Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER TULANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu : Bapak Alfeus Manuntung S.Kep,Ners,M.Kep

Disusun Oleh:

Eko Apriyanto

PO.62.20.1.16.134

KEMENTERIAN KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D-IV REGULER III

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Kanker
Tulang ini tepat pada waktunya.
Harapan saya sebagai penyusun yaitu agar para pembaca memahami tentang
Kanker Tulang, dan saya pun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu saya dalam menyusun makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Laporan Pendahuluan Kanker Tulang ini
dapat memberikan manfaat dan wawasan terhadap para pembaca.

Hormat saya,

Eko Apriyanto

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3

KONSEP DASAR ............................................................................................................. 4


1. Pengertian ..................................................................................................................... 4
2. Etiologi ........................................................................................................................... 4
3. Patofisiologi ................................................................................................................... 5
4. Pathways ........................................................................................................................ 6
5. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................. 6
6. Manifestasi Klinis .......................................................................................................... 7
7. Penatalaksanaan ............................................................................................................. 8

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................... 9

1. Pengkajian ............................................................................................................ 9
2. Diagnosa Keprawatan ........................................................................................ 11
3. Intervensi ........................................................................................................... 11
4. Implementasi ...................................................................................................... 15
5. Evaluasi .............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17

3
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja. Biasanya (tidak
selalu) menimbulkan nyeri local. Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan
bisa terjadi fraktur bila tulang menjadi lemah. Kadang-kadang terlihat densitas
(terutama bila tumor primernya prostat atau payudara). Jarang terlihat pembentukan
tulang baru secara periosteal (bila dibandingkan dengan tumor primer). Yang paling
penting, hampir selalu multiple, terjadi pada tulang yang berbeda. Jarang dapat
dikenali tumor primer dari mana metastase berasal.( Tucker.1993 ). Tumor tulang
adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel (neoplasma) di dalam tulang yang
kemungkinannya benigna (non kanker) atau maligna (kanker). Neoplasma adalah
masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari
pada jaringan normal dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian
stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut

2. Etiologi
Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang biasanya muncul pada
area yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat. Tetapi pada penelitian
biomolekuler lebih lanjut ditemukan beberapa mekanisme terjadinya neoplasma
tulang, yaitu melalui identifikasi mutasi genetik yang spesifik dan penyimpangan
kromosom pada tumor. Keabnormalan dari gen supresor tumor dan gen pencetus
oncogen. Tumor histogenik memiliki dua level tipe, yaitu benigna bone tumor dan
maligna bone tumor.
Menurut penelitian juga disebutkan bahwa terjadinya mutasi cromosom P53 dan Rb
juga dapat menjadi penyebab terjadinya tumor. Selain itu penyebabnya bisa karena
adanya trauma dan infeksi yang berulang misalnya Bone infarct, osteomyelitis
chronic paget disease. Faktor lingkungan berupa paparan radiasi dan zat karsinogenik
(timbal, karbon dan bahan metal lain), serta gaya hidup (perokok, alkoholik, dan
sering terpapar stress) juga merupakan factor predisposisi terjadinya tumor tulang ini.

a. Kecepatan pertumbuhan tulang yang memacu timbulnya tumor tulang ganas


selama masa kanak-kanak terutama daerah metafise tulang panjang.

b. Paparan radiasi

c. Beberapa kasus pada tumor tulang ganas disebabkan oleh kelainan DNA pada
tulang faktor genetik contohnya:

4
1) Retinoblastoma kelainan pada gen 13q14
2) Displasi tulang, penyakit paget, fibrous displasia, enchondromatosis, eksostosis
herediter multipl
3) L1-Fraumenisyndrome (mutasi TP 53)
Rothmund-thomson sindrom yaitu kelainan pada resesif autosomal yang berkaitan
dengan kelainan tulang kongenitaaaal, displasia rambut dan kulit, hipogonadism, dan
katarak
4) Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan minuman yang
mengandung karbon.

