Anda di halaman 1dari 13

1 Hubungan Paparan Benzene dengan Trans, Trans-Muconic Acid dan Profil Darah

2 Pekerja Sepatu di Romokalisari Surabaya

3 Abdul Rohim Tualeka 1,*, Maznah Dahlui2, Frans Salesman3, Tukiran4, Atjo Wahyu5, Dwi
4 Ananto Wibrata6, Sabar Setiawan7 and Samsam Eka Bada1
1
5 Departement of Occupational Health and Safety, Faculty of Public Health, Airlangga
6University, 60115 Surabaya, East Java, Indonesia; abdul-r-t@fkm.unair.ac.id and fakhrinnur-
72014@fkm.unair.ac.id
82 Malaysia University;
93 Citra Husada Mandiri Kupang Institute of Health Sciences, Manafe Street No. 17, Kayu
10Putih Village, Oebobo Subdistricts, Kupang City; franssalesman@gmail.com
114 Lecturer of Faculty of Math and science, Surabaya State University, Surabaya, Indonesia;
12tukiran@unesa.ac.id
135 Department of Occupational Health and Safety, Faculty of Public Health, Hasanuddin
14University, Makassar, South Sulawesi, Indonesia; atjowahyu.2006@gmail.com
156 Lecturer of majoring in nursing health ministry health polytechnic Surabaya, Surabaya,
16Indonesia
177 Lecturer of University of West Nusa Tenggara, Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia;
18pakiwan@hotmail.com

Correspondence Author: Abdul Rohim Tualeka, Departement of Occupational Health and


Safety, Faculty of Public Health, Airlangga University, 60115 Surabaya, East Java,
Indonesia. E-mail: abdul-r-t@fkm.unair.ac.id; Tel: +62-31-5920948
19 Hubungan Paparan Benzene dengan Trans, Trans-Muconic Acid dan Profil Darah
20 Pekerja Sepatu di Romokalisari Surabaya

21Abstract

22 Benzene merupakan bahan berbahaya bagi kesehatan. Benzene digunakan sebagai


23pelarut lem lateks di industri sepatu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
24hubungan antara paparan benzene dengan trans, trans-muconic acid dan profil darah pekerja
25sepatu di Romokalisari Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional study
26yang dilakukan di industri sepatu di Romokalisari Surabaya dengan jumlah subjek penelitian
27sebesar 20 pekerja sepatu. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengukuran kadar
28benzene yang di lakukan di 8 titik pengukuran di Romokalisari Surabaya, pengambilan darah
29pekerja, dilakukan pengukuran berat badan serta dilakukan wawancara kepada responden.
30Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
31ada hubungan antara kadar benzene dengan t,t-MA (p-value = 0,205), tidak ada hubungan
32antara RQ benzene dengan t,t-MA (p-value = 0,271) dan tidak ada hubungan antara ECR
33dengan profil darah pekerja di Romokalisari.

