownies sukun dilakukan
10000 perhitungan dengan mengacu pada model
8000 25 penentuan umur simpan Arrhenius yang
6000 derajat C melibatkan penyimpanan pada suhu berbeda.
4000 15 Syarif dan halid (1993), menyatakan bahwa
2000 derajat C untuk menganalisis penurunan mutu salah satu
0 syarat penting yang harus dipenuhi adalah
5 derajat
Hari ke 1
Hari ke 2
Hari ke 3
Hari ke 4
Hari ke 5

C adanya parameter kritis tersebut biasanya


bersifat spesifik tergantung pada karakteristik
prodak yang akan di uji. Salah satu parameter
Gambar 4.2 Grafik Nilai ALT Selama kritis yang dapat digunakan untuk pendugaan
Penyimpanan penurunan mutu pada prodak brownies sukun
Pada gambar 4.2 terlihat terjadi kali ini adalah TBA dan ALT.
kenaikan mikroorganisme yang tumbuh dalam
produk brownies sukun. Selain itu degradasi 4.4.1 Aplikasi Model Arrhenius Pada Brownies
karbohidrat dengan kondisi oksigen terbatas Sukun Berdasarkan Faktor TBA
selama penyimpanan akan menghasilkan asam Sebagaimana yang terlihat pada gambar
laktat yang akan meningkatkan nilai Angka 4.3, terlihat adanya perubahan nilai TBA pada
Lepengan Total(ALT). produk brownies sukun. Berdasarkan nilai rata-
Pada penyimpanan 250 C terjadi rata yang diperoleh maka dapat dibuat suatu
peningkatan nilai ALT pada hari ke tiga. bentuk persamaan regresi yang menunjukkan
Peningkatan nilai ALT yg lebih cepat pula adanya suatu hubungan antara lama
perkembangan mikroorganisme yang terdapat penyimpanan terhadap nilai TBA produk
pada brownies sukun. Meningkatnya brownies sukun pada masing-masing suhu yang
mikroorganisme selama penyimpanan dapat berbeda. Pada gambar 6 disajikan kurva regresi
mempercepat pembusukan ditunjukkan oleh untuk produk brownies sukunsecara umum
nilai ALT yang semakin meningkat sebagai terlihat adanya peningkatan nilai TBA produk
akibat meningkatnya mikoorganisme yang brownies sukun seiring dengan lamanya waktu
terdapat pada brownies sukun. penyimpanan baik pada produk yang disimpan
4.4 Penelitian Tahap IV pada suhu 50 𝐶, 150 𝐶,dan 250 𝐶.
Penelitian tahap empat ini akan Berdasarkan grafik regresi (gambar 6) besarnya
melanjutkan membahas hasil penelitian pada nilai In TBA baik pada produk yang disimpan
tahap III yaitu aplikasi Model Arrhenius pada suhu 50 𝐶, 150 𝐶,dan 250 𝐶 ketiganya
berdasarkan TBA dan ALT. Hasil dari penelitian menunjukkan suatu pola linieritas.

15
0 Tabel 4.2. Nilai Laju Penurunan Mutu dan Umur
1 2 3 4 5 5 Derajat C simpan brownies sukun berdasarkan parameter
-1 y = 0.1761x - 2.046 nilai TBA
y = 0.1281x - 2.198 15 derajat C Suh
R² = 0.98 Ea ts
y = 0.1077x
R² = - 2.4125
0.9927
u
(kalori 𝒌𝟎
k ts
(/hari
-2 R² = 0.9066 (
/mol)
(/jam) (/jam)
)
25 derajat C 𝟎
)
5 0.0311725 39.6958 1.65
-3
15 3.1173 x 0.0311725 42.8472 1.78
0.0079
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Lama Penyimpanan Terhadap Nilai 1012
In TBA Pada Suhu 50 𝐶, 150 𝐶,dan 250 𝐶 25 0.0311725 51.6283 2.15
Terlihat ketiga persamaan linier untuk
masing-masing penyimpanan pada suhu 50 𝐶,
150 𝐶,dan 250 𝐶 pada gambar 4.3. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui
Berdasarkan persamaan tersebut laju penurunan mutu nilai TBA masing-masing
diperoleh nilai In k yang selanjutnya akan di plot suhu berbeda. Semakin tinggi suhu maka
dengan 1/T ke dalam suatu grafik seperti konstanta laju penurunan mutu nili TBA
Gambar 4.4. semakin tinggi yang mengakibatkan brownies
sukun semakin cepat mengalami kerusakan.
0.0037 4.4.2 Aplikasi Model Arrhenius Pada Brownies
0.0036 Sukun Berdasarkan Faktor ALT
Series2 Seperti yang terlihatpada gambar 4.5,
0.0035
dapat dilihat ada perubahan nilai ALT pada
0.0034y = -0.004x + 0.003 brownie sukun. Berdasarkan nilai rata-rata yang
R² = 0.999 Linear
0.0033 (Series2)
diperoleh maka dapat dibuat suatu bentuk
persamaan regresi yang menunjukkan adanya
0.0032 suatu hubungan antara lama penyimpanan
1 2 3 terhadap nilai In ALT prodak brownies sukun
Gambar 4.4 Grafik Hubungan 1/T terhadap In k pada masing masing suhu yang berbeda. Pada
nilai TBA gambar 4.5 berikut merupakan kurva regresi
Berdasarkan grafik hubungan antara In k untuk prodak brownies sukun.
dengan 1/T didapatkan konstanta laju penurunan Secara umum terlihat adany peningkatan
(k) brownies sukun, dimana semakin tinggi suhu nilai ALT produk seiring dengan lamnya waktu
maka laju penurunan kualitas semakin rendah. penyimpanan baik pada produk yang disimpan
Jika laju penurunan mutu semakin rendah masa pada suhu 50 𝐶, 150 𝐶,dan 250 𝐶.
umur simpanannya menjadi lebih singkat. Berdasarkan grafik regresi (Gambar 4.5)
Konstanta laju penurunann nilai TBA brownies besarnya nilai In ALT baik pada produk yang
sukun pada suhu 50 𝐶 adalah 0.03117255/ jam, disimpan pada suhu 50 𝐶, 150 𝐶, dan 250 𝐶
sedangkan untuk suhu 150 𝐶 adalah ketiganya menunjukkan suatu pola linieritas.
0
0.03117257/ jam dan pada suhu 25 𝐶 adalah 10
0.03117258/ jam. 5
8 y = 0.2063x + 6.6477
Hasil pengamatan dan perhitungan nilai y = 0.7407x + 2.9666
R² = 0.0899 15
TBA brownies sukun terhadap waktu 6 R² = 0.7666
y = 0.0796x + 4.421 25
penyimpanan akan didapatkan konstanta laju
4 R² = 0.6429
penurunan mutu nilai TBA, hasilnya dapat Linear (5)
dilihat pada tabel 4.2 Penurunan mutu nilai TBA 2 Linear (15)
mengikuti reaksi ordo satu yang kemudian akan
didapatkan umur simpan (ts) brownies sukun 0 Linear (25)
dengan menggunakan rumus: 1 2 3 4 5
𝐶𝑜
𝐼𝑛 ( )
𝐶𝑡
ts = 𝑘