3. Patofisiologi

Proses metastasis ke tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar, antara lain :


- Perluasan secara langsung
- Mengikuti aliran darah balik vena
- Mengikuti emboli tumor melalui aliran darah dan limfe.
Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapiler-
kapiler pada tulang. Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan
membentuk emboli di kapiler tulang bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka
sel-sel kanker akan mulai berkembang.
Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan
tulang yang hebat. Sel-sel tumor mensekresikan substansi kimia yang dapat
menstimulasi osteoclast seperti prostaglandin-E ( PGE ), beberapa jenis sitokin, dan
factor-faktor pertumbuhan seperti ( TGF ) α dan β, Epidermal growth factor ( EGF ), (
TNF ), dan IL-1. Osteoclast yang berlebihan akan menyebabkan resorpsi tulang yang
berlebihan pula. Hal ini menyebabkan tulang tidak padat. Proses ini disebut osteolitik.
Proses ini terjadi pada proses metastase ke tulang oleh kanker payudara.
Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang dapat
menyebabkan pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik
atau osteosklerotik. Contoh proses ini yaitu metastase ke tulang oleh kanker prostate.
Kedua jenis kelainan ini dapat menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan
tulang yang normal sehingga menjadi lebih mudah patah.

5
4. Pathway Kanker Tulang

Zat karsinogen

Timbulnya sel kanker

Bermetastase melalui PD

Sumsum tulang

Mengalami kerusakan yang luas

Aktivitas hematopoetik Pembentukan substrat perkembangan sel kanker di tulang


↓ ↓ ↓
Plasma tdk matang Anemia proses penyakit gangguan ortopedik
↓ ↓ ↓ ↓
Pembelahan sel Oksigenasi sel kurang pengetahuan tindakan operasi
yang abnormal ↓ ↓ ↓
↓ Gangguan metabolic persepsi tentang penyakit hilangnya anggota tubuh
jumlah sel meningkat ↓ ansietas gangguan harga diri
↓ Transport nutrisi ke sel tubuh ↓
Menekan saraf nyeri ↓ koping tidak efektif
↓ Gangguan Nutrisi
Nyeri Akut

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto tulang konvensional


Foto tulang konvensional digunakan untuk menentukan karakter metastasis ke
tulang.
b. Gambaran CT-Scan
CT scan digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas pada tulang yang susah
atau tidak dapat ditemukan dengan X-Ray dan untuk menentukan luasnya tumor
atau keterlibatan jaringan.
c. MRI
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan MRI untuk mendeteksi
suatu metastasis lebih sensitif daripada penggunaan skintiscanning.
Pada pemeriksaan MRI didapatkan modul yang soliter atau lebih (kebanyakan/lebih
sering soliter),lesi multipel dengan metastasis ke aksis dari pada rangkaian.
d. Scintigraphy ( nuclear medicine )
Skintigrafi adalah metode yang efektif sebagai skrining pada seluruh tubuh
untuk menilai metastasis ke tulang.

6
e. Pemeriksaan bone survey (foto seluruh tubuh)
Bone Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radio-grafik konvensional
adalah pemeriksaan semua tulang-tulang yang paling sering dikenai lesi-lesi
metastatik yaitu skelet, foto bone survey dapat memberikan gambaran klinik yaitu:
- Lokasi lesi lebih akuran apakah daerah epifisis, metafisis, dan diafisis atau pada
organ-organ tertentu.
- Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
- Jenis tulang yang terkena.
- Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor

6. Manifestasi Klinik

a. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses metastasis
ke tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh pasien. Nyeri
timbul akibat peregangan periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum oleh
tumor.Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih terasa pada malam hari atau waktu
beristirahat.
b. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih
rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur.Kadang-kadang fraktur timbul sebelum
gejala-gejala lainnya.Daerah yang sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang
panjang di ekstremitas atas dan bawah serta vertebra.
c. Penekanan medula spinalis
Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis menjadi
terdesak. Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga
parese atau mati rasa pada ekstremitas, gangguan miksi, atau mati rasa disekitar
abdomen.
d. Peninggian kadar kalsium dalam darah
Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari
tulang.Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus,
konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan kesadaran.
e. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai
dengan tipe sel darah yang terkena.Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel darah
merah.Apabila sel darah putih yang terkena, maka pasien dapt dengan mudah
terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet, dapat menyebabkan
perdarahan.