34Kata Kunci : Benzene, t,t-MA, Profil Darah

35

36Introduction

37 Sektor home industry sepatu adalah salah satu sektor industri informal yang
38pengaruhnya kuat terhadap pembangunan Indonesia dengan total nilai US dolar 1,51 juta
39(ILO, 2004) yaitu menyumbang 3% kebutuhan dunia akan permintaan produk sepatu
40(Maryiantari, 2016). Proses pembuatan sepatu dalam industry sepatu informal selalu disertai
41faktor-faktor yang mengandung risiko kesehatan dan keselamatan sehingga sangat rentan
42terhadap bahaya biologis, bahan-bahan kimia, fisik dan psikologis (ILO, 2004). Substansi
43berbahaya yang ada pada lem tersebut adalah senyawa organik volatil (benzene, toluene dan
44xylene) yang masuk dalam golongan VOC (Volatile Organic Compound) yang mudah
45menguap (Prasetya, 2008).
46 Baik industri besar maupun industri kecil dapat menggunakan toluene dan benzene
47yang merupakan bahan berbahaya sebagai bahan campuran atau reagen (Widajati, 2013).
48Benzene merupakan toksin yang risiko kesehatannya lebih tinggi dibandingkan 2 toksin
49lainnya yaitu termasuk dalam kategori karsinogen A1 (confirmed human carsinogen)
50sedangkan toluene dan xylene termasuk dalam kategori A4 (not classifiable as a human
51carcinogenn). Hal ini berarti bahwa benzene merupakan karsinogen pada manusia yang
52pemutusan ikatan rantainya lebih sulit bila dibandingkan dengan toluene dan xylene (Tualeka
53dan Nawawinetu, 2014).
54 Benzene digunakan sebagai pelarut lem lateks di industri sepatu. Sekitar 1-2% pelarut
55benzene di dalam pelarut organik lem (Susilowati, 2011). Benzene merupakan bahan kimia
56yang berupa cairan yang tidak berwarna dan mudah menguap yang bersifat karsinogenik dan
57berbahaya bagi manusia (ATSDR, 2007). Di suatu lingkungan dengan konsentrasi rendah
58sekalipun uap benzene dapat mengakibatkan keracunan bagi manusia apabila dihirup, terlebih
59pada kelompok yang berisiko seperti pengrajin sepatu. Efek negatif dari paparan benzene
60yang paling berarti adalah terjadinya kerusakan sumsum tulang yang terjadi secara laten dan
61sering irreversible yang disebabkan karena adanya reaksi metabolit benzene epoksida (Jeffery
62et al, 2013).
63 Benzene yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami biotransformasi tahap I dengan
64enzim Sitokrom P450 2E1 (CYP 2E1) menjadi benzena epoksida yaitu senyawa yang tidak
65stabil dan akan mengalami oksidasi membentuk trans,trans-muconaldehyde lalu menjadi
66trans,trans Muconic Acid (t,t-MA) yang akan dikeluarkan melalui urin. Indikator yang
67relevan dan sensitif untuk mengukur paparan dan dosis benzena yang masuk ke dalam tubuh
68salah satunya adalah dengan menggunakan indikator biologik (biomarker) yaitu trans,trans
69Muconic Acid (t,t-MA) yang terdapat dalam urin karena memiliki waktu paruh yang cukup
70yakni 6 jam tidak seperti benzena dalam darah memiliki waktu paruh yang singkat di dalam
71darah sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel juga sangat singkat
72(WHO, 1996).
73 Penelitian yang dilakukan oleh Khan et al pada tahun 2013 tentang analisis biokimia
74dan hematologik pada pekerja sepatu di Pakistan menunjukkan hasil yang signifikan dari
75peningkatan jumlah leukosit total, limfosit, eosinofil dan monosit serta penurunan jumlah
76platelet dan jumlah neutrofil pada pekerja pembuat sepatu bila dibandingkan dengan
77kelompok kontrol. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Tunsaringkarn et al, (2013) di
78Thailand tentang pekerjaan yang terpapar benzena dapat merubah parameter hematologi
79dengan signifikansi perubahan yakni pada penurunan hemoglobin, hematokrit dan hitung
80eosinofil dengan trans,trans Muconic Acid (tt,MA) di urin sebagai biomarker tubuh.
81 Penelitian di Indonesia salah satunya oleh Susilowati (2011) menunjukkan pekerja anak
82di industri sepatu Cibaduyut Bandung terancam berbagai jenis penyakit infeksi saluran
83pernafasan, bronchitis, kerusakan lever dan atau ginjal, bahkan leukemia. Penelitian di
84tempat yang sama yang dilakukan oleh Hean dan Oginawati (2012) menunjukkan bahwa
85hasil uji yang dilakukan terhadap konsentrasi paparan benzena dengan profil darah
86didapatkan beberapa variabel yang signifikan yaitu kadar hemoglobin, kadar eritrosit dan
87kadar eosinofil. Penelitian lain menunjukkan lingkungan kerja dengan kadar uap benzena
88yang adekuat (0,138- 6,271 ppm) di bagian pengeleman industri sendal Kota Tasikmalaya
89mampu memberikan efek kesehatan yang diperkuat dengan hampir 70 persen pekerja
90mengalami gangguan pernafasan dan merasa pusing karena menghirup uap lem dan debu
91dalam waktu lama oleh (ILO, 2004). Efek non kanker dan kanker akibat paparan benzena
92pada semua durasi pajanan juga berisiko pada pekerja industri sepatu kulit di Pusat Industri
93Kecil (PIK) Pulogadung (Fatonah, 2010).
94 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara paparan benzene
95dengan trans, trans-muconic acid dan profil darah pekerja sepatu di Romokalisari Surabaya.

