Anda di halaman 1dari 29

BAB VI

BIOTRANSFORMASI
TOKSIN
(TOKSIKOLOGI INDUSTRI)
BY : KELOMPOK 4
6.1. Definisi

Biotransformasi atau metabolisme didefinisikan sebagai perubahan xeno


biotik/toksin yang di katalisa oleh suatu enzim tertentu dalam makhluk hidup.
Tujuannya adalah merubah toksin yang bersifat nonpolar menjadi bersifat polar dan
kemudian dirubah menjadi bersifat hidrofil sehingga dapat disekresikan keluar dari
tubuh.
Reaksi fasa I Reaksi fasa II
Non polar------------------>Polar ----------------- Hidrofil
Oksidasi-Reduksi Konjugasi Hidrolisi
Non Polar : meliputi bahan kimia lipofil dan lipofil sangat stabil
Lipofil : Mudah larut dalam lemak seperti : metana,etena,
benzena.
Lipofil sangat stabil,lipofil sangat sulit diuraikan, didegradasi, sehingga terjadi
penimbunan dijaringan lemak(benzopirin,PCB,atau PoliClor Bipeni)
Polar adalah senyawa yang mudah larut dalam pelarut polar seperti
metanol, etandiol, fenol
Hidrofil adalah senyawa yang mudah larut dalam air,seperti ester
fenosulfat, asam hipurit
Contoh reaksi biotransformasi dari fasa I sampai fasa II menghasilkan
larutan yang mudah diekskresikan lewat urin
Oksidasi Konjugasi dengan H₂SO₄
Benzena -----------------Fenol --------------------- Ester Fenosilat
Organ penting dalam proses biotransformasi adalah :
1. Hati (tinggi)
2. Paru,ginjal,usus (sedang)
3. Jaringan lain (rendah)
Proses Biotransformasi sebagai berikut:
6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi biotransformasi
toksin dalam tubuh laki-laki (L),perempuan (P) dan wanita
hamil
Parameter Perbedaan fisiologis Dampak toksikokinetik
Metabolik hati BMR L>P> Wanita hamil(fluktuatif) Metabolik meningkat dengan
meningkatnya BMR
Protein plasma L,P> Wanita Hamil Metabolisme hidrofil meningkat
dengan meningkatnya protein
plasma

BMR (Basal Metabolic Rate) yaitu energi yang diperlukan untuk memelihara kegiatan tubuh minimal ( dalam
keadaan istirahat sempurna)
6.3 Proses biotransformasi toksikan
DALAM PROSES BIOTRANSFORMASI TERJADI 2 KEMUNGKINAN
• DETOKSIFIKASI/ BIOINAKTIVASI
• BIOKATIVASI/ PENINGKATAN AKTIVITAS

ORGAN PENTING DALAM PROSES BIOTRANSFORMASI


1. LIVER
2. PARU, LAMBUNG, USUS, GINJAL
3. JARINGAN LAIN (KULIT, dll)
6.4 MEKANISME BIOTRANSPORTASI
MELIPUTI 2 REAKSI/FASE
1. FASE 1 (REAKSI PENGURAIAN/FUNGSIONAL)
Mengubah molekul xenobiotika menjadi metabolit yang lebih polar
dengan menambahkan/memfungsikan suatu reaksi fungsinal (-OH, - NH2,
-SH, -COOH) sehingga menghasilkan suatu gugus fungsional yang
selanjutnya pada fase 2 akan terkonjugasi (pengikatan)
2. FASE 2 (REAKSI KONJUGASI)
Merupakan proses biosintesis yang mengubah bahan asing/metabolik dari
fase 1 yang membuat ikatan kovalen dengan molekul endogen menjadi
konjugat.
REAKSI FASE 1, terdiri dari 3 tahap
a.l:
1. Reaksi oksidasi
Karakteristik :
2. Reaksi reduksi •Toksin yang dioksidasi misal :
metana, benzena, etana
3. Reaksi hidrolisis •Reaksi akan berjalan lebih cepat
•Bila tdk cepat dioksidasi akan di
Karakteristik : konyugasi
•Jarang terjadi pada sneyawa •Enzim katalis adalah sitokrom P-450
amina, azo, keton, aldehid yang •Letaknya di retikulum endopalsma
Karakteristik : tahan oksidasi
•Molekul yang di hidrolisis a.l gol. •Enzim katalis adalah reduktase
Ester, molekul inii akan pecah •Letaknya di retikulum
menjadi 2 molekul krn endoplasma
pengambilan 1 molekul air
•Enzim katalis adalah enzim
esterase. amidase
•Letaknya di sitoplasma
REAKSI FASE 2, reaksi ini melibatkan
beberapa jenis metabolit endogin (yang ada
dalam tubuh) di retikulum endoplasma a.l :
glukuronat, asam sulfat, glisin, glutation,
glutamin, metilasi, asetilasi
Glukuronat, as. asetat, glisin, dan
glutation
Mengubah senyawa induk/ hasil metabolit fasa 1 menjadi metabolit yang lebih
polar sehingg mudah larut dalam air (tidak toksik) dan kemudian di ekskresikan
melalui ginjal dan empedu.
a. 4 senyawa yg membentuk konyugasi glukuronat a.l : alkohol alifatik/aromatik,
asam-asam karboksilat, senyawa sulfihidril, senyawa amin
b. 3 senyawa yang membentuk konyugasi as.sulfat a.lk : fenol, alkohol alifatik,
amin aromatik.
c. 3 senyawa yang membentuk konyugasi glisin a.l: asam aril asetat, asam akrilat
d. Glutation / as. merkapturat (GSH). Berperan penting pada proses detoksifikasi
senyawa eletrofilik reaktif. GSH terdapat pada usus, ginjal, terutama hati yang
mengandung gugus nukleofil sulfihidril (SH)
Reaksi metilasi
Bebrapa snyawa endogen antara lain : norepinefin, epinefrin, histamin,
serta bioinaktivasi obat. Koenzim yang terlibat pada reaksi metilasi
adalah S-adenosil-metionin (SAM). Dengan adanya koenzim ini maka
logam berat dapat terdetoktifikasi dalam tubuh, salah satunya arsen.
Reaksi ini terjadi di adrenal, paru-paru, hati, ginjal.
Reaksi asetilasi
Reaksi ini umum untuk amin aromatik dan sulfonamida, serta
membutuhkan kofaktor asetil-KoA yang bisa didapatkan dari jalur
glukolisis atau melalui interaksi langsung dari asetat dan koenzim A
6.5 Proses Biotransformasi
• Proses biotransformasi suatu toksin tergantung sifat kimian toksinnya.
1. Toksin Hidrofil
2. Toksin Polar
3. Toksin Lipofilik
4. Toksin Lipofilik Stabil
5. Senyawa Pengalkilasi
1. Toksin Hidrofil
• Ester fenosulfat dan asam hipurat lansung dieksresikan lewat empedu
dan dikeluarkan lewat tinja atau urin
2. Toksin Polar
• C6H5OH (Fenol), C6H5COOH (asam benzoat) langsung mengalami
fase II (Konjugasi)
• Bersifat hidrofilik dan dieksresikan lewat empedu dan ginjal
• Dikeluarkan lewat urin atu tinja
3. Toksin Lipofilik
• C6H6 (Benzena), CH4 (Metana), C2H2 (Etena) akan mengalami reaksi
fase I
• Fase I (Oksidasi, reduksi atau hidrolisis)
Terdapat dua kemungkinan proses:
2. Menghasilkan senyawa lebih toksik (terjadi bioaktivasi) & menjadi
produk perantara pengalkilasi yang elektrofilik & terjadi ikatan
kovalen pada jaringan
Ex. Oksidasi benzena menjadi fenol pada reaksi fase I
Terdapat dua kemungkinan proses:
2. Menghasilkan senyawa yang semakin
kurang toksik dan akan mengalami fase II
konyugasi
ex. Oksidasi benzena menjadi fenol pada reaksi fase I
4. Toksin Lipofilik Stabil
• Benzoapirin, tel, ddt, dioxin, jelaga, terbatubara.
• Akan terjadi penimbunan di jaringan lemak
• Mengalami reaksi fase I yaitu oksidasi, reduksi/hidrolisis
5. Senyawa Pengalkilasi
• Epoksid etilena, epoksid benzopirin merupakan senyawa pengalkilasi
yang lektrofoilik (kekurangan electron).
• Terjadi pengikatan kovalen pada jaringan
• Menyebabkan reaksi antara ARN/ADN dengan senyawa pengalkilasi
menyebabkan tumbuhnya sel abnormal
6.6 Waktu Detoktifikasi Tubuh
• Malam Hari jam 21.00 - 23.00
• Pembuangan zat-zat tidak berguna atau beracun (de-toxin) di
bagian system antibodi (kelenjar getah bening)
• Dilalui dengan suasana tenang
• Bila kondisi tidak santai dapat berdampak buruk bagi kesehatan
6.6 Waktu Detoktifikasi Tubuh
• Malam Hari jam 23.00 - 01.00
• Proses (de-toxin) di bagian hati
• Berlansung saat kondisi tidur pulas
• Pukul 01.00 – 03.00 Proses (de-toxin) di bagian empedu pada saat kondisi
tidur
6.6 Waktu Detoktifikasi Tubuh
• Pukul 03.00 – 05.00 Proses (de-toxin) di bagian paru-paru
• Terjadi batuk yang hebat bagi penderita batuk selama durasi waktu ini
• De-toksin telah mencapai saluran pernafasan
• Tidak perlu minum obat batuk supaya tidak merintangi proses pembuangan
kotoran
6.6 Waktu Detoktifikasi Tubuh
• Pukul 05.00 – 07.00 Proses (de-toxin) di bagian usus besar, harus buang air di
kamar mandi
• Pukul 07.00 – 09.00 waktu penyerapan gizi makanan bagi usus kecil, harus
makan pagi,
• Bagi orang yang sakit sebaiknya makan lebih pagi sebelum pukul 06.30
6.6 Waktu Detoktifikasi Tubuh
• Makan pagi sebelum pukul 07.30 sangat baik bagi yang ingin menjaga
kesehatannya
• Tidak terbiasa makan pagi harap merubah kebiasaannya lebih baik
terlambat makan pagi pukul 09.00 – 10.00 daripada tidak makan sama
sekali
6.6 Waktu Detoktifikasi Tubuh
• Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang mengacaukan proses
pembuangan zat – zat tidak berguna.
• Tengah malam – pukul 04.00 dini hari waktu bagi sumsum tulang belakang
produksi darah
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai