Anda di halaman 1dari 75

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AN.

A DENGAN HEMOFILIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Fika Nur Indriasari, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelas 3D
Dwi Junianita Sari ( 2920183388 / 15 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan pada pasien An. A dengan Hemofilia. Laporan ini


disusun untuk memenuhi tugas individu Praktik Klinik Keperawatan Anaka pada
semester VI , pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 13 Maret 2021
Tempat : Yogyakarta

Praktikan Pembimbing Akademik

Dwi Junianita Sari Fika Nur Indriasari, M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan
ini yang di susun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang pembimbing yang
telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas asuhan
keperawatan ini, sehingga kami menjadi lebih mengerti dan memahami tentang
materi “ Asuhan Keperawatan Anak pada An. A dengan Hemofilia ”.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
dalam upaya penyelesaian asuhan keperawatan ini baik yang mendukung secara
moril dan materil.
Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan, kekurangan dan
kehilafan dalam asuhan keperawatan ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami
harapkan demi perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata kami berharap asuhan
keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kami semua.

Yogyakarta, 4 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................5
A. Konsep Dasar Medis...............................................................................5
1. Definisi Hemofilia.................................................................................5
2. Etiologi Hemofilia.................................................................................5
3. Klasifikasi Hemofilia.............................................................................6
4. Patofosiologi Hemofilia.........................................................................6
5. Manifestasi Hemofilia...........................................................................9
6. Pemeriksaan Penunjang Hemofilia........................................................9
7. Komplikasi Hemofilia.........................................................................10
8. Penatalaksanaan Hemofilia..................................................................10
B. Asuhan Keperawatan Teoritis.............................................................12
1. Pengkajian............................................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................12
3. Nursing Care Plan................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB II LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN...............................................17
A. Pengkajian..............................................................................................17
1. Pengkajian Lengkap.............................................................................17
2. Pengelompokkan Data.........................................................................28
3. Analisa Data.........................................................................................29
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................31
C. Nursing Care Plan.................................................................................32
D. Catatan Perkembangan 1....................................................................46
E. Catatan Perkembangan 2.....................................................................54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................58
SATUAN ACARA PENYULUHAN....................................................................60
LOC........................................................................................................................72
LOG BOOK...........................................................................................................74

iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan kongenital pada pembekuan darah yang
disebabkan oleh berkurangnya salah satu dari dua protein plasma
penting yaitu : faktor VIII dan faktor IX. Ini adalah penyakit yang
diturunkan terkait dengan kromosom sex / sex-linked (penyakit yang
diturunkan dari ibu ke anaknya laki – laki) ditemukan terutama pada
laki – laki (Emergency Nurses Association, 2017)
Hemofilia merupakan penyakit kronik yang membutuhkan
pengobatan seumur hidup. Anak hemofilia dapat menderita
perdarahan, yang paling sering di sendi dan otot (hemartrosis).
Hemartrosis berulang dapat menyebabkan artropati, sehingga
berdampak pada keterbatasan dan penampilan fisik. Selain dampak
fisik, hemofilia juga mempengaruhi kualitas hidup lain seperti emosi,
sosial, dan sekolah. Penilaian kualitas hidup anak diperlukan agar
dapat menggambarkan kualitas anak secara multidimensi dan
membantu anak agar bisa hidup lebih normal (Budiarty & Selvi, 2020)
Hemofilia adalah kelompok kelainan pembekuan darah dengan
karakteristik sex-linked resesif dan autosomal resesif. Gejala yang
paling sering terjadi ialah perdarahan, baik di dalam tubuh (internal
bleeding) maupun di luar tubuh (external bleeding). Masalah
perdarahan dan kelainan pembekuan disini harus ditangani secara
pendekatan tim (Yoshua & Vincentius, 2013)

2. Etiologi Hemofilia
Hemofilia terjadi oleh karena adanya defisiensi atau gangguan
fungsi salah satu faktor pembekuan. Pada kasusnya, hemofilia A
terjadi karena defesiensi faktor VIII, kemudian hemofilia B terjadi

4
karena defisiensi faktor IX, dan hemofilia C terjadi karena defisiensi
faktor XI (Kurniawan Dkk,2015)

3. Klasifikasi Hemofilia
Setelah dilakukan pemeriksaan Hemofilia dibagi menjadi 3 yaitu
(Susanti & Andree 2016)
a. Hemofilia berat
Dikatakan hemofila berat apabila aktivitas faktor bekuan <1%.
Tanda dan gejalanya adalah perdarahan spontan sejsk bayi,
hemathrosis spontan secara sering dna perdarahan lannya yang
memerlukan penambahan faktor
b. Hemofilia sedang
Diktakan hemofilia sedang karena aktivitas faktor bekuan 1 – 5 %
dengan tanda dan gejala perdarahan sekunder akibat trauma atau
operasi, dan terkadang hemathrotis spontan
c. Hemofilia ringan
Dikatakan hemofilia ringan apabila faktor bekuan 6 – 40 % dengan
tanda dan gejala perdarahan sekunder akibat trauma atau operasi
dan jarang perdarahan spontan.

4. Patofosiologi Hemofilia
Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi
pada jaringan yang letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang
dapat terjadi kerena gangguan pada tahap pertama, kedua dan ketiga,
disini hanya akan di bahas gangguan pada tahap pertama, dimana
tahap pertama tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme
pembekuan yang terdapat pada hemofili A dan B. Perdarahan mudah
terjadi pada hemofilia, dikarenakan adanya gangguan pembekuan, di
awali ketika seseorang berusia ± 3 bulan atau saat – saat akan mulai
merangkak maka akan terjadi perdarahan awal akibat cedera ringan,
dilanjutkan dengan keluhan-keluhan berikutnya. Hemofilia juga dapat

5
menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat fatal. Rasionalnya
adalah ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka pada
pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh
tubuh) → darah keluar dari pembuluh. Pembuluh darah mengerut/
mengecil → Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada
pembuluh→Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu,
mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk
sempurna→darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh →
perdarahan (normalnya: Faktor-faktor pembeku darah bekerja
membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang akan menutup luka
sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh) (Kurniawan dkk,
2015)

6
Kerusakan darah atau berkontrak
dengan kolagen

XII XII  Teraktivasi

(HMW, Kinogen, Prekalikren)

XI XI  Teraktivasi
Ca++
Tanpa IX  IX tidak teraktivasi
Hemofilia
Tanpa VIII

Trombin tidak terbentuk

Faspollipid
Trombosit Perdarahan

Jaringan dan sendi Sintesa energi terganggu

Nyeri Mobilitas terganggu

Resiko injury
Syok

Inefektif
koping
keluarga

Bagan 1
Pathway Hemofilia
Sumber : Kurniawan (2015)

7
5. Manifestasi Hemofilia
Tanda dan gejala anak dengan Hemofilia Yoshua & Vincentius
(2013) yaitu :
a. Memar dan luka ringan
b. Perdarahan yang berkepanjangan akibat luka, ekstraksi gigi atau
operasi
c. Perdarahan ke dalam jaringan lunak, otot, atau kapsul sendi
d. Parestesia yang berkembang menjadi cidera syaraf setelah
kompresi hematoma
e. Epistaksis
f. Hematuria (biasanya tidak seris)
g. Perubahan status mental, sakit kepala parah dan koma jika terjadi
perdarahan intrakranial
h. Syok karena kehilangan darah banyak

6. Pemeriksaan Penunjang Hemofilia


Dilakukannya pemeriksaan darah lengkap yang bertujuan untuk
mengetahui masa pembekuan yang memanjang, termasuk kerja darah
dan radiografi sampai kepada faktor pembekuan darah (Emergency
Nurses Association, 2017)
Pemeriksaan komprehensif pada pasien dengan suspek hemofilia
sudah harus dimulai saat ditemukan riwayat: penyakit hemofilia dalam
keluarga; mudah memar sejak periode neonatal; perdarahan spontan
baik internal atau eksternal; dan perdarahan masif ketika terjadi luka
kecil. Kecurigaan ini kemudian ditindaklanjutkan dengan skrining
laboratorium untuk mengetahui fungsi homeostasis serta ada tidaknya
kelainan perdarahan. Skrining utama untuk menentukan fungsi
homeo-stasis ialah platelet count (normal 150.000-450.000/mm3) dan
bleeding time..Selain platelet count dan bleeding time, hal-hal lain
yang harus diperiksa ialah prothrombin time (PT), activated partial
thromboplastin time (aPTT), thrombin time(TT), sertaspecific

