3 Abdul Rohim Tualeka 1,*, Maznah Dahlui2, Frans Salesman3, Tukiran4, Atjo Wahyu5, Dwi
4 Ananto Wibrata6, Sabar Setiawan7 and Samsam Eka Bada1
1
5 Departement of Occupational Health and Safety, Faculty of Public Health, Airlangga
6University, 60115 Surabaya, East Java, Indonesia; abdul-r-t@fkm.unair.ac.id and fakhrinnur-
72014@fkm.unair.ac.id
82 Malaysia University;
93 Citra Husada Mandiri Kupang Institute of Health Sciences, Manafe Street No. 17, Kayu
10Putih Village, Oebobo Subdistricts, Kupang City; franssalesman@gmail.com
114 Lecturer of Faculty of Math and science, Surabaya State University, Surabaya, Indonesia;
12tukiran@unesa.ac.id
135 Department of Occupational Health and Safety, Faculty of Public Health, Hasanuddin
14University, Makassar, South Sulawesi, Indonesia; atjowahyu.2006@gmail.com
156 Lecturer of majoring in nursing health ministry health polytechnic Surabaya, Surabaya,
16Indonesia
177 Lecturer of University of West Nusa Tenggara, Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia;
18pakiwan@hotmail.com
21Abstract
35
36Introduction
37 Sektor home industry sepatu adalah salah satu sektor industri informal yang
38pengaruhnya kuat terhadap pembangunan Indonesia dengan total nilai US dolar 1,51 juta
39(ILO, 2004) yaitu menyumbang 3% kebutuhan dunia akan permintaan produk sepatu
40(Maryiantari, 2016). Proses pembuatan sepatu dalam industry sepatu informal selalu disertai
41faktor-faktor yang mengandung risiko kesehatan dan keselamatan sehingga sangat rentan
42terhadap bahaya biologis, bahan-bahan kimia, fisik dan psikologis (ILO, 2004). Substansi
43berbahaya yang ada pada lem tersebut adalah senyawa organik volatil (benzene, toluene dan
44xylene) yang masuk dalam golongan VOC (Volatile Organic Compound) yang mudah
45menguap (Prasetya, 2008).
46 Baik industri besar maupun industri kecil dapat menggunakan toluene dan benzene
47yang merupakan bahan berbahaya sebagai bahan campuran atau reagen (Widajati, 2013).
48Benzene merupakan toksin yang risiko kesehatannya lebih tinggi dibandingkan 2 toksin
49lainnya yaitu termasuk dalam kategori karsinogen A1 (confirmed human carsinogen)
50sedangkan toluene dan xylene termasuk dalam kategori A4 (not classifiable as a human
51carcinogenn). Hal ini berarti bahwa benzene merupakan karsinogen pada manusia yang
52pemutusan ikatan rantainya lebih sulit bila dibandingkan dengan toluene dan xylene (Tualeka
53dan Nawawinetu, 2014).
54 Benzene digunakan sebagai pelarut lem lateks di industri sepatu. Sekitar 1-2% pelarut
55benzene di dalam pelarut organik lem (Susilowati, 2011). Benzene merupakan bahan kimia
56yang berupa cairan yang tidak berwarna dan mudah menguap yang bersifat karsinogenik dan
57berbahaya bagi manusia (ATSDR, 2007). Di suatu lingkungan dengan konsentrasi rendah
58sekalipun uap benzene dapat mengakibatkan keracunan bagi manusia apabila dihirup, terlebih
59pada kelompok yang berisiko seperti pengrajin sepatu. Efek negatif dari paparan benzene
60yang paling berarti adalah terjadinya kerusakan sumsum tulang yang terjadi secara laten dan
61sering irreversible yang disebabkan karena adanya reaksi metabolit benzene epoksida (Jeffery
62et al, 2013).
63 Benzene yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami biotransformasi tahap I dengan
64enzim Sitokrom P450 2E1 (CYP 2E1) menjadi benzena epoksida yaitu senyawa yang tidak
65stabil dan akan mengalami oksidasi membentuk trans,trans-muconaldehyde lalu menjadi
66trans,trans Muconic Acid (t,t-MA) yang akan dikeluarkan melalui urin. Indikator yang
67relevan dan sensitif untuk mengukur paparan dan dosis benzena yang masuk ke dalam tubuh
68salah satunya adalah dengan menggunakan indikator biologik (biomarker) yaitu trans,trans
69Muconic Acid (t,t-MA) yang terdapat dalam urin karena memiliki waktu paruh yang cukup
70yakni 6 jam tidak seperti benzena dalam darah memiliki waktu paruh yang singkat di dalam
71darah sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel juga sangat singkat
72(WHO, 1996).
73 Penelitian yang dilakukan oleh Khan et al pada tahun 2013 tentang analisis biokimia
74dan hematologik pada pekerja sepatu di Pakistan menunjukkan hasil yang signifikan dari
75peningkatan jumlah leukosit total, limfosit, eosinofil dan monosit serta penurunan jumlah
76platelet dan jumlah neutrofil pada pekerja pembuat sepatu bila dibandingkan dengan
77kelompok kontrol. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Tunsaringkarn et al, (2013) di
78Thailand tentang pekerjaan yang terpapar benzena dapat merubah parameter hematologi
79dengan signifikansi perubahan yakni pada penurunan hemoglobin, hematokrit dan hitung
80eosinofil dengan trans,trans Muconic Acid (tt,MA) di urin sebagai biomarker tubuh.
81 Penelitian di Indonesia salah satunya oleh Susilowati (2011) menunjukkan pekerja anak
82di industri sepatu Cibaduyut Bandung terancam berbagai jenis penyakit infeksi saluran
83pernafasan, bronchitis, kerusakan lever dan atau ginjal, bahkan leukemia. Penelitian di
84tempat yang sama yang dilakukan oleh Hean dan Oginawati (2012) menunjukkan bahwa
85hasil uji yang dilakukan terhadap konsentrasi paparan benzena dengan profil darah
86didapatkan beberapa variabel yang signifikan yaitu kadar hemoglobin, kadar eritrosit dan
87kadar eosinofil. Penelitian lain menunjukkan lingkungan kerja dengan kadar uap benzena
88yang adekuat (0,138- 6,271 ppm) di bagian pengeleman industri sendal Kota Tasikmalaya
89mampu memberikan efek kesehatan yang diperkuat dengan hampir 70 persen pekerja
90mengalami gangguan pernafasan dan merasa pusing karena menghirup uap lem dan debu
91dalam waktu lama oleh (ILO, 2004). Efek non kanker dan kanker akibat paparan benzena
92pada semua durasi pajanan juga berisiko pada pekerja industri sepatu kulit di Pusat Industri
93Kecil (PIK) Pulogadung (Fatonah, 2010).
94 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara paparan benzene
95dengan trans, trans-muconic acid dan profil darah pekerja sepatu di Romokalisari Surabaya.
129Results
130Kadar Benzene Terukur di Lokasi Penelitian (ppm)
2.5
2
Benzene Levels (ppm)
1.5
2.33
1
0.5 0.91
0.4 0.35
0 0.01 0.02 0.02 0.05
I II III IV V VI VII VIII
Measurement Points
131
132 Gambar 1. Kadar Benzene Terukur di Lokasi Penelitian (ppm)
133 Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa ada 2 lokasi yang paparan benzene
134melebihi nilai ambang batas benzene menurut Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 yaitu >
1350,5 ppm yaitu lokasi V sebesar 0,9129 ppm dan lokasi VI yaitu 2,333 ppm.
136
137Trans, Trans Muconic Acid
3500
3000
2500
2000 1731.38
1500 1363.66
960.29
1000 775.08
874.07
698.62
599.48 552.49
466.71 421.66 417.17
500 327.5
244.86 247.93 250.63
388.42
286.86 296.12
152.53
57.59
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20