96Material and Methods

97 Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional


98study di Romokalisari Surabaya (home industy sepatu di Kelurahan Tambak Oso Wilangun)
99dengan 7 lokasi home industry yang dilakukan selama bulan Oktober-November 2016.
100Sebjek penelitian ini yaitu seluruh pengrajin sepatu di Kelurahan Tambak Oso Wilangun
101dengan total sebanyak 20 orang yang memenuhi kriteria inklusi yaitu tidak sedang dalam
102masa menstruasi, tidak sedang hamil, tidak sedang mengkonsumsi obat tertentu/anastesi dan
103alkohol serta dalam kondisi sehat. Variabel dalam penelitian ini yaitu toxicity score benzene,
104kadar t,t-MA dan profil darah.
105 Pengukuran benzene di lakukan di 8 titik dalam 7 lokasi kerja pada siang hari (12.00-
10614.00 WIB) dengan pertimbangan waktu tersebut merupakan waktu puncak pekerjaan dalam
107menggunakan lem, suhu yang masih cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan benzene
108dalam lem menguap dengan cepat sehingga dapat ditangkap alat penyedot udara (pompa
109vakum) (Lestari, 2012). Pengukuran benzene dilakukan oleh petugas ahli dari laboratorium
110Unit Pelaksana Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (UPTK3) Kota Surabaya.
111Pengambilan sampel urin (sampel trans-trans Muconic-Acid) dilakukan dengan meminta
112subjek penelitian menampung urin sebanyak 50 ml pada urin pot yang telah disediakan dan
113diambil setelah masa pemajanan berlangsung sekitar 7-8 jam sedangkan untuk pengukuran
114t,t-MA dilakukan dengan metode Liquid Chromatography Mass Spectra oleh laboratorium
115Prodia Surabaya. Pengambilan darah dilakukan dengan mengambil darah vena pekerja
116sebanyak 2-3 cc kemudian diperiksa dengan menggunakan alat Blood Cell Counter dengan
117pemeriksaan sel darah dilakukan dengan menggunakan hematology analyzer.
118 Penghitungan darah yaitu kadar hemoglobil yang terukur dibandingkan dengan rujukan
119standar yaitu hemoglobin pria diantara 13,2-17,3 gr/dL = normal, dan kadar hemoglobin
120wanita diantara 11,7-15,5 gr/dl = normal, kadar hematokrit yang terukur dibandingkan
121dengan rujukan diantara 40 – 52 % = normal, kadar leukosit yang terukur dibandingkan
122dengan rujukan nilai diantara 3.800-10.600µ/L=normal dan penghitungan hasil persentase
123dengan merujuk pada standar yaitu neutrofil 50-70%, eosinofil 2-4%, basofil 0-1%, limfosit
12425-40%, dan monosit 2-8% (Parahita ISO 15189: 2012).
125 Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada responden dengan
126menggunakan kuesioner dan observasi terkait karakteristik responden serta dilakukan
127pengukuran berat badan dan tinggi badan. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan
128melakukan analisis korelasi.

129Results
130Kadar Benzene Terukur di Lokasi Penelitian (ppm)
2.5

2
Benzene Levels (ppm)

1.5
2.33
1

0.5 0.91
0.4 0.35
0 0.01 0.02 0.02 0.05
I II III IV V VI VII VIII
Measurement Points
131
132 Gambar 1. Kadar Benzene Terukur di Lokasi Penelitian (ppm)
133 Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa ada 2 lokasi yang paparan benzene
134melebihi nilai ambang batas benzene menurut Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 yaitu >
1350,5 ppm yaitu lokasi V sebesar 0,9129 ppm dan lokasi VI yaitu 2,333 ppm.
136
137Trans, Trans Muconic Acid
3500

3000

2500

2000 1731.38

1500 1363.66

960.29
1000 775.08
874.07
698.62
599.48 552.49
466.71 421.66 417.17
500 327.5
244.86 247.93 250.63
388.42
286.86 296.12
152.53
57.59
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

t,t-MA (ug/L) Creatinine (mg/dL)


t,tMA Levels on Kidney Function (ug/g creatinine)
138
139 Gambar 1. Kadar Trans, Trans-Muconic Acid Pekerja di Romokalisari
140
141 Gambar 2 menunjukkan kadar trans, trans-muconic acid urin subjek penelitian dan
142telah dilakukan koreksi terhadap creatinin (µg/g creatinine). Gambar tersebut menunjukkan
143kadar t,t-MA tertinggi sebesar 1.731,38 µg/g creatinine yaitu responden yang berada di titik
144lokasi kerja ke-7, sedangkan kadar t,t-MA terendah sebesar 57,59 µg/g creatinine yaitu
145responden yang berada di titik lokasi kerja ke-8. Dari gambar 2 juga menunjukkan bahwa
146sebanyak 8 subjek penelitian memiliki kadar t,t-MA tidak normal atau diluar dari nilai
147ambang/ Biological Exposure Indices (BEI).
148
149Profil Darah Pekerja
150Tabel 1. Profil Darah Pekerja di Romokalisari
Sampl
e Hemaglobin Hematokrit Leukosit Eosinofil Basofil Netrofil Limfosit Monosit
(M/F) (g/dL) (%) (uL) (%) (%) (%) (%) (%)
1 (M) 15,8 45,9 7270 8 0 48 34 10
2 (M) 14,9 42,5 8370 3 0 64 27 6
3 (M) 15,8 46,5 5250 4 1 54 34 7
4 (M) 15,2 43,1 5320 5 0 58 28 9
5 (M) 14,9 42,9 7030 6 0 50 37 7
6 (F) 12,9 39,4 9050 3 0 45 46 6
7 (M) 15 44,5 11310 6 0 57 28 9
8 (F) 9,6 27,7 8700 4 0 64 26 6
9 (M) 16,4 46,5 9920 2 0 54 37 7
10 (F) 14,2 41,5 9130 7 0 61 26 6
11 (F) 12,8 38,1 8800 3 0 67 24 6
12 (F) 12,8 35,7 6690 2 0 61 29 8
13 (F) 13,3 39,6 8050 17 0 53 22 8
14 (M) 14,6 41,9 8720 4 0 60 26 10
15 (F) 13 37,6 15340 7 0 93 4 3
16 (F) 13,7 40,3 9620 4 0 65 24 7
17 (M) 14,2 40,3 8300 3 0 63 27 7
18 (M) 14,8 43,5 7510 7 1 37 45 10
19 (F) 15,1 42,9 15430 5 0 58 26 11
20 (F) 14 41,8 9830 4 0 53 37 6
151
152 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan kadar dari masing-masing parameter profil darah
153yang menjadi subjek penelitian yaitu para pengrajin sepatu di Romokalisari Surabaya. Dari
154keseluruhan subjek, kadar hemaglobin tertinggi yaitu 16,4 g/dL dan terendah 9,6 g/dL, kadar
155hematokrit tertinggi 46,5% dan terendah sebesar 27,7%, kadar leukosit tertinggi sebesar
15615.430 µ/L dan kadar terendah sebesar 5.250 µ/L, kadar eosinofil tertinggi sebesar 17% dan
157terendah sebesar 0%, kadar neutrofil tertinggi sebesar 93% dan kadar terendah sebesar 37%,
158kadar basofil tertinggi sebesar 1% dan terendah sebesar 0%, kadar limfosit tertinggi sebesar
15946% dan terendah sebesar 22% serta kadar monosit tertinggi sebesar 11% dan kadar terendah
160sebesar 3%.
161 Tabel 1 juga terlihat profil darah para subjek masuk dalam kategori normal atau tidak.
162Pengkategorian nilai kadar dari masing-masing profil darah mengacu pada acuan pedoman
163nilai rujukan terstandarisasi oleh ISO 15189:2012 tentang persyaratan khusus laboratorium
164medik yang digunakan oleh Laboratorium Parahita Surabaya sebagai mitra dalam
165pemeriksaan profil darah tersebut. Dari 20 subjek penelitian, sebanyak 19 responden yang
166memiliki kadar hemoglobin normal dan hanya 1 responden yang kadar hemoglobinnya
167rendah, sebanyak 19 responden memiliki kadar hematrokit normal dan sebanyak 1 responden
168memiliki kadar hematrokit rendah, sebanyak 17 responden memiliki kadar leukosit normal
169dan sebanyak 3 responden memiliki kadar leukosit tinggi, sebanyak 11 responden memiliki
170kadar eosinofil normal, rendah sebanyak 1 responden dan sebanyak 8 responden memiliki
171kadar eosinofil tinggi, sebanyak 16 responden memiliki kadar neutrofil normal, 3 responden
172kadar neutrofilnya rendah dan sebanyak 1 responden memiliki kadar neutrofil tinggi,
173sebanyak 20 responden memiliki kadar basofil yang normal, sebanyak 14 responden memiliki
174kadar limfosit normal, rendah sebanyak 4 responden dan sebanyak 2 responden memiliki
175kadar limfosit tinggi, serta sebanyak 14 responden memiliki kadar monosit normal dan 6
176responden memiliki kadar monosit tinggi.
177
178Hubungan Paparan Benzene dengan Trans, Trans-Muconic Acid
179Tabel 2. Hubungan Paparan Benzene dengan Trans, Trans-Muconic Acid Pekerja
180Sepatu di Romokalisari
Variable p-value r N
Konsentrasi Benzene
0.205 0.295 20
Trans, Trans-Muconic Acid
181
182
183Intake of Benzene
184 The formula used to determine the intake of benzene toxin in the body is10):
CxRxt E xf E xDt
185 Intake of benzene =
W b x t avg
186Description:
187C = benzene concentration (mg/m3)
188R = respiration rate (m3/h)
189tE = exposure time (hour/day)
190fE = average exposure in a year (day/year)
191Dt = exposure duration (years)
192Wb = weight (kg)
193Tavg = average of benzene exposure (non-carcinogen)
194= 30 years x 365 days / year
195Risk Quotient (RQ)
196 The formula used to find out the RQ is10):
Intake
197 RQ =
RfD atau RfC
198 Karakteristik risiko untuk efek nonkanker dapat diketahui dengan bebagi nilai Intake
199Nonkanker dengan nilai RfC atau RfC dengan asumsi bahwa :
200 1. Jika nilai RQ ≤ 1 menunjukkan indikasi tidak adanya kemungkinan terjadinya risiko efek
201 kesehatan non karsinogenik, namun perlu dipertahankan agar nilai numerik RQ tidak melebihi
202 1.
203 2. Sedangkan RQ >1 menunjukkan indikasi adanya kemungkinan terjadinya risiko efek
204 kesehatan non karsinogenikdan perlu adanya upaya pengendalian (Rahman dkk., 2007).
205
206Nilai RQ responden adalah sebagai berikut :
207Tabel 3. Nilai Risk Qoutient Benzene di Romokalisari
Responden Intake Non-Karsinogen Risk Qoutient
1 0,004084 0,480471
2 0,003391 0,398941
3 0,004022 0,473176
4 0,008403 0,988588
5 0,010251 1,206
6 0,003022 0,355529
7 0,004593 0,540353
8 0,000481 0,056588
9 0,009434 1,109882
10 0,006952 0,817882
11 0,228851 26,92365
12 0,0288 3,388235
13 0,155914 18,34282
14 0,171152 20,13553
15 0,078304 9,212235
16 0,112532 13,23906
17 0,120726 14,20306
18 0,175 20,58824
19 0,38811 45,66
20 0,181243 21,32271
208
209 Tabel 2 menunjukkan bahwa pekerja sepatu di Romokalisari sebagian besar nilai RQ
210nya > 1 yaitu sebanyak 12 responden dan 8 responden lainnya nilai RQnya < 1.
211
212Hubungan RQ dengan t,t-MA
213Tabel 4. Hubungan Risk Quotient Benzene dengan Trans, Trans-Muconic Acid Pekerja di
214Romokalisari
Variable p-value r N
Trans, Trans-Muconic Acid
0.271 0.258 20
RQ Benzene
215
216 Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara RQ benzene dengan t,t-
217MA pekerja di Romokalisari karena nilai p-value > 0,05 (0,271).
218
219ECR dengan Profil Darah
220 Ketika menghitung risiko kanker dibutuhkan pajanan sepanjang hayat. Nilai CSF
221(Cancer Slope Factor) menggunakan nilai yang telah ditetapkan oleh US-EPA sebesar 0,055
222mg/kg.hari. Dalam menghitung karakteristik risiko kesehatan untuk efek kanker adalah ECR
223(Excess Cancer Risk) yng digunakan adalah nilai CSF tersebut.
224 Nilai ECR atau karakteristik risiko untuk efek kanker dapat diperoleh dengan
225mengalikan nilai intake kanker dengan nilai CSF dengan rumus :
226 ECR = Intake Karsinogenik (Ik) x CSF
227 Asumsi hasil perhitungan ECR yaitu :
228 Jika ECR ≤ 10-4, maka konsentrasi pajanan benzena terhadap pekerja belum berisiko
229menimbulkan efek kasehatan karsinogenik
230 Jika ECR > 10-4, maka konsentrasi pajanan benzena terhadap pekerja dapat
231menimbulkan efek kesehatan karsinogenik.
232 Nilai ECR untuk ke-20 responden yaitu sebagai berikut :
233 Tabel 5. Nilai ECR Pekerja Sepatu di Romokalisari
Responden
t Intake Karsinogen ECR
1 0,00175 0,00009625
2 0,001453 0,000079915
3 0,001724 0,00009482
4 0,003601 0,000198055
5 0,004393 0,000241615
6 0,001295 0,000071225
7 0,001969 0,000108295
8 0,000206 0,00001133
9 0,004043 0,000222365
10 0,002979 0,000163845
11 0,098079 0,005394345
12 0,012343 0,000678865
13 0,06682 0,0036751
14 0,073351 0,004034305
15 0,033559 0,001845745
16 0,048228 0,00265254
17 0,05174 0,0028457
18 0,075 0,004125
19 0,166333 0,009148315
20 0,077675 0,004272125
234
235 Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai ECR seluruh pekerja sepatu di Romokalisari > 10 -4
236yang berarti bahwa paparan benzene di lokasi kerja dapat menimbulkan efek karsinogen di
237dalam tubuh pekerja.
238
239Hubungan ECR dengan Blood Profile
240Tabel 6. Hubungan ECR dengan Blood Profile Pekerja di Romokalisari
Variable p-value r N
Hemoglobin
0.723 0.085 20
ECR
Hematokrit
0.629 0.115 20
ECR
Leukosit
0.734 0.081 20
ECR
Eosinofil
0.734 -0.081 20
ECR
Basofil
0.644 0.110 20
ECR
Neutrofil
0.697 -0.093 20
ECR
Limfosit
0.776 0.068 20
ECR
Monosit
0.254 0.268 20
ECR
241
242 Tabel 5 menunjukkan hasil analisis korelasi antara ECR dengan profil darah pekerja
243sepatu di Romokalisari. Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh bahwa tidak terdapat korelasi
244antara ECR dengan profil darah pekerja sepatu di Romokalisari.
245
246Discussion
247 Hasil pengukuran paparan benzene di lokasi penelitian menunjukkan beberapa titik
248pengukuran yang kadar benzenenya melebihi nilai ambang batas (NAB) kadar benzene di
249tempat kerja menurut peraturan menteri ketenagakerjaan No.13/MEN/X/2011 yaitu batas
250normal kadar benzene sebesar 0,5 ppm. Titik pengukuran yang NAB benzenenya melebihi
251NAB standar ada di 2 titik pengukuran yaitu di titik 5 dan 6 yang masing-masing 0,9129 ppm
252dan 2,333 ppm.
253 Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang sangat jauh antara
254titik pengukuran di bawah dan diatas NAB benzene seperti perbedaan kadar benzene antara
255lokasi 2 yang memiliki kadar benzene paling rendah dan lokasi 5 dan 6 yang kadar
256benzenenya paling tinggi. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jumlah
257sepatu yang diproduksi, cara/metode kerja yang lakukan oleh pekerja, jenis bahan baku yang
258digunakan dalam proses produksi dan keberadaan ventilasi yang cukup.
259 Jumlah sepatu yang diproduksi oleh pekerja sebanding dengan jumlah lem yang
260digunakan. Semakin banyak sepatu yang diproduksi maka semakin banyak pula lem yang
261digunakan. Di titik lokasi dengan NAB tertinggi menghasilkan sepatu 35-40 kodi/minggu
262atau sekitar 700-800 pasang, sedangkan lokasi yang dibawah NAB menghasilkan sepatu 37
263kodi/minggu. Di titik lokasi tertinggi NAB menghabiskan lem kuning sebanyak 9-10 kg lem
264kuning dan 6-7,5 kg lem putih dalam memproduksi sepatu, sedangkan di titik lokasi yang
265dibawah NAB biasanya menghabiskan 8 kg lem kuning dan 5 kg lem putih.
266 Tingginya kadar benzene di lokasi kerja disebabkan karena banyaknya jumlah
267pemakaian lem ketika proses produksi. Ketika proses pengeleman sepatu maka terjadi
268penguapan lem di udara akan lebih besar yang dapat mempengaruhi kadar benzene di udara.
269Terlebih lagi jika wadah lem tidak tertutup kembali setelah digunakan seperti yang sering
270terjadi di titik lokasi 5 ketika observasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
271Susilowati (2011) yaitu jumlah produksi sepatu yang banyak sejalan dengan penggunaan lem
272yang cukup banyak merupakan salah satu penyebab tingginya kadar benzene di industri
273sepatu kulit di PIK Pulogadung.
274 Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, hampir seluruh titik lokasi penelitian
275kurang adanya pertukaran udara atau ventilasi terlebih di lokasi 5 dan 6. Di lokasi 5 dan 6
276tersebut kondisi jendela/ventilasinya tertutup, pertukaran udaranya hanya mengandalkan
277kipas angin. Selain itu, di lokasi 5 dan 6 tersebut kondisi kerjanya kurang tercukupinya ruang
278gerak karena banyaknya peralatan dan bahan baku pembuatan sepatu yang letaknya tidak
279ditata dengan rapi.
280 Monitoring biologis (biomarker) merupakan salah satu monitoring yang dilakukan
281untuk mengevaluasi derajat pajanan terhadap pekerja yang telah diserap masuk ke dalam
282tubuh pekerja (Pudjoko, 2010). Benzene dalam urin merupakan salah satu biomarker yang
283paling penting untuk paparan benzene dan trans, trans-muconic acid adalah metabolit yang
284paling sensitif dan spesifik untuk paparan benzene karena dapat terdeteksi di dalam urin
285untuk paparan benzene dengan konsentrasi < 1 ppm (WHO, 1996). Kadar t,t-MA yang
286ditoleransi oleh tubuh manusia adalah < 500 µg/g creatinine (ACGIH, 2015).
287 Berdasarkan hasil uji korelasi yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada korelasi
288yang terjadi antara paparan benzene dengan kadar t,t-MA pekerja sepatu di Romokalisari.
289Dari deskripsi kadar t,t-MA pekerja dan konsentrasi benzene di lingkungan kerja
290menunjukkan dari 20 responden, hanya 3 responden yang berada pada konsentrasi benzene
291diatas ambang batas benzene di lingkungan kerja dan sebagian besar pekerja memiliki kadar
292t,t-MA yang normal Selain itu, pada umunya benzene yang masuk ke dalam tubuh memiliki
2932 kemungkinan yaitu dimetabolisme dalam tubuh lalu menimbulkan efek akut dan kronis atau
294dikeluarkan/diekskresikan menjadi metabolit berupa urin dalam hal ini metabolit t,t-MA
295(WHO, 1996).
296 Metabolit t,t-MA urin hanya digunakan sebagai penanda biologis orang yang terpapar
297benzena. Manifestasi seseorang individu terkena paparan benzena dilihat dari metabolit
298tersebut. Kadar t,tMA dalam urin merupakan hasil metabolisme dari benzena, semakin
299banyak benzena yang terhirup maka semakin besar benzena yang masuk kedalam tubuh dan
300dieksresikan (ATSDR, 2007). Hasil analisis uji korelasi dalam penelitian ini menunjukkan
301bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara RQ benzene dengan t,t-MA. Penelitian
302ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2017) yang
303menyimpulkan bahwa ada hubungan antara RQ dengan t,t-MA pada pekerja di Tambak Oso
304Wilangun, Surabaya. Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya hubugan yang signifikan
305karena pekerja dengan RQ benzene > 1 sebagian besar memiliki kadar t,t-MA yang normal.
306 Pada umunya benzene yang masuk ke dalam tubuh memiliki 2 kemungkinan yaitu
307dimetabolisme dalam tubuh lalu menimbulkan efek akut dan kronis atau
308dikeluarkan/diekskresikan menjadi metabolit berupa urin dalam hal ini metabolit t,t-MA
309(WHO, 1996). Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya korelasi antara
310RQ dengan t,tMA berarti benzene yang masuk ke dalam tubuh pekerja sebagian besar
311dimetabolisme ke dalam tubuh. Selain itu, dari 20 pekerja sepatu yang diteliti, hanya 3
312pekerja yang bekerja di lingkungan kerja yang paparan benzenenya melebihi nilai ambang
313batas benzene sehingga membuat sebagian besar t,t-MA para pekerja normal. Gizi pekerja
314juga dapat mempengaruhi tidak adanya hubungan antara RQ benzene dengan kadar t,t-MA.
315Seseorang yang didalam tubuhnya mengandung enzing CYP 21 yang banyak maka tidak
316terbentuk metabolit t,t-MA dalam urin. Selain itu, pada dasarnya dengan status gizi pekerja
317yang normal akan menyebabkan proses metabolisme dalam tubuh berjalan dengan normal
318(Hoffbrand, 1987).
319 Terlihat bahwa hasil perhitungan tingkat risiko kanker tiap pekerja memiliki hasil
320perhitungan ECR >10-4, hasil tersebut menerangkan bahwa pada pajanan waktu saat ini
321pekerja sepatu di Romokalisari yang memiliki risiko kesehatan kanker. Terdapat beberapa
322studi epidemiologi dan klinis yang membuktikan bahwa pajanan benzena dalam jangka
323panjang menyebabkan leukimia, sehingga diklasifikasikan sebagai zat yang karsinogenik
324pada manusia (Grup 1) oleh IARC (WHO, 1996). Penelitian yang dilakukan oleh Jorrun et al
325(2007) terhadap pekerja pertambangan minyak mentah, menemukan adanya penurunan
326leukosit dan trombosit pada pekerja, hal tersebut dikarenakan pekerja terpapar benzena yang
327tinggi secara terus menerus 24 jam dan belangsung lama yang mengindikasikan efek
328hematologi yang kronis dari pekerjaannya.
329 Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara konsentrasi benzene dengan
330kadar t,t-MA urin, RQ benzene dengan t,t-MA dan ECR dengan profil darah subjek
331penelitian, meskipun dari subjek penelitian terlihat kadar t,t-MA ada yang tidak normal dan
332beberapa parameter profil darah juga ada yang tidak normal, namun secara keseluruhan kadar
333t,t-MA maupun profil darah subjek penelitian dalam ambang normal. Hal tersebut
334dikarenakan gangguan hematologik (pancytopenia, anemia aplastik, thrombocytopenia,
335granulocytopenia dan lymphositopenia) yang dihubungkan dengan benzena ditempat kerja
336terjadi secara kronik (ATSDR, 2007).
337 Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara ECR dengan semua parameter
338profil darah. Ini ditunjukkan dari hanya sebagian kecil (3 responden) saja subjek penelitian
339yang berada pada lokasi kerja/titik pengukuran dengan kadar benzena diatas ambang batas
340benzene dengan kadar profil darah yang diluar dari nilai normal seperti hanya pada kadar
341limfosit dan monosit darah. Selain itu sebagian besar justru abnormalitas dari kadar darah ada
342pada subjek penelitian yang berada pada lokasi kerja/titik pengukuran dengan kadar benzena
343dibawah ambang batas dengan kadar profil darah diluar dari normal yakni kadar hemoglobin,
344hematokrit, leukosit, eosinofil dan neutrofil. Dari hal tersebut banyak faktor yang membuat
345tidak adanya hubungan antar variabel ini, dengan kata lain variabel benzena di udara tidak
346menjadi faktor penentu dalam hubungannya dengan abnormalitas profil darah pada subjek
347penelitian pengrajin sepatu didalam penelitian ini.
348 Adanya faktor lain seperti lama kerja, status gizi dan lain-lain yang dapat berkontribusi
349dalam hal tidak adanya hubungan variabel ECR dengan profil darah. Hal tersebut sejalan
350dengan teori dari Louvar and Louvar (1998) dalam penentuan penilaian pajanan (exposure
351assessment) mengenai jumlah asupan bahan kimia yang diterima oleh individu, dimana faktor
352lama kerja, durasi pajanan, berat badan, dan frekuensi pajanan memiliki kontribusi yang
353cukup besar dalam penentuan intake bahan xenobiotik di tubuh hingga dapat menimbulkan
354efek kesehatan. Selain hal tersebut pula, Agency for Toxic Substance and Disease Registry
355menyebutkan bahwa adanya gangguan hematologik (perubahan / abnormalitas) kadar darah
356dari adanya bahan kimia benzena di lingkungan kerja terjadi secara kronik yaitu memerlukan
357waktu yang sangat lama untuk melihat adanya gangguan tersebut (ATSDR, 2007).
358 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusuma et al (2006) menyimpulkan bahwa kadar
359benzena di lingkungan kerja yang terinhalasi oleh karyawan (pekerja) (<1 ppm) belum
360nampak secara nyata berisiko menimbulkan gangguan hematologi anemia dengan masa kerja
3613-16 tahun. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Kang et al (2005), dalam studi eksposur
362benzena di lingkungan kerja di Korea Selatan mengemukakan bahwa tidak ada hubungan
363signifikan antara parameter hematologi dengan kadar benzena udara.
364
365Acknowledgments: The authors would like thank to the rector of Airlangga University. The
366authors would like to acknowledge shoe industry in Romokalisari Surabaya, East Java
367Indonesia.
368Conflicts of Interest: The authors declare no conflict of interest
369
370References
371Agency for Toxic Substances and Disease Registry. (2007). Toxicological profile for
372 benzene. U.S.
373Bakta, I. made. (2003). Hematologi Klinis Ringkas. Jakarta, Indonesia: Buku Kedokteran
374 ECG.
375Cenonus Energy Health & Safety. (2015). Benzene management code of practice (2nd ed.).
376 Retrieved from https://www.cenovus.com/contractor/docs/health-safety-
377 practices/benzene-mgmt.pdf
378EPA. (n.d.). Benzene. Retrieved from https://www.epa.gov/sites/production/files/2016-
379 09/documents/benzene.pdf
380Fahrudhi, H. (2017). Risiko menderita kanker dan non kanker pada pekerja terpapar benzena
381 di home industry sepatu kelurahan Tambak Oso Wilangun Surabaya. The Indonesian
382 Journal of Occupational Safety and Health, 6(1), 68–77.
383 https://doi.org/10.20473/ijosh.v6i1.2017.68-77
384Hajrah, U., Kusumayati, A., & Hermawati, E. (2018). Evaluation of Benzene Exposure and
385 S-PMA as a Biomarker of Exposure to Workers in the Informal Footwear Industry. In
386 International Conference of Occupational Health and Safety (ICOHS-2017) (Vol. 2018,
387 pp. 496–507). Jakarta, Indonesia. https://doi.org/10.18502/kls.v4i5.2579
388Hasan, M. ., Mahlia, T. M. ., & Nur, H. (2012). A review on energy scenario and sustainable
389 energy in Indonesia. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 16(4), 2316–2328.
390 https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.rser.2011.12.007
391Hasyim, H. N., Tualeka, A. R., & Widajati, N. (2017). The relationship between benzene
392 vapor’s exposure and immunologlobulin a among shoes workers in the village of
393 Tambak Oso Wilangun Surabaya. Indian Journal of Public Health Research &
394 Development, 8(145–150).
395Kartikasari, D., Nurjazuli, & Rahardjo, M. (2016). Analisis risiko kesehatan pajanan benzene
396 pada pekerja di bagian laboratorium industri pengolahan minyak bumi. Journal of
397 Public Health, 4(4), 892–899. Retrieved from http://ejournal-
398 s1.undip.ac.id/index.php/jkm
399Ministry of Finance. (2014). Financial Note and Draft State Budget of TAN (2014).
400 Indonesia. Retrieved from http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/NK 2014.pdf/
401Ministry of Manpower and Transmigration Republic of Indonesia. (2011). Regulation of
402 Ministry of Manpower and Transmigration Republic of Indonesia Number 13 year 2011
403 about Threshold Limit Value of Phisycal and Chemical Factors at Workplace. Jakarta,
404 Indonesia.
405Priangkoso, T. (2010). Relation between Fuel Consumption Level of Passengers Vehicles to
406 Riders Behaviour. Proceeding of National Seminar on Science and Technology, Faculty
407 of Engineering University of Wahid Hasyim Semarang. Retrieved from
408 https://www.researchgate.net/publication/277159472_HUBUNGAN_TINGKAT_KONS
409 UMSI_BAHAN_BAKAR_KENDARAAN_PENUMPANG_DENGAN_PERILAKU_B
410 ERKENDARAAN
411Rahman, A., Nukman, A., Setyadi, Akib, C. R., Sofwan, & Jarot. (2008). Environmental
412 health risk analysis of limestone mining at Sukabumi, Cirebon, Tegal, Jepara
413 andTulungagung. Journal Health Ecology, 7(1), 665–677. Retrieved from
414 http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/view/1643/990
415Rohim, T. A. (2014). Toksikologi industri & riks assessment. Surabaya, Indonesia: Graha
416 Ilmu Mulia.
417Sahb, A. A. A. (2011). Hematological assessment of gasoline exposure among petrol filling
418 workers in Baghdad. J Fac Med Baghdad, 53(4), 396–400. Retrieved from
419 https://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId=27320
420Spinelle, L., Gerboles, M., Kok, G., Persijn, S., & Sauerwald, T. (2017). Review of Portable
421 and Low-Cost Sensors for the Volatile Organic Compounds. Sensors, 17(1520), 1–30.
422 https://doi.org/10.3390/s17071520
423Syafar, M., & Wahab, W. A. (2015). Analysis of Benzene Concentration Effects at
424 Workplace to the Phenol Concentration in Urine of Painting Workshop Labors in
425 Makassar , Indonesia. International Journal of Sciences; Basic and Applied Research
426 (IJSBAR), 21(2), 439–445. Retrieved from http://gssrr.org/index.php?
427 journal=JournalOfBasicAndApplied
428World Health Organization. Preventing disease trough healthy environments. Exposure to
429 benzene : A major public health concern. Retrieved from
430 http://www.who.int/ipcs/features/benzene.pdf
431

Anda mungkin juga menyukai