8
coagulation factor assay untuk FVIII dan IX. Pemeriksaan PT untuk
menilai jalur pembekuan darah ekstrinsik, yaitu keterlibatan faktor I,
II, III,IV, V, VII, dan X dalam proses pembekuan darah, dengan nilai
normal 11-13 detik (Yoshua & Vincentius, 2013)

7. Komplikasi Hemofilia
Komplikasi Hemofilia menurut Susanto & Andree (2016) sebagai
berikut :
a. Timbulnya inhibitor
Inhibitor adalah cara tubuh untuk melawan apa yang
dilihatnya sebagai benda asing yang masuk. Hal ini berarti segera
setelah konsetrat faktor diberikan tubuh akan melawan dan akan
menghilangnya. Suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan tubuh
melihat konsetrat faktor VIII atau faktor IX sebagai benda asing
dan menghancurkanya. Pada penderita hemofilia dengan inhibitor
terhadap konsetrat faktor, reaksi penolakkan mulai terjadi segera
setelah darah diinfuskan. Ini berarti konsetrat faktor dihancurkan
sebelum ia dapat menghentikan pendarahan.
b. Kerusakan sendi akibat pendarahan berulang.
Kerusakan sendi adalah kerusakan yang disebabkan oleh
perdarahan berulang didalam dan disekitar rongga sendi.
Kerusakan yang menetap dapat di sebabkan oleh satu kali
pendarahan yang berat ( Hemarthrosis )
c. Infeksi yang ditularkan oleh darah.
Komplikasi hemofilia yang paling serius adalah infeksi
yang ditularkan oleh darah.

8. Penatalaksanaan Hemofilia
Menurut Ayu (2016) Sejauh ini, penyakit Hemofilia belum
ditemukan obat yang dapat menyembuhkan, sehingga seperti yang
telah dikatakan sebelumnya bahwa Hemofilia tidak dapat

9
disembuhkan, hanya saja dapat dikelola dengan baik. Hal yang paling
penting yang harus dilakukan oleh penderita Hemofilia adalah
beristirahat yang cukup dan menghindari kegiatan fisik yang
mengandung resiko besar. Namun, jika terjadi pembengkakan atau
pendarahan pada penderita Hemofilia hal pertama yang harus
dilakukan adalah RICE (rest, ice, compression, elevation)
Selain itu, ada penatalaksanaan yang sering diberikkan adalah :
a. Transufsi periodik dari plasma beku segar (PBS)
b. Pemberian konsentrat faktor VIII dan IX pada klien yang
mengalami perdarahan aktif atau sebagai upaya dan pencegahan
sebelum pencabutan gigi dan pembedahan
c. Hindari pemberian aspirin atau suntikan secara IM
d. Membersihkan mulut sebagai upaya pencegahan
e. Bidai dan alat orthopedi bagi klien yang mengalami perdarahan
otot dan sendiri.

10
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
Berikut adalah asuhan keperawatan Handayani & Andi (2008) dalam
(Kurniawan dkk, 2015)
1. Pengkajian
a. Tanyakan mengenai riwayat keluarga dengan kelainan perdarahan
b. Tanyakan tentang perdarahan yang tidak seperti biasanya,
manifestasi hemofilia meliputi perdarahan lambat dan menetap
setelah terpotong atau trauma kecil, perdarahan spontan dan
petekie tidak terjadi pada hemofilia.
c. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan perdarahan selama periode
eksaserbasi :
1) Pembentukan hematoma (subkutan dan intramuskular)
2) Neuropati perifer karena kompresi saraf perifer dan hemoragi
intramuskular
3) Hemoragi intrakranial (sakit kepala, gangguan pengelihatan,
perubahan pada tingkat kesadaran, peningkatan TD, dan
penurunan frekuensi nadi, serta ketidaksamaan pupil
4) Hemartrosis (perdarahan pada sendi)
5) Epiktaksis
d. Pemeriksaan diagnostik
1) Faktor – faktor pemeriksaan digunakan untuk mengidentifikasi
apakah faktor pembekuan tak cukup
2) Masa tromboplastin parsial akan memanjang
e. Kaji pemahaman klien dan keluarga mengenai kondisi dan
tindakan
f. Kaji dampak kondisi pada gaya hidup baru

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi kekurangan volum cairan berhubungan mekanisme
pembekuan darah yang tidak normal.

11
b. Nyeri berhubungan dengan sendi dan keterbatasan sendi sekunder
akibat hemartosis
c. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tentang penyakit
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi inadekuat
e. Resiko tinggi kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
keterbatasan gerak sendi sekunder akibat hemartosis perdarahan
pada sendi.

3. Nursing Care Plan


a. Diagnosa resiko tinggi kekurangan volum cairan berhubungan
dengan mekanisme pembekuan darah yang tidak normal.
Hasil yang diharapkan : episode perdarahan anak terkendali
Intervesi :
1) Observasi semua bayi laki-laki dengan cermat setelah
sirkumsasi R/ Pada genetalia terdapat banyak pembuluh darah.
2) Awasi tanda-tanda vital R/ Penurunan sirkulasi darah dapat
terjadi peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi
dan takikardi
3) Instruksikan dan pantau anak berkaitan dengan perawatan gigi
yaitu menggunakan sikat gigi berbulu anak R/ Sikat gigi
berbulu keras dapat menyebabkan perdarahan mukosa mulut.
4) Kolaborasi pemberian produk plasma sesuai indikasi R/
Pemberian plasma untuk mempertahankan homeostatis.
b. Diagnosa nyeri berhubungan dengan sendi dan keterbatasan sendi
sekunder akibat hemartrosis
Hasil yang diharapkan : menyatakan nyeri reda / terkontrol
Intervesi :
1) Kaji derajat nyeri R/ Perdarahan jaringan lunak dan hemoragi
pada sendi dapat menekan saraf

12
2) Dorong klien untuk secara hati-hati memposisikan bagian
tubuh menekan sakit R/ Menurunkan rasa nyeri
3) Kompres es pada sendi yang sakit R/ Kompres es dapat
menyebabkan vasokontraks
4) Kolaborasi pemberian analgesik ( hindari aspirin ) R/ Aspirin
dapat mengganggu pH darah dan dapat ketidakcukupan mudah
terjad
c. Diagnosa resiko tinggi cidera berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tentang penyakit.
Hasil yang diharapkan : mencegah terjadinya cidera dan
perdarahan
Intervesi :
1) Ciptakan lingkungan yang aman seperti menyingkirkan benda-
benda tajam, memberikan bantalan pada sisi keranjang bayi
untuk yang tidak aktif R/ Anak yang aktif memiliki resiko
cidera yang tinggi apabila tidak diawasi
2) Tekankan bahwa olahraga kotak fisik dilarang R/ Kontak fisik
dapat menyebabkan perdarahan
3) Berikan tekanan setelah injeksi / fungsi vena R/ Tekanan ini
meminimalkan perdarahan
4) Anjurkan orang tua untuk memberikan pengawasan pada saat
bermain di luar rumah
d. Diagnosa kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi
inadekuat
Hasil yang diharapkan : menyatakan nyeri reda/ terkontrol
Intervesi :
1) Instruksikan anak dan orang tua tentang pemberian
penggantian trehadap faktor yang kurang.
2) Ajarkan pada orang tua dan anak tentang perlunya pencegahan
cidera.

13
3) Anjurkan untuk tidak menggunakan obat yang dijual bebas
seperti aspirin. R/ Aspirin dapat mengganggu pH dan dapat
membuat perdarahan mudah terjadi
4) Ajarkan keluarga atau anak tentang apa itu hemofili dan tanda
serta gejalanya
5) Berikan penjelasan pada keluarga dan atau anak bahwa
penyakit ini belum dapat disembuhkan dan tujuan terapi adalah
mencegah munculnya gejala R/ Informasi yang adekuat akan
dapat meningkatkan pengetahuan klien.
e. Diagnosa resiko tinggi kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan
keterbatasan gerak sendi sekunder akibat hemartosis
Hasil yang diharapkan : peningkatan rentang gerak sendi dan tidak
ada tanda inflamasi
Intervesi :
1) Ajarkan untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada
anggota gerak yang sehat R/ Meningkatkan kepercayaan diri
pada klien.
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif pada anggota gerak yang
sakit R/ Melatih persendian dan menurunkan resiko perlukaan.
3) Kolaborasi / konsultasi dengan ahli terapi fisik / okupasi,
spesialisasi, rehabilitas R/ Sangat membantu dalam membuat
program latihan / aktivitas individu dan menentukan alat bantu
yang sesuai.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Yolanda A.W.(2016). Orientasi kesehatan penderita Hemofilia dalam proses


pengobatan. Program Studi S1 Sosiologi. Departemen Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.
Budiarty, Shannessa, Selvi Nafianti. (2020). Menilai Kualitas Hidup Anak
Penyandang Hemofilia. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas
Sumatera Utara Medan.
Emergency Nurses Association, (2017). Competencies for Nurse Practitioners in
Emergency Care. Emergency Nurses Association, pp.1–18.
Kurniawan, Berly Yudha Dkk.(2015). Asuhan Keperawatan Anak dengan Kasus
Hemofilia program S1 Keperawatan Stikes Insan Cendekia Husada
Bojonegoro.
Susanto, Michael, Andree Kurniawan. (2016). Hemofilia. Ilmu Penyakit dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan.
Yoshua, Vincentius, Engeline Angliadi. (2013). Rehabilitasi Medik pada
hemofilia Fakultas Kedokteran Universitas SamRatulangi Manado.

15
BAB II
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengkajian Lengkap

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : An. A No. RM : -


TTL : Sleman, 28 – 03 – 2013 Tgl. Masuk : -
Usia : 8 tahun Tgl. Pengkajian : 08 Maret 2021
Nama Ayah : Tn. F
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Ny. T
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Bener RT 11 RW 03 Tegalrejo, Yogyakarta

II. KELUHAN UTAMA


Ibu pasien (Ny.T) mengatakan anaknya sering mimisan (Epistaksis).
ketika kelelahan bermain.. Ibu pasien (Ny.T) mengatakan pasien
(An.A) juga tidak mengeluhkan apa – apa ketika mimisan. Ibu pasien
(Ny.T) mengatakan ketika mimisna darah yang keluar cukup banyak
dan berwarna merah segar. Ibu pasien (Ny.T) mengatakan ketika luka
atau terkena benda tumpul pasien mengalami perdarahan yang sukar
membeku. Ibu pasien (Ny.T) mengatakan jika dirinya mengidap
Hemofilia.

III. RIWAYAT PENYAKIT


Riwayat penyakit sekarang

16
Hemofilia

Riwayat penyakit Dahulu


Ibu pasien (Ny.T) mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit
hemofilia yang samapi sekarang masih kambuh dengan mimisan
(epistaksis)

IV. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Prenatal
Ibu pasien (Ny.T) mengatakan ketika hamil tidak mengeluhkan apa
– apa. Tidak ada pantangan, dan dapat beraktivitas seperti
biasanya. Kondisi Ibu dan janin sehat sampai dengan mendekati
hari perkiraan lahir.

2. Intra natal
Ibu pasien (Ny.T) mengatakan bayi lahir maju 2 hari dari hari yang
terlah diperkirakan. HPL tanggal 30 Maret 2013, dan bayi lahir
tanggal 28 Maret 2013 karena sudah merasakan kontraksi. Tidak
ada keluhan ketuban pecah atau keluhan yang lainnya. Bayi lahir
lewat jalan normal dan ASI juga langsung keluar. Tidak sampai 3
hari perawatan Ibu dan bayi sudah pulang.

3. Post natal
Ibu pasien (Ny.T) mengatakan tidak ada keluhan tentang bayi nya
setelah sampai dirumah. Ibu pasien hanya mengeluhkan jahitan nya
yang diberikan ada yang tidak rapih.

V. RIWAYAT MASA LAMPAU


1. Penyakit waktu kecil : Hemofilia
2. Pernah dirawat dirumah sakit : 1 Minggu
3. Obat-obatan yang digunakan : -

17
4. Tindakan (operasi) : Tidak Ada
5. Alergi : Tidak Ada
6. Kecelakaan : Tidak Ada
7. Imunisasi ( sesuai dengan pedoman IDAI terbaru)
Ibu pasien (Ny.T) mengatakan imunisasi sudah diberikan dan
dilaksanakan lengkap sesuai dengan program pemerintah.
a. BCG : Sudah dilaksanakan
b. DPT : Sudah dilaksanakan
c. Polio : Sudah dilaksanakan
d. Campak : Sudah dilaksanakan
e. Imunisasi anjuran :-

VI. RIWAYAT KELUARGA ( genogram)

18
: Laki – laki : Menikah

: Perempuan : Klien

: Tinggal serumah

: Meninggal Dunia

VII. KESEHATAN FUNGSIONAL


(11 Pola kesehatan Gordon)
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan :
- Pasien (An.A) mengatakan mandi dua kali sehari yaitu pada
waktu pagi dan sore
- Ibu pasien (Ny.T) mengatakan percaya dan menggunakan
fasilitas kesehatan yang tersedia
- Ibu pasien (Ny.T) mengatakan jika salah satu anggota
keluarganya ada yang sakit, akan diantar berobat ke Rumah
Sakit
2. Nutrisi :
a. Makanan yang disukai
Pasien (An.A) mengatakan sangat menyukai fried chicken
b. Alat makan yang dipakai
Pasien (An.A) mengatakan makan menggunakan sendok, garpu
dan piring
c. Pola makan/jam
Pasien (An.A) mengatakan ia makan 3 kali porsi seang / 6 jam.
d. Jenis makanan
Pasien (An.A) mengatakan jenis makanan yang sering ia
makan adalah nasi, sayur, lauk dan fried chicken. Selain itu

19
simbah pasien (Ny.S) juga mengatakan pasien minum 5-6
gelas air putih
e. Total Parental Nutrisi (TPN)
1) Cairan masuk
5 gelas perhari = 1100 cc
Makanan = 150 cc
AM = ( 6 cc x 25 kg ) = 150 cc
Input cairan = 1100 + 150 + 150 = 1400 cc
2) Cairan keluar
Urin = 1.100 : 2 – ( 25 kg x 1 x 5 jam )
550 – ( 125 )
425 cc
BAB = 400 cc
IWL = (30-usia anak) x 12 kg
( 30 – 8 ) x 25 kg
550
Output cairan = 425 cc + 400 cc + 550 cc = 1375 cc
Balance cairan = intake cairan – output cairan
1400 cc – 1375 cc = 25 cc

3. Aktivitas
Pasien melakukan aktivitas seperti anak pada umumnya. Bangun
pukul 07.00 WIB, mandi pukul 07.30 WIB, makan pagi 08.00 WIB
kemudian sekolah online. Selanjutnya pukul 12.00 WIB makan
siang dan dilanjutkan bermain bersama teman disekitar rumah.
Pukul 16.30 WIB mandi sore dan pukul 18.30 Makan malam.
Pukul 21.00 WIB tidur malam.
4. Tidur dan istirahat
a. Pola tidur
Teratur , 10 jam/hari

20
b. Kebiasaan sebelum tidur
Ibu pasien (Ny.T) mengatakan sebelum tidur bersama – sama
melakukan sikat gigi dna cuci kaki tangan.
c. Tidur siang
Pasien (An.A) mengatakan tidak tidur siang karena bermain
5. Eliminasi
a. BAB : 1 – 2 kali/ hari
b. BAK : 5 – 6 kali/hari
6. Pola hubungan
a. Yang mengasuh
Ibu pasien (Ny.T)

b. Hubungan anak dengan orang tua


Anak kandung

c. Pembawaan anak di Lingkungan rumah/keluarga


Pasien bersosialisasi dan berperan sebagai anak yang baik,
bermain dan bertingkah seperti sesuai dengan usianya
dikeluarga dan di lingkungan rumah
7. Koping keluarga
Ibu Pasien (Ny.T) mengatakan selama ini tidak ada keluhan.
Semua masalah dapat di hadapi bersama suami, anak, dan
keluarga. Ketika anak sakit langsung di berikan terapi dan
mendapatkan pertolongan. Ibu pasien (Ny.T) berharap agar anak
dan keluarganya sehat baik jasmani maupun rohani.
8. Kongnitif dan persepsi
a. Pendengaran
Simbah pasien (Ny.S) mengatakan pasien tidak ada gangguan
pedengaran
b. Penglihatan

21
Simbah pasien (Ny.S) mengatakan pasien tidak ada gangguan
pengelihatan
c. Penciuman
Simbah pasien (Ny.S) mengatakan pasien tidak ada gangguan
penciuman
d. Taktil dan pengecapan
Simbah pasien (Ny.S) mengatakan pasien tidak ada gangguan
taktil dan pengecapan
9. Konsep diri
-
10. Seksual
Ibu pasien (Ny.T) mengatakan tidak ada gangguan pada organ
seksual anaknya. Dan pertumbuhan seksualnya berjalan sesuai
dengan usianya.
11. Nilai dan kepercayaan
Pasien beragama Islam. Meyakini adanya Tuhan dan mengamalkan
ajaran – ajaran agama islam seperti berdoa sehari – hari yang
sederhana.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
Composmentis (GCS 15)
2. TB/ BB/LLA
130 cm/25 kg/ 19 cm
3. Lingkar kepala
52 cm
4. Mata
Bola mata pasien simetris, gerakan bola mata ke segala arah dan
ketajaman pengelihatan baik
5. Hidung

22
Hidung pasien simteris kanan dan kiri, bersih, tidak ada polip,
fungsi penciuman baik
6. Mulut
Tidak ada jamur disekitar mulut, mukosa baik, gigi karies, lidah
bersih, tercium aroma bau mulut
7. Telinga
Daun telinga simetris kanan dan kiri, telinga bersih
8. Tengkuk
Tengkuk pasien tidak ada kelainan
9. Dada
Pasien tidak ada retraksi dinding dada
10. Jantung
Bunyi jantung pasien lup dup
11. Paru-paru
Suara paru pada pasien terdengar sonor
12. Perut
Tidak ada nyeri tekan, suara bising usus normal
13. Genetalia
Pasien masih dibantu keluarga untuk membersihkan area genetalia
14. Ekstremitas
Ekstermitas pasien tidak ada kelainan kekuatan otot 5 5 5 5
15. Kulit
Kulit pasien tidak ada lesi, akral teraba hangat
16. Tanda vital
TD : 100/70 mmHg
N 90 x/menit
RR 22 x/menit
S 36,2 ℃

IX. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa medis

23
Hemofilia
2. Tindakan operasi
Pasien tidak ada tindakan operasi
3. Status nutrisi
Status nutrisi pasien terpenuhi
4. Status cairan
Status cairan pasien terpenuhi
5. Obat-obatan
Pasien tidak ada konsumsi obat - obatan
6. Aktivitas
Aktivitas pasien tidak ada perubahan
7. Tindakan keperawatan
Pasien dilakukan monitoring kondisi tubuhnya
8. Hasil laboratorium
Pasien tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
9. Hasil Rontgen
Pasien tidak dilakukan pemeriksaan Rontgen

X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN (Gunakan


Denver DDST/ Denver).
1. Personal Sosial
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Motorik kasar

XI. RINGKASAN CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

24
SKALA RESIKO JATUH HUMPTY DUMPTY UNTUK PEDIATRI

Parameter Kriteria Nilai Skor


< 3 tahun 4
3-7 tahun 3
Usia
7-13 tahun 2 2
≥ 13 tahun 1
Laki-laki 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1 1
Diagnosis neurologi 4
Perubahan Oksigenasi 3
(diagnosis respiratorik,
Diagnosis dehidrasi, anemia, anoreksia,
sinkop, pusing, dsb)
Gangguan perilaku/psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1 1
Tidak menyadari keterbatasan 3
dirinya
Gangguan
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Kognitif
Orientasi baik terhadap diri 1 1
sendiri
Riwayat jatuh/bayi diletakkan 4
ditempat tidur dewasa
Pasien menggunakan alat 3
bantu/bayi diletakkan dalam
Faktor
tempat tidur bayi/perabot
Lingkungan
rumah
Pasien diletakkan di tempat 2
tidur
Area di luar rumah sakit 1 1
Dalam 24 jam 3
Pembedahan/ Dalam 48 jam 2
sedasi/ anestesi >48 jam atau tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anestesi
Penggunaan multipel: sedatif, 3
obat hipnosis, barbiturat,
fenotiazib, antidepresan,
Penggunaan
Penggunaan salah satu obat di 2
medikamentosa
atas
Penggunaan medikasi 1
lainnya/tidak ada medikasi
Jumlah Skor Humpty Dumpty 6

Skor assesment risiko jatuh: (skor minimun 7, skor maksimum 23)


Skor 7-11 : risiko rendah
Skor ≥ 12 : risiko tinggi

25
2. Pengelompokkan Data

Data Subyektif Data Obyektif


- Ibu pasien (Ny.T) mengatakan - Hasil TTV
pasien (An.A) sering mimisan TD 110/70 mmHg
ketika kelelahan N 90 x/menit
RR 22 x/menit
S 36,2 ℃
- Ibu pasien (Ny.T) mengatakan - Ibu pasien tampak kurang mengetahui
pasien (An.A) memiliki riwayat bagaimana mengatasi mimisan dengan
penyakit hemofilia satu setengah cara yang tepat
tahun yang lalu
- Ibu pasien (Ny.T) mengatakan
jika darah yang keluar ketika
mimisan cukup banyak dan
berwarna merah segar
- Ibu pasien (Ny.T) mengatakan
tidak tahu bagaimana cara
mengatasi mimisan dengan cara
yang tepat
- Pasien mengatakan ketika
mimisan ada sedikit darah yang
masuk ke tenggorokan dan
berasa amis

26
3. Analisa Data

Data/signs and symptoms Penyebab/ Faktor Resiko Masalah / Problem

DS : Koagulopati inheren Resiko Perdarahan


- Ibu pasien (Ny.T)
mengatakan pasien
(An.A) sering
mimisan ketika
kelelahan
- Ibu pasien (Ny.T)
mengatakan pasien
(An.A) memiliki
riwayat penyakit
hemofilia satu
setengah tahun yang
lalu
- Ibu pasien (Ny.T)
mengatakan jika
darah yang keluar
ketika mimisan cukup
banyak dan berwarna
merah segar
- Ibu pasien (Ny.T)
mengatakan dirinya
juga mengidap
hemofilia
- Ibu pasien (Ny.T)
mengatakan jika
pasien (An.A) terluka
darah yang keluar

27
sukar membeku, dan
jika terkena trauma
benda tumpul atau
dicubit langsung
memerah dan memar
memar
DO:
- Hasil TTV
TD 110/70 mmHg
N 90 x/menit
RR 22 x/menit
S 36,2 ℃
- Ibu pasien tampak
kurang mengetahui
bagaimana mengatasi
mimisan dengan cara
yang tepat
DS : Epistaksis Resiko Aspirasi
- Ibu pasien (Ny.T)
mengatakan pasien
(An.A) sering
mimisan ketika
kelelahan
- Ibu pasien (Ny.T)
mengatakan tidak
tahu bagaimana cara
mengatasi mimisan
dengan cara yang
tepat
- Pasien mengatakan
ketika mimisan ada

28
sedikit darah yang
masuk ke
tenggorokan dan
berasa amis
DO :
- Ibu pasien tampak
kurang mengetahui
bagaimana mengatasi
mimisan dengan cara
yang tepat

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko perdarahan dengan faktor resiko Koagulopati Inheren


2. Resiko aspirasi dengan faktor resiko Epistaksis

29
C. Nursing Care Plan

Hari Pertama, Senin 08 Maret 2021


Diagnosa Keperawatan : Resiko Perdarahan dengan faktor resiko Koagulopati Inhern

Diagnosa Perencanaan Implementasi


No Ev
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional (tanggal/hari/waktu)
1 Resiko perdarahan Setelah dilakukan Pengurangan 1. Pasien dan Senin, 08 Maret 2021 Senin, 08 Ma
dengan faktor resiko perawatan 3 x 24 jam perdarahan (4020) keluarga dapat Jam 09.30 WIB Jam 09.55 W
koagulopati inhern diharapkan resiko 1. Identifikasi menghindari 1. Melakukan S:
DS : perdarahan semakin penyebab hal – hal yang pengecekan tanda – -
- Ibu pasien berkurang, dengan perdarahan dapat tanda vital pasien O:
(Ny.T) kriteria hssil : 2. Monitor tanda - menyebabkan - has
mengatakan Status Sirkulasi tanda vital perdarahan vita
pasien (An.A) (0401) pasien pada pasien (Dwi Juni) TD
sering mimisan 1. Hasil tanda – 3. Ajarkan 2. Mengetahui N8
ketika kelelahan tanda vital keluarga untuk status sirkulasi S3
- Ibu pasien pasien diangka hentikan pasien RR
(Ny.T) normal perdarahan 3. Kompres
mengatakan 2. Pasien tidak dengan kompres dingin dapat

30
pasien (An.A) mengalami dingin pada merangsang
memiliki kelelahan daerah yang penyempitan
riwayat Koagulasi darah tepat jika terjadi pembuluh (Dw
penyakit (0409) perdarahan darah sehinga
hemofilia satu 3. Gusi pasien 4. Bantu pasien dapat Jam 10.00 WIB Jam 10.40 W
setengah tahun tidak berdarah untuk menghentikan 2. Mengidentifikasi S:
yang lalu 4. Tidak ada melakukan perdarahan bersama keluarga - ibu
- Ibu pasien memar pada pembatasan 4. Pembatasan dan pasien apa saja me
(Ny.T) pasien aktivitas aktivitas dapat penyebab mim
mengatakan Kontrol resiko (1902) Pencegahan menghindari perdarahan/mimisa seh
jika darah yang 5. Pasien Perdarahan (4010) kelelahan n pada pasien dar
keluar ketika memodifikasi 5. Bantu pasien 5. Sikat gigi - pas
mimisan cukup gaya hidup untuk berbulu lembut me
banyak dan untuk menggunakan menghindarkan (Dwi Juni) ma
berwarna merah mengurangi sikat gigi pasien dari gusi sela
segar resiko berbulu lembut berdarah tem
- Ibu pasien 6. Kolaborasikan 6. Makanan yang unt
(Ny.T) kepada keluarga mengandung ber
mengatakan untuk vitamin k yang O:

31
dirinya juga memberikan membantu - Pas
mengidap suplemen pembekuan ber
hemofilia pembekuan darah
- Ibu pasien darah dengan
(Ny.T) menyediakan (Dw
mengatakan konsumsi Jam 12.15 WIB
jika pasien makanan yang 3. Mengajarkan Jam 13.00 W
(An.A) terluka mengandung kepada keluarga S :
darah yang vitamin K bagaiamana terapi - Ibu
keluar sukar kompres dingin me
membeku, dan dapat diberikan kal
jika terkena kepada pasien ada
trauma benda ketika mimisan din
tumpul atau me
dicubit mim
langsung (Dwi Juni) O:
memerah dan - Ibu
memar memar ber
DO: sen

32
- Hasil TTV tera
TD 110/70 me
mmHg per
N 90 x/menit pas
RR 22 x/menit
S 36,2 ℃
- Ibu pasien (Dw
tampak kurang
mengetahui Jam 16.05 WIB Jam 16.35 W
bagaimana 4. Bekerjasama S:
mengatasi dengan keluarga - Ibu
mimisan untuk menyediakan me
dengan cara makan malam yang ma
yang tepat mengandung me
vitamin K bay
O:
- Ibu
pah
(Dwi Juni) bay

33
satu
me
vita

(Dw
Jam 17.05 W
S:
- Ibu
me
ana
unt
isti
- Pas
diri
seb
- Ibu
me
ini

34
mim
ditu
kep
dib
hab
den
- Ibu
me
me
ma
vita
ber
me
O:
- Pas
ket
pem
ma
- Tid

35
me
pas
- Has
TD
N8
S3
RR
A:
- Ma
per
den
inh
seb
P:
- Lan
inte
1.

36
2.

3.

4.

37
38
Hari Pertama, Senin 08 Maret 2021
Diagnosa Keperawatan : Resiko aspirasi dengan faktor resiko epistaksis

Diagnosa Perencanaan Implementasi


No Ev
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional (tanggal/hari/waktu)
1 Resiko aspirasi Setelah dilakukan Identifikasi Resiko 1. Mengetahui Senin, 08 Maret 2021 Senin, 08 Ma
berhubungan dengan perawatan 3 x 24 jam (6610) perilaku pasien Jam 10.20 WIB Jam 11.45 WI
epistaksis diharapkan aspirasi 1. Kaji perilaku merespon 1. Mengkaji S:
DS : tidak terjadi dengan pasien ketika mimisan perilaku pasien - Pas
- Ibu pasien kriteria hasil : mimisan 2. Melatih pasien ketika mimisan keti
(Ny.T) Pencegahan Aspirasi 2. Bantu pasien menangani sese
mengatakan (1918) menentukan mimisan den
pasien (An.A) 1. Pasien dan rencana untuk dengan teknik (Dwi Juni) “me
sering mimisan keluarga mampu mengurangi yang benar - Pas
ketika kelelahan mengidentifikasi faktor resiko untuk keti
- Ibu pasien faktor resiko aspirasi menghindari terk
(Ny.T) 2. Pasien mampu 3. Edukasi bahaya aspirasi yan
mengatakan menghindari aspirasi 3. Menambah dan
tidak tahu faktor resiko 4. Kolaborasi wawasan O:

39
bagaimana cara 3. Memposisikan dengan keluarga pasien dan - Pas
mengatasi tubuh untuk untuk membantu keluarga men
mimisan dengan tetap tegak pasien mencegah tentang aspirasi den
cara yang tepat ketika mimisan aspirasi 4. Pasien mampu tepa
- Pasien dan menunduk mencegah - Pas
mengatakan Kontrol Resiko (1902) aspirasi dengan aspi
ketika mimisan 4. Pasien maupun tanpa
ada sedikit darah menjalankan dukungan
yang masuk ke strategi kontrol keluarga (Dw
tenggorokan dan resiko yang
berasa amis sudah ditetapkan Jam 12.25 WIB Jam 13.15 WI
DO : 2. Mengedukasi S:
- Ibu pasien bahaya resiko - Ibu
tampak kurang aspirasi men
mengetahui men
bagaimana aspi
mengatasi (Dwi Juni) - Ibu
mimisan dengan men
cara yang tepat bah

40
tind
yan
dila
dap
aspi
O:
- Pas
mem
den

(Dw
Jam 14.25 WI
S:
- Pas
ingi
bag
untu
aspi

41
- Ibu
men
men
baru
pen
O:
- Pasie
siap
peru
men
A:
- Mas
aspir
fakto
epist
P:
- Lan
inte
1.

42
2.

43
D. Catatan Perkembangan 1

Hari kedua, Selasa 9 Maret 2021


Diagnosa Keperawatan : Resiko perdarahan dengan faktor resiko koagulopati Inhern

Implementasi
Data Senjang Evaluasi
(tanggal/hari/waktu)
Selasa, 09 Maret 2021 WIB Selasa, 09 Maret 2021 WIB Selasa. 09 Maret 2021
Jam 08.00 WIB Jam 09.00 WIB Jam 10.00 WIB
S: 1. Melakukan monitoring tanda S :
- Ibu pasien mengatakan anaknya – tanda vital pasien -
semalam tidak mengalami mimisan O:
- Ibu pasien mengatakan anaknya sudah - Hasil TTV
tidak mengeluhkan kelelahan (Dwi Juni) TD 100/80 mmHg
O: N 92 x/menit
- Pasien tampak lebih segar S 36 ℃
- Hasil TTV
TD 100 / 90 mmHg
N 90 x/menit (Dwi Juni)

44
S 36 ℃ Jam 10.05 WIB Jam 11.00 WIB
RR 22 x/menit 2. Membantu pasien untuk S :
A: pembatasan aktivitas - Pasien mengatakan kalau siang sudah jarang
- Masalah resiko perdarahan ditandai main dari pagi karena sekolah
dengan koagulasi inheren teratasi - Ibu pasien (Ny.T) mengatakan pasien semakin
sebagian (Dwi Juni) kesini semakin menyadari dirinya tidak
P: mampu kelelahan
- Lanjutkan intervensi O:
1. Monitor tanda – tanda vital pasien - Pasien sudah mampu mentoleransi keadaan
2. Ajarkan keluarga untuk dirinya
mengehntikan perdarahan dengan
menekan cuping hidung
3. Bantu pasien melakukan (Dwi Juni)
pembatasan aktivitas
4. Istruksikan kepada pasien untuk Jam 10.55 WIB Jam 11.20 WIB
menggunakan sikat gigi lembut 3. Mengajarkan keluarga untuk S:
menghentikan perdarahan - Ibu pasien (Ny.T) mengatakan sudah paham
dengan menekan cuping dan mengerti penjelasan yang diberikan
hidung perawat

45
(Dwi Juni) O:
- Ibu pasien (Ny.T) kooperatif dan bisa

(Dwi Juni) memberikan jawaban ketika ditanya kembali


oleh perawat

(Dwi Juni)

Jam 13.40 WIB


Jam 12.55 WIB S:
4. Membantu pasien untuk - Pasien mengatakan akan berganti sikat gigi
menggunakan dan memilih dengan sikat yang lembut
sikat gigi yang lembut - Ibu pasien (Ny.T) mengatakan selama ini
tidak ada keluhan gusi berdarah
O:

(Dwi Juni) - Pasien kooperatif dan bersedia mengganti


sikat gigi sesuai dengan yang disarankan

46
(Dwi Juni)
Jam 15.05 WIB
S:
- Pasien mengatakan bersedia mematuhi
anjuran perawat dan ibunya untuk membatasi
aktivitas
- Ibu pasien (Ny.T) mengatakan sudah
memahami teknik kontrol perdarahan dengan
penekanan cuping hidung
- Pasien mengatakan akan mengganti sikat gigi
dengan sikat gigi yang halus
O:
- Ibu pasien dan pasien sangat kooperatif
- Hasil TTV
TD 110/70 mmHg
N 88 x/menit
S 36 ℃

47
RR 23 x/menit
A:
- Masalah resiko perdarahan ditandai dengan
koagulasi inheren teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda – tanda vital pasien
2. Ajarkan keluarga untuk mengulangi
kembali cara mengatasi perdarahan yang
sudah dijelaskan

(Dwi Juni)

48
Catatan Perkembangan 1, Selasa 9 Maret 2021
Diagnosa Keperawatan : Resiko aspirasi dengan faktor resiko epistaksis

Implementasi
Data Senjang Evaluasi
(tanggal/hari/waktu)
Selasa, 09 Maret 2021 Selasa, 09 Maret 2021 Selasa, 09 Maret 2021
Jam 08.00 WIB Jam 10.00 WIB Jam 11.55 WIB
S: 1. Membantu pasien S:
- Pasien mengatakan ingin mengetahui menentukan rencana untuk - Pasien mengatakan ketika mimisan akan
bagaimana cara untuk mencegah mengurangi faktor resiko mengikuti rencana yang sudah ditentukan
aspirasi aspirasi yaitu duduk tegap dan agak menunduk 45 °
O: dan menatap kebawah kemudian melakukan
- Pasien dan keluarga siap belajar dan seperti yang diajarkan ketika menghentikan
mendengarkan penjelasan perawat (Dwi Juni) perdarahan
A: O:
- Masalah resiko aspirasi dengan faktor - Pasien kooperatif
resiko epistaksis
P:
- Lanjutkan intervensi (Dwi Juni)

49
1. Bantu pasien menentukan rencana Jam 12.00 WIB Jam 12.55 WIB
untuk mengurangi faktor resiko 2. Bekerjasama dengan keluarga S :
aspirasi untuk membantu pasien - Keluarga pasien mengatakan bersedia
2. Kolaborasi dengan keluarga untuk mencegah aspirasi membantu pasien untuk mencegah aspirasi
membantu pasien mencegah aspirasi O:
- Keluarga pasien tampak bersamangat dan

(Dwi Juni) sangat peduli terhadap kesehatan pasien

(Dwi Juni)

(Dwi Juni)
Jam 14.05 WIB
S:
- Pasien mengatakan sudah mengetahui cara
yang harus dilakukan ketika mimisan
- Ibu pasien mengatakan sudah mengetahui
tentang pencegahan aspirasi dan bahaya
aspirasi
- Pasien mengatakan sudah tidak akan
mendangakkan kepala ketika mimisan

50
O:
- Pasien dan Ibu pasien sudah paham tentang
bahaya aspirasi dan ketika perawat beri
pertanyaan bisa menjawab
- Ibu pasien dan pasien sudah mengetahui
bagaimana cara untuk pencegahan aspirasi
- Pasien dan ibu pasien kooperatif
A:
- Masalah resiko aspirasi dengan faktor resiko
epistaksis teratasi
P:
- Hentikan intervensi

(Dwi Juni)

51
E. Catatan Perkembangan 2

Catatan Perkembangan 2, Rabu 10 Maret 2021


Diagnosa Keperawatan : Resiko perdarahan dengan faktor resiko koagulopati inhern

Implementasi
Data Senjang Evaluasi
(tanggal/hari/waktu)
Rabu, 10 Maret 2021 Rabu, 10 Maret 2021 Rabu, 10 Maret 2021
Jam 09.00 WIB Jam 10.30 WIB Jam 10.55 WIB
S: 1. Melakukan pemeriksaan TTV S :
- Pasien mengatakan tadi pagi makan sop pasien -
bayam O:
- Ibu pasien (Ny.T) mengatakan pasien - Hasil TTV
sudah mampu membatasi aktivitasnya (Dwi Juni) TD 100/80 mmHg
- Pasien mengatakan dapat istirahat dan N 92 x/menit
tidur lebih awal dari biasanya S 36 ℃
O: RR 22 x / menit
- Pasien tampak bersemangat
- Ibu pasien sudah menyediakan makanan

52
kaya akan vitamin K (Dwi Juni)
A: Jam 11.55 WIB Jam 13.05 WIB
- Masalah resiko perdarahan ditandai 2. Mengedukasi pasien dan S :
dengan koagulasi inheren teratasi mengingat kembali cara - Ibu pasien mengatakan sudah paham dan
sebagian penghentian pendarahan masih mengingat cara menghentikan
P: bersama keluarga dan pasien pendarahan
- Lanjutkan intervensi - Ibu pasien mengatakan sepertinya cara ini
1. Moitor tanda – tanda vital pasien efektif untuk dilakukan
2. Ajarkan keluarga untuk mengulangi (Dwi Juni) O:
kembali cara mengatasi perdarahan - Ibu pasien dapat mengingat dan menyebutkan
yang sudah dijelaskan kembali cara – cara penghentian pendaraha
dengan cara yang tepat
- Pasien juga mengikutu pembelajaran dengan

(Dwi Juni) seksama

(Dwi Juni)
Jam 15.05 WIB
S:

53
- Pasien mengatakan sudah membtasi jam
bermainnya sehingga tidak merasakan
kelelahan
- Ibu pasien mengatakan (Ny.T) seminggu
terakhir ini pasien tidak mengeluhkan adanya
mimisan
- Ibu pasien mengatakan (Ny.T) sudah
memahami cara – cara menghentikan
pendarahan dengan cara yang tepat
O:
- Gusi pasien tidak mengalami perdarahan
- Pada pasien tidak ditemukan adanya memar
perdarahan
- Pasien mampu memodifikasi gaya hidupnya
untuk memperkecil resiko perdarahan
- Hasil TTV
TD 100/80 mmHg
N 92 x/menit
S 36℃

54
RR 22 x/menit

A:
- Masalah resiko perdarahan ditandai dengan
koagulasi inheren teratasi
P:
- Hentikan intervensi

(Dwi Juni)

55
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk.(2013). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi


6. Editor Intansari Nurjanah & Roxsana Devi Tumanggor. Indonesia :
Mocomedia.
Herdman, T Heather, S. Kamitsuru.(2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue, dkk.(2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5.
Editor Intansari Nurjanah & Roxsana Devi Tumanggor. Indonesia :
Mocomedia

56
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TERAPI KOMPRES DINGIN TERHADAP PASIEN DENGAN
EPISTAKSIS (MIMISAN)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Fika Nur Indriasari, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelas 3D
Dwi Junianita Sari ( 2920183388 / 15 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2021

57
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Terapi Kompres Dingin Terhadap Pasien dengan


Epistaksis (Mimisan)
Hari/Tanggal : Jumat / 12 Maret 2021
Pukul : 10.00 WIB
Sasaran : Pasien (An. A) dan Ibuknya (Ny.T)
Tempat : Bener RT 11 RW 03 Tegalrejo, Yogyakarta

A. Latar Belakang
Mimisan atau dalam bahasa medis disebut dengan epistaksis
merupakan pendarahan yangterjadi di bagian hidung. Epistaksis ini
merupakan gejala dari berbagai penyakit yang dapatdi sebabkan oleh
beberapa faktor. Sebanyak 60 % manusia pernah mengalami epistaksis di
dalam hidupnya dan hanya 10% diantaranya yang membutuhkan tindakan
medis, hampir 90% dapatberhenti dengan sendirinya. Epistaksis dapat
terjadi pada siapa saja, baik anak- anak, orang dewasa maupun lansia.
Umumnya kondisi ini sering terjadi pada anak- anak pada umur 2 sampai
10 tahun (Stasya,2019)
Epistaksis dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari sceara tiba –
tiba sehingga penanganan epistaksis ini penting untuk diketahui. Masih
banyak masyarakat yang kurang memahami tentang penanganan terhadap
epistaksis ini. Terdapat tiga prinsip utama dalam menangani epistaksis
yaitu menghentikan pendarahan, mencegah komplikasi epistaksis,
mencegah berulangnya epistaksis dan memastikan bahwa
hemodinamiknya baik.
Salah satu cara penanganan epistaksis yang dapat dilakukan yaitu
dengan pemberian terapi kompres dingin. Kompres es atau dingin
merupakan tindakan pemeliharaan suhu tubuh yang dilakukan dengan
menggunkan es balok dengan ukuran kecil yang bertujuan untuk
mengebalkan rasa sakit dan menghentikan perdarahan. Kompres es ini
sangat efektif diberikan kepada anak – anak yang mengalami mimisan.

58
Selain mudah untuk dijangkau, kompres es juga sangat efektif
menghentikan perdarahan (Jose & Umarani,2013)
Oleh karena itu, perlu adanya pengetahuan dari orangtua
bagaimana cara pemberian kompres dingin kepada anaknya. Dengan
adanya penyuluhan ini diharapkan menambah wawasan dari setiap orang
tua khusunya dengan anak yang mengalami epsitaksis atau mimisan.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit pasien dan keluarga
dapat memahami cara untuk memberikan kompres dingin ketika
terjadi mimisan (epistaksis)
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyulihan selama 20 menit, pasien dan keluarga
mampu menjelaskan kembali tentang :
a. Pengertian Mimisan (Epistaksis)
b. Pengertian Kompres Dingin
c. Tujuan Kompres Dingin
d. Kontra Indikasi Kompres Dingin
e. Cara Memberikan Kompres Dingin Pada Anak Mimisan
(Epistaksis)

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Terapi Kompres Dingin Terhadap Pasien dengan Mimisan
(Epistaksis)
2. Sasaran/Target
Pasien yang mengalami Epistaksis (An.A) dan keluarga (Ny.T)
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi
4. Media dan Alat

59
a. Presentasi (PPT)
b. Leaflet
5. Waktu dan Tempat
a. Hari/Tanggal : Jumat / 12 Maret 2021
b. Waktu : 10.00 WIB
c. Tempat : Rumah An. A ( Bener RT 11 RW 03 Tegalrejo,
Yogyakarta

60
D. Kegiatan yang akan dilakukan

No. Kegiatan Waktu Kegiatan Materi Kegiatan Menjawab Media


1. Pembukaan 3 Menit 1. Mengucapkan salam pembuka 1. Menjawab salam dari
2. Menyapa pasien dan penyuluh
memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan penuyuluh
penyuluhan memperkenalkan diri,
4. Menyampaikan pokok mejelaskan tujuan
pembahasan akan penyuluhan, dan
disampaikan menyampaikan pokok
pembahasan yang kan
disampaikan

2. Penyajian 15 Meni Menjelaskan materi penyuluhan 1. Mendengarkan Power Point dan


t secara berurutan dan teratur. ceramah yang Leaflet
1. Memberikan ceramah tentang : disampaikan penyuluh
a. Pengertian Mimisan secara lisan
(Epistaksis) 2. Memperhatikan materi
b. Pengertian Kompres Dingin yang disampaikan oleh
penyuluh

61
c. Tujuan Kompres Dingin 3. Mendemonstrasikan
d. Kontraindikasi Kompres teknik menyikat gigi
Dingin dengan benar
e. Cara pemberian Kompres 4. Bertanya jika ada yang
Dingin kepada Anak yang belum jelas
sedang Mimisan
2. Mendemonstrasikan cara
memberikan kompres dingin
kepada anak yang sedang
mimisan
3. Memberikan kesempatan
peserta untuk bertanya
3. Penutup 2 Menit 1. Menyimpulkan materi yang 1. Menyimpulkan materi
telah disimpulkan bersama bersama penuyuluh
peserta 2. Menjawab salam
2. Mengevaluasi peserta penutup
3. Salam penutup

62
E. Setting Tempat

B C

Keterangan :

A : Penyuluh

B : Pasien

C : Keluarga (Ny.T)

F. Evaluasi Penyuluhan
1. Evaluasi struktur :
a. Penggunaan media yang lengkap, kondisi tempat yang kondusif.
b. Penyuluh menguasai langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
penyuluhan.
c. Klien berperan aktif selama proses penyuluhan
2. Evaluasi proses
a. Proses penyuluhan dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan.
b. Klien aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi hasil
a. Pengertian Mimisan (Epistkasis)
b. Pengertian Kompres Dingin
c. Tujuan Kompres Dingin
d. Kontraindikasi Kompres Dingin
e. Cara Memberikan Kompres Dingin kepada Anak yang sedang
Mimisan

63
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Mimisan (Epistaksis)

Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang penyebabnya


bisa lokal atau sistemik. Perdarahan bisa ringan sampai serius dan bila
tidak segera ditolong dapat berakibat fatal. Sumber perdarahan biasanya
berasal dari bagian depan atau bagian belakang hidung (Moore,2013)
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung
atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari
penyakit lain yang kebanyakan ringan dan dapat berhenti sendiri.
Walaupun jarang, epistaksis yang berat merupakan masalah
kegawatdaruratan yang dapat berakibat fatal bila tidak segera
ditangani(Mangunkusumo & Wardhani, 2007).
Epistaksis didefinisikan sebagai aliran darah dari fossanasal dan
merupakan kelainan yang umum serta jinak pada sebagian besar
kasusyang tidak membutuhkan perawatan medis (Reyre et al, 2015).
B. Pengertian Kompres Dingin
Kompres es atau kompres dingin merupakan tindakan
pemeliharaan suhu tubuh yang dilakukan dengan menggunkan es balok
dengan ukuran kecil yang bertujuan untuk mengebalkan rasa sakit dan
menghentikan perdarahan. Kompres es dapat pula diartikan sebagai
tindakan menempelkan atau melilitkan kumpulan es ke atas permukaan
kulit dengan batas sebuah kain agar tidak menimbulkan rasa yang terlalu
dingin (Jose & Umarani, 2013)

C. Tujuan Kompres Dingin


Tujuan dari penggunaan kompres dingin menurut Agustiningrum
(2019), yaitu :
1. Menurunkan suhu tubuh pada hipertermia
2. Mencegah peradangan meluas
3. Mengurangi kongesti

64
4. Mengurangi perdarahan lokal
5. Mengurangi rasa sakit local
6. Agar luka menjadi bersih

D. Kontraindikasi Kompres Dingin


Berikut kontraindikasi diberikannya kompres dingin menurut Jose &
Umarani (2013)
1. Raynaud`s syndrom yang merupakan kondisi dimana terdapat
hambatan pada arteri terkecil yang menyalurkan darah ke jari tangan
dan kaki ketika terjadinya dingin atau emosi. Pada keadaan ini timbul
sianosis yanga pabila berlanjut dapat mengakibatkan kerusakan
anggota tubuh perifer.
2. Vasculitis (peradangan pembuluh darah)
3. Gangguan sensasi saraf misal neuropathy akibat diabetes mellitus
maupun leprosy.
4. Cryoglobulinemia yang merupakan kondisi berkurangnya protein di
dalam darah yang menyebabkan darah akan berubah menjadi gel bila
kena dingin.
5. Paroxysmal cold hemoglobinuria yang merupakan suatu kejadian
pembentukan antibodi yang merusak sel darah merah bila tubuh
dikenai dingin.

E. Cara Pemberian Kompres Dingin


Berikut adalah cara pemberian kompres dingin pada anak yang sedang
mengalami mimisan menurut Triani (2017)
1. Utamakan keamanan, pastikan penolong aman dan tempat untuk
menolong aman
2. Penderita mimisan diminta duduk agar posisi hidung lebih tinggi dari
jantung
3. Badan membungkuk sedikit, bernafas melalui mulut dan posisi
menundukkankepalanya ke depan dan jangan sampai mendongakkan
kepala. Pastikan posisi nyaman

65
4. Meminta penderita menekan cuping hidung dengan menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk dan ditahan selama 10 menit
5. Tangan yang lain dapat digunakan untuk memberi kompres dingin
menggunakan es pada tulang hidung, untuk memperlambat aliran
darah ke hidung
6. Setelah 10 menit, penderita melepaskan tekanan di cuping hidung.
Lalu lihat apakah mimisannya sudah berhenti apa belum. Jika belum
berhenti, ulangi kembali selama 10 menit
7. Jika mimisannya berhenti, usahakan penderita tidak mengubah
posisinya
8. Segera cari pertolongan medis jika darah tidak berhenti dalam 30
menit.

66
DAFTAR PUSTAKA

Agustinirum, Reza Dwi. (2019). EFEKTIFITAS PENGGUNAAN KOMPRES


HANGAT DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP TINGKATNYERI
PADA BALITA PASCA IMUNISASI ORI DIFTERI. Program Studi
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Jose, Jisy dan Umarani. (2013). Effect Of Ice Application in Reducing Pain
Percepstion Of Toodlers During Immunization.International Journal of
Recent Scientific Research 4(5): 630-63
Mangunkusumo E, Wardani RS. (2007). Polip hidung. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD (eds). Buku ajar ilmu kesehatan
telinga hidung tenggorok kepala leher. Ed 6. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, pp 123-5.
Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME.(2013).Anatomi Klinis Dasar.
Edisi ke−5. Jakarta: Erlangga.
Reyre, A., Michel, J., Santini, L., Dessi, P., Vidal, V., Bartoli, J. M., Moulin, G.,&
Varoquaux, A. (2015). Epistaxis: The role of arterial
embolization.Diagnostic and interventional imaging, 96(7-8)
Stasya, Delovina. (2019). Pemahaman Mahasiswa Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Angkatan 2018 terhadap Penanganan Epistaksis
Anterior. Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, Indonesia.
Triani,Septi. (2017). EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN
TERHADAPTINGKAT PENGETAHUAN P3K PADA GURU
SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PURING. Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong

67
Lampiran Media

68
69
70
LOC

FORMAT PENCAPAIAN KOMPETENSI


PRODI DIII KEPERAWATAN
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN ANAK STIKES NOTOKUSUMO

tgl Tgl tgl tgl tgl tgl tgl tgl tgl tgl tgl tgl
No KETERAMPILAN LOC
paraf paraf paraf paraf paraf paraf paraf paraf paraf paraf paraf paraf
1. Pengukuran tanda vital 08/03/21 09/03/21 10/03/21

2. Pengukuran antropometri 01/03/21

3. Pengukuran status gizi


4. Memberikan obat melalui mata,
anus, hidung, telinga, kulit
5. Pemberian makan melalui
OGT/NGT/dengan sendok bayi
6. Pemberian oralit/terapi cairan
pada anak
7. Perawatan luka
8. Perawatan anak dengan kolostomi
9. Perawatan anak/bayi dengan
demam
10. Perawatan bayi dengan kelainan
konginetal

71
11. Tindakan restrain pada anak
12. Melaksanakan terapi bermain
13. Perawatan pada anak dengan
balutan gips
14. Deteksi Tumbuh Kembang KPSP 08/03/21

15. Pendidikan kesehatan 08/03/21 09/03/21 10/03/21 12/03/21

Level of Competecy (LOC):


1 : memperlajari dan memahami prosedur secara teoritis
2 : melihat dan memahami langsung prosedur tersebut
3 : melakukan dan memahami prosedur tapi di bawah supervisi
4 : melakukan dan memahami prosedur secara mandiri

72
LOG BOOK

LOG BOOK
PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES NOTOKUSUMO YOGYAKARTA

Nama Mahasiswa : Dwi Junianita Sari


Tempat praktik : Anjir Rt 92 Rw 26, Hargorejo, Kokap, Kulon Progo

NO Hari/Tgl Jam Kegiatan TTD


Senin, 08 Maret 09.30 Melakukan pengecekan tanda – tanda vital kepada
1
2021 WIB pasien
10.00 Mengidentifikasi bersama keluarga dan pasien apa

WIB yang menjadi penyebab pasien

perdarahan/mimisan
10.20 Mengidentifikasi perilaku pasien ketika

WIB mengalami mimisan


12.15 Mengajarkan kepada keluarga bagaimana terapi

WIB kompres dapat diberikan kepada pasien


12.25 Mengedukasi pasien dan keluarga mengenai

WIB bahaya aspirasi


16.05 Berdiskusi dengan keluarga untuk menyediakan

WIB makan malam yang mengandung vitamin K


Selasa, 09 Maret 09.00 Melakukan pengecekan tanda – tanda vital kepada
2
2021 WIB pasien
10.00 Membantu pasien untuk menentukan rencana

WIB mengurangi resiko aspirasi

10.05 Membantu pasien untuk membtasi aktivitas yang

WIB dilakukan
10.55 Mengejarakan kepada keluarga dan pasien untuk

WIB mengehntikan perdarahan

12.00 Mengajak keluarga untuk membantu pasien

73
WIB mencegah aspirasi
12.55 Membantu pasien untuk menggunakan dan

WIB memilih sikat gigi yang lembut


Rabu, 10 Maret 2021 10.30 Melakukan pengecekan tanda – tanda vital pasien
3
WIB
11.55 Melakukan edukasi pasien dan mengingat kembali

WIB cara mengehentikan perdarahan bersama keluarga

dan pasien

Yogyakarta, 05 Maret 2021


Pembimbing

Fika Nur Indriasari, M.Kep

74

Anda mungkin juga menyukai