Anda di halaman 1dari 52

Fiologi Reproduksi

Reproduksi merupakan proses perkembangbiakan suatu mahluk hidup, dimuali sejak bersatunya sel telur
ovum) mahluk betina dengan sel spermatozoa dari si jantan menjadi makhluk hidup yang disebut zigot,
disusul dengan kebuntingan dan diakhiri dengan kelahiran (partus) anak. Pada ternak, proses reproduksi
dimulai setelah hewan betina dan hewan janatan mencapai dewasa kelamin atau pubertas.

Istilah reproduksi mempunyai 2 pengertia :

1. Reproduksi ialah seatu proses di mana materi genetik suatu sel membelah diri menjadi banyak.
Pembelahan sel somatic (mitosis) yang terjadi pada organ tertentu hewan, misalnya pada
kulit,hati, sumsum tulang dan lain-lain. Mitosis diperlukan untuk memperbaiki sel-sel yang
rusakdan untuk tumbuhnya suatu organism
2. Reproduksi ialah suatu proses dimana materi genetic diturunkan dari suatu generasi ke generasi
berikutnya. Dengan demikian keberadaan suatu spesies dapat dipertahankan. Pada hewan
reproduksi jenis ini berlangsung dengan pembentukkan gemet melalui suatu proses disebut
meiosis. Hewan jantan membentuk memebentu gamet disebut sperma, dan hewan betina
membentuk gamet disebut ovum, keduanya kemudian bergabung menjadi zigot. Kemudian zigot
bermitosis menghasilkan individu yang mirip tapi tak identik dengan induknya.

Reproduksi merupakan proses yang rumit, karena untuk terjadinya reproduksi yang normal
dipengaruhi oleh banyak factor baik factor dari dalam maupun dari leuar tubuh. Tidak menculnya
salah satu atau lebih factor-faktor tersebut, dapat menyebabkan hambatan proses reproduksi sehingga
dapat terjadi gangguan reproduksi yang terjadi pada hewan tersebut.

Anestrus

Anestrus adalah suatu keadaan pada hewaan betina yang tidak menunjukkan gejala birahi secara
klinis dalam waktu lama. Hewan betina yang menderita anestrus akan ditandai dengan tidak adanya
menifestasi gejala birahi, pada alat kelaminnya baik ovariumnya maupun uterus dalam keadaan tidak
aktif, dan merupakan suatu gejala dari berbagai kondisi reproduksi baik normal maupuntidak normal.
Kasusnya banyak terjadi pada beberapa hari setelah melahirkan.

Anestrus Normal

Ansetrus dapat dikatakan normal bila pada alat reproduksi tidak terjadi kelainan, jadi proses
reproduksi tidak terganggu. Termasuk dalam gejala anestrus yang normal adalah :
1. Anestrus prapubertas, yaitu tidak timbulnya berahi pada waktu yang masih muda. Pada kelompok
ternak yang masih dara, akan menunjukkan birahi pertama bila berat badannya telah mencapai
2/3dari berat badan dewasanya. Gagal memperlihatkan gejala birahi pertama pada umur ini
dikatakan anestrus prapubertas.
2. Anestrus umum tua. Anestrus terjadi karena fungsi endokrin dari kelenjar hipofisa dan ovarium
sudah mengalami penurunan pada hewan yang sudah tua. Proses hypothalamus, hipofisa dan
ovarium sudah tidak berfungsi secara baik.
3. Anestrus karena laktasi atau menyusui. Pada induk yang memproduksi susu tinggi atau induk
yang dibiarkan menyusui anaknya akan diikuti dengan gejala anestrus yang lama. Ini disebabkan
hormon prolaktin yang kadarnya tinngi menyebabkan terjadinya korpus luteum persisten diikuti
dengan gejala anestrus.
4. Anestrus diluar musim kawin. Pada kuda dan domba di daerah yang mempunyai empat musim,
perkawinan hanya terjadi pada musim yang baik yaitu musim gugur dan musim semi saja. Pada
anjing dan kucing perkawinan hanya terjadi satu atau dua kali dalam setahun. Baik kuda dan
domba maupun anjing dan kucing periode di luar musim kawin akan berada dalam keadaan
anestrus. Kondisi anestrus di sini adalah normal.
5. Anestrus kaarena bunting, yaitu tidak timbulnya birahi pada induk sapi yang sedang bunting.
Kondisi anestrus ini dibutuhkan agar kelestarian kebintingan dapat berlangsung sampai saat
melahirkan.
6. Anestrus pasca melahirkan, adalah tidak timbulnya birahi setelah induk melahirkan. Anestrus ini
akan berjalan kira-kira antara 30 – 35 hari pasca melahirkan karena pada periode ini uterus akan
mengalami involusi, yaitu kembalinya uterus menjadi normal setelah mengalami kebuntingan dan
kelahiran sebelumnya. Bila involusi uterus telah semputna, ovarium akan aktif kembali berfungsi.
Anestrus pada keadaan ini dapat menjadi abnormal bila lama anestrus itu melebihi dari waktu
rata-rata yang diharapkan. Jangka waktu anestrus pasca melahirkan dipengaruhi oleh umur,
bangsa ternak, factor lingkungan, dan factor genetic. Secara normal, kira-kira 2 – 3 minggu
setelah melahirkan, kadar hormon FSH dan LH baru dapat menggertak perkembangan folikel dan
ovulasi salah satu ovarium.

Anestrus Tidak Normal

Anestrus yang tidak normal adalah anestrus yang disertai dengan adanya abnormalitas pada salah
satu alat kelamin betina dan terjadi gangguan proses reproduksi. Termasuk dalam anestrus tidak
normal adalah :
1. Anestrus karena adanya patologi pada uterus. Adanya radang uterus, tumor uterus, abses dinding
uterus dan lain gangguan pada dinding uterus mendorong terjadinya anestrus. Ini disebabkan
adanya progesterone yang kadarnya tinggi dalam darah karena adanya corpus luteum persisten.
Ini menyebabkan hambatan terhadap sekresi hormon gonadotropin oleh kelenjar hipofisa anterior,
diikuti oleh tidak berkembangnyafolikel pada ovarium, dan disusul dengan gejala anestrus.
2. Anestrus karena adanya penyakit kelamin menular. Penyakit kelamin menular pada hewan betina
selalu diikuti oleh anestrus yang tidak normal. Mekanisme dapat diterangkan seperti pada kondisi
adanya patologi pada uterus, diikuti oleh adanya corpus luteum persisten dan kadar progesteron
tinggi dalam darah.
3. Anestrus karena adanya ketidakseimbangnya hormon reproduksi. Temasuk dalam kelompok
anestrus ini adalah adanya kadar hormon progesterone yang tinggi dalam darah. Juga adanya
kekurangan hormon gonadotropin dalam darah selalu diikuti oleh anestrus. Adanya kista luteal
pada ovarium juga selalu diikuti oleh anestrus.
4. Anestrus karena kurang pakan. Pakan yang rendah kualitas dan kuantitasnya akan diikuti oleh
menurunnya fungsi kelenjar hipofisa dan ovarium. Keadaan ini menyebabkan hipofungsi ovarium
yang selalu diikuti gejala anestrus.

Faktor Yang Dapat Menyebabkan Terjadinya Anestrus

Banyak factor yang dapat mempengaruhi timbulnya anestrus. Factor tersebut dapat muncul pada
waktu muda, dapat pula setelah umur dewasa, dapat berjalan lama, dapat pula berjalan dalam waktu
singkat.

1. Umur. Hewan betina yang masih berumur muda, belum dapat memperlihatkan gejala birahi.
Anestrus pada hewan yang masih muda ini disebabkan poros hypothalamus-hipofisa-ovarium
belum berfungsi secara baik. Hormon gonadotropin belum cukup dihasilkan oleh kelenjar
hipofisa anterior, sehingga ovarium belum dapat didorong untuk menghasilkan hormon estrogen
karena belum terjadi pertumbuhan folikel secara sempurna. Sebaliknya pada hewan yang berumur
tua, poros hypothalamus-hipofisa-ovarium telah mengalami perubahan dan penurunan fungsinya,
mendorong berkurangnya sekresi hormon gonadotropin dimana dengan penurunan respon
ovarium terhadap hormon gonadotropin tersebut. Oleh karena itu sering timbul gejala anestrus
pada induk hewan yang telah berumur tua.
2. Kebuntingan. Hewan yang sedang bunting, pada ovariumnya terdapat corpus luteum graviditatum
yang mampu menghasilkan hormon progesterone dalam jumlah yang besar. Hormon ini
mempunyai peranan penting untuk memelihara kebuntingan. Namun, hormon ini juga
menghambat kegiatan kelenjar hipofisa anterior karena adanya mekanisme umpan balik yang
negative pada kelenjar hipofisa anterior dalam sekresi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang
menurun. Oleh karena itu tidak mendorong terjadinya pertumbuhan folikel baru pada ovarium,
akibatnya tidak ada hormon estrogen yang dapat disekresi, sehingga menyebabkan tidak
tumbuhnya birahi atau untuk selalu dalam keadaan anestrus.
3. Laktasi. Pada induk yang sedang laktasi khususnya pada sapi perah yang berproduksi susu tinggi,
hormon LTH atau prolaktinyang tinggi kadarnya dalam darah mendorong terbentuknya corpus
luteum persisten, sebagai kelanjutak corpus graviditatum yang ada pada waktu bunting
sebelumnya. Akibatnya kadar progesterone dalam darah meningkat tajam, dan hal ini merupakan
umpan balik negative pada kelenjar hipofisa anterior dan menghambat sekresi hormon
gonadotropin. Keadaan ini menyebabkan tidak tumbuhnya folikel baru dan tidak disekresikan
estrogen sehingga terjadi anestrus. Lamanya anestrus sangat dipengaruhi oleh intensitas produksi
susu dan panjangnya masa laktassi. Beberapa keadaan seperti induk sapi yang diperah lebih dari
dua kali dalam sehari atau induk yang dibiarkan menyusui anaknya, mendorong terjadinya
anestrusyang lebih lama, pada keadaan ini sering diikuti terjadi kista ovarium. Penyuntikan
hormon FSH dan LH dapat mengurangi lama masa anestrus pada sapi betina.
4. Pakan. Ransum pakan yang rendah kualitas maupun kuantitasnya atau ransum yang terdapat
kekurangan salah satu bahannya dapat menyebabkan terjadinya anestrus. Bahan energy
(karbohidrat dan lemak) dalam ransum yang rendah dapat mempengaruhi aktivitas ovarium
sehingga dapat menekan pertumbuhan folikel dan mendorong timbulnya anestrus. Kekurangan
protein mendorong terjadinya hipofungsi ovarium diikuti terjadinya anestrus. Kekurangan
posfor , misalnya, pada sapid an dombamenyebabkan menurunnya fungsi fisiologi dari ovarium
diikuti oleh anestrus. Kekurangan unsure jarang seperti mangan (Mn) pada babi dan sapi juga
menyebabkan timbulnya anestrus. Demikian juga kekurangan vitamin A dan E dalam ransum
dapat diikuti oleh anestrus pada semua bangsa hewan. Kekurangan pakan dalam jangka waktu
yang lama sehingga menyebabkan kekurusan, akan diikuti atropi ovarium dan gejala anestrus
yang lama.
5. Musim. Musim dapat meempengaruhi secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap
siklus birahi. Musim yang kurang serasi khususnya di Negara-negara yang mempunyai empat
musim, seperti pada musim dingin maupun musim panas dapat menyebabkan gangguan
reproduksi, ditandai dengan timbulnya anestrus selama musim yang tidak serasi tersebut.
Anestrus musiman ini banyak terjadi pada ternak kuda dan domba. Pada musim panas di daerah
tropis seperti di Indonesia yang curah hujannya sangat rendah, menyebabkan kualitas hijauan
pakan menjadi sangat menurun, banyak dijumpai adanya kasus anestrus pada ternak betina.
Musim yang sangat ekstrim seperti musim dingindi daerah sub tropi, kejadian anestrus pada
domba dan kuda dapat mencapai 20-30%.
6. Lingkungan. Lingkungan yang kurang serasi merupakan stres bagi ternak yang bersangkutan,
diikuti timbulnya anestrus. Kandang yang sempit sehingga induk hewan menjadi berdesak-
desakan, kurang ventilasi yang menyebabkan kurangnya pergerakkan udara, menyebabkan udara
di dalam kandang menjadi panas apalagi disertai sanitasi yang kurang baik dapat menyababkan
timbulnya banyak kasus anestrus.
7. Patologi ovarium dan uterus. Berbagai kelamin baik pada ovarium maupun uterus mendorong
terjadinya anestrus pada hewan betina. Pada hakekatnya birahi yang normal membutuhkan
kondisi ovarium dan uterus yang baik. Birahi hanya timbul bila ada keserasian antara kondisi
ovarium dan uterus, sehingga proses hypothalamus-hipofisa-ovarium dapat berfungsi dengan
baik. Patologi ovarium dan uterus dapat disebabkan oleh factor genetic maupun nongenetik.
Factor genetic misalnya hipoplasia ovarium, freemartin , aplasia segmentalis duktus mulleri, dan
sebagainya. Factor nongenetik misalnya tumor pada ovarium, ovaritis, hipofungsi ovarium,
piometra, hidrometra, mukometra, metritis yang kornis, mumifikasi fetus, maserasi fetus,
emfisema fetus, tumor uterus, mola, dan lain-lain. Adanya kelainan pada uterus menyebabkan
turunnya sekresi prostaglandin F2α yang mempunyai fungsi menghancurkan corpus luteum.
Akibatnya co9rpus luteum tetap ada pada ovarium sehingga terbentuk corpus luteum persisten.
Adanya corpus luteum persisten menyebabkan kadar progesterone dalam darah meningkat dan
akan member umpan balik yang negative pada hipofisa anterior, sehingga diikuti menurunnya
sekresi hormon gonadotropin dan tidak adanya perkembangan folikel yang baru. Oleh karena itu
kadar estrogen dalam darah sangat rendah, menyebabkan munculnya kasus anestrus.
8. Penyakit yang kronis. Penyakit umum yang menyebabkan penurunan nafsu makan sehingga
terjadi kekurusan, dapat menyebabkan timbulnya anestrus. Penyakit cacing pada saluran
pencernaan yang bersifat kronis dapat juga diikuti dengan anestrus dalam jangka waktu lama.
Secara klinis, anestrus yang disebabkan penyakin yang kronis selain ditandai dengan tidak
munculnya gejala birahi juga akan terlihat perubahan pada alat kelamin luar. Pada pemeriksaan
rectal dapat diraba adanya uterus yang lebih kecil dan tonus yang lemah, serta melalui
pemeriksaan vagina memakai speculum maupun vaginoskop, terlihat lender vagina yang liat,
mukosa vagina yang pucat, seviks tertutup rapat dan berwarna pucat. Pada ovariumnya mungkin
terdapat folikel, tetapi tidak penuh tumbuh menjadi folikel yang masak.

Ovulasi
Ovulasi adalah suatu proses terlepasnya sel telur (ovum) dari ovarium sebagai aakibat pecahnya
folikel yang telah masak (folikel de Graaf). Sel telur yang dilepaskan oleh ovarium akan ditangkap
oleh bagian infundibulum dari tuba falopii, dengan bantuan rambut getar (fimbrae) yang pada saat ini
selalu bergerak aktif untuk menangkap sel telur. Sel telur yang dilepaskan masih dalam keadaan
diseliputi oleh sel granulose. Cumulus oophorus memegang sel telur pada sisi yang berlawanan
dengan tempat dinding folikel yang sobek. Tempat sobeknya dinding terjadi pada bagian apek dari
folikel. Sel paling luar dulu yang sobek, sel folikel di bawahnya menyembul pada bagian yang sobek
tersebut membentuk stigma atau papilla yang licin permukaannya. Tekanan yang lebih besar dari
dalam folikel menyebabkan stigma menonjol kemudian sobek dan cairan folikel keluar. Setelah
interval yang singkat, sel telur bergerak menuju kebagian yang terbuka (robek). Lebih banyak cairan
yang mengalir keluar dari folikel membawa sel telur yang masih diikat oleh cumulus oophorus,
kemudian ditangkap oleh fimbraedari infundibulum. Waktu yang dibutuhkan oleh seluruh proses
ovulasi tergantung kepada lokasi sel telur dalam folikel. Waktu ovulasi akan singkat bila sel telur
berada di dasar folikel, dan lama bila sel telur berada dekat pada stigma yang menonjol dipermukaan
ovarium.

Pada golongan mamalia dikenal dua macam proses ovulasi yaitu :

1. Ovulasi spontan (Spontaneous ovulation)


2. Ovulasi tergertak (Induced ovulation)

Ovulasi spontan yaitu ovulasi yang terjadi tanpa adanya suatu stimulus fisik spontan sebelumnya.
Proses ovulasi pada hewan betina akan diulang secara teratur setiap jangka waktu tertentu yang tetap.
Lamanya jangka waktu yang tetap ini berbeda-beda spesies hewan dengan spesies lainnya. Jangka
waktu ini disebut satu siklus birahi. Ovulasi terjadi pada periode birahi dari suatu siklus birahi. Pada
hewan betina yang mengalami kebuntingan, siklus birahi akan berhenti dan ovulasipun tidak terjadi
serta periodenya diganti dengan periode graviditas. Hewan yang memperlihatkan adanya ovulasi
spontan adalah sapi, domba, babi, kuda dan lain-lain.

Pada ovulasi tergertak, proses ovulasinya terjadi karena adanya stimulus atau gertakan pada servik
pada suatu proses koitus. Gertakan yang dilakukanh secara buatan dengan gesekan memakai sebuah
batang gelas pada serviks, dapat mendorong terjadinya ovulasi. Contoh hewan yang mempunyai
ovulasi tergertak : kelinci, kucing, musang, dan lain-lain. Bila gertakkan pada saluran serviks tidak
terjadi, folikel yang masak tidak akan pecah, dan ovulasi tidak terjadi. Pada kedua macam ovulasi ini,
folikel yang masak akan pecah oleh pengaruh oleh hormon LH yang dihasilkan secara teratur pada
tiap fase birahi dari siklus birahi. Sedang pada hewan yang ovulasinya tergertak, hormon LH baru
dikeluarkan bila hanya ada stimulasi yang baik pada alat kelamin betina, terutama serviksnya pada
waktu proses kopulasi, atau dapat pula hormon LH ini keluar pada waktu serviks digertak dengan
memakai batang gelas untuk beberapa waktu lamanya. Mekanisme dari stimulasi ini terhadap
keluarnya LH dapat diterangkan sebagai berikut : stimulasi terhadap serviks akan diteruskan melalui
susunan saraf kehipothalamus, dan hypothalamus mengeluarkan GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormon) yang dapat menggertak kelenjar hipofisa anterioruntuk menghasilkan hormonnya. Dalam
hal ini LHRH (LH-Releasing Hormon) dikeluarkan oleh hypothalamus, dan melalui system portal,
hormon ini akan sampai pada kelenjar hipofisa anterior, akibatnya hormon LH akan dihasilkan.

Pada hewan yang mempunyai ovulasi tergertak, ovulasinya jarang terjadi tanpa adanya kopulasi dan
jika kelenjar hipofisa diambil dalam waktu 60 menit setelah setelah proses kopulasi, atau jika tangkai
kelenjar hipofisa dipotong secara operasi dalam waktu yang sama, ovulasi tidak akan terjadi. Waktu
yang dibutuhkan untuk gertakan dari kopulasi sampai menimbulkan keluarnya hormon LH oleh
kelenjar hipofisa anterior akan sampai terjadinya ovulasi sempurna, belum diketahui benar.

Mekanisme Terjadinya Ovulasi

Terdapat tiga macam terjadinya ovulasi pada kebanyakan hewan mamalia dan unggas, yaitu :

1. Hormonal : Setelah folikel-folikel tumbuh karena pengaruh hormon FSH dari kelenjar hipofisa
anterior, maka sel-sel folikel mampu menghasilkan estrogen dan progesterone. Kedua hormon ini
di dalam dosis kecil memberi dorongan kepada kelenjar hipofisa anterior untuk menghasilkan
LH. Hormon LH memegang peranan penting dalam menggertak terjadinya ovulasi pada hewan
betina. Pada ayam bertambahnya kadar LH dalam darah menyebabkan meningkatnya
vaskularisasi pada dinding folikel yang sudah tua. Pecahnya folikel (ovulasi) terjadinya tekanan
dari dalam folikel yang bertambah besar dan persobekan pada daerah stigma pucat karena bagian
ini kurang memperoleh darah.
2. Neural : Rangsangan dari luar pada seviks, baik pada waktu kopulasi maupun secara buatan oleh
batang gelas yang digesek-gesekan pada saluran serviks, akan diteruskan oleh saraf ke susunan
saraf pusat. Dalam hal ini diterima oleh hypothalamus sebagai pusat integrasi semua rangsangan
yang masuk dan releasing hormon (dalam hal ini LH Releasing Hormon) akan disekresikan
melelui system portal sampai pada kelenjar hipofisa anterior. Hormon LH meningkat dalam
dalam mengakibatkan terjadinya ovulasi.
3. Periodisitas cahaya : Ini dikenal pada golongan burung. Cahaya yang diterima oleh mata melalui
saraf optika dibawa ke hypothalamus, releasing hormon dikeluarkan menyebabkan peningkatan
kadar LH dalam darah, mendorong terjadinya ovulasi.
Superovulasi

Superovulasi adalah bertambahnya jumlah ovulasi dalam satu periode birahi yang normal, dengan
menggertak seekor hewan betina dengan memakai preparat hormon superovulasi dapat dilakukan
dengan menyuntikan hormon PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadoptropin) atau kombinasi PMSG
dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin) pada hewan betina yang telah mencapai remaja. Respon
terjadinya ovulasi tergantung kepada dosis PMSG yang diberikan. Misalnya pada babi, dosis 750-
1500 IU PMSG dapat menghasilkan ovulasi lebih dari 25 sel telur yang telah masak. Waktu
penyuntikan juga memegang peranan penting dalam berhasilnya ovulasi. Pemberian PMSG pada hari
ke 15-16 dari sklus birahi atau pada fase folikuler pada babi pengaruh terjadinya superovulasi yang
terbesar disbanding pada hari lainnya. Dosis rendah PMSG dan HCG (masing-masing 400 IU dan
200 IU) yang diberikan pada anak babi yang belum mencapai masa remaja dapat mendorong
timbulnya birahi pada anak babi tersebut.

Reproduksi Semut
Semut merupakan serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk
dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terdapat hampir di segala penjuru
daratan dunia, kecuali di perairan.

Semut adalah semua serangga anggota suku Formicidae, bangsa hymenoptera. Semut memiliki
lebih dari 12.000 jenis (spesies), sebagian besar hidup di kawasan tropika. Sebagian besar semut dikenal
sebagai serangga sosial, dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur beranggotakan ribuan semut
per koloni. Anggota koloni terbagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut.
Dimungkinkan pula terdapat kelompok semut penjaga. Satu koloni dapat menguasai daerah yang luas
untuk mendukung kehidupan mereka. Koloni semut kadangkala disebut "superorganisme" karena koloni-
koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.

Semut Rangrang atau kerangga (Oecophylla) adalah semut berukuran agak besar yang dikenal


memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk anyaman untuk sarangnya. Dalam bahasa Inggris ia
disebut weaver ant atau "semut penganyam". Rangrang sebagaimana banyak semut lain adalah serangga
sosial dan membentuk koloni. Koloni rangrang dapat sangat tinggi populasinya. Serangga ini bersifat
teritorial (menjaga tempat hidupnya) dan bertemperamen "galak". Rangrang tidak segan-segan
menyerang apa pun yang mendekati kawasan aktivitasnya. Karena perilaku ini, banyak pemilik pohon
buah di Asia Tenggara memanfaatkannya untuk menjaga buah yang mulai ranum. Selain sebagai penjaga,
rangrang dimanfaatkan manusia sebagai sumber pakan burung berkicau peliharaan. Larvanya dikenal
sebagai kroto dan disukai oleh burung pemakan serangga. Kroto merupakan komoditas perdagangan
sekunder sebagai tambahan penghasilan petani. Rangrang memiliki perilaku memelihara beberapa
jenis kutu sisik untuk diperah cairannya.

Morfologi Semut:

Tubuh semut terbagi atas tiga bagian, yakni kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut).
Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar
metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit
(pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang
abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang
kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud).Tubuh semut, seperti pada
serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan, berbeda
dengan kerangka manusia dan hewan bertulang belakang. Serangga tidak memiliki paru-paru, tetapi
mereka memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam
sistem respirasi mereka. Serangga juga tidak memiliki sistem peredaran darah tertutup. Sebagai gantinya,
mereka memiliki saluran berbentuk panjang dan tipis di sepanjang bagian atas tubuhnya yang disebut
“aorta punggung” yang fungsinya mirip dengan jantung. sistem saraf semut terdiri dari sebuah semacam
otot saraf ventral yang berada di sepanjang tubuhnya, dengan beberapa buah ganglion dan cabang yang
berhubungan dengan setiap bagian dalam tubuhnya.

Reproduksi pada Semut

Semua semut memiliki siklus reproduksi yang terdiri dari 4 tahap yakni: Telur, larva, pupa, dan
dewasa.
Telur

Kehidupan semut dimulai sebagai telur . Telur pada semut terasa lembut dengan bentuk oval , dan kecil.
Tidak semua telur ditakdirkan untuk menjadi semut dewasa karena ada yang dimakan oleh teman-teman
sarangnya untuk makanan tambahan. Sebuah menetas telur menjadi larva berbentuk cacing tanpa mata
atau kaki .

Larva

Larva sangat rakus (mereka makan banyak) dan mengandalkan semut dewasa untuk memberikan pasokan
makanan secara konstan. Mereka harus mengumpulkan nutrisi yang cukup untuk hari-hari yang akan
datang, tertutup dalam kepompong. Semut akan tumbuh dan memberi mereka makan dengan melon dan
potongan-potongan kecil serangga. Jika makanan langka mereka bahkan mungkin makan belum menetas
telur. Larva makan terus menerus, tumbuh dalam ukuran, maka suatu hari mereka mulai berputar benang
sutra. Mereka memutar benang di sekitar tubuh mereka sampai mereka benar-benar tertutup. Ini penutup
halus disebut kepompong. Ketika larva cukup besar, itu bermetamorfosis menjadi pupa . Ini adalah tahap
istirahat dan reorganisasi. Selama periode ini, perubahan dramatis terjadi dalam tubuh larva. Larva tidak
memiliki kaki tapi mampu beberapa gerakan ringan , seperti membungkuk kepala mereka menuju sumber
makanan saat makan . Selama tahap ini , tingkat perawatan dan makanan larva menerima akan
menentukan bentuk dewasa kelak. Ketika sumber daya yang rendah, semua larva akan berkembang
menjadi semut pekerja perempuan, Namun , jika orang tua dari koloni bereproduksi secara seksual
memiliki pasokan makanan, beberapa larva akan menerima makanan yang lebih baik daripada yang lain ,
dan berkembang menjadi bersayap , semut betina dewasa secara seksual ditakdirkan untuk meninggalkan
koloni.
Pupa

Pupa terlihat lebih seperti semut dewasa, tetapi kaki dan ntena mereka dilipat menghadap tubuh. Mereka
mulai keluar dengan warna keputihan dan secara bertahap akan berubah menjadi lebih gelap . Beberapa
spesies lain, kepompong akan berputar/ tertutup untuk melindunggi diri, sedang beberapa dengan
kepompong yang telanjang. Akhirnya , pupa muncul sebagai semut dewasa . Semut dewasa muda lebih
ringan dan berwarna , tetapi gelap dengan bertambahnya usia mereka. Proses pengembangan dari telur
hingga dewasa dapat mengambil dari beberapa minggu sampai beberapa bulan , tergantung pada spesies
dan lingkungan . Exoskeletons mereka mencegah mereka dari tertimpa pada benda yang jauh lebih besar
dibandingkan mereka.
Dewasa

Selain itu, semut dewasa milik salah satu dari tiga kasta : ratu, pekerja, dan pejantan. Ratu adalah betina
yang diberi makan lebih banyak bagi larva. Betina lebih besar dari pekerja dan meletakkan semua telur
dalam koloni, hingga jutaan telur untuk beberapa spesies.

Semut dewasa muda lebih ringan dan berwarna , tetapi gelap dengan bertambahnya usia mereka .
Selain itu, semut dewasa milik salah satu dari tiga kasta : ratu, pekerja, dan pejantan. Ratu adalah betina
yang diberi makan lebih banyak bagi larva, awalnya ratu memiliki sayap dan terbang untuk menemukan
pasangan atau pejantan, tetapi ratu semut akan merobek sayapnya sebelum memulai koloni baru. Ratu
bisa hidup selama puluhan tahun di bawah kondisi yang tepat. Pekerja perempuan yang diberi makan
kurang sebagai larva. Mereka tidak bereproduksi, tetapi melakukan pekerjaan lain, seperti mengurus
merenung, membangun dan membersihkan sarang, dan mengumpulkan makanan. Pekerja bersayap dan
biasanya bertahan selama beberapa bulan. Pejantan memiliki sayap dan terbang untuk kawin dengan ratu.
Mereka hidup hanya beberapa minggu dan tidak pernah membantu tugas-tugas koloni. Dalam proses
reproduksinya, semut tersebut akan kawin di udara sesaat setelah Ratu istirahat bebas dari
kepompongnya. Setelah ini, ratu jatuh ke tanah dan mencari tempat di mana untuk memulai sarang baru.
Meskipun demikian dia merusak sayapnya karena sayap tersebut tidak akan ada gunanya di
dalam rumah bawah tanahnya. Ratu dapat melewati beberapa minggu, bahkan berbulan-bulan, tanpa
makanan. Dia harus mengurus sekumpulan telur dan larva pertamanya. Setelah semut pertama keluar dari
kepompong mereka, mereka mulai mengumpulkan makanan dan melakukan semua tugas di sekitar
sarang. Dari situ, ratu diurus, dan menjadi tawanan tugas dari semut pekerja. Akan tetapi, jika kawin
berlangsung di musim gugur ratu akan hibernasi sampai musim semi. Jika tidak, akan mulai bertelur
segera. Setelah beberapa hari, telur akan menetas menjadi larva kecil. Larva akan berputar dan menutup
diri di dalam kepompong. Di dalam kepompong larva, karena banyak serangga lainnya, akan mengalami
perubahan yang sangat penting untuk menjadi semut dewasa. Perubahan ini disebut metamorfosis. Ratu
dikatakan juga sebagai ibu dari semua semut. Ratu juga merupakan salah satu yang bertelur. Dalam
beberapa spesies para pekerja juga bertelur subur untuk melayani sebagai makanan bagi larva. Telur
memiliki warna putih mutiara. Semut pekerja menjaga mereka dalam kelompok. Para pekerja
membersihkan dan memutar telur bagi mereka akar tidak berjamur. Telur dipindahkan ke ruang yang
berbeda sesuai dengan suhu masing-masing bagian untuk mempercepat masa penetasan. Ratu lebih besar
dari para pekerja dan pejantan. Ratu memproduksi feromon tertentu yaitu suatu zat yang dikeluarkan
secara khusus. Zat feromon ini akan membuat seluruh pekerjaan koloni dan tetap bersama-sama setiap
koloni memiliki bau yang serupa.

Reproduksi Belalang Embah (Mantis religiosa)


Sistem Reproduksi pada Belalang Sembah / Mantis (Mantis religiosa)
Belalang sembah atau mantis (Mantis religiosa) dahulu dimasukkan ke dalam ordo Orthoptera
bersama dengan belalang, kecoa, dan belalang ranting. Namun, versi terakhir menyatakan bahwa belalang
sembah dimasukkan ke dalam ordo tersendiri, yaitu ordo Mantodea, yang hanya mempunyai satu famili,
yaitu Mantidae (belalang sembah). Dalam makalah ini khusus akan menjelaskan mengenai sistem
reproduksi pada belalang sembah.

Organ-Organ Reproduksi pada Belalang Sembah


Belalang Sembah Jantan
Keterangan: A. testes; B.  follicles; C. vasa efferentia; D. seminal vesicles; E. vasa deferentia; F.
ejaculatory duct; G. aedeagus; H. accessory glands.
Sistem reproduksi mantis jantan terdiri atas sepasang testis yang terletak di ujung belakang abdomen.
Setiap testis mengandung unit-unit fungsional (folikel) dimana sperma dihasilkan. Sperma matang yang
keluar dari testis melewati  saluran pendek (vas efferentia) dan mengumpul di ruang penyimpan (vesikula
seminalis). Saluran yang sama (vas deferens) mengarah keluar dari vesikula seminalis, bergabung satu
sama lain di sekitar pertengahan tubuh, dan membentuk saluran ejakulasi (ejaculatory duct) tunggal yang
mengarah keluar dari tubuh melalui organ kelamin jantan (aedeagus). 
Satu atau lebih pasangan kelenjar aksesori (accessory glands) biasanya berhubungan dengan sistem
reproduksi jantan, yaitu organ-organ sekretori yang terhubung dengan sistem reproduksi melalui saluran
pendek - beberapa mungkin menempel dekat testis atau vesikula seminalis, yang lainnya  mungkin
berhubungan dengan saluran ejakulasi.
Belalang Sembah Betina
Keterangan: A. ovaries; B. ovarioles; C. lateral oviducts; D. common oviduct; E. bursa copulatrix; F.
accessory glands; G. spermatheca; H. spermathecal gland (Sumber: Meyer, 2009)
Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium. Setiap ovarium terbagi menjadi unit-unit
fungsional (ovariol) dimana telur dihasilkan. Satu ovarium dapat mengandung puluhan ovariol, umumnya
sejajar satu sama lain. Telur matang meninggalkan ovarium melalui saluran telur lateral (lateral oviducts).
Pada sekitar pertengahan tubuh, saluran telur lateral ini bergabung untuk membentuk common oviduct
yang membuka ke ruang alat kelamin yang disebut bursa copulatrix. Alat pelengakap pada betina berupa
ovipositor yang digunakan untuk melekatkan telur.
Kelenjar aksesori betina (accessory glands) memasok pelumas untuk sistem reproduksi dan mengeluarkan
kulit telur kaya protein (chorion) yang mengelilingi seluruh telur. Kelenjar ini biasanya dihubungkan
dengan saluran kecil ke saluran telur umum atau bursa copulatrix. Selama kopulasi, jantan menyimpan
spermatophore di bursa copulatrix. Kontraksi peristaltik menyebabkan spermatophore masuk ke dalam
spermatheca betina, sebuah ruang kantong penyimpanan sperma. Kelenjar spermathecal (spermathecal
gland) memproduksi enzim (untuk mencerna lapisan protein spermatophore) dan nutrisi (untuk
mempertahankan sperma sementara berada di penyimpanan). Sperma dapat hidup di spermatheca selama
berminggu-minggu, bulan, atau bahkan bertahun-tahun.

Proses Mating / Kopulasi pada Belalang Sembah


Mantis jantan maupun betina memiliki alat kopulasi yang terletak di ujung perut. Pada akhir
musim panas, mantis betina yang sudah matang akan terbang dan menarik pasangan mereka dengan
memancarkan bahan kimia spesifik , yang dikenal sebagai feromon. Setelah mantis jantan tertarik kepada
mantis betina untuk melakukan mating, mantis jantan akan mendekati mantis betina untuk memulai
peoses kopulasi. Pada beberapa spesies tertentu, contohnya pada Mantis China. Mantis jantan akan
melakukan ritual khusus sebelum melakukan mating. mantis jantan akan mengajak mantis betina untuk
melakukan tarian khusus. Setelah itu, mantis jantan akan cepat naik ke punggung mantis betina untuk
melakukan proses kopulasi. Dari segi ukuran, mantis jantan jauh lebih kecil daripada yang betina.

Mantis jantan akan memasukkan alat kopulasinya ke dalam alat kopulasi betina. Sperma mantis
jantan akan di simpan di spermateka, yaitu ruang khusus di dalam abdomen mantis betina. Proses
kopulasi pada mantis atau belalang sembah membutuhkan waktu sampai 24 jam. Sehingga tidak jarang
mantis jantan bisa mati karena kelelahan. Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah mantis jantan akan
dimangsa oleh mantis betina setelah mating.

Kanibalisme Seksual Pada Belalang Sembah

Banyak teori yang mengatakan bahwa mantis betina akan memakan kepala mantis jantan selama
proses kopulasi berlangsung. Sehingga mantis sangat dikenal dengan kanibalisme seksualnya.
Kanibalisme seksual, yaitu perilaku menyerang dan memakan individu satu spesies yang berlainan jenis
kelamin. Memang kanibalisme seksual dapat terjadi pada mantis. Namun, kemungkinan terjadinya hanya
15%-31%. Karena berdasarkan penelitian mantis betina akan memangsa pasangananya saat proses mating
berlangsung ketika mantis betina merasa terganggu. Mantis atau belalang sembah adalah insekta yang
sangat peka terhadap perubahan lingkungan, seperti cahaya dan keberadaan makhluk hidup lain. Jika pada
saat mating, mantis tidak merasa terganggu, maka proses mating akan berjalan sewajarnya dan tidak ada
kanibalisme seksual.

Hasil penelitian yang dipublikasikan di dalam sebuah jurnal yang berjudul “Journal Animal
Behaviour” pada tahun 1984. Ahli entomologis Eckehard Liske dan W. Jaction Davis membuat videotape
dari kehidupan seksual 30 pasang mantis. Mereka menemukan bahwa 30 pasang mantis tersebut
melakukan ritual sebelum mating dan tidak ada ditemukannya kanibalisme seksual pada 30 pasang mantis
tersebut. Jika kanibalisme seksual terjadi, walaupun dalam keadaan tanpa kepala, mantis tetap dapat
melakukan proses kopulasi. Karena karena gerakan kopulasi ini dikendalikan oleh  ganglion di perut
(abdomen), bukan di kepala. Memang mantis betina lebih agresif dibandingkan dengan mantis jantan.

Siklus Hidup pada Belalang Sembah


Siklus hidup pada mantis atau belalang sembah dibagi menjadi 3 fase, antara lain:

1. Fase telur

Sehari setelah mating mantis betina siap untuk bertelur. Bagian abdomen betina akan
membengkak. Pada musim gugur mantis betina dapat bertelur dari 10 sampai 400 telur. Telur-telur
mantis akan tersimpan dalam ooteka atau kotak telur. Mantis betina akan mengeluarkan busa bergelatin
yang kemudian mengeras membentuk ooteka / kotak telur . Busa tersebut diproduksi oleh kelanjar yang
ada pada perut mantis betina. Ooteka biasanya diletakkan di permukaan yg datar, ranting atau sebidang
tanah. Ketika ooteka sudah siap baru mantis betina meletakkan telur-telurnya. Mantis betina
mengeluarkan telur-telurnya melalui ovipositor yan terletak di ujung abdomen. Proses peletakkan telur
pada ooteka dapat berlangsung selama 3 – 5 jam. Pada beberapa spesies, mantis betina akan mati setelah
meletakkan telur yg terakhir. Namun, ada juga yang bertahan hidup dan menjaga ooteka atau kotak
telurnya, seperti mantis Afrika (Tara-chodula pantherina). Di dalam ooteka, telur-telur mantis akan tetap
kering, pada suhu yg baik dan aman dari predator hingga siap untuk menetas dan keluar dari ooteka.

2. Fase nimfa
Setelah menetas, untuk bertahan hidup nimfa (mantis muda) akan saling memakan satu sama lain.
Ketika siap, nimfa perlahan akan keluar dari selah-selah ooteka kemudian menggantung pada jaring yg
ada di bawah ooteka. Nimfa mirip dengan mantis dewasa, hanya saja ukurannya yg lebih kecil. Selain itu,
nimfa belum memiliki sayap dan sistem reproduksi yg belum sempurna.

3. Fase dewasa

Dalam pertumbuhannya menjadi mantis dewasa, mantis muda akan melakukan bebrapa kali
molting. Terkadang, mantis yang molting menyerupai bunga anggrek. Proses molting dapat berlangsung
beberapa jam. Pertumbuhan sayap akan dimulai setelah proses molting yang terakhir. Siklus hidup mantis
cukup singkat. Sekitar setahun di alam liar dan sedikit lebih lama di dalam kandang.

Reproduksi Kuda Laut

Kuda laut termasuk ke dalam jenis ikan yang memiliki struktur dan penampilan khusus (berbeda
dengan jenis ikan lannya). Kepala kuda laut berbentuk segitiga menyerupai kuda, mulutnya panjang dan
runcing membentuk sudut 90˚ dari badannya, ekornya panjang meruncing di bagian ujung. Ekornya
berfungsi untuk mengaitkan tubuhnya pada suatu substrat seperti rumpul laut, terumbu karang, atau
benda-benda lain yang ada di lingkungan. Ukuran kuda laut berkisar antara 1,5 inci hingga 14 inci.
Bagian tubuh kuda laut tertutup oleh keping tulang yang berlapis-lapis menyerupai perisai.
Jenis kelamin kuda laut dapat dibedakan dari dua hal, yaitu ukuran tubuh dan kantung telur.
Ukuran kuda laut jantan lebih besar daripada betina. Selain itu, kuda laut jantan memiliki kantung telur di
bagian bawah perut. Fungsi kantung telur itu adalah untuk mengasuh anak-anaknya. Hingga saat ini
terdapat 25 spesies kuda laut yang tersebar merata di seluruh dunia.
Taksonomi

Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Gasterosteiformes
Famili : Syngnathidae
Genus : Hippocampus
Spesies : Hippocampus spp

Kuda laut terdapat di daerah tropis maupun subtropis dengan perairan dangkal yang banyak
terdapat padang lamun, karang, rumput laut, dan mangrove. Sebagian besar kuda laut berada pada
kedalaman kurang dari 20 meter. Ada beberapa spesies yang mampu hidup di estuarine dengan salinitas
yang fluktuatif dan biasanya akan mati jika ada banjir air tawar. Kuda laut bergerak dengan sirip dorsal,
sedangkan sirip pestoralnya (dada) digunakan sebagai keseimbangan. Kuda laut memiliki kemampuan
untuk menyerupai warna lingkungannya dalam beberapa menit.
Kuda laut bereproduksi dengan cara yang tidak biasa. Para kuda laut jantan hamil bukan
perempuan. Sebagian besar kehamilan berlangsung sekitar 2 sampai 3 minggu.1 Kuda laut ini monogami
dan hanya akan kawin dengan satu pasangan. Monogami sangat jarang ikan jadi ini belum sifat lain yang
membuat Hippocampus unikPara kuda laut jantan memiliki kantong pengeraman di mana ia membawa
telur yang diberikan oleh perempuan. Kuda laut terkenal dengan ritual kawin dimana mereka akan menari
– nari sebelum kawin. Kuda laut mencapai masa kematangan seksual pada usia enam bulan. Ini berarti
bahwa mereka siap kawin. Kuda laut hidup dari 1 – 5 tahun.
Struktur Organ Reproduksi Kuda Laut

Bagian dari system Reproduksi Kuda Laut


Kuda Laut memiliki beberapa bagian berbeda dari tubuhnya, memilki tabung testis dan sistem
saluran yang menyatu dengan kandung kemih di kloaka. Namun, kuda laut tidak memiliki organ
sanggama eksternal, sebagai gantinya mereka memiliki sirip anal.
Berikut adalah beberapa bagian yang termasuk dalam system reproduksi kuda Laut :
1. Ekor,
2. Mesentris/ Polip , membentang di sepanjang rongga tubuh persis di depan ginjal,
3. Sirip anal
4. Kantung pengeraman/ kantung induk (hanya terdapat pada kuda laut jantan
Fungsi dari bagian – bagian reproduksi :
1. Pertama , ekor digunakan dalam ritual permulaan perkawinan dan untuk memegang pasangannya
saat kawin .
2. Selanjutnya, mesentris / polip menangguhkan organ reproduksi kuda laut - testis laki-laki dan
ovarium perempuan , di mana mereka adalah struktur yang berpasangan.
3. Selain itu , sirip dubur terletak di atas pembukaan kantong pengeraman dan mencakup hal itu, di
mana kemudian berhubungan dengan aktivitas reproduksi .Kegiatan ini diarahkan oleh sperma yang
dilepasakan melalui saluran urogenital menuju ke telur matang menuju ke telur yang telur yang
telah matang yang berjalan dari betina ke kantung pengeraman jantan.
4. Terakhir , kantung pengeraman jantan berada di bagian depan ekor . selama perkawinan kantong
terbuka diposisikan tepat di bawah sirip anal, kantong ini terbuka untuk memungkinkan kuda laut
betina mengeluarkan . Lapisan kantong menyediakan makanan ( nutrisi dan oksigen ) ke telur
berkembang dan menghapus semua bahan berbahaya. Selama pengembangan anakan kuda laut,
salinitas kantong meningkat sehingga mereka akan disesuaikan dengan air laut. Meskipun tidak
berperan langsung dalam fertilisasi , itu memang memastikan bahwa anakan kuda laut berada di
tangan yang aman , tetapi dengan demikian dianggap sebagai karakteristik seks sekunder. Ukuran
kantong pengeraman kuda laut jauh lebih kecil daripada kebanyakan ikan .
Karakteristik bagian Reproduksi Kuda laut
Morfologi eksternal kuda laut betina dan
jantan berbeda, karakteristik yang disebut
dimorfisme seksual. Pada kuda laut betina, perut
bagian bawah ekor bergabung dengan sudut
tajam dan sirip dubur nya sering lebih tinggi dan
sedikit lebih besar.
Pada laki-laki, kantong mengeram yang
ditemukan di bawah sirip anal, dan ketika
kosong, mengecil secara bertahap ke ekor.
Selama pacaran atau saat hamil, kantong sangat terasa dan menonjol. Ini fitur pembukaan vertikal ke
mana simpanan perempuan telurnya, dan dari mana goreng muncul setelah kehamilan.

Reproduksi Kuda Laut


Proses reproduksi kuda laut dapat dijelaskan dalam beberapa tahapan, antara lain :
Musim Kawin
Sebagian besar kuda laut memiliki musim kawin sepanjang tahun. Biasanya mereka kawin pada
pagi atau sore hari. Ada beberapa spesies yang memiliki musim kawin antara bulan Agustus hingga
Oktober. Ada pula spesies yang musim kawinnya pada saat bulan purnama (DKP, 2004).
Ritual Khusus Sebelum Perkawinan
Pada musim kawin, kuda laut jantan dengan kantung telur yang kosong siap melakukan
pemijahan. Biasanya kuda laut akan mencari tempat di dekat rerumputan untuk melakukan perkawinan.
Pasangan kuda laut akan saling menahan satu sama lain
dengan ekornya sehingga membentuk suatu formasi
seperti huruf V. Kemudian mereka menari dan saling
mengelilingi satu sama lain selama beberapa menit,
bahkan dapat mencapai beberapa jam. Ritual ini sangat
penting bagi jantan untuk menjaga agar betina tetap
fokus padanya. Perhatian kuda laut betina mudah
teralihkan oleh jantan yang lain ataupun oleh makanan.
Pada saat menari tersebut, kuda laut menawarkan
kantung telurnya kepada betina secara berulang-ulang. Gerakan yang berulang-ulang dan adanya arus air
menginduksi kantung telur kuda laut jantan untuk terbuka (Effendi, 2002).
Gambar. Pasangan kuda laut menuju rerumputan.
Gambar. Ritual menari
Perkawinan
Apabila kuda laut betina tertarik pada jantan, maka
ia akan mendarat dengan perutnya pada kantung
telur jantan. Ciri-ciri induk yang matang kelamin
dan siap memijah adalah sebagai berikut :
Jantan :
-    Mengejar betina sambil menekuk ekor dan menggembungkan kantung pengeraman.
-    Warna tubuh berubah menjadi cerah
Betina :
-    Bagian perut membesar, urogenital berwarna kemerah-merahan
-   Apabila disorot cahaya, bagian dalam perut berwarna kemerah-merahan sehingga warna tubuh berubah
menjadi cerah
-    Bila dililit oleh ekor kuda laut jantan tidak berusaha melepaskan diri.
Proses pemijahan diawali dengan masuknya sirip dubur betina ke dalam kantung telur jantan.
Setelah masuk ke kantung telur, betina mulai mengeluarkan sel telurnya. Adanya sel telur ini
menginduksi jantan mengeluarkan sperma. Saat proses ini berlangsung, jantan menggoyang-goyangkan
kantung telurnya agar telur terdistribusi secara merata. Setelah beberapa saat, keduanya berpisah dan
jantan menuju ke daerah rerumputan untuk memberikan kenyamanan kepada telur-telurnya. Setelah telur-
telur tersebut menetas, larva dan anaknya diasuh dalam kantung jantan sampai dianggap kuat dan keluar
dari kantung.
Induk betina yang siap memijah akan memberikan respon pemijahan terhadap jantan yang
mendekat dengan cumbuan yang menarik. Induk jantan dan betina saling mengait satu sama lain,
berhadapan dan berenang bersama-sama. Gerakan percumbuan dapat terjadi berkali-kali sampai akhirnya
induk betina benar-benar siap memijah. Pada puncak pemijahan ekor jantan dan betina pada posisi lurus,
moncong saling menekan, secara berpasangan berenang menuju ke permukaan dengan posisi lubang
kelamin betina diarahkan ke broodpouch (lubang kantung pengeraman) jantan.     Kemudian, 5 – 6 detik
telur betina dikeluarkan dalam bentuk gumpalan berwarna kemerah-merahan dan segera dimasukan ke
kantung pengeraman. Setelah telur keluar seluruhnya, dengan cara yang unik induk betina melepaskan
diri dari induk jantan dan induk induk jantan terus berusaha menyerap seluruh telur ke dalam kantung
sambil menggoyang-goyang badannya untuk mengatur posisi telur di dalam kantung pengeraman.
Gambar. Kuda laut betina memasukkan sirip dubur ke
kantung telur jantan

Kuda laut betina


mentransfer telur ke kuda
laut jantan yang akan mengalami fertilisasi di dalam
kantung pengeraman. Jumlah telur bervariasi dari 50 -150
untuk spesies paling kecil dan 1500 1500 untuk spesies
besar. Mereka menerima segala sesuatu yang dibutuhkan
di dalam kantung dari oksigen sampai makanan.
Pengeraman
Pengeraman dilakukan oleh kuda laut jantan di dalam
kantung penetasan. Kantung ini dilapisi jaringan yang
lembut dengan lekuk-lekuk kecil dimana telur diletakkan,
pembuluh darah dalam jaringan tersebut membesar dan
mengubah kantung tersebut menjadi seperti ovarium pada mamalia yang bentuknya menyerupai sepon.
Induk betina dewasa dengan panjang tubuh antara 10 – 14 cm dapat memproduksi telur 300 – 600 butir.
Jika ukuran jantan dan betina seimbang, pada proses pemasukan telur ke dalam kantong pengeraman,
telur dapat masuk seluruhnya. Namun demikian apabila ukuran si jantan lebih kecil dari pada induk
betina, sering terjadi sebagian telur tidak masuk ke dalam kantung jantan dan berhamburan di dasar bak.
Telur yang tidak berhasil masuk ke dalam kantung akan mati, sedangkan telur-telur yang berhasil
dimasukan akan menetas menjadi larva pada hari ke lima. Larva akan berada dalam kantung pengeraman
hingga berubah menjadi juwana, yaitu sekitar 10 hari, kemudian juwana akan dilepaskan/dilahirkan ke
dalam air media pemeliharaan.
Kelahiran
Kuda laut jantan mengalami kehamilan selama 2-3 minggu. Dalam sekali fertilisasi bisa terdapat
sekitar 50-1500 anak kuda laut yang berkembang di dalam kantung telur jantan. Di dalam kantung telur
jantan terdapat pembuluh kapiler yang berfungsi memberikan nutrisi dan oksigen kepada anak-anak kuda
laut. Pada saat jantan siap melahirkan, kantung telurnya memanjang dan berbentuk seperti elips.
Kemudian terjadi tegangan otot dan kantung telur mulai bergerak ke depan dan ke belakang, batu
kemudian anak kuda laut lahir. Setelah anak kuda laut lahir kantung induk kembali ke bentuk semula,
yang biasanya memerlukan waktu sekitar satu jam. Kemudian kuda laut jantan siap melakukan
perkawinan lagi dalam beberapa jam setelah kelahiran.

Saat Kuda Laut Jantan melahirkan

Bayi-bayi tersebut tidak keluar secara langsung, namun dibutuhkan waktu beberapa jam, bahkan
beberapa hari hingga semua bayi dalam kantung telur dikeluarkan. Setelah melahirkan ada beberapa kuda
laut jantan yang mengalami kematian akibat adanya pembusukan sisa bayi yang tidak berhasil
dikeluarkan (mati) di dalam kantung. Bayi-bayi ini sudah lebih dulu mati karena terlalu lama menunggu
antrian untuk keluar. Bangkainya tentu saja mengandung infeksi bakteri yang dapat membuat kuda laut
jantan meninggal. Untuk kuda laut jantan yang berhasil hidup, kantung telurnya akan kembali ke ukuran
semula setelah melahirkan dan kemudian siap untuk kawin kembali . Ukuran bayi-nayi kuda laut yang
baru lahir sekitar beberapa milimeter dan bantuknya sudah menyerupai kula laut dewasa. Mereka akan
segera menjelajah lingkungan hidupnya begitu keluar dari kantung telur. Setelah 4 bulan, ukurannya akan
bertambah menjadi 2.5 inchi. Pertumbuhannya ini sangat dipengaruhi oleh kemampuannya mencari
makan.
Daftar Pustaka
DKP. 2004. Pembenihan Kuda Laut. Diakses melalui : http://www.dkp.go.id/content.php?
c:1301.
Effendi, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara.
Saanin, H. 1988. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1. IKAPI : Penerbit Binacipta.

Reproduksi Belut
Belut adalah kelompok ikan berbentuk mirip ular yang termasuk dalam suku Synbranchidae. Suku ini
terdiri dari empat genera dengan total 20 jenis. Jenis-jenisnya banyak yang belum diperikan dengan lengkap
sehingga angka-angka itu dapat berubah. Anggotanya bersifat pantropis (ditemukan di semua daerah tropika).
Belut berbeda dengan sidat, yang sering dipertukarkan. Ikan ini boleh dikatakan tidak memiliki sirip, kecuali sirip
ekor yang juga tereduksi, sementara sidat masih memiliki sirip yang jelas. Ciri khas belut yang lain adalah tidak
bersisik (atau hanya sedikit), dapat bernapas dari udara, bukaan insang sempit, tidak memiliki kantung renang dan
tulang rusuk. Belut praktis merupakan hewan air darat, sementara kebanyakan sidat hidup di laut meski ada pula
yang di air tawar. Mata belut kebanyakan tidak berfungsi baik; jenis-jenis yang tinggal di gua malahan buta. Dan
ia aktif di malam hari. Hewan ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu hidup berbulan-bulan
tanpa air, asalkan lingkungannya tetap basah. Hewan ini bahkan mampu menyerap oksigen lewat kulitnya.
Kebiasaaannya adalah bersarang di dalam lubang berlumpur dan menunggu mangsa yang lewat. Walaupun
berasal dari daerah tropika, belut sawah diketahui dapat bertahan hidup melewati musim dingin dengan suhu
sangat rendah.
Ukuran tubuh bervariasi. Monopterus indicus hanya berukuran 8,5 cm, sementara belut marmer
Synbranchus marmoratus diketahui dapat mencapai 1,5m. Belut sawah sendiri, yang biasa dijumpai di sawah dan
dijual untuk dimakan, dapat mencapai panjang sekitar 1m (dalam bahasa Betawi disebut moa). Kebanyakan belut
tidak suka berenang dan lebih suka bersembunyi di dalam lumpur. Semua belut adalah pemangsa. Mangsanya
biasanya hewan-hewan kecil di rawa atau sungai, seperti ikan, katak, serangga, serta krustasea kecil. Belut sawah
berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara barat. Belut sekarang bahkan dilaporkan telah menghuni rawa-rawa di
Hawaii, Florida, dan Georgia di Amerika Serikat dan dianggap sebagai hewan invasif. Belut merupakan jenis ikan
yang bisa berubah kelamin (hermaprodit) yaitu dimasa usia muda berjenis kelamin betina, dimasa berikutnya
yaitu jika sudah usia tua akan berubah menjadi berjenis kelamin jantan.
Jenis-jenis belut, terdapat tiga jenis belut yang dikenal selama ini kita kenal, yaitu : Belut Sawah
(Monopterus albus), Belut Rawa (Synbrancus bengalensis) dan Belut laut (Macrotema caligans).
Belut sawah memiliki ukuran panjang tubuh 20 kali dari lebar badannya, serta memiliki tiga lengkung
insang.Sedangkan belut rawa memiliki ukuran panjang tubuh 30 kali dari lebar badannya, serta memiliki 4
lengkung insang. Sedangkan belut laut memiliki mata yang sangat kecil dan 4 lengkung insang. Belut sawah
memiliki ukurang panjang rata-rata antara 25-40 cm dengan diameter sekitar 1,5 cm.
Secara taksonomi, belut termasuk kedalam Kelas Pisces, akan tetapi ciri fisiknya sedikit berbeda dengan
Kelas Pisces lainnya. Tubuh belut hampir menyerupai ular, yaitu gilig (silindris) memanjang, tidak bersisik,
hanya dilapisi kulit yang hampir mirip dengan plastik. Kulit belut berwarna kecoklatan, mulut dilengkapi dengan
gigi-gigi runcing kecil-kecil berbentuk kerucut dengan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekitar mulut .
Belut merupakan hewan karnivora, oleh karena itu memiliki lambung yang besar, palsu, tebal, dan elastis.
Panjang tubuhnya mencapai 90 cm. Belut hidup di perairan dangkal dan berlumpur, tepian sungai, kanal, serata
danau dengan kedalaman kurang dari 3 meter. Belut di habitat aslinya hidup pada media berupa 80% lumpur dan
20% air.
Secara ekologi, belut dapat dijadikan indikator pencemaran lingkungan karena hewan ini mudah
beradaptasi. Lenyapnya belut menandakan kerusakan lingkungan yang sangat parah telah terjadi. Belut adalah
predator ganas di lingkungan rawa dan sawah. Makanannya ikan kecil, cacing, krustasea. Ia aktif di malam hari.
Hewan ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu hidup berbulan-bulan tanpa air, asalkan
lingkungannya tetap basah. Hewan ini bahkan mampu menyerap oksigen lewat kulitnya. Kebiasaaannya adalah
bersarang di dalam lubang berlumpur dan menunggu mangsa yang lewat. Walaupun berasal dari daerah tropika,
belut sawah diketahui dapat bertahan hidup melewati musim dingin dengan suhu sangat rendah. Kombinasi sifat-
sifat yang dimiliki belut membuatnya menjadi hewan yang dianggap berbahaya bagi lingkungan yang bukan
habitatnya.
Belut lebih menyukai hidup didalam lumpur atau genangan air tawar yang tak mengalir dan tidak betah
kena cahaya dan ikan ini juga mampu hidup dalam air dengan kadar oksigen yang sangat rendah. Karena belut
mempunyai alat pernapasan tambahan yakni berupa kulit tipis berlendir yang terdapat dirongga mulut.
Hal lain yang sangat menarik perhatian pada belut adalah kelaminnya yang hemaphrodit, yang mana belut
yang berumur muda adalah berjenis kelamin betina (berukuran ± 10-30 cm) sementara yang jantan berukuran
lebih panjang lagi (ukurannya diatas 30 cm). Pada dasarnya belut punya kebiasaan makan bersifat Carnivora atau
pemakan daging, dimasa kecil suka makan jasad renik dari jenis zooplankton atau zoobenthos. Belut dewasa
memakan jenis binatang yang lebih besar lagi seperti larva serangga, cacing , jentik, siput bahkan benih ikan
kecil.
Sistem Reproduksi Pada Belut
Penentuan kelamin pada belut dipengaruhi oleh lingkungan, kepadatan populasi lebih tinggi
menghasilkan proporsi jantan yang tinggi. Dalam sungai yang luas, sebagian besar belut menjadi betina
sedangkan dalam aliran kecil proporsi jantan mungkin tinggi terutama sekali jika aliran mempunyai habitat yang
relatif tidak menguntungkan. Contoh, hanya betina yang ditemukan di sungai St. Laurence sedangkan di sungai
Saint John, NB, 97% adalah betina. Di dalam sungai Timur, Chester, di pantai Atlentik Nova Scotia yang kecil,
asam, dan kurang produktif, sekitar 60% dari belut perak merupakan jantan.
1. Betina

Pada belut saluran reproduksi wanita adalah satu dan karena


itu jauh lebih mudah untuk dipelajari . Vagina yang pendek
mengarah ke dalam tubuh . Telur menetas sebelum mereka
meninggalkan rahim . Sebagian besar memiliki saluran telur
relatif panjang , tapi di sini saluran telur sangat mencolok .
Ovarium dapat dibedakan sebagai bagian yang paling anterior.
Telur bersel tunggal ( zigot ) biasanya dapat diamati dalam
bagian dari saluran tersebut . Tahap pembelahan embrio dapat
ditemukan di bagian posterior .

Gambar. Penampang belut betina

2. Jantan
Belut jantan dewasa umumnya memiliki saluran reproduksi
tunggal, dan jelas lebih kecil daripada betina. Mereka dapat
dibedakan dari betina dengan ukuran mereka lebih kecil,
dengan adanya spikula chitinous dekat kloaka, dan oleh
kurangnya pori genital (selain dari anus). Vas deferens
(saluran sperma) bergabung dengan saluran pencernaan untuk
membentuk kloaka, yang mengarah ke anus. Sebuah bagian
yang diperbesar dari saluran sperma, vesikula seminalis,
sering berada di bagian anterior. Vas deferens bersambungan
secara anterior dengan testis – hal ini seringkali membuat
sulit untuk membedakannya sebagai bagian dari sistem
reproduksi tersebut.
3. Sayatan melintang bagian tubuh belut
Gambar. Sayatan melintang tubuh belut.

4. Komponen penyusun satuan reproduksi


Berdasarkan gambar di atas, maka komponen penyusun satuan reproduksi pada belut adalah sebagai beriku.
a. Betina
- Ovary
- Uterus
- oviduct
b. Jantan
- Vas deferens
- Testis
- Vesikula seminalis
Reproduksi Belut
Belut merupakan jenis ikan yang bisa berubah kelamin (hermaprodit) yaitu dimasa usia muda berjenis kelamin
betina, dimasa berikutnya yaitu jika sudah usia tua akan berubah menjadi berjenis kelamin jantan. Hewan betina
bersarang di lubang, dan meletakkan telur-telurnya pada busa-busa di air yang dangkal. Jika telur menetas,
keluarlah belut muda yang semuanya betina. Dalam perkembangannya, beberapa ekor akan menjadi jantan.
Secara alami belut berkembang biak setahun sekali, tapi dengan masa perkawinan yang panjang, yakni mulai
dari musim penghujan sampai kepada musim kemarau, perkawinan terjadi pada malam hari dengan suhu ±
20°C, biasanya telur yang telah dibuahi akan dijaga oleh belut jantan dalam sarang sampai menetas dan akan
menetas setelah 9 – 10 hari.
Untuk keperluan induk diperlukan dua macam ukuran belut yang berbeda umur, yakni;
- Belut yang panjangnya antara 20 – 30 cm, ini merupakan belut betina yang siap kawin.
- Belut yang panjangnya sudah lebih dari 40 cm, ini merupakan belut yang berfungsi sebagai pejantan, berfungsi
untuk mengambil oksigen dari udara bebas sedangkan insang mengambil oksigen dari dalam air.

Life Cycle of Eel

Belut beraktivitas pada malam hari (nocturnal) dan cenderung bersembunyi di lubang atau di
celah-celah tanah liat. Belut memangsa berbagai jenis serangga dan merupakan predator bagi berbagai
jenis hewan kelas ikan, cacing cacingan, siput, dan hewan kecil yang hidup di perairan (Roy 2009). Belut
termasuk hewan hemaprodit protogini, yaitu sebutan bagi ikan yang mengalami masa hidup sebagai
betina pada awalnya dan kemudian berubah menjadi jantan. Belut memiliki kelenjar kelamin (gonad)
yang mampu melakukan proses diferensiasi, dari fase betina ke fase jantan. Kelamin belut saat muda
adalah betina namun ketika berumur 9 bulan (fase dewasa) belut akan mengalami pergantian kelamin
menjadi jantan. Belut yang masih muda memiliki gonad, testes dan ovarium, setelah jaringan ovariumnya
berfungsi dan dapat mengeluarkan telur, kemudian terjadi masa transisi yaitu membesarnya jaringan
testes dan ovariumnya mengecil. Belut yang telah tua, telurnya telah tereduksi sehingga sebagian besar
gonadnya terisi oleh jaringan testes. Karena belut bersifat hermaprodit protogini, yaitu berganti kelamin
dari betina ke jantan, maka tidaklah terlalu sulit untuk mencari pasangan-pasangannya untuk berpijah.
Belut mampu berkembang biak tiap tahun. Masa perkawinannya sangat panjang, yaitu mulai musim hujan
sampai permulaan musim kemarau (sekitar 4 s/d 5 bulan).
Induk belut betina, umumnya berwarna cerah (coklat muda). Dengan ukuran panjang tubuh 20 – 30 cm,
Bentuk kepala meruncing (kecil), berusia di bawah 9 bulan sejak menetas, sisi perutnya halus dan bening
serta bila telah kawin, perutnya tampak membesar. Induk belut jantan, berwarna gelap (agak kehitaman).
Dengan ukuran panjang tubuh lebih dari 40 cm, Bentuk kepala tumpul, berusia 9 bulan sejak menetas.

DAFTAR PUSTAKA

B. Sarwono, 1987. Budidaya Belut dan Sidat Seri Perikanan   XVIII/77/87. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Departemen Pertanian, 1984.  Penyakit Ikan Air Tawar  oleh Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan
Pertanian, Jakarta.

Gufri dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Belut Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

R.H.Simanjuntak B.Sc.1988. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara Karya Aksara Jakarta  1988.

Reproduksi Katak
Katak merupakan hewan yang dapat hidup di darat dan di air. Katak muda hidup di air dan
bernapas dengan insang. Katak dewasa hidup di darat dan bernapas menggunakan paru-paru. Ketika katak
dewasa akan bertelur, katak tersebut akan menuju air untuk mengeluarkan telur-telurnya. Katak
mempunyai kulit yang selalu basah untuk membantu pernapasannya karena kulit yang selalu basah ini
banyak mengandung pembuluh darah sehingga dapat membantu oksigen berdifusi melalui kulitnya.
Katak bergerak dengan keempat kakinya. Selain itu, Katak berkembang biak dengan bertelur.
Pembuahannya terjadi secara eksternal. Pertemuan antara sel telur dan sperma terjadi di dalam air. Katak
mengalami metamorfosis dari zigot-embrio-kecebong-katak kecil-katak dewasa.

Siklus Hidup Katak

Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang
busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan menyimpan telurnya di
antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya
di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas
bahkan hingga menjadi kodok kecil.Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung
dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun.

Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong yang bertubuh mirip ikan
gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki
belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya
insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak
kecil.

Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada
ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil
betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya
limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana
beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok
dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala
digunakan.

Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung
betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok
jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan
kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si
betina.

Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka
meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan
mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan
bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis.
Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya
telur katak hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga telur katak harus
berkembang di lingkungan yang sangat lembab atau berair.

Fisiologi Sistem Reproduksi Katak

Fertilisasi pada katak pada umumnya terjadi secara eksternal. Prosesnya terjadi dimana katak
jantan menjepit katak betina ketika perkawinan (yaitu ketika telur di lepaskan segera sperma di
semprotkan). Katak betina mempunyai 2 ovarium, yang terletak di sebelah ventral mesonefros. Telur
dewasa keluar lalu masuk ke dalam selom, lalu tertarik ke dalam ovinduk. Di sekitar sejumlah telur itu,
terbentuk selubung gelatinosa dan pembentukan selubung itu terjadi ketika telur masih dalam ovinduk.
Katak sawah jantan mempunyai 2 testes yang berhubungan dengan ‘ginjal’ melalui beberapa vasa
efrensia. Spermatozoa mencapai kloaka melalui saluran Wolff. Perkembangan selanjutnya terjadi dalam
air. Pembelahan total inekual. Gastrulasi berakhir terutama setelah terbentuknya 2 lapisan mesoderm.
Dalam perkembangan selanjutnya terbentuk stadium larva akuatis, yang bernapas dengan insang dan di
sebut berudu, dan dengan metamorphosis terjadi katak dewasa.

Organ reproduksi katak terbagi atas alat kelamin luar dan alat kelamin dalam, alat kelamin
luarnya kloaka sedangkan alat kelamin dalamnya adalah oviduk dan ovarium yang fungsinya sama seperti
oviduk dan ovarium yang terdapat pada ikan.
Fisiologi Sistem Reproduksi Katak Jantan

1. Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium.
Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen.
2. Saluran reproduksi. Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari
testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies
akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula
seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran
halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus
wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang
masih jelas dijumpai.
Fisiologi Sistem Reproduksi Katak Betina

1. Pada betina, ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna
kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis,
masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium
2. Saluran reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan
bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal.
Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya
bermuara di kloaka. (Buku SH II, diktat asistensi Anatomi Hewan).

Mekanisme Reproduksi Katak


Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan katak betina
tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak jantan
dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak
betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air.
Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya, ovum katak
yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan
melalui oviduk. Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung
yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduk nya berkelok-
kelok dan bermuara di kloaka. Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan
menyusul mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan
ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas deferens sperma lalu
bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga
kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur. Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian
berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan
melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap. Setelah tiga bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi
metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani muncul ke permukaan
air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernafas dengan dua organ, yaitu
insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek
hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.

Metamorfosis Katak

Pada awalnya, katak betina dewasa akan bertelur, kemudian telur tersebut akan menetas setelah
10 hari. Setelah menetas, telur katak tersebut menetas menjadi Berudu.berudu hidup di air Setelah
berumur 2 hari, Berudu mempunyai insang luar yang berbulu untuk bernapas. Setelah berumur 3 minggu
insang berudu akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur 8 minggu, kaki belakang berudu akan terbentuk
kemudian membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12 minggu, kaki depannya mulai
berbentuk,ingsang tak berfungsi lagi ekornya menjadi pendek serta bernapas dengan paru-paru.maka
bentuk dari muka akan lebih jelas Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan
berubah menjadi katak dewasa dan kmbali berkembang biak.

Ada beberapa hal yang berbeda dari daur amfibi pada umumnya. Beberapa spesies salamander
tidak perlu bermetamorfosis untuk menjadi dewasa sepenuhnya secara seksual, dan hanya akan
bermetamorfosis dalam tekanan kondisi lingkungan tertentu. Banyak spesies kodok tropis meletakkan
telurnya di darat, di mana kecebong bermetamorfosis di dalam telur. Ketika mereka menetas, mereka
menjadi dewasa yang belum benar-benar matang, kadang-kadang masih memiliki ekor yang dalam
beberapa hari kemudian diserap kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Gilbert, S.F. 2006. Developmental Biology (8th Edition). USA: SinauerAssociates, Inc. Soenderland,
Massacuet.
Hikmat, Anwar. 2013. Reproduksi Amphibi. (diakses dari http://hikmat.web.id/ pada hari Sabtu, 4
Oktober 2014 pukul 14.32 WITA).
Jasin, Maskoeri. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Wijaya utama.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Supriatun, Dian. 2012. Reproduksi Katak. http://warungngapakdyan.blogspot.com/ pada hari Sabtu, 4
Oktober 2014 pukul 14.41 WITA.

Reproduksi Burung

Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil
tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai
dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat
sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di
Indonesia.Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves. Nama kelas aves berasal dari
bahasa latin, dan nama ilmu yang mempelajari burung ortinology berasal dari bahasa yunani, yaitu ornis.
Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku
Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria.

Aves berkembang biak dengan bertelur. Telur aves mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena
berkapur. Pada aves jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir
yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas.Alih-alih mengerami,
burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi
menetaskan telur-telur itu. Cara bereproduksi aves adalah dengan cara bertelur sehingga pada aves memilki organ
reproduksi yang berbeda dengan mamalia. Kelompok aves merupakan hewan ovipar.Sehingga tidak memiliki alat
kelamin luar.Walaupun demikian, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling
menempelkan kloaka. Pada aves organ reproduksi jantan berupa testes, epididimis dan ductus deferens.Sedangkan
pada betina terdiri dari satu ovarium dan satu ovidak.
Sistem Reproduksi Aves Betina

Anatomi alat reproduksi ayam betina terdiri atas dua bagian utama, yakni ovarium dan oviduk. Ovarium adalah
tempat sisntesis hormon steroid seksual, gametogenesis dan perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel).
Oviduk adalah tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur dan pembentukan kerabang kuning telur.
Organ reproduksi ayam betina terdiri atas indung telur (ovarium) dan saluran telur (oviduk). Ovarium ayam
terletak pada rongga badan sebelah kiri. Pada saat perkembangan embrionik ovarium dan oviduk sebelah kiri
mengalami perkembangan sempurna sedangkan ovarium dan oviduk sebelah kanan mengalami degenerasi
menjadi rudimen.
Pada hewan betina terdapat sepasang ovary, hanya yang dextrum mengalami atrophis (mengecil dan tidak bekerja
lagi). Dari ovary menjulur oviduct panjang berkelok-kelok, berlubang pada bagian cranial dengan suatu bentuk
corong. Lubang oviduct itu disebut ostium abdominalis.
Ovarium
Ovarium pada unggas dinamakan folikel. Bentuk ovarium seperti buah anggur dan terletak pada rongga perut
berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum meso-ovarium. Besar ovarium pada saat ayam
menetas 0.3 g kemudian mencapai panjang 1.5 cm pada ayam betina umur 12 minggu dan mempunyai berat 60 g
pada tiga minggu sebelum dewasa kelamin. Ovarium ayam betina biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang sedang
berkembang, berwarna kuning besar (yolk) dan sejumlah besar folikel putih kecil yang menunjukkan sebagai
kuning telur yang belum dewasa.
Ayam yang belum dewasa memiliki ovarium dan oviduk kecil yang belum berkembang sempurna. Pertumbuahan
kelenjar telur dirangsang oleh Follicle Stimulating Hormon (FSH) yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari anterior.
Hormon ini menyebabkan ovarium berkembang dan folikel mengalami pertumbuhan. Produksi FSH secara
normal dirangsang oleh peningkatan periode pencahayaan. Secara alami, peningkatan FSH disebabkan oleh
pertambahan periode siang hari pada musim semi. Ovarium ayam dewasa menskresikan hormon estrogen dan
progesteron. Hormon estrogen menyebabkan terjadinya : 1) perkembangan oviduk; 2) peningkatan kadar kalsium
darah, protein, lemak, vitamin dan bahan-bahan lain yang diperlukan dalam proses pembentukan telur; 3)
merangsang peregangan tulang pulbis untuk mempersiapkan ayam betina dalam proses bertelur.
Hormon progesteron berfungsi sebagai releasing factor di hipotalamus yang menyebabkan pembesaran
Luteinizing hormon (LH) dari pituitari anterior. LH berfungsi merangsang sel-sel granulosa dan sel-sel techa pada
folikel yang masak untuk memproduksi estrogen. Kadar estrogen yang tinggi menyebabkan produksi LH semakin
tinggi. Tingginya kadar LH menyebabkan terjadinya proses ovulasi pada folikel yang masak. Ovarium pada ayam
dibagi dalam dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar dan medulla pada bagian dalam.Cortex mengandung
folikel yang sedang tumbuh. Jumlah sel telur dapat mencapai 12.000 buah. Ovarium ayam biasanya terdiri dari 5-
6 folikel yang sedang tumbuh, berwarna kuning (yolk) dan sejumlah besar folikel putih kecil yang menunjukkan
sebagai folikel yolk yang belum masak.
Oviduk
Oviduk merupakan saluran tempat disekresikan albumen, membran kerabang dan pembentukan kerabang. Oviduk
memiliki sistem penyediaan darah yang baik dan memiliki dinding-dinding otot yang hampir selalu bergerak
selama proses pembentukan telur. Oviduk pada ayam yang belum dewasa berukuran kecil dan meningkat saat
memasuki periode produktif. Ukuran oviduk mengalami perubahan sejalan dengan aktivitas reproduksi . Oviduk
pada ayam identik dengan rahim atau uterus pada mamalia.Rahim pada mamalia merupakan tempat
perkembangan embrio sedangkan oviduk pada ayam merupakan tempat pembentukan telur. Oviduk juga
berfungsi tempat penyimpanan sperma sementara. Dinding oviduk selanjutnya tersusun aatas musculus dan
epithelium yang bersifat glandulair, yang memberi sekresi yang kelak membungkus telur, yakni albumen sebagai
putih telur, membran tipis di sebelah luar albumen dan cangkok yang berbahan zat kapur yang dibuat oleh
kelenjar disebelah caudal. Uterus yang sebenarnya belum ada. Ukuran oviduk bervariasi tergantung pada tingkat
daur reproduksi setiap spesies unggas. Perubahan ukuran dipengaruhi oleh tingkat hormon gonadotropin yang
disekresikan oleh pituitari anterior serta produksi hormon estrogen dari ovarium. Oviduk pada ayam dibagi dalam
5 bagian yaitu infundibulum, magnum, isthmus, uterus dan vagina.
1. Infundibulum atau Papilon
Infundibulum terdiri atas corong atau fibria dengan panjang ± 9 cm yang berfungsi menerima folikel yolk
yang telah diovulasikan.Bagian kalasiferous merupakan tempat terbentuknya kalaza. Dalam keadaan normal
infundibulum tidak aktif, dan aktif ketika folikel yolk diovulasikan. Panjang infundibulum adalah 9 cm dan
fungsi utama infundibulum hanya menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan mensekresikan
sumber protein yang mengelilingi membrane vitelina. Kuning telur berada pada bagian ini berkisar 15-30
menit. Perbatasan antara infundibulum dan magnum dinamakan sarang spermatozoa yang merupakan
terminal akhir dari lalu lintas spermatozoa sebelum terjadi pembuahan (Yuwanta, 2004).
2. Magnum
Magnum merupakan bagian yang terpanjang dari oviduk (33 cm).magnum tersusun dari galndula tubuler
yang sangat sensible. Sintesis dan sekresi putih telur terjadi di sini. Mukosa dari magnum tersusun dari sel
gobelet.Sel gobelet mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning telur berada di magnum untuk
dibungkus dengan putih telur selama 3.5 jam.
3. Isthmus
Isthmus mensekresikan membran atau selaput telur. Panjang saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di
sini sekitar 1 jam 15 menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan yang berdekatan dengan magnum berwarna
putih, sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus mengandung banyak pembuluh darah sehingga memberikan
warna merah (Yuwanta, 2004). Isthmus merupakan bagian oviduk dengan panjang ± 10 cm yang tersusun atas
kelenjar dengan jumlah sedikit. Isthmus berfungsi mensekresikan selaput telur atau membran kerabang.
4. Uterus
Uterus disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10 cm. Pada bagian ini terjadi dua fenomena, yaitu
hidratasi putih telur atau plumping, kemudian terbentuk kerabang telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas
sel phorphirin akan terbentuk di bagian ini pada akhir meineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi antara
20-21 jam.
5. Vagina
Panjang vagina pada ayam ± 7 cm. Vagina merupakan bagian akhir dari saluran oviduk yang bermuara pada
kloaka.Vagina merupakan tempat telur ditahan untuk sementara dan dikeluarkan apabila sudah sempurna.
Perjalanan folikel yolk pada saluran reproduksi dalam proses pembentukan telur disajikan pada tabel berikut

Tabel. Perkiraan panjang bagian oviduk dan waktu pembentukan telur


Bagian oviduk Perkiraan panjang (cm) P Perjalanan yolk (jam)

Infundibulum ± 11,0 0,25

Magnum ± 33,6 3,0

Isthmus ± 10,6 1,25

Uterus ± 10,1 20,75

Vagina ± 6,9 -
Pada vagina hampir tidak terdapat sekresi di dalam pembentukan telur, kecuali pembentukan kutikula.
Telur melewati vagina dengan capat, yaitu sekitar tiga menit, kemudian dikeluarkan (oviposition) dan 30
menit setelah peneluran akan kembali terjadi ovulasi.
Kloaka
Kloaka merupakan bagian ujung luar dari oviduk tempat dikeluarkannya telur. Total wajtu yang
diperlukan dalam pembentukan sebutir telur adalah 25-26 jam. Inilah mengapa seekor ayam tidak mampu
bertelur lebih dari sebutir per harinya. Di samping itu, saluran reproduksi ayam betina bersifat tunggal.
Artinya, hanya oviduk bagian kiri yang mampu berkembang.Padahal, ketika ada benda asing seperti yolk
dan gumpalan darah, ovulasi tidak dapat terjadi. Proses pengeluaran telur ini diatur oleh hormone
oksitosin dari pituitarian bagian belakang (pituitaria pors posterior).
Hormon Reproduksi Aves
Hormon yang mempengaruhi proses reproduksi pada ayam betina terutama dipengaruhi oleh
hormon yang dihasilkan dari kelenjar pituitari dan ovarium. Kelenjar pituitari dibagi dalam dua lobus
yaitu pituitari anterior (adenohipofisa) dan pituitari posterior (neurohipofisa). Pituitari anterior
menghasilkan hormon reproduksi meliputi 1) Follicle Stimulating Hormon (FSH), 2) Luteinizing
hormon (LH), 3) Luteotropic hormon (prolaktin/LTH) dan hormon metabolisme meliputi 1) Growth
hormon (GH), 2) Adrenocorticitropin (ACTH), 3) Tyrotropin (TSH), 4) Melatonin (MSH). Pituitari
posterior menghasilkan hormon oxytocin dan vasopressin. Ovarium menghasilkan hormon estrogen,
progesteron dan androge.
Follicle Stimulating Hormon (FSH) adalah hormon gonadotropin yang menunjang aktivitas
gonad. Fungsi hormon FSH adalah menstimulasi pertumbuhan folikel ovarium dan mengaktifkan kerja
ovarium untuk mempersiapkan ayam betina bereproduksi. Hormon FSH mempunyai berat molekul
antara 30.000-67.000 Dalton. FSH memiliki sifat larut dalam air dan molekul cukup stabil pada pH 4-
11. Titik isoelektrik FSH pada pH 4,8. Pada umumnya FSH mengandung fruktosa, heksosa,
heksosamin, dan asam sialat.Asam sialat berperan penting untuk fungsi biologi FSH, jika asam sialat
dihancurkan atau lepas dari rangkaian asam amino maka FSH kehilangan daya kerja.
Luteinizing hormon (LH) adalah hormon gonadotropin yang perperan dalam proses ovulasi
folikel yolk yang telah masak. Hormon LH merobek membran vetilen folikel pada bagian stigma
sehingga ovum bisa diovulasikan dari ovarium. Hormon LH memilki berat molekul sekitar 32.000
Dalton dengan jumlah asam amino kurang lebih 216. Molekul LH terdiri atas 2 sub unit yaitu sub unit
alfa dengan jumlah asam amino sedikit (96 buah) dan sub unit beta mempunyai asam amino banyak
(120 buah). Hormon LH mengandung sedikit asam sialat.
Luteotropic hormon (prolaktin/LTH) adalah hormon yang dihasilkan dari pituitari anterior yang
berpengaruh negatif terhadap kerja hormon gonadotropin. Hormon prolaktin menyebabkan sifat
mengeram dan berhentinya produksi telur. Hormon prolaktin pada ayam secara alami disekresi pada
akhir periode bertelur. Mekanisme terjadinya mengeram diawali dari hasil akhir aktivitas hormon
endokrin yang merupakan mediator untuk sekresi vasoactive intestinal polypeptide (VIP) yang
merupaka 28 asam amino neuropeptide.VIP dihasilkan dari bagian utama hipotalamus yang
mengaktifkan sekresi prolaktin dari pituitari anterior. Hormon prolaktin mempertahankan kebiasaan
mengeram dengan adanya aksi gen reseptor prolaktin. Hormon prolaktin pada merpati menyebabkan
sekresi susu tembolok. Hormon prolaktin terdiri dari 198 asam amino yang memilki berat molekul
sekitar 23.300 Dalton dengan titik isoeletrik pada pH 5,7.
Hormon oxytocin adalah hormon yang disekresi dari pituitari posterior.Hormon oxytocin
perperan terhadap proses peneluran (ovoposition) yaitu menstimulasi kontraksi oviduk untuk
menggerakkan telur keluar dari oviduk . Injeksi hormon oxytocin secara intravena mampu menpercepat
proses peneluran dan menstimulasi ayam untuk bertelur.
Hormon estrogen adalah hormon steroid yang dihasilkan ovarium, tersusun atas 18 atom karbon
dengan inti steroid cyclopentano perhydro phenanthren. Hormon estrogen berperan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan folikel serta menstimulasi pelepasan LH. Fungsi hormon estrogen yang
lain meliputi 1) mempengaruhi perkembangan karakter seksual sekunder betina, 2) mempengaruhi
pigmentasi bulu spesifik bagi ayam betina, 3) mempengaruhi perkembangan oviduk untuk persiapan
bertelur, 4) mempengaruhi perkembangan tulang pulbis dan kloaka sehingga mempermudah proses
bertelur, 5) meningkatkan metabolisme kalsium untuk pembentukan kerabang telur, 6) meningkatkan
metabolisme lemak untuk pertumbuhan yolk, 7) mempengaruhi tingkah laku kawin dan mengeram.
Hormon progesteron dihasilkan dari epiteliun supervisial ovum. Hormon progesteron berfungsi
menstimulasi hipotalamus untuk mengaktifkan factor releasing hormone agar memacu sekresi LH dari
pituitari anterior. Fungi yang lain yaitu bersama androgen mengatur perkembangan oviduk untuk sekresi
albumen dari magnum. Pemberian progesteron dengan dosis tinggi akan mengakibatkan folikel atresia,
ovulasi terhambat dan insting keibuan. Progesteron, yang bekerja terhadap hormon releasing factor pada
hipothalamus, menyebabkan terlepasnya luteinizing jhormone(LH) dari pituitari anterior yang
selanjutnya menyebabkan terlepasnya sebuah yolk yang telah masak dari ovarium. Progesteron juga
penting untuk menjalankan fungsi oviduk.Ketika yolk turun melalui oviduk, bahan-bahan telur lainnya
dibentuk di sini. Pengeluaran telur dari oviduk kemungkinan juga dipengaruhi oleh kontrol hormonal.
Injeksi ikstrak pituitari posterior akan menyebabkan pengeluaran sebuah telur dari juterus. Namun,
penghilangan pituitari posterior tidak menghilangkan kemampuan pengeluaran telur (oviposisi).
Hormon androgen pada ayam betina berperan dalam pertumbuhan jengger, sifat bertarung dan
membantu sekresi albumen dari magnum (hartanto, 2010). Sekresi hormon-hormon pada ayam
dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya berhubungan dengan waktu biologi (circadian clock) yang diatur oleh
kelenjar pineal dalam mensekresikan melatonin yang mampu mengatur aktivitas harian ayam. Kelenjar
pineal menghasilkan hormon melatonin yang disekresikan pada malam hari sehingga tidak ada aktivitas
pada malam hari.Hormon melatonin berperan dalam mengatur ritme harian dan fungsi fisiologis bagian-
bagian lain.
Cahaya alami dan buatan menyebabkan proses peneluran terjadi lebih awal. Hasil produksi
optimal pada ayam dapat dicapai dengan pencahayaan secara kontinyu selama 12-14 jam. Cahaya
berwarna merah dan orange mempunyai pengaruh stimulasi yang lebih kuat terhadap hipofisis dan
gonad.

Pembentukan Telur
Telur ayam terdiri dari sebuah sel reproduktif seperti pada mamalia. Pada ayam, sel tersebut
dikelilingi oleh kuning telur (yolk), albumen, membran kerabang, kerabang, dan kutikula. Ovarium
bertanggung jawab terhadap pembentukan kuning telur, sedangkan bagian telur lainnya berasal dari
oviduk.
Ovarium
a) Pembentukan kuning telur (yolk)
Kuning telur (yolk) bukan sel reproduktif sejati, tetapi merupakan sumber bahan pakan bagi sel kecil
(balstoderm) dan selanjutnya digunakan oleh embrio untuk menunjang pertumbuhannya.
Apabila ayam dara mencapai dewasa kelamin, ovarium dan oviduk mengalami perubahan-perubahan
sekitar 11 hari sebelum ayam dara bertelur pertama, yaitu kelenjar pituitari anterior memproduksi
folikel stimulating hormon (FSH). Akibatnya, ukuran folikel ovarium bertambah. Ovarium yang aktif
mulai mengasilkan hormon estrogen, progesteron, dan testosteron (sex steroid). Tingkat estrogen
plasma darah yang tinggi memulai perkembangan tulang medulair, merangsang protein yolk, dan
pembetukkan lemak oleh hait. Sementara ukuran oviduk bertambah besar sehingga memungkinkan
memproduksi protein albume, membran kerabang, kalsium karbonat kerabang, dan kutikula.
Yolk pertama menjadi dewasa karena sebagian besar bahan yolk yang diproduksi di hati dialirkan oleh
darah langsung ke yolk. Satu atau dua hari kemudian, yolk kedua mulai berkembang, dan seterusnya,
sampai pada saat telur pertama dikeluarkan sekitar 5-10 yolk sedang dalam proses perkembangan.
Setiap yolk menjadi dewasa membutuhkan waktu 10-11 hari. Pada awalnya, penimbunan bahan yolk
sangat lambat dan warnanya terang. Akhirnya, ovum mencapai diameter 6 mm pada saat
pertumbuhannya mencapai tingkat yang terbesar dan diameter bertambah sekitar 4 mm setipa hari.
Selama periode yang singkat, sekitar 7 hari sebelum ovulasi 95-99 %, material yolk ditambahkan.
Bahan pewarna yolk adalah xanthophyl, suatu pigmen karoten dari pakan yang dimakan ayam. Pigmen
tersebut ditransfer ke dalam aliran darah dan yolk. Akibatnya, pigmen lebih banyak ditimbun di dalam
yolk selama ayam makan daripada selama waktu gelap bila ayam tidak makan. Hal ini mengakibatkan
timbulnya lapisan terang dan gelap pada bahan yolk, tergantung pada pigmen yang tersedia dalam
pakan. Sekitar 7-11 lingkaran atau lapisan dibentuk oleh setipa butir yolk. Pembentukan yolk agak
seragam. Total ketebalan keduanya, bagian gelap maupun terang, selama penimbunan 24 jam adalah
sekitar 1,5-2,0 mm. Yolk tersusun atas lemak (lipida) dan protein yang bergabung membentuk
lipoprotein. Sepertiga bagian gabungan tersebut adalah fraksi yang rendah densitasnya (low density
fraction, LDF) dan diketahui disintesis oleh hati melalui kerja estrogen. Pada ayam betina yang sedang
produksi LDF tidak tampak pada plasma darah sebagai partikel utuh untuk penimbunan secara
langsung pada folikel ovarium yang sedang berkembang. Bahan yolk diletakkan berdekatan dengan
germinal disk yang selanjutnya diletakkan pada permukaan masa yolk yang globular. Ketika telur
dikeluarkan telur berputar sehingga germinal disk naik kepermukaan.
Proses pertumbuhan folikel yolk dan lipogenesis terbagi dalam tiga fase yaitu fase lambat, menengah
dan cepat. Fase pertumbuhan lambat terjadi pada anak ayam ketika menetas, ovum sudah terbentuk
dengan diameter 0,5 mm. Ovum mengandung protein granula atau cairan perivitelin yang terbungkus
oleh epithelium follicular, kemudian berkembang sesuai dengan pertumbuhan ayam hingga mencapai
1 mm pada umur 6 minggu. Pada saat ayam mencapai dewasa kelamin, ovum sudah berbentuk folikel
yang merupakan akumulsi dari lipida dan protein berkembang menjadi folikel yolk.
Fase pertumbuhan menengah terjadi proses seleksi ovum ukuran 1-3 mm yang berlangsung selama 50
hari, kemudian dilanjutkan selama 10 hari untuk mendapatkan ukuran ovum kira-kira 35mm. Pada fase
perkembangan cepat terjadi proses deposisi lemak dan protein. Fase menengah dan cepat
menyebabkan terbentuknya latebra yang berfungsi sebagai pengatur keseimbangan kuning telur
selama proses pembentukan telur.
Ovum dalam pertumbuhannya dibungkus oleh membran tipis disebut membran vitelin. Bagian luar
dibungkus jaringan ikat yang disebut folikel yang yang terikat dengan ovarium dengan perantara
folikel stalk. Folikel mempunyai banyak vaskularisasi yang berfungsi untuk mentransfer sari-sari
makanan guna menunjang pertumbuhan ovum.

Tabel. Fase pertumbuhan folikel (Yuwanta, 2004)

Keterangan Fase pertumbuhan


Lambat Medium Cepat
Lama (bulan) 4-5 2 0,5
Diameter (mm) <1 2-8 8-40
Berat (g) 0,001 0,01-0,3 20
Jumlah ovum >1000 6-40 5-8
Warna Putih Kuning pucat Kuning
disekresikan
Disekresikan Protein Protein Protein dan lemak
Folikel dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Melalui pembuluh darah ovarium
mendapat suplai makanan dari aorta dorsalis. Material kimiawi yang diangkut melalui sistem
vaskularisasi ke dalam ovarium melalui beberapa lapisan yaitu theca layer, lamina basalis dan
perivitellin. Theca layer merupakan lapisan terluar yang bersifat permiabel sehingga cairan plasma dapat
menembus ke jaringan. Lapisan kedua berupa lamina basalis yang berfungsi sebagai filter untuk
menyaring komponen cairan plasma yang lebih besar. Lapisan ketiga yaitu perivitellin yang berupa
material protein.
Oosit di dalam membran plasma berikatan dengan sejumlah reseptor yangakan membentuk
endocitic sehingga terbentuk material penyusun kuning telur.Sebagian besar penyusun kuning
telur adalah material glandular berupa high density lipoprotein (HDL) dan lipovitelin. Senyawa
ini dengan ion kuat dan pH tinggi akan membentuk kompleks fosfoprotein, fosvitin, ion kalsium,
dan ion besi. Senyawa-senyawa ini membentuk vitelogenin yang merupakan prekusor protein
yang disintesis di dalam hati sebagai respon terhadap estradiol.

Ovulasi
Saat ova dewasa akan dilepaskan dari ovarium masuk ke dalam oviduk dengan suatu proses yang dikenal
sebagai ovulasi. Setiap ovum menggantung pada ovarium dengan sebuah tangkai kecil yang terdiri dari
arteri yang memasok darah pada yolk yang sedang berkembang. Arteri mempunyai banyak cabang-
cabang pada permukaan membrane yolk. Sementara folikel kelihatan sangat vascular, kecuali pada stigma
sebuah pita kecil yang mengelilingi yolk hampir tanpa pembuluh darah.
Apabila ovum dewasa hormone progesterone dihasilkan oleh ovarium, memacuk hipotalamus untuk
melepaskan Luteinising Hormone (LH) dari pituitary anterior. Hal ini mengakibatkan folikel yang telah
dewasa pecah pada lokasi stigma untuk melepaskan ovum dari ovarium. Selanjutnya yolk dikelilingi oleh
membrane viteline (membrane yolk).
a. Ovulasi pertama
Dewasa kelamin di tandai dengan ovulasi pertama, tetapi dapat di percepat atau di perlambat.
Pembatasan pakan atau pembatasan pemberian cahaya selam periode pertumbuhan dara adalah dua
prosedur utama yang digunakan, tetapi masih ada cara lain. Sejauh ini, tidak diketahui apa yang
mengatur waktu ayam pertama kali ovulasi. Namun, sistem saraf dan sekresi hormonal adalah yang
utama. Ovulasi kedua diatur dengan keluarnya telur pertama sekitar 15-40 menit setelah telur pertama
keluar dari vent. Ovulasi selanjutnya berlangsung dengan waktu yang sama setelah telur sebelumnya
keluar.

b. Telur yang dihasilkan pada waktu clutch


Lamanya clutch bervariasi dari 2 sampai lebih dari 100 hari sebelum suatu hari tidk bertelur. Jumlah
telur per clutch berkisar 3-8 butir, setelah itu ayam tidak bertelur lagi. Lamanya clutch sangat
konsisten bagi individual. Ayam petelur yang buruk memiliki clutch yang pendek, sedangkan ayam
petelur yang baik memiliki waktu clutch yang panjang. Apabila clutch panjang dicapai oleh ayam
bertelur selang sehari (skip a day) atau lebih, ovulasi dan menghasilkan clutch yang lain. Ayam petelur
yang jelek memiliki waktu istirahat yang lama antarclucth daripada ayam petelur yang Ayam bertelur
pada hari yang berurutan disebut clutch.

c. Waktu yang diperlukan untuk produksi sebutir telur


Waktu yang diperlukan bagi sebutir telur keluar dari oviduk bervariasi antarindividu. Sebagian besar,
ayam betina bertelur berurutan dengan interval waktu 23-26 jam, apabila wktunya lebih lama dari 24
jam, setiap telur berikutnya akan ditelurkan lebih lambat pada hari tersebut. Akibatnya, ovulasi yolk
untuk telur berikutnya akan lebih lambat. Akhirnya, telur yang dikeluarkan terlalu lambat sehingga
telur tidak keluar pada hari tersebut (skipped).
d. Siklus ovulasi
Siklus ovulasi di definisikan sebagai interval waktu antara ovulasi yang berurutan ayam betina dengan
clutch yang panjang memproduksi telur pertama pada awal pagi, antara 1-2 jam setelah matahari terbit
atau cahay artificial fihidupkan. Ovulasi yolk berikutnya cept, yaitu setelah telur keluar pada hari
brikutnya dengan sedikit terlambat. Ayam betina dengnclutch yang pendek memproduksi telur
pertamanya lebih lambat pada siang hari. Ovulasi yolk berikutnya terjadi lebih lambat dan waktu
keterlambatannya menjaadi lebih besar.Sebagian ovulasi terjadi selama pagi haeri. Ovulasi pada sore
hari tidak alami.Apabila telur berikutnya tidak keluar sampai sore hari, ovulasi berikutnya biasanya
melompat (skipped).

e. Produksi telur pada saat awal produksi


Selama minggu pertama periode bertelur, ovulasi sangat tidak teratur karena mekanisme hormonal
ayamtidak seimbang. Seringkali produksi telur hanya 2-4 butir. Namun, pada minggu ke-2 atau ke-
3, kecepatan ovulasi meningkat sampai puncak produksi, kemudian menurun perlahan setiap
minggu sepanjang sisa siklus bertelur.

f. Cahaya dan ovulasi


Cahaya alami atau artificial merangsang kelenjar pituitary dan memaksanya untuk mensekresikan
hormone FSH yang meningkat jumlahnya sehingga mengaktifkan ovarium. Lama dan intensitas
cahay adalah penting. Prosedur untuk pengawasan penerangan suatu flock ayam petelur sangat
rumit.

g. Bersarang sebagai suatu indikasi ovulas


Umumnya, ayam betina mencari sarang 24 jam setelah ovulasi. Beberapa ilmuwan
mengembangkan teori bersarang sebagai indikasi yang baik bagi ovulasi daripada bertelur itu
sendiri. Telur yang telh terbentuk sempurna pada kloaka bukan merupakan suatu kegiatan apa-apa
bagi induk untuk berusaha mencari sarang daripada rangsangan pada atau dekat waktu ovulasi.
Beberapa induk ovulasi, tetapi ovanya tidak mencapai oviduk, kemudian induk akan mencari
sarang sehari kemdian.

h. Ovulasi ganda
Secara normal, hanya satu yolk diovulasika setiap hari. Namun, kemungkinan dua butir dilepaskan
dan pada kejadian langka mungkin tiga butir. Apabila dua ova diovulasikan pada waktu
bersamaan, hanya satu yang akan masuk oviduk. Namun, bila keduanya ditangkap secara simultan,
akan terjadi telur dengan yolk ganda. Sekitar dua pertiga telur dengan yolk ganda merupakan
akibat ovulasi dalam selang waktu tiga jam masing-masing. Apabila terjadi perbedaan waktu yang
sangat besar, dua butir telur akan diproduksi pada hari yang sama, tetapi biasanya telur kedua
berkerabang lunak.
Telur dengan yolk ganda biasanya terjadi pada awal periode produksi telur karena ovarium sangat aktif.
Kasus tersebut sering terjadi pad strain tipe pedaging daripada strain tipe petelur. Penyebab lainnya
karena reaksi genetis. Beberapa ayam menghasilkan persentasi telur yolk ganda yang tinggi daripada
lainnya.Ayam dara yang memasuki periode produksi pada musim panas dan semi menghasilkn sejumlah
besar telur yolk gand daripada ayam dara yang memasuki periode produksi pada musim gugur dan dingin.

Kerabang telur cacat


Apabila interval normal, sekitar 23-26 jam antara ovulasi dipecah lebih banyak telur yang dihasilkan
dengan kerabang yang cacat, termasuk tekstur yang kasar, white bands, dan calcium splashing chalky
white deposits. Kejadian tersebut lebih banyak terjadi pada ayam tipe pedaging dari pada tipe petelur.Dari
5-7% telur yang diproduksi oleh induk tipe petelur dapat mengalami kerabang yan gcacat. Dengan
mengabaikan tipe ayan, leibh bany telur dengan kerabang cacat bila ayam dipelihara pada sangkar
daripada dipelihar pada lantai litter.
Besar yolk mempengaruhi besar telur
Besar telur yang telah lengkap lebih erat berhubungan dengan besar yolk daripad dengan faktor lain,
meskipun variasi sekresi albumen pada oviduk juga mempunyai pengaruh. Hubungan yolk-albumen
berubah selama periode bertelur. Telur yan gdiproduksi pada permulaan periode bertelur memiliki yolk
sekitar 22-25% dari total bobot telur. Yolk terbentuk 30-35% pada induk yang sedang berproduksi baik
selama periode bertelur. Ketika ukuran telur bertambah, besar yolk bertambah lebih banyak dari pada
jumlah albumen. Apabila ukuran telur kecil, peningkatan protein dalam pakan dapat meningkatkan bobot
total sampai 1,5 ons/lusin(3,5 g/butir) atau sebalikny.
Blood spot dan meat spot
Sering kali bila kantong yolk pecah sepanjang stigma, pembuluh darah kecil dekat daerah itu pecah dan
meninggalkan gumpalan darah yang menempel pada yolk yang akan terbawa sampai telur dilengkapi
pada oviduk. Pendarahan berkaitan dengan banyak hal, yaitu genetis, pakan, umur induk, dan yang
lainnya. Prevalensi kejadian tersebut lebih sering terjadi pada telur dengna kerabang berwarna cokelat
daripada telur dengan kerabang putih.
Beberapa jaringan yang rontok dari kantong folikular atau oviduk kemungkinan juga akan terdapat dalam
bagian telur yang sedang berkembang begiru telur melalui ovbiduk. Jaringan kecil ini menjadi gelap
dengna bertambhnyaumur dan disebut sebagai meat spot. Beberapa bloodspot berwarna gelap sering
juuga dilasifikasikan secara kurang tepat sebagai meat spot.

DAFTAR PUSTAKA

Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta: Kanisius.

Suprijatna, Edjeng. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Depok: Penebar Swadaya.

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan. Surabaya: Sinar Jaya.

Quthb, Sayyid. 2004. Tafsir Zhilalil Quran. Jakarta: Gema Insani.

Cara reproduksi yang unik pada hewan.


Gajah telah dikenal dengan masa
kehamilan yang lama. Perlu waktu
sekitar 23 bulan untuk pertumbuhan
janin dalam rahim induk. Bayi gajah
yang lahir juga memecahkan rekor
bayi terberat, yaitu 105 kg!

Hiu berjumbai (frilled shark) yang


bentuknya mirip belut ini ternyata
mengalahkan rekor gajah. Ia
memegang rekor pertumbuhan
embrio yang paling lambat yaitu 1,4
cm per bulan. Jika dihitung masa
kehamilannya total mencapai 3,5
tahun!

Opossum adalah jenis Marsupialia


(mamalia berkantung) seperti
Kanguru dan Koala. Seperti ciri khas
Marsupialia lain, Opossum selalu
melahirkan dalam keadaan prematur.
Opossum betina hanya memerlukan
waktu kehamilan 14 hari saja! Anak
yang lahir dalam keadaan prematur
ini kemudian disimpan dalam
kantung yang terletak di perutnya
selama dua hingga tiga bulan. Di
sana setiap hari selalu tersedia susu
hangat untuk pertumbuhannya.
Kuda Laut jantan adalah contoh
sosok ayah yang baik. DIalah yang
mengurusi pertumbuhan anak-
anaknya mulai telur hingga menetas.
Saat kawin sang betina akan
meletakkan telur-telurnya dalam
sebuah kantung pada tubuh sang
jantan. Kuda Laut jantan kemudian
akan membuahi telur-telur tersebut
dengan spermanya, lalu akan
menyimpan dan menjaga telur-telur
tersebut dalam kantung hingga
saatnya menetas. Itu sebabnya Kuda
Laut jantan tampak seperti hamil.
Setelah beberapa minggu telur
menetas dan menghasilkan anak
Kuda Laut yang jumlahnya berkisar
antara 5 – 1.500 ekor. Hebatnya,
sang anak yang keluar dari kantung
ayah langsung hidup mandiri. Sang
ayah hanya berucap, “Bon voyage!”
(selamat jalan!)

Guinness Book of World Records


pernah mencatat hewan yang
melahirkan anak dengan jumlah
paling banyak: 24 ekor! Tahun 2004
di Inggris, seekor anjing mastiff dari
jenis Neapolitan bernama TIa
melahirkan 24 ekor anak anjing, dan
20 diantaranya hidup!

Jika mencari juara kawin, maka kita


bisa menyematkan gelar tersebut
pada Marmut (Guinea pig). Marmut
betina bahkan sudah bisa hamil
ketika berumur 4 minggu. Hebatnya
lagi, Marmut betina siap kawin lagi
15 jam setelah melahirkan! Wow!
Cara reproduksi Gurita merupakan
kebalikan dari Kuda Laut. Gurita
jantan memberikan paket sperma
kepada sang betina dengan lengan
tertentu yang disebut hectocotyli.
Sang betina kemudian menyimpan
sperma tersebut hingga ia siap
melakukan fertilisasi terhadap telur-
telurnya yang jumlahnya mencapai
200.000! Telur-telur tersebut
diletakkannya pada sebuah sarang
yang melekat di dasar laut.
Kemudian Gurita betina akan selalu
menjaga telur tersebut hingga
menetas, sembari mengipasinya
dengan aliran air. Inilah kasih sayang
ibu :)

Bagi Lumba-lumba (Dolphin),


kehamilannya ditandai dengan
pemanjangan tubuh. Saat Lumba-
lumba betina hamil, tubuh mereka
molor memanjang hingga mencapai
ukuran 50% lebih panjang jika
dibandingkan dengan saat ia tidak
hamil. Masa kehamilannya sekitar
setahun.

Armadillo adalah hewan yang semau


gue. Ia memiliki kemampuan
menunda kehamilannya. Armadillo
betina mampu menyimpan
embrionya dalam keadaan dorman
(tidak aktif), sampai ia merasa
menemukan waktu yang tepat untuk
hamil. Biasanya embrio akan tumbuh
menjadi empat janin kembar identik,
dan perlu waktu pertumbuhan sekitar
4 bulan. Namun karena efek
penundaan kehamilan biasanya bayi
Armadillo akan lahir 8 bulan
kemudian setelah kawin.

Simpanse adalah jenis Primata


(kelompok kera) yang memiliki
kekerabatan dekat dengan manusia.
Bayi Simpanse lahir melalui suatu
saluran lahir (vagina) di depan induk
betina. Pada kebanyakan Primata
bayi yang lahir pada posisi di depan
induk ini bertujuan agar induk segera
mengambil dan merawat bayinya.
Kasus ini berbeda dengan proses
kelahiran bayi hewan lain semisal
sapi atau kambing, dimana sang anak
yang lahir muncul di belakang tubuh
induknya.

Latihan Soal :
1. Analisis hubungan antara hypothalamus, hipofisa dan ovarium pencetusan terjadi birahi/estrus
pada hewan betina.
2. Analisis hubungan antara peningkatan prolaktin dan terbentuknya korpus luteum persisten pada
ovarium dapat menurunkan tingkat fertilitas pada hewan betina.
3. Analisis hubungan antara itensitas cahaya terhadap produksi telur pada bangsa aves.

Anda mungkin juga menyukai