Anda di halaman 1dari 18

Reproductive Behavior

- Siti Khurrotul A’yun 155050100111029


- Nadya Ulhaq 155050100111086
- Hardiyanti Nilawaty 155050100111089
- Riza Irianingtyas 155050100111095
- Muthiatin Wafiroh 155050100111097
- Meivista Nurtsalisa R. 155050100111111
- Adinar Dwi Asta 155050100111119
- Asti Prima Tiarso P. 155050100111120
- Lailatul Oktavina P. 155050100111122
- Robby Rahmawan 155050100111123
Perilaku Seksual

Perilaku seksual adalah perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian


lawan jenis yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara jantan
dan betina yang telah mencapai pada tahap hubungan intim (kawin).

Perilaku seksual dipengaruhi oleh hormon yang hadir dalam sirkulasi, dan
perubahan perilaku menyebabkan perubahan sekresi hormon, sehingga
mempengaruhi perilaku selanjutnya

Tidak membeda-bedakan perilaku seksual pada hewan merupakan


keuntungan dalam menjinakkan suatu spesies dan juga dalam melakukan program
pemuliaan berdasarkan penggunaan beberapa sires yang diinginkan. Karena setiap
betina dapat dikawinkan dengan jantan manapun, kemungkinan pasangan yang
cocok sangat meningkat selama kemungkinan ketika ikatan pasangan antara pria
dan wanita pertama-tama harus ditetapkan.
Urutan Perilakuan Reproduksi

• Gairah seksual hormon


• Tingkah laku seksual Penampilan fisik/motorik
(estrus/libido)
• Siklus reproduks Perkawinan

•Jantan
- mengendus dan menjilati betina
- melengkungkan bibir atasnya ke atas
- menyundul atau menjilati daerah perineum betina
- menggigit leher betina
Mekanisme Ejakulasi

Ejakulasi terjadi karena mekanisme refleks yang


dicetuskan oleh rangsangan pada penis melalui saraf
sensorik pudendus yang terhubung dengan persarafan
tulang belakang (T12-L2) dan korteks sensorik (salah
satu bagian otak).
•Betina
-Menunjukkan estrus dengan meningkatkan aktivitas motorik
- Sering melenguh atau mengembik
- Mengendus-endus perineum atau wilayah scrotum pejantan

•Mating (Kawin)
- Betina berdiri dengan tenang(standing heat) dan pejantan akan menaiki
untuk melakukan ejakulasi.
- Perilaku seksual betina akan berakhir setelah perkawinan berlangsung

•Mounting (menaiki betina)


- Pada saat betina proestrus, pejantan mencoba menaiki betina, dan penis
akan ereksi dan keluar dari preputeum
- Pejantan menaiki betina dengan menaikkan kaki depan dan menjepit
panggul betina dan betina menanggapi dengan"standing"
- Kelenjar cowper pada pejantan akan mengeluarkan cairan berupa seminal
plasma yang dikeluarkan dari kelenjar vesikuler selama ejakulasi.
•Intromission (Jalan masuk)
Pada babi, sebagian penis dari prepuce akan di masukkan panggul dengan ujung penis
sampai menembus vulva betina. kemudian penis sepenuhnya dikeluarkan untuk mencapai
intromission. Ketika penis masuk vagina, babi tidak menarik atau dismounts dan terjadi ejakulasi.
Pada kuda jantan sebelum kopulasi akan menggerak-gerakkan panggul beberapa kali,
sehingga terjadi pembengkakan tekanan darah pada penis dan membuat penis kaku untuk
maksimalkan proses saat masuk vulva btina.
•Ejakulasi
Semen diejakulasikan dekat os serviks pada sapi dan domba sedangkan pada babi dan kuda
pada bagian rahim
•Refractoriness (penolakan)
Kebanyakan pejantan menunjukkan tidak ada aktivitas seksual setelah kopulasi. Durasi
periode refraktoriness adalah sangat bervariasi dan meningkatkan secara bertahap setelah
kopulasi.
•Frekuensi kopulasi
Frekuensi kopulasi bervariasi dari berbagai spesies, bangsa atau breed, rasio jantan dan
betina, jarak ketersediaan, periode istirahat seksual, iklim, dan sifat rangsangan seksual. Durasi
estrus dipengaruhi oleh spesies, bangsa atau breed, iklim dan manajemen.
Masa estrus terbatas pada domba dan sapi, tetapi lama pada babi dan kuda betina.
Spesies yang masa penerimaan seksual pendek, ovulasi berlangsung pada waktu akhir estrus,
tetapi dalam spesies yang tetap menerima untuk waktu yang lama, ovulasi terjadi selama estrus.
Mekanisme Perilaku Seksual