7
7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis
Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas dengan
metode seefektip mungkin :
- Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi
- Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik(2500-
3000ml/hari) unutuk mengukur tingkat serum kalsium dan mencegah
hiperkalsium dan hiperurisemia.
- Bifosfonat
Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi dan pembentukan tulang
yang berlebihan akibat metastasis.
- Kemoterapi dan terapi hormonal
Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker didalam
tubuh.Kemoterapi dapat diberikan per-oral maupun intravena.Terapi hormon
digunakan untuk menghambat aktivitas hormon dalam mendukung
pertumbuhan kanker.
Radioterapi
Radioterapi berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol
pertumbuhan tumor di area metastasis.
Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi
fraktur.Biasanya pembedahan juga dilakukan untuk mengangkat tumor.
Dalam pembedahan mungkin ditambahkan beberapa ornament untuk
mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke
ahli psikologi atau rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal.Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan
indikasi dokter.

8
4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan
luka di rumah (Smeltzer. 2001)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1). Data Biografi: Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No.
MR, agama dan lain-lain yang dianggap perlu.

2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Jika klien mengalami manifestasi klinis tumor benigna, nyeri adalah keluhan yang
umum.Nyeri dapat mempunyai rentang dari ringan sampai moderat, seperti yang terlihat pada
kondroma, atau nyeri tak terputus yang kuat pada osteoma osteoid.Nyeri dapat disebabkan
oleh invasi tumor langsung pada jaringan lunak, menekan saraf perifer, atau disebakan karena
fraktur patologik.
Sebagai tambahan untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan sifat nyeri
klien, perawat mengobservsi dan mempalpasi area yang diduga terkena.Bila tumor
menyerang ekstremitas bawah atau tulang-tulang kecil pada tangan dan kaki, pembengkakan
lokal dapat dideteksi sebagai pembesaran neoplasma.Pada beberapa kasus, atropi otot atau
spasmus otot dapat terjadi.Perawat mempalpasi tulang dan otot untuk mendeteksi perubahan
dan mengurangi nyeri.
Untuk tumor tulang ganas, data dikumpulkan serupa dengan riwayat pada tumor tulang
benigna.Sebagai tambahan perawat menanyakan apakah dia mempunyai riwayat terapi radasi
untuk pengobartan kanker.

3. Pengkajian Psikososial.
Seringkali klien dengan tumor maligna adalah dewasa muda yang produktif secara
sosial.Klien membutuhkan sistem dukungan untuk membantunya mengatasi kondisi
ini.Keluarga, orang-orang terdekat, serta profesi kesehatan merupakan komponen utama
dalam sistem dukungan.
Klien seringkali mengalami kehilangan kontrol selama kehidupannya ketika diagnosis
keganasan ditentukan. Sebagai akibatnya mereka menjadi cemas dan takut akan hasil
penyakit mereka. Koping terhadapnya meupakan tantangan berat. Klien mengalami proses
berduka, awalnya mereka menolak. Perawat perlu mengkaji tingkat kecemsan dan mengkaji

9
tingkat proses berduka yang dialami klien. Perawat juga mengidentifikasi perilaku
maladaptif, yang mengindikasikan mekanisme koping inefektif.

4. Pemeriksaan diagnostik.
Radiografi rutin dan tomografi konvensional sangat bermanfaatdalam melokalisasi dan
memvisualisasi neoplasma. Tumor benigna dikarakterisasi oleh: batas jelas, korteks intak,
dan tulang yang halus, dengan periosteal tulang yang seragam. Computed Tomografi (CT)
kurang berguna, kecuali dalam area anatomik yang kompleks seperti pada kolumna
vertebralis dan sakrum.Uji ini sangat membantu dalam mengevaluasi penyebaran ke jaringan
lunak.
Ketika diagnosis tumor benigna meragukan,.Biopsi jarum/biopsi terbuka perlu
dilakukan.Metoda pembedahan terbuka dilakukan untuk mendapatkan jumlah jaringan yang
mencukupi.Pindai tulang tidak spesifik dalam membedakan tumor tulang benigna dan
maligna, tapi memungkinkan visualsisasi yang lebih baik pada penyebarn lesi dibandingkan
dengan kebanyakan pemeriksaan radiografik.MRI mungkin membantu dalam melihat
masalah pada kolumna spinalis.
Pada tumor maligna semua prosedur diatas juga dapat digunakan.Meskipun setiap tipe tumor
mempunyai karakteristik pola radigrafik, temuan tertentu tampak serupa pada semua tumor
maligna.Tumor maligna pada umumnya mempunyai tampilan berbatas tidak jelas, perusakan
tulang, periosteal irregular pada tulang baru dan penembusan kortikal.
Lesi metastatik mungkin meningkat atau menurunkan densitas tulang, tergantung pada
jumlah aktivitas osteoblastik.CT juga berguna dalam menentukan perluasan kerusakan
jaringan lunak.Pengkajian laboratotik.Klien dengan tumor maligna umumnya menunjukkan
peningkatan serum alkalin fosfatase (ALP), mengindikasikan tubuh sedang berusaha untuk
membentuk tulang baru dengan meningkatkan aktivitas osteoblastik.
Klien dengan sarkoma Ewing atau lesi tulang metastatik sering menampakkan anemia
normositik.Sebagai tambahan lekositosis umum pada sarkoma Ewing.Pada beberapa klien
dengan metastatis tulang dari payudara, ginjal dan paru, kadar kalsium serum meningkat.
Destruksi tulang massif menstimulasi peleapsan mineral ke aliran darah.Klien dengan
sarkoma Ewing dan metastasis tulang sering mengalami peningkatan laju edap darah
(ESD/LED), mungkin berkontribusi ada inflamsi jairngan sekunder.

Pengkajian Diagnostik Lainnya.


a. Biopsi tulang. Biopsi tulang dapat dilakuan untuk menentukan tipe tumor tulang.
Biopsi jarum bisanya dilakukan ketika diduga ada metasatis. Metoda terbuka melalu insisi
bedah lebih disukai pada lesi perimer. Ahli bedah berusaha untuk membuat inisi sekecil
mungkin. Carut biopsi dibuang selama pembedahan kanker tulang untuk mengeliminasi
sebaran tunas kanker. Setelah biopsy, kanker dikelompokkan berdasarkan derajat tumor.

10
Metoda yang populer adalah sistem TNM, yang digunaakn untuk menentukan ukuran tumor,
keterlibatan nodus, dan adanya metastasis.

b. Pindai tulang. Pindai tulang sangat membantu dalam menentukan tipe tumor dan juga
memungkinkan visualisasi sebaran kanker. Pindai hampir selau dilakukan bila diduga ada
metastatis.

2. Diagnosa Keperawatan

1). Nyeri (akut/ kronis) berhubungan dengan ketidakmampuan fisik psikososial


kronis (kanker metastasis)
2). Ansietas berhubungan dengan ancaman perubahan dalam fungsi peran
3). Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penanganan (efek kemoterapi,
radiasi, pembedahan)
4). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhanmetabolic dari tumor
5). Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit kronis

3. Intervensi

Diagnosa 1:Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial


knonis (kanker metastasis)
Tujuan: Tingkat nyeri berkurang / terkontrol
Kriteria Hasil (NOC):
1. Menunjukan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
2. Menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternative untuk
mengurangi nyeri
3. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
4. Mengenali factor-faktor yang meningkatkan dan melakukan tindakan
pencegahan nyeri
5. Menggunakan alat pengurang nyeri analgesic dan nonanalgesik secara tepat

Intervensi (NIC):
Mandiri:
1. Minta pasien untuk menilai nyeri ( 0 -10)
2. Kajidan dokumentasikan efek-efek penggunaan pengobatan jangka panjang