16
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Lama 15 109 0.08847 5.09 0.21
penyimpanan Terhadap Nilai In ALT Pada Suhu 1386 34
50 𝐶, 150 𝐶,dan 250 𝐶 25 0.08847 9.62 0.40
Ketika persamaan linier terlihat pada 1405 46
Gambar 4.5 untuk masing-masing penyimpanan
pada suhu 50 𝐶, 150 𝐶,dan 250 𝐶. Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui
Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai laju penurunan mutu nilai ALT masing-masing
In k yang selanjutnya akan diplot dengan 1/T ke suhu berbeda. Semakin tinggi suhu maka
dalam suatu grafik seperti di gambar 4.6. konstanta laju penurunan mutu nilai ALT
0.0037 semakin tinggi yang mengakibatkan brownies
sukun semakin cepat mengalami kerusakan.
0.0036
Series2
0.0035 4.4.3. Penentuan Model Matematika
0.0034
y = -0.002x + 0.003 Model matematika adalah representasi
Linear
0.0033 R² = 0.999 yang diselenggarakn dari satu sistem yang
(Series2)
0.0032 bertujuan untuk mendeteksu hubungan
1 2 3 kuantitatif antara variabel dan memprediksi
efek perubahan produk, dengan asumsi
Gambar 4.6 Grafik Hubungan 1/T terhadap In k kompromi antara akurasi dan kemudahan dalam
Nilai ALT menggendalikan input (parameter atau faktor).
Berdasarkan grafik hubungan antara In k Kurva baku dapat dibuat dengan menggunakan
dengan 1/T didapatkan konstanta laju penurunan data yang diperoleh dari penelitrian sebelumnya
(k) brownies sukun, dimana semakin tinggi suhu menggunakan rumus ordo satu. Menentukan
maka laju penurunan mutu semakin rendah. Jika titik-titik dalam kurva baku menggunakan rumus
laju penurunan mutu brownies sukun maka ordo satu dengan mengubah 𝐶0 (kondisi awal).
semakin rendah mutu umur simpanannya Kurva baku ditemukan berdasarkan suhu
menjadi lebih singkat. Konstanta laju penurunan penyimpanan. Masing-masing suhu mempunyai
mutu nilai ALT brownies sukun pada suhu 50 𝐶 kurva baku yang berbeda berdasarkan laju
adalah 10.4006/ jam, sedangkan untuk suhu penurunan mutunya. Kurva baku ini bertujuan
150 𝐶 adalah 5.0934/ jam dan pada suhu 250 𝐶 untuk mengetahui umur simpan produk jika nilai
adalah 9.6246/ jam. mutu awal nya berubah-ubah.
Hasil pengamatan dan perhitungan nilai
ALT brownies sukun terhadap waktu 4.4.3.1. Grafik Baku dan Model Matematis
penyimpanan akan didapatkan konstanta laju Umur Simpan Brownies Sukun dengan Suhu
penurunan mutu nilai ALT, hasilnya dapat Penyimpanan 𝟓𝟎 C
dilihat pada tabel 4.3. Penurunan mutu nilai Hasil data yang di dapatkan pada
ALT mengikuti reaksi ordo satu yang kemudian penelitian tahap dua, dapat dibuat suatu model
akan didapatkan umur simpan (ts) brownies matematis yang membuat kurva baku umur
sukun dengan menggunakan rumus: simpan produk tersebut pada kondisi suhu
𝐶𝑜
𝐼𝑛 (
𝐶𝑡
) tertentu. Gambar 4.7 dan 4.8 tersaji grafik baku
ts =
𝑘 TBA dan ALT pada suhu penyimpanan 50 C.
Tabel 4.3. Nilai Laju Penurunan Mutu dan Umur
simpan
Brownies sukun berdasarkan parameter nilai
ALT.
Su
Ea ts ts
hu k
(kalori/ 𝒌𝟎 (/ja (/ha
( (/jam)
𝟎 mol) m) ri)
)
5 8.84 0.08847 10.4 0.43
0.0039
72 x 1364 006

17
nilai awal yang sama dengan organoleptik (𝐶0 )
5 derajat C model matematik menghasilkan umur simpan
selama 39.70 jam untuk nilai TBA dan 10.41
0 jam untuk ALT. untuk lebih jelasnya dapat
hari hari hari hari hari 5 derajat C
-1 dilihat pada tabel 4.4.
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5 Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Umur Simpan
y = 0.1077x - 2.4125
-2 Linear (5 Berdasarkan
R² = 0.9066
derajat C) Uji Organoleptik dan Model Arrhenius pada
-3 Penyimpanan 50
Umur
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Waktu Umur Simpan Simpan
Pengamatan dengan Nilai In TBA Suhu 50 𝐶 Faktor Dengan Uji dengan
Mutu Organoleptik Aplikasi
(jam) Arrhenius
5 derajat C (jam)
TBA 39.69588
0 5 derajat
86
ALT 10.4006
hari hari
key 1=hari
ke 2hari
ke 3hari
0.1077x ke
- 4ke 5 C
2.4125 Tabel 4.4 menunjukan bahwa kurva
Linear (5
R² = 0.9066 baku terbaik adalah kurva baku berdasarkan
-5 derajat C)
nilai TBA di bandingkan nilai ALT, karena lebih
mendekati kenyatan keinginan konsumen
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Lama berdasarkan hasil umur simpan secara
Penyimpanan Terhadap Nilai In ALT Pada Suhu organoleptik. Sehingga nilai kurva baku TBA
50 C lebih baik digunakan dari pada kurva baku ALT
pada penyimpanan 50 C.
Gambar 4.7 dan 4.8 memperlihatkan 4.4.3.2. Grafik Baku dan Model Matematis
pengaplikasian model Arrhenius untuk membuat Umur Simpan Brownies Sukun dengan Suhu
suatu diagram baku atau suatu persamaan linier Penyimpanan 150 C
untuk menentukan umur simpan hanya dengan
mengetahui TBA dan ALT. hal ini bertujuan
untuk mempermudah dalam penentuan umur
15 derajat C
simpan brownies sukun. Persamaan linies hanya 0
bisadigunakan jika menggunakan bahan baku hari hari hari hari hari
15 derajat C
yang sama dengan sampel yang digunakan, -1 ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5
karena bahan baku yang berbeda akan y = 0.1281x - 2.198
mengubah nilai laju penurunan mutu. -2 R² = 0.9927 Linear (15
Gambar 4.7 merupakan grafik baku derajat C)
hubungan antara nila TBA dan umur simpan -3
pada suhu 50 C dengan persamaan regresinya y
= 0.107x – 2.412, dan gambar 4.8 merupakan
grafik baku hubungan antara ALT dan umur Hasil data yang di dapatkan pada
simpan pada suhu 50 C dengan persamaan penelitian tahap dua, dapat dibuat suatu model
regresinya y = 0.079x + 4.421. Nilai Y matematis yang membuat kurva baku umur
merupaka nilai TBA atau ALT dan nilai X simpan produk tersebut pada kondisi suhu
merupakan sisa lama waktu simpan. Perbedaan tertentu. Gambar 4.9 dan 4.10 tersaji grafik baku
dari grafik baku dari nilai TBA dan ALT adalah TBA dan ALT pada suhu penyimpanan 150 C.
dari arah gradiennya. TBA mempunyai nilai
gradien negatif dan ALT mempunyai nilai Gambar 4.9 Grafik Hubungan Wakt
gradien positif. Sedangkan hasil umur simpan Pengamatan dengan Nilai In TBA Suhu 150 𝐶
dengan menggunakan model matematika pada

18
Umur
15 derajat C Umur Simpan Simpan
Faktor Dengan Uji dengan
8 Mutu Organoleptik Aplikasi
6 y = 0.7407x + 2.9666 15 derajat C (jam) Arrhenius
4 R² = 0.7666 (jam)
2 TBA 42.8472
0 Linear (15 86
derajat C)
ALT 5.0934
hari hari hari hari hari
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5 Tabel 6 menunjukan bahwa kurva baku terbaik
adalah kurva baku berdasarkan nilat TBA di
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Lama bandingkan nilai ALT, karena lebih mendekati
Penyimpanan Terhadap Nilai In ALT Pada Suhu kenyatan keinginan konsumen berdasarkan hasil
150 C umur simpan secara organoleptik. Sehingga nilai
kurva baku TBA lebih baik digunakan dari pada
Gambar 4.9 dan 4.10 memperlihatkan kurva baku ALT pada penyimpanan 15 0 C.
pengaplikasian model Arrhenius untuk membuat 4.4.3.3. Grafik Baku dan Model Matematis
suatu diagram baku atau suatu persamaan linier Umur Simpan Brownies Sukun dengan Suhu
untuk menentukan umur simpan hanya dengan Penyimpanan 250 C
mengetahui TBA dan ALT. hal ini bertujuan Hasil data yang di dapatkan pada
untuk mempermudah dalam penentuan umur penelitian tahap dua, dapat dibuat suatu model
simpan brownies sukun. Persamaan linies hanya matematis yang membuat kurva baku umur
bisadigunakan jika menggunakan bahan baku simpan produk tersebut pada kondisi suhu
yang sama dengan sampel yang digunakan, tertentu. Gambar 4.11 dan 4.12 tersaji grafik
karena bahan baku yang berbeda akan baku TBA dan ALT pada suhu penyimpanan
mengubah nilai laju penurunan mutu. 250 C.
Gambar 4.9 merupakan grafik baku
hubungan antara nila TBA dan umur simpan
pada suhu 150 C dengan persamaan regresinya y 25 derajat C
= 0.128x -2.198, dan gambar 4.10 merupakan
grafik baku hubungan antara ALT dan umur 0
hari hari hari hari hari 25 derajat C
simpan pada suhu 150 C dengan persamaan -1 y = 0.1761x - 2.046
regresinya y = 0.740x + 2.966. Nilai Y ke 1 ke e ke 3 ke 4 ke 5
R² = 0.98
merupaka nilai TBA atau ALT dan nilai X -2 Linear (25
merupakan sisa lama waktu simpan. Perbedaan derajat C)
dari grafik baku dari nilai TBA dan ALT adalah -3
dari arah gradiennya. TBA mempunyai nilai Gambar 4.11 Grafik Hubungan Waktu
gradien negatif dan ALT mempunyai nilai Pengamatan Dengan Nilai In TBA Suhu 250 𝐶
gradien positif. Sedangkan hasil umur simpan
dengan menggunakan model matematika pada
nilai awal yang sama dengan organoleptik (𝐶0 )
25 derajat C
model matematik menghasilkan umur simpan 10
y = 0.2063x + 6.6477 25 derajat C
selama 42.85 jam untuk nilai TBA dan 5.10 jam 5
untuk ALT. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat R² = 0.0899
0
pada tabel 4.5. Linear (25
hari hari hari hari hari
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Umur Simpan derajat C)
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5
Berdasarkan Uji Organoleptik dan Model
Arrhenius pada Penyimpanan 150

19
Gambar 4.12 Grafik Hubungan Lama kurva baku TBA lebih baik digunakan dari pada
Penyimpanan Terhadap Nilai In ALT Pada Suhu kurva baku ALT pada penyimpanan 250 C.
250
Gambar 4.11 dan 4.12 memperlihatkan V. KESIMPULAN DAN SARAN
pengaplikasian model Arrhenius untuk membuat Berdasarkan hasil penelitian yang telah
suatu diagram baku atau suatu persamaan linier dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
untuk menentukan umur simpan hanya dengan 1. Menurut hasil uji tahap I organoleptik
mengetahui TBA dan ALT. Hal ini bertujuan berdasarkan Formulasi perbandingan tepung
untuk mempermudah dalam penentuan umur terigu dan tepung sukun 1:1, 1:2, dan 1:3
simpan brownies sukun. Persamaan linier hanya didapat formulasi terpilih yaitu formulasi
bisadigunakan jika menggunakan bahan baku perbandingan tepung terigu dan tepung sukun
yang sama dengan sampel yang digunakan, 1:3.
karena bahan baku yang berbeda akan 2. Uji tahap II menuntukkan hasil organoleptik
mengubah nilai laju penurunan mutu. berdasarkan lamanya waktu pengukusan
Gambar 4.11 merupakan grafik baku brownies sukun 15 menit, 25 menit dan 35
hubungan antara nila TBA dan umur simpan menit dengan suhu yang sama yaitu 900 C
pada suhu 250 C dengan persamaan regresinya y didapat lamanya waktu pengukusan terpilih
= 0.176x – 2.046, dan gambar 4.12 merupakan yaitu 25 menit.
grafik baku hubungan antara ALT dan umur 3. Hasil uji tahap III melakukan umur simpan
simpan pada suhu 250 C dengan persamaan brownies sukun bersamaan dengan
regresinya y = 0.206x +6.647. Nilai Y merupaka melakukan perhitungan TBA dan ALT
nilai TBA atau ALT dan nilai X merupakan sisa selama lima hari dalam tiga suhu
lama waktu simpan. Perbedaan dari grafik baku penyimpanan yaitu suhu 50 C, suhu 150 C
dari nilai TBA dan ALT adalah dari arah dan suhu 250 C. Didapat hasil uji TBA yang
gradiennya. TBA mempunyai nilai gradien lebih mendekati dengan umur simpan secara
positif dan ALT mempunyai nilai gradien organoleptik.
negatif. Sedangkan hasil umur simpan dengan 4. Hasil uji tahap IV model Arrhenius dapat
menggunakan model matematika pada nilai awal dilakukan untuk menduga masa simpan
yang sama dengan organoleptik (𝐶0 ) model brownies sukun pada penyimpanan yang
matematik menghasilkan umur simpan selama berbeda berdasarkan nilai TBA dan ALT
51.63 jam untuk nilai TBA dan 9.62 jam untuk 5. Respon terbaik berdasarkan kurva baku
ALT. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada adalah TBA karena lebih mendekati kenyatan
tabel 4.6. keinginan konsumen berdasarkan hasil umur
Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Umur Simpan simpan secara organoleptik.
Berdasarkan Uji Organoleptik dan Model Adapun saran untuk melengkapi penelitian
Arrhenius pada Penyimpanan 250 ini adalah:
Umur 1. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan
Umur Simpan Simpan menggunakan bahan baku tepung sukun
Faktor Dengan Uji dengan sebagai objek penelitian
Mutu Organoleptik Aplikasi 2. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan
(jam) Arrhenius menggunakan parameter lain sebagai acuan
(jam) agar mendapatkan kurva baku umur simpan
TBA 51.6283 terbaik
72 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
ALT 9.6246
membuat model simulasi.
Tabel 4.6 menunjukan bahwa kurva baku terbaik
adalah kurva baku berdasarkan nilai TBA di DAFTAR PUSTAKA
bandingkan nilai ALT, karena lebih mendekati Ambarini. 2005. Brownies. Jakarta:
kenyatan keinginan konsumen berdasarkan hasil GramediaPustakaUtama.
umur simpan secara organoleptik. Sehingga nilai

20
Ammar, MS, AE Hegazydan SH Bedeir. 2009. Fakultas Teknik Universitas Negeri
Using Of Taro Flour As Partial Semarang. Semarang.
Substitute Of Wheat Flour In
Bread Making. World Journal of Gale, T. 2006. Baking powder.
Dairy & Food Sciences 4 (2): 94-99. www.madehow.com. Diakses :
IDOSI Publications. 25/05/2015.
Ismayani, Y. 2006. Variasi Brownies Kukus
AOAC. 1995. Official Methods of The
dan Panggang. Jakarta:
Association of Official Analytical
KawanPustaka.
Chemist. Washington DC.
Koswara, Sutrisno. 2006. Lebih Akrab dengan
Astawan, Made. 2009. Panduan Karbohidrat
Kue basah.
Terlengkap. Jakarta: Dian Rakyat
http://www.ebookpangan.com/ARTI
Aufari, S. 2013. Studi Pembuatan Brownies KEL. Diakses : 25/05/2015.
Dengan Campuran TepungTerigu
Matz, Samuel A dan TD Matz. 1978. Cookies
Dan Tepung Empulur Batang
and Cracker Technology. The
Pisang Kepok (Musa
AviPublishing Co, Inc, Westport,
paradisiacaformatypica). Program
Connecticut.
Studi Teknologi Hasil Pertanian
fakultas Teknologi Pertanian Muchtadi, Tien R, Ayustaingwarno, Fitriyono.
Universitas Andalas, Padang. 2010. Teknologi Proses
Pengolahan Pangan.
Bennion, E dan GST Bamford. 1979. The
Cetakankeempat. Alfabeta.
Technology of Cake Making. Fifth
Bandung.
Ed.
Nurapriani, R. 2010. Optimasi Formulasi
Buckle, K.A,R.A.Edwards. G.H. Fleet
Brownies Panggang Tepung
M.Wotton. 1987. Ilmu Pangan.
Komposit Berbasis Talas, Kacang
Penerjemah Hari Purnomo dan
Hijau, dan
Andiono. Cetakan Kedua. PT
Pisang.FakultasTeknologiPertanian.
Penebar Swadaya. Jakarta.
InstitutPertanian Bogor, Bogor.
Budianto, A. K. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi,
Ruliawan, S.M. 2014. Aplikasi Model
Edisi Kedua, Universitas
Arrhenius untuk Pendugaan Masa
Muhammadiyah, Malang.
Simpan Sosis Ayam Pada
Cauvain, Stanley P dan Linda S Young. 2000. Penyimpanan Dengan Suhu yang
Bakery Food Manufacture and Berbeda Berdasarkan Nilai TVB
Quality: Water Control and dan pH. Fakultas Pascasarjana
Effects. Blackwell Science. Universitas Pasundan Bandung.
Oxford.
Suhardjito YB. 2006. Pastry dalam
Edema, MO, LO Sannidan AI Sanni. 2005. Perhotelan. Yogyakarta : ANDI
Evaluation of maize-soybean flour Yogyakarta
Fatullah, A. 2013. Perbedaan Brownies
Sulistiyo, C.N. 2006. Pengembangan Brownies
TepungGanyongDenganBrownies
Kukus Tepung Ubi Jalar
Tepung Terigu Ditinjau Dari
(Ipomoea Batatas L.)di PT. Fits
Kualitas Inderawi Dan
Mandiri Bogor. Skripsi. Jurusan
Kandungan Gizi. Skripsi. Jurusan
Ilmu dan Teknologi Pangan,
Teknologi Jasa dan Produksi
FakultasTeknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.

21
Sunarwati, D. A. 2011. Pengaruh Substitusi BIODATA PENULIS
Tepung Sukun Terhadap Kualitas
Brownies Kukus,Tugas Akhir, Intan Permatasari Muhariyani adalah guru
Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, produktif tata boga di SMK RA Kartini
Fakultas Teknik, UniversitasNegeri Bandung dan SMA Pasundan Rancaekek.
Semarang.
Widarti, Asih. 2005. Studi Eksperimen
Pembuatan Brownies dengan
Substitusi Tepung Pisang, Skripsi
Jurusan Teknologi Jasa dan
Produksi. FakultasTeknik.
UniversitasNegeri Semarang.

Yuniastuti, A. 2007. Gizi dan Kesehatan.


EdisiPertama, GrahaIlmu. Yoyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai