Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN GANGGUAN MOBILISASI

By
Ninis Indriani
IMOBILISASI (TIRAH BARING)
 Imobilisasiadalah suatu keadaan individu mengalami atau
berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.

 Imobilisasi
dapat berbentuk tirah baring yg bertujuan
mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh,
mengurangi nyeri atau untuk mengembalikan kekuatan.

 Tirah baring merupakan suatu intervensi yaitu klien dibatasi


aktivitasnya di tempat tidur untuk tujuan terepeutik.

 Lama tirah baring bergantung dari penyakit atau cidera dan


status kesehatan pasien.
ALASAN DILAKUKAN
IMOBILISASI
1. Pembatasan gerak untuk terapi  Ex pada
klien yg menjalan pembedahan atau mengalami
cidera pada tungkai atau lengan.
2. Keharusan  disebabkan ketidakmampuan
primer seperti paralisis.
TINGKATAN IMOBILITAS

1. Imobilitas komplet  dilakukan pada individu


yg mengalami gangguan kesadaran
2. Imobilitas parsial  Dilakukan pada pasien yg
mengalami fraktur
3. Imobilitas karena masalah pengobatan 
dilakukan pada indiv yg mengalami gangguan
pernapasan atau penderita kardiovaskuler.
Keuntungannya: mengurangi kebutuhan oksigen
sel-sel tubuh, menyalurkan sumber energi untuk
proses kesembuhan dan mengurangi respon nyeri.
DAMPAK FISIK IMOBILITAS
Dampak fisik
1. Sistem muskuloskeletal
a. Osteoporosis
Tanpa adanya aktivitas yg memberi beban pada
tulang, tulang akan mengalami demineralisasi 
tulang akan kehilangan kekuatan & kepadatan 
keropos dan mudah patah
b. Atrofi otot
Otot yg tidak dipergunakan dalam waktu yg lama
akan kehilangan sebagian besar kekuatan &
fungsi normalnya
c. Kontraktur
Pada kondisi imobilisasi serabut otot tidak
dapat memanjang & memendek  Lama
kelamaan menyebabkan kontraktur
(pemendekan otot permanen)  sering
mengenai sendi dan tendon.
d. Kekakuan & nyeri sendi
Jaringan kolagen pada sendi dapat
mengalami ankilosa (radang sendi). Selain
itu tulang akan mengalami demineralisasi yg
menyebabkan akumulasi kalsium pada sendi
yg mengakibatkan kekakuan & nyeri sendi.
2. Eliminasi urin
a. Statis urin
Pada posisi tegak turus, urin mengalir keluar dari
pelvis ginjal masuk ke ureter & kandung kemih
akibat gravitasi.
Pada tirah baring, kontaksi ureter tidak terlalu kuat
melawan gravtasi, pelvis ginjalmenjadi terisi
sebelum urin masuk ke ureter

b. Batu ginjal
Kondisi imobilisasi terjadi ketidakseimbangan
antara kalsium & asam sitrat  kelebihan kalsium,
& garam kalsium mempresipitasi terbentuknya batu
ginjal. Pada posisi horisontal, pelvis ginjal menjadi
tempat ideal pembentukan batu ginjal.
c. Retensi urine
Kondisi imobilasi menyulitkan upaya
seseorang untuk melemaskan otot
perineum pada saat berkemih.
Selain itu penurunan tonus kandung kemih
dapat menghambat kemampan untuk
mengosongkan kandung kemish secara
tuntas
d. Infeksi perkemihan
Urin yg statis merupakan media yg baik
untuk pertumbuhan bakteri. Bakteri yang
paling sering adalah Escherichia coli.
3. Sistem GIT
Konstipasi  terjadi akibat penurunan
peristaltik atau motilitas usus, Jika
konstipasi terus berlanjut , feses akan
menjadi sangat keras dan diperlukan
upaya untuk mengeluarkannya.
4. Sistem pernapasan
a. Penurunan gerak napas
Kondisi ini dapat diakibatkan oleh pembatasan
gerak, hilangnya koordinasi otot atau jarangnya
otot-otot pernapasan digunakan.

b. Penumpukan sekret
Normalnya sekret pada saluran pernapasan
dikeluarkan dg perubahan posisi serta dg batuk.
Pada kondisi imobilisasi sekret terkumpul pd jalan
napas sehingga mengganggu proses difusi oksigen
dan karbondioksida di alveoli.
Selain itu upaya untuk mengeluarkan sekret juga
terhambat karena melemahnya tonus otot
pernapasa.
c. Atelektasis
Perubahan aliran darah regional dapat
menurunkan produksi surfaktan ditambah
dengan adanya sumbatan sekret pada jalan
napas dapat mengakibatkan atelektasis
5. Sistem Kardiovasekuler
a. Hipotensi Ortostatik
Terjadi karena sistem saraf otonom tidak dapat
menjaga keseimbangan suplai darah ke tubuh
sewaktu individu bangun dari posisi berbaring
dalam waktu yg lama.
Darah berkumpul di ekstrimitas dan tekanan darah
menurun drastis  pusing, berkunang-kunang dan
pingsan
6. Metabolisme dan nutrisi
a. Penurunan laju metabolisme
Laju metabolisme basal adalah jumlah energi
minimal yg digunakan untuk mempertahankan
proses metabolisme.
Pada kondisi imobilisasi laju metabolisme basal,
motilitas usus serta sekresi kelenjar digestiv
menurun seiring penurunan kebutuhan energi.

b. Anoreksia
Terjadi akibat penurunan laju metabolisme basal.
Jika asupan protein berkurang, menyebabkan
ketidakseimbangan nitrogen yg berlanjut pada
status malnutrisi
7. Sistem Integumen
a. Turgor kulit menurun
Kulit dapat mengalami atropi akibat imobilitas yg lama. Pada
akhirnya menyebabkan penurunan elastisitas kulit.

b. Kerusakan kulit
Imobilisasi

Penekanan daerah yg menonjol

Terdapat tanda kemerahan, luka diatas kulit yg menonjol

Penekanan mengakibatkan terhambatnya sirkulasi darah ke


jaringan  iskemia lokal

Jaringan mengalami anoksia & mati, selanjutnya menimbulkan


perlukaan
8. Sistem Neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan
terhambatnya input sensorik, menimbulkan
perasaan lelah, iritabel, mudah bingung dan
persepsi tidak realistik
MOBILISASI
 Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
secara bebas, mudah & terartur yg bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehat.

 Mobilisasi dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian diri,


meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
(degeneratif) dan aktualisasi diri (citra tubuh)

 Mobilisasimencakup exercise atau range of motion (ROM)


dan ambulasi
 Exercise berarti latihan
 ROM : Range of Motion
 Ruang lingkup gerak sendi  Segenap gerakan sendi yg
dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yg
bersangkutan
 ROM adalah latihan yg dapat dilakukan oleh perawat,
pasien dan keluarga dengan menggerakan tiap-tiap sendi
secara penuh jika memungkinkan tanpa menyebabkan rasa
nyeri.

 Range of Movement : jangkauan gerak sendi


TUJUAN MOBILITAS

Memenuhi kebutuhan dasar (ADL),


mempertahankan diri (melindungi diri dari
trauma), mengekspresikan emosi dengan gerakan
tangan non verbal.
TUJUAN MOBILITAS ROM
1. Mempertahankan fungsi tubuh, mengembalikan
rentang gerak aktivitas tertentu sehingga klien
kembali normal & dapat memenuhi ADL.
2. Memperlancar peredaran darah
3. Membantu pernapasan enjadi kuat
4. Mempertahankan tonus otot, memelihara &
meningkatkan gerak sendi
5. Memperlancar eliminasi uri dan alvi
INDIKASI PELAKSANAAN ROM

Pada pasien dengan bed rest total di tempat


tidur dalam jangka waktu yg lama
Pasien yg telah imobilisasi karena keadaan
tertentu
Faktor yg mempengaruhi ROM

1. Gaya hidup
Dipengaruhi latar belakang budaya, nilai yg
dianut serta lingkungan tempat tinggal
2. Ketidkmampuan
 Ketidakmampuan primer  disebabkan
oleh penyakit/trauma. Ex.paralisis akibat
cidera medula spinalis
 Ketidakmampuan skunder  terjadi sebagai
dampak dari kelemahan primer. Ex.
Kelemahan otot & tirah baring
3. Tingkat Energi
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan
seseorang dalam melakukan mobilisasi. Lansia
kemampuan untuk mobilisasi menurun sejalan
dengan proses penuaan.
5. Sistem neuromuskuler
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem
neuromuskuler meliputi sistem otot, skeletal,
sendi, ligamen, tendon, kartilago dan saraf.
RENTANG GERAK DALAM
MOBILISASI

Retang gerak merupakan jumlah maksimum


gerakan yg mungkin dlakukan sendi pada
salah satu dari tiga potongan tubuh yaitu
sagital, frontal dan tranvesal.
Dalam mobilitas terdapat tiga rentang gerak yaitu:
1. Rentang gerak pasif: digunakan untuk menjaga
kelenturan otot2 & persendian dg menggerakkan
otot orang lain secara pasif. Ex. Perawat
mengangkat & menggerakkan kaki pasien.
2. Rentang gerak aktif: melatih kelenturan &
kekuatan otot serta sendi dg menggunakan
otot2nya. Ex. Sambil berbaring klien
menggerakkan kakinya.
3. Rentang gerak fungsional: berguna memperkuat
otot2 dan sendi dengan melakukan aktivitas yg
diperlukan.
Askep klien dengan gangguan mobilisasi
Pengkajian
 Pada saat melakukan pengkajian, perawat menggunakan
metode inspeksi dan palapsi.
 Perawat juga memeriksa hasil laboratorium serta mengukur
BB, asupan cairan dan keluaran cairan

Diagnosa Keperawatan
 Hambatan mobilitas fisik
 Konstipasi
 Kerisakan integritas kulit
Rencana keperawatan
Meningkatkan toleransi klien untuk
melakukan aktivitas
Mengembalikan & memulihkan
kemempuan untuk
bergerak/berpartisipasi dalam ADL
Meningkatkan kebugaran fisik
Mencegah terjadinya komplikasi akibat
imobilitas
Jazakumullah khoiron katsir

Anda mungkin juga menyukai