PENDAHULUAN
Sampai saat ini dikenal 2 macam hemofilia yang diturunkan secara sex-linked
recessive yaitu :
1. Hemofilia A (hemofilia klasik), akibat defesiensi atau disfungsi faktor
pembekuan VIII (F VIIIc).
2. Hemofilia B (Christmas disease) akaibat defesiensi atau disfungsi F IX
(faktor Christmas)
Penyakit ini pertama kali dikenal pada keluarga Judah yaitu sekita abad kedua
sesudah Masehi di Talmud. Pada awal abad ke-19 sejarah baru hemofilia baru
dimulai dengan dituliskannya silsilah keluarga Kerajaan Inggris mengenai
1
2
penyakit ini oleh Otta (1803). Sejak itu hemofilia dikenal dengan kelainan
pembekuan darah yang diturunkan secara X-linked recessive, sekitar setengah
abad sebelum hukum Mandel diperkenalkan. Selanjutnya legg pada tahun
1872 berhasil membedakan hemofilia dari penyakit gangguan pembekuan
darah lainnya berdasarkan gejala klinis, yaitu berupa kelainan yang
diturunkan dengan kecenderungan perdarahan otot serta sendi yang
berlangsung seumur hidup. Pada permulaan abad 20 hemofilia masih
didiagnosis berdasarkan riwayat keluarga dan gangguan pembekuan darah.
Pada tahun 1940-1950 para ahli baru berhasil mengidentifikasi defisiensi F
VIII dan F IX pada hemofilia A dan Hemofilia B. pada tahun 1970 berhasil
diisolasi F VIII dari protein pembawanya di plasma, yitu faktor von
Willebrand (F vW), sehingga sekarang dapat dibedakan kelainan perdarahan
akibat hemofilia A dan penyakit van Willebrand. Memasuki abad 21,
pendekatan diagnostik dengan teknologi yang maju serta pemberian faktor
koagulasi yang diperlukan mampu membawa pasien hemofilia melakukan
aktivitas seperti orang lainnya tanpa hambatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
2.2 Klasifikasi
Menurut Hadayani (2008) hemofilia dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu sebagai
berikut :
1. Hemofilia A; dikarakteristikkan oleh defisiensi F VIII, bentuk paling
umum yang ditemukan, terutama pada pria.
2. Hemofilia B; dikarakteristikkan oleh defesiensi F IX yang terutama
ditemukan pada pria.
3. Penyakit Von Willebrand dikarakteristikkam oleh defek pada perlekatan
trombosit dan defesiensi F VIII dapat terjadi pada pria dan wanita.
2.3 Etiologi
Hemofilia disebabkan oleh factor gen atau keturunan. hemofilia A dan B,
kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit
resesif terkait –X. Oleh karna itu semua anak perempuan dari laki-laki yang
7
menderita hemofilia adalah karier penyakit, dan anak laki-laki tidak terkena.
Anak laki-laki dari perempuan yang kerier memiliki kemungkinan 50% untuk
menderita penyakit hemofilia dapat terjadi pada wanita homozigot dengan
hemofilia (ayah hemofilia, ibu karier) tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi
.kira-kira 30% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat
mutasi spontan (Hoffbrand, Pettit, 1993).
Hemofilia juga dapat disebabkan oleh mutasi gen (Muscari, Mary E. 2005).
Terdapat faktor risiko pada penyakit hemofilia yaitu riwayat keluarga dari
duapertiga anak-anak yang terkena menunjukkan bentuk bawaaan resesif
terkait-x. Hemofilia A (defisiensi faktor VIII terjadi pada 1 dari 5000 laki-
laki. Hemofilia B (defisiensi faktor IX) terjadi pada seperlimanya.
2.4 Patofisiologi
Hemofilia adalah penyakit kelainan koagulasi darah congenital karena anak
kekurangan faktor pembekuan VIII (hemofilia A) atau faktor IX (hemofilia B,
atau penyakit Christmas). Penyakit kongenital ini diturunkan oleh gen resesif
terkait-X dari pihak ibu. F VIII dam F IX adalah protein plasma yang
8
Kaskade pembekuan darah klasik diajukan oleh Davie dan Ratnoff pada
tahun 1950an dapat dilihat pada Gambar 1. Kaskade ini menggambarkan jalur
intrinsik dan ekstrinsik pembentukan thrombin. Meskipun memiliki beberapa
kelemahan, kaskade ini masih dipakai untuk menerangkan uji koagulasi yang
lazim dipakai dalam praktek sehari-hari.
dimana efek tamponade tidak ada, perdarahan masif dapat terjadi. Bekuan
darah yang terbentuk tidak kuat dan perdarahan ulang dapat terjadi akibat
proses fibrinolisis alami atau trauma ringan.
Defisit F VIII dan F IX ini disebabkan oleh mutasi pada gen F8 dan F9. Gen
F8 terletak di bagian lengan panjang kromosom X di regio Xq28, sedangkan
gen F9 terletak di regio Xq27.2,14 Terdapat lebih dari 2500 jenis mutasi yang
dapat terjadi, namun inversi 22 dari gen F8 merupakan mutasi yang paling
banyak ditemukan yaitu sekitar 50% penderita hemofilia A yang berat.
Mutasi gen F8 dan F9 ini diturunkan secara x-linked resesif sehingga anak
laki-laki atau kaum pria dari pihak ibu yang menderita kelainan ini. Pada
sepertiga kasus mutasi spontan dapat terjadi sehingga tidak dijumpai adanya
riwayat keluarga penderita hemofilia pada kasus demikian.
2.5 Pathway
Pemanjangan APTT
perdarahan
Trombin lama terbentuk
Perdarahan
HEMOFILIA
Dispneu letargi
CO menurun
2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi Suportif
a. Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan
b. Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar
aktivitas faktor pembekuan sekitar 30-50%
c. Lakukan Rest, Ice, Compressio, Elevation (RICE) pada lokasi
perdarahan untuk mengatasi perdarahan akut yang terjadi.
13
2.9 Komplikasi
Menurut Handayani (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
hemofilia adalah perdarahan intrakranium, infeksi oleh virus imunodefisiensi
manusia sebelum diciptakannya F VIII artificial, kekakuan sendi, hematuria
spontan dan perdarahan gastrointestinal, serta resiko tinggi terkena AIDS
akibat transfusi darah.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hemofilia (Cecily Lynn Betz,
2009) :
1. Arthritis
2. Sindrom kompartemen
3. Atrofi otot
4. Kontraktur otot
5. Paralisis
6. Perdarahan intracranial
7. Kerusakan saraf
8. Hipertensi
9. Kerusakan ginjal
10. Splenomegali
11. Hepatitis
12. Sirosis
13. Infeksi HIV karena terpajan produk darah yang terkontaminasi
14. Antibody terbentuk sebagai antagonis F VIII dan IX
15. Reaksi tranfusi alergi terhadap produk darah
16. Anemia hemolitik
17. Thrombosis
18. Nyeri kronis
15
e. Riwayat Psikososial
Adanya masalah nyeri, perdarahan dan resiko infeksi yang dapat
menimbulkan anxietas dan ketegangan pada klien
f. Pola Aktifitas
Klien sering mengalami nyeri dan perdarahan yang memungkinkan
dapat mengganggu pola aktifitas klien. Pola istirahat akan terganggu
dengan adanya nyeri anak sering menangis.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian diagnosa keperawatan untuk klien ini mencakup
yang berikut :
a. G3 pola nafas b/dg aliran darah dan o2 ke paru menurun
b. Gangguan perfusi jaringan b/dg cardic output menurun
c. Resiko cedera b/dg defisit fungsi neurologis
d. Perub. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/dg absorbsi usus menurun
3. Intervensi Keperawatan
a. G3 pola nafas b/dg aliran darah dan o2 ke paru menurun
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam pola nafas px dapat efektif kembali.
Kriteria hasil :
1) RR (16-20x/menit)
2) Saturasi O2 