Tanda tingkah laku seksual fisiologis ditujunkukkan pada


kesiapan ternak dalam mengatur tingkat seksualnya yaitu adanya
keseimbangan hormon steroid

Tingkah laku seksual yang menyebabkan kopulasi dibagi


menjadi 4 tahap utama :
1. Saling mencari pasangan
2. Identifikasi keadaan fisiologis pasangan
3. kesiapan postur tubuh betina
4. reaksi rangsangan jantan yang menyebabkan kopulasi
 Perilaku Seksual Sapi Jantan
Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual sapi jantan antara lain:
-Penciuman
-Pengliihatan dan
-pendengaran.

Perilaku Seksual Sapi Betina


Tanda tanda umum dapat dilihat dari estrus, antara lain :
- Ingin dinaiki dan menaiki
- sangat reaktif
- Nafsu makan menurun
-Tampak gelisah
- mengibas-ibaskan ekor
- keluar lendir saat birahi dari vulva : terlihat abang abuh anget
- frekuensi urinasi meningkat
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

1. Faktor Genetik.
2. Faktor Lingkungan.
3. Faktor Ternak itu sendiri.
Sifat Keibuan(Mothering Ability) pada Domba

1. Mothering ability tinggi


2. Mengenali anak
3. Warna bulu anak
4. Perilaku menyusu
5. Sifat protektive
Sifat Keibuan(Mothering Ability) pada
Kambing

1. Mothering ability tinggi mirip dengan domba


2. Anak cenderung kembar
3. Pembersihan badan anak dari ketuban cepat
4. Anak yang lemah mendapat kesempatan menyusu
lebih besar
5. Membedakan anak dengan suara
6. Madiri dan berklamufase
Sifat Keibuan(Mothering Ability) pada Sapi

1. Tanda- tanda melahirkan


2. Mothering ability tinggi
3. Anak bisa berdiri pada menit 45
4. Menyusu 2-5jam setelah lahir
5. Induk menjilat bagian perineum dan preputial
6. Sifat menyimpang induk
7. Akibat susu kurang nutrisi
8. Bola rambut
Sifat Keibuan(Mothering Ability) pada Kuda

1. Tanda – tanda kuda mau melahirkan


2. Mothering ability tinggi
3. Anak tunggal
4. Butuh waktu untuk memulihan tenaga
5. Presentase anak lahir prematur tinggi
6. Keterlambatan kelahiran
Sifat Keibuan(Mothering Ability) pada Babi

1. Mothering ability rendah


2. Litter size tinggi
3. Anak babi rentan
Tingkah Laku Sebelum Partus

Membangun sarang

Perilaku induk membangun sarang saat sebelum


melahirkan, tetapi kenyataanya pada babi sering kali
kasus kekurangan bahan bangunan sarang.
Suckling

Keluarnya air susu merupakan hasil dari


rangsangan anak yang menyusu. Proses ini disebabkan
oleh hormon yang disekresikan oleh ptuitari posterior.
Menyusu menstimulus sel saraf untuk merangsang
sekresi hormon dari ptuitari posterior. Stres pada induk
ataupun injeksi epinephrine dapat menghambat
keluarnya air susu.
InteraksI Induk Anak

Setelah kelahiran, anak dapat dengan segera


mngenali induknya. Selama proses ini anak berusaha
membangun ikatan individu dengan spesiesnya.
Dengan begitu seekor anak dapat berperilaku sama
dengan anggota spesiesnya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai