HIPOGONADISME/ HIPOGONADOTROPI
OLEH:
KELOMPOK 2
1. AYUMIKA SRI DEVITA (2018.02.008)
2. LAVENIA MEGY AMANDA (2018.02.026)
3. NI KADEK MANIK DEWANI (2018.02.033)
4. NI KADEK AYU RISTIANI (2018.02.034)
5. NURUL MUSYAROFAH (2018.02.037)
6. YASINTA NOER (2018.02.050)
S1 KEPERAWATAN 2A
Hipogonadisme adalah suatu kondisi ketika hormon seksual yang dihasilkan oleh kelenjar
seksual (pada pria disebut testis dan pada wanita disebut ovarium) berada di bawah jumlah
normal.
1. Testis
a. Anatomi
Testis adalah organ utama dari sistem reproduksi pria. Testis kiri dan kanan
merupakan kelenjar yang terbungkus skrotum. Testis tersusun atas tubulus
seminiferus. Testis berkembang di dalam rongga abdomen sewaktu janin dan turun
melalui saluran inguinalis kanan dan kiri masuk ke dalam skrotum menjelang akhir
kehamilan. Testis ini terletak oblik menggantung pada urat-urat spermatik di dalam
skrotum. Diantara tubulus-tubulus testis terdapat sarang-sarang sel yang mengandung
granula lemak, sel interstisium leydig yang mensekresi testosteron.
b. Fisiologi testis
a) Organ endokrin
Testis mensekresikan sejumlah besar androgen, terutama testosteron, tetapi testis
juga mensekresikan sedikit estrogen. Androgen adalah hormon seks sterol yang
efeknya maskulinisasi. Androgen disekresikan oleh korteks adrenal. Testosteron
disekresikan oleh sel interstisiil, yaitu sel-sel yang terletak di dalam ruang antara
tubula-tubula seminiferus testis atas rangsangan hormon perangsang sel interstisiil
(ICSH) dari hipofisis yang sebenarnya adalah bahan yang sama dengan Luteinizing
Hormon (LH).
b) Organ reproduksi
Testis adalah organ tempat spermatozoa dibentuk dan testosteron dihasilkan.
Testosteron untuk mempertahankan spermatogenesis sementara FSH diperlukan
untuk memulai dan mempertahankan spermatogenesis.
2. Ovarium
Ovarium adalah kelenjar berbentuk biji buah kemiri, terletak di kanan dan kiri uterus, di
bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri. Ovarium
berisi sejumlah besar ovum belum matang, yang disebut oosit primer. Setiap oosit
dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan. Pada setiap siklus haid sebuah ovum
primitif ini mulai matang dan kemudian cepat berkembang menjadi folikel ovari yang
vesikuler (folikel degraf).
Fungsi ovarium:
a. Sebagai organ endokrin
Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron
a) Estrogen
Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak sampai sesudah
menopouse. Hormon ini dinamakan hormon folikuler karena terus dihasilkan oleh
sejumlah besar folikel ovarium dan seperti semua hormon beredar di dalam aliran
darah.
b) Progesteron
Progesteron disekresikan oleh korpus luteum dan melanjutkan pekerjaan yang
dimulai oleh estrogen terhadap endometrium, yaitu menyebabkan endometrium
menjadi tebal lembut serta siap untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi.
Progesteron menghambat menstruasi. Nilai normal progesteron adalah 18 mg – 60
n mol.
Etiologi
Penyebab hipogonadisme dapat merupakan kelainan congenital atau gangguan
perkembangan, gangguan didapat ataupun sistemik. Hipognadisme di bagi menjadi 2
tipe,yakni :
1. Hipogonadisme primer akibat kekurangan testosterone menyebabkan peningkatan
produksi GnRH dan hormone-hormon gonadotropin untuk merangsang produksi hormon
androgen oleh testis. Jenis ini disebut sebagai hipogonadisme hipergonadotropik.
Hipogonadisme Primer seperti :
a. Sindrom Klinefelter.
b. Testis tidak turun.
c. Gondok orchitis.
d. Hemochromatosis.
e. Cedera pada testis.
f. Pengobatan kanker.
2. Wanita
Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara dan genetalia eksterna serta
penurunan libido.
3. Dampak Terhadap Sistem Lain
a. Sistem Reproduksi
Atropi testis dan ovarium
Impotensi
Kehilangan/penurunan libido
Genetalia kecil
Atropi payudara
b. Sistem Muskuloskeletal
Otot kecil
Pertumbuhan otot kurang
c. Sistem Integumen
Pertumbuhan rambut tubuh jarang
3.1 Komplikasi
Akibat hipogonadisme yang terlambat ditangani dapat diobati sesuai dengan usia orang
tersebut pertama kali memiliki hipogonadisme (selama perkembangan janin, masa pubertas,
atau dewasa).
1. Masa perkembangan Janin
Seorang bayi mungkin lahir dengan:
Alat kelamin yang ambigu
Alat kelamin yang abnormal
2. Masa pubertas
Perkembangan pada masa pubertas biasanya tidak lengkap atau tertunda, sehingga
menimbulkan:
Kurangnya atau ketiadaan jenggot serta rambut/ bulu tubuh
Gangguan pada penis dan pertumbuhan testis
Pertumbuhan yang tidak proporsional, lengan dan kaki biasanya lebih panjang
Pembesaran payudara pada laki-laki (gynecomastia)
3. Masa dewasa, Komplikasi mungkin termasuk:
Infertilitas
Disfungsi ereksi
Penurunan dorongan seks
Kelelahan
Kehilangan atau lemahnya otot
Pembesaran payudara pada laki-laki (gynecomastia)
Kurangnya jenggot atau rambut/bulu tubuh
Osteoporosis
5.1 Penatalaksanaan
1. Pria
Dengan pemberian testoteron dengan dosis yang sesuai untuk hasil yang maksimal
dikombinasikan dengan HCG diberikan 3x seminggu dalam waktu 4-6 bulan sampai
kadar testoteron normal. Setelah 6 bulan terapi, bila jumlah sperma tetap sedikit maka
pegobatan dihentikan, bila jumlah sperma meningkat maka terapi diteruskan.
2. Wanita
Dengan pemberian hormon estrogen dan progesteron
KONSEP-KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGONADISME
1.1 Pengkajian
I. Anamnesa
a. Identitas Klien
b. Identitas Penanggung Jawab Klien
c. Keluhan Utama
Keluhan klien pada saat dikaji, klien yang mengalami hipogonad biasanya kelainan
fungsi kematangan seksual perubahan kondisi mental.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
e. Riwayat Penyakit Dahulu
f. Riwayat Penyakit Keluarga
II. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Energi
b. Pertumbuhan dan Perkembangan
c. Seks dan Reproduksi
d. Aspek Psikologis
e. Aspek sosial
f. Aspek spiritual
2.1 Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat
difisiensi gonad.
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan bentuk dan fungsi organ seks akibat
difisiensi gonad.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan
dan perawatan atau minimnya informasi yang di dapat.
b. Disfungis seksual b.d perubahan bentuk dan fungsi organ seks akibat difisiensi gonad.
1.1 Kesimpulan
Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya hormone androgen sehingga
mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria dan wanita. Pada pria dewasa
mengalami penurunan sebagian libido, kadang-kadang mengalami hot flashes, biasanya
lebih mudah tersinggung, pasif dan menderita depresi dibanding dengan yang memiliki testis
utuh. Selain itu terjadi impotensi, pengurangan progresif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan
berkurangnya pertumbuhan otot. Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara
dan genetalia eksterna serta penurunan libido. Dengan penggantian hormon dan perawatan
yang tepat penderita hipogonadisme baik laki –laki maupun perempuan dapat hidup normal.