TAHUN 2021
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi
B. Penyebab Hipogonadisme
1) Penyebab dari hipogonadisme primer, antara lain:
1. Hemokromatosis (terlalu banyak zat besi pada tubuh).
2. Infeksi berat.
3. Kelainan genetik, seperti sindrom Turner dan Klinefelter.
4. Operasi pada organ seksual.
5. Penyakit autoimun, seperti hipoparatiroidisme
6. Penyakit hati dan ginjal.
7. Radiasi.
8. Testis yang tidak turun.
2) Penyebab dari hipogonadisme sekunder, antara lain:
1. Defisiensi nutrisi.
2. Gangguan kelenjar pituitari.
3. Infeksi seperti HIV//AIDS.
4. Kecelakaan pada kelenjar pituitari atau hipotalamus.
5. Kelainan genetik, seperti sindrom Kallmann, yaitu ketika
hipotalamus tidak berkembang secara normal.
6. Obesitas.
7. Operasi otak.
8. Penggunaan jenis obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh
dalam jangka panjang.
9. Penurunan berat badan yang cepat.
10. Penyakit peradangan seperti tuberkulosis.
11. Radiasi.
12. Terdapat tumor dekat kelenjar pituitari.
C. Gejala Hipogonadisme
1) Pada pria:
• Impotensi.
• Kesulitan konsentrasi.
• Mandul.
• Osteoporosis.
• Payudara membesar.
2) Pada wanita:
D. Patofisiologi
Menurut Yenni (2020) menyatakan bahwa Dasar patofisiologi
hipogonadisme adalah gangguan pada salah satu level atau lebih aksis
hipotalamus-hipofisis-gonad dalam memproduksi hormon testosteron
pada pria dan estrogen-progesteron pada wanita. Pembentukan hormon
seks pada pria berlangsung di testis dan pada wanita berlangsung di
ovarium.
Patofisiologi hipogonadisme dibedakan menjadi hipogonadisme primer
dan sekunder. Hipogonadisme primer pada wanita dan pria terjadi ketika
steroidogenesis testis atau ovarium tidak cukup untuk menyintesis
hormon seks secara adekuat. Hipogonadisme sekunder terjadi ketika
sinyal dari hipotalamus/hipofisis ke testis atau ovarium tidak mampu
merangsang produksi testosteron di sel Leydig pada pria serta produksi
estrogen dan progesteron di sel teka dan sel granulosa pada Wanita.
Produksi Estrogen dan Progesteron :
Pada ovarium, luteinizing hormone (LH) bekerja pada sel teka dan
follicle stimulating hormone (FSH) bekerja pada sel granulosa. Pada
perkembangan ovarium, sintesis estrogen dari kolesterol memerlukan
peran dari sel teka dan sel granulosa. Sel teka memiliki vaskularisasi
tinggi dan menggunakan kolesterol untuk menyintesis androstenedion
dan testosteron oleh hormon LH. Androstenedion dan testosteron akan
ditransfer melewati basal lamina untuk menuju sel granulosa yang tidak
memiliki vaskularisasi. Sel granulosa bagian mural kaya akan aromatase
dan dengan hormon FSH, sel ini akan menghasilkan estradiol.
Testosteron juga disekresi ke perifer darah dan dikonversi menjadi
dihidrotestosteron pada kulit dan menjadi estrogen pada jaringan
adiposa.
Produksi Testosteron :
Pada testis, testosteron diproduksi oleh sel Leydig melalui stimulasi
kelenjar pituitari anterior yang merangsang produksi hormon FSH dan
LH. Ketika LH mengikat reseptor cAMP pada sel Leydig, maka akan
menyebabkan peningkatan level cAMP. Peningkatan kadar cyclic
adenosine monophosphate (cAMP) memicu ekspresi 2 protein, yaitu
STAR (the steroidogenic acute regulatory protein) dan CYP11A1 (the
cholesterol side chain cleavage enzyme). STAR akan memicu masuknya
kolesterol dari membran luar mitokondria ke membran dalam
mitokondria. CYP11A1 akan mengonversi kolesterol menjadi
pregnenolon. Pregnenolon dikonversi menjadi progesteron oleh enzim
3β-hidroksisteroid dehidrogenase. Progesteron akan dikonversi lagi
menjadi androstenedion oleh enzim CYP17. Androstenedion ini yang
akan dikonversi menjadi testosteron.
E. Komplikasi Hipogonadisme
Beberapa komplikasi hipogonadisme, antara lain:
a. Disfungsi ereksi.
b. Gairah seksual menurun.
c. Gangguan perkembangan janin, seperti ambiguous genitalia.
d. Gangguan pertumbuhan penis dan testis.
e. Ginekomastia.
f. Kekurangan rambut pada tubuh.
g. Mandul.
h. Osteoporosis.
i. Pengurangan massa otot.
j. Pertumbuhan tidak proporsional, seperti lengan atau tungkai yang
lebih panjang.
k. Tubuh mudah lelah.
G. Pengobatan Hipogonadisme
A. Pengkajian
g. Pemeriksaan penununjang
1) Gambaran radiogram tengkorak (akromegali)
Tampak pembesaran dan destruksi sela tursika, kalfaria tebal dan
tampak penonjolan nyata dari sinus paranasalis, sudut mandibular
menjadi bulat,serta gigi yang tidak bisa menggigit.
2) Pemeriksaan radiografik tangan (akromegali) Adanya
pertambahan jaringan linak dan peningkatan densitas tulang,
palang berbentuk segiempat dan peningkatan bantalan ujung
palangterminal.
3) CT scan tulang kerangka tubuh : Menunjukkan adanya perubahan
fisiologi lengkungan tulang belakang.
4) Pemeriksaan rontgenologis sella tursika
5) Photo polos kepala
6) Politomografi berbagai arah
7) CT scan
8) Angiografi serebral
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut PPNI (2016) masalah yang mungkin muncul pada penderita
hipogonadisme menurut buku SDKI yaitu :
1. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur dan fungsi tubuh
diakibatkan oleh defisiensi gonad
2. Disfungsi seksual b.d perubahan struktur dan fungsi organ seks
diakbatkan oleh defisiensi gonad
3. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan
dan perawatan atau minim informasi yang didapat
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan menurut Siki (2017) yaitu :
1) Dx 1 : Manajemen citra tubuh
2) Dx 2 : Edukasi seksualitas
3) Dx 3 : Reduksi Ansietas
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/hipogonadisme/patofisi
ologi