11
3. Pantau kepuasan paseian dengan penatalaksanaan nyeri pada interval yang
spesifik
4. Tentukan dampak pengalaman nyeri pada kualitas hidup

Edukasi:
1. Berikan informasi tentang nyeri (penyebab, berapa lama,dan antisipasi nya)
2. Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi, imajinasi, terapi music, distraksi,
masase, acupressure)
Kolaboratif:
1. Pertimbangkan rujukan untuk pasien, keluarga, dan orang yang penting bagi
pasien pada kelompok pendukung atau sumber-sumber lain, bila memmungkinkan

Diagnosa 2: Ansietes berhubungan dengan ancaman kematian


Tujuan: Ansietas berkurang
Kriteria Hasil (NOC):
1. Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
2. Pasien akan meneruskan aktifitas yang dibutuhkan meskipun ada kecemasan
3. Pasien akan mengidentifikasi gejala yang merupakan indicator ansietas pasien
sendiri

Intervensi (NIC) :
Mandiri.
1. Pantau tanda dan gejala ansietas (misalnya, tanda vital, nafsu makan, pola tidur,
dan tingkat konsentrasi)
2. Kaji dukungan yang disediakan oleh orang yang penting bagi pasien.
3. Pantau ekspresi tidak ada harapan atau tidak berdaya (misalnya, “Aku tidak
dapat”)
4. Tentukan sumber ansietas (misalnya, nyeri, malfungsi tubuh, penghinaan,
pengabaian, kegagalan, akibat negatif dari survivor).
Edukasi
1. Berikan informasi tentang penyakit dan prognosis pasien
2. Berikan kejujuran dan jawaban langsung terrhadap pertanyaan pasien tentang
proses menjelang kematian.
Kolaboratif
1. Rujuk ke perawatan rumah atau perawatan hospice, sesuai dengan kebutuhan.
2. Atur askes ke pendeta atau penasihat spiritual sesuai dengan yang diinginkan
pasien.
3. Hubungkan pasien dengan keluarga dengan kelompok pendukung yang sesuai.

12
4. Berikan pengobatan untuk mengurangi ansietas sesuai dengan kebutuhan

Diagnosa 3: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi, radiasi,


pembedahan,
Tujuan : Gangguan citra tubuh berkurang, yang ditunjukkkan dengan citra tubuh yang positif
Kriteria Hasil (NOC):
1. Mengindentifikasi kekuatan personal
2. Pengakuan terhadap dampak dari situasi pada hubungan antara keberadaan
personal dan gaya hidup
3. Pengakuan terhadap perubahan actual pada penampilan tubuh
4. Menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh
5. Mengungkapkan keinginan untuk menggunakan sumber yang disarankan setelah
keluar dari rumah sakit
6. Memelihara hubungan social yang dekat dan hubungan personal

Intervensi (NIC):
Mandiri:
1. Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang tubuh
pasien
2. Dengarkan pasien/keluarga secara aktif dan akui realitas adanya perhatian
terhadap perawatan,kemajuan dan prognosis
3. Beri dorongan pada pasien/keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan untuk
berduka
4. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi mekanisme koping dan kekuatan
personal dan pengakuan keterbatasan
5. Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi,pelihara privasi dan
martabat pasien
Edukasi:
1. Ajarkan orang tua tentang penting nya respons mereka terhadap perubahan
tubuh anak dan penyesuaian di kemudian hari,sesuai dengan kebutuhan
Kolaboratif:
1. Rujuk kepada layanan social untuk merencanakan perawatan dengan
pasien/keluaraga
2. Tawarkan untuk melakukan panggilan pada sumber-sumber komunitas yang
tersedia untuk pasien/keluarga.

Diagnosa 4: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolic tinggi

13
Tujuan: menunjukkan status gizi yang adekuat
Kriteria hasil (NOC):
Mempertahankan berat badan/pertambahan
1. Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi
2. Menyatakan kengininan untuk mengikuti diet
3. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
4. Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
5. Nilai labolatorium(missal nya, transferrin,albumin,dan elektrolit) dalam batas
normal
6. Melaporkan keadekuatan tingkat energi

Intervensi (NIC):
Mandiri:
1. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasan makan
2. Pantau nilai labolatorium,khusus nya transferrin,albumin,dan elektrolit
Edukasi:
1. Ajarkan metode untuk perencanaan makan
2. Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
3. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
Kolaboratif:
1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien
dengan ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein (missal,pasien
dengan anoreksia nervosa atau penyakit glomerular/dialysis peritoneal)
2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan,makanan
pelengkap,pemberian makanan melalui selang,atau nutrisi parenteral,total agar asupan
kalori yang adekuat dapat dipertahankan
3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi
4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat,jika pasien tidak dapat membeli
atau menyiapkan makanan yang adekuat

Diagnosa 5: Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit kronis


Tujuan: mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Kriteria Hasil (NOC):
1. Mengerti akan kekuatan diri
2. Mengungkapkan kenginan untuk mendapatkan konseling
3. Berpartisipasi dalam pembuatan keputusan tentang perencanaan perawatan
4. Melakukan perilaku yang dapat meningkatkan rasa percaya diri

14
Intervensi (NIC):
Mandiri:
1. Pantau pernyataan pasien tentang penghargaan diri
2. Tentukan rasa percaya diri pasien dalam penilaian diri
3. Pantau frekuensi pengungkapan diri yang negative
Edukasi:
1. Berikan informasi tentang pentingnya konseling dan ketersedian sumber-
sumber di komunitas
2. Ajarkan keterampilan untuk bersikap positif melalui bermain peran,contoh
peran,diskusi dan sebagai nya
Kolaboratif:
1. Temukan bantuan sumber-sumber dari rumah sakit (misalnya, pekerja
sosial,spesialis psikiatrik klinis, dan pelayanan agama) jika diperlukan

4. Implementasi

Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan dimana rencana


perawatan dilaksanakan; melaksanakan intervensi / aktifitas yang telah ditentukan.
Implementasi merupakan lndasan interaksi antara pasien dengan perawat dalam rencana
keperawatan. Fokus utama dalam implementasi adalah tindakan secara individu, yaitu
pelayanan perawatan dengan pendekatan.
Garis besar dari implementasi yang didiskusikan:
a. Melaksanakan tindakan yang konsisten dengan rencana yang sudah ditentukan.
b. Keterampilan interpersonal, intelektual dan tekhnikkal dilaksanakan dengan
cermat dan efisien dalam suatu lingkungan yang telah dipersiapkan.
c. Perlindungan keamanan fisik dan psikologis pasien.

5. Evaluasi

Sebagai tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi yang ditulis dalam
catatan perkembangan yang berfungsi untuk mendemonstrasikan keadaan klien, baik berupa
kemajuan maupun kemundurannya dilihat dari masalah yang ada.
1. Nyeri
a. Pasien mampu mengontrol nyeri
b. Melakukan teknik manajemen nyeri,
c. Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan

15
d. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama
menjalankan aktifitas hidup sehari-hari
2. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
a. Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
b. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
c. Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
3. Memperlihatkan konsep diri yang positif
a. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien
b. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
4. Masukan nutrisi yang adekuat
a. Mengalami peningkatan berat badan
b. Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan
c. Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi
5. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal:
a. Memperlihatkan konsep diri yang positif
b. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien
c. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC
2. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.Edisi
8.Vol 3. Jakarta. EGC
3. Price Sylvia,A (1994),Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2
.Edisi 4. Jakarta. EGC
4. Wijaya Andra Saferi, Putri Yessie Mariza, 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2
(Keperawatan Dewasa). Yokyakarta: Nuha Medika
5. Wilkinson Judith M, 2007. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
6. Otto, Shirley E.2003.Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.Jakarta :EGC.
7. Muttaqin, Arif. Ns. S.kep, 2000. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Klien
gangguan system muskuluskeletal. Jakarta:EGC

17

Anda mungkin juga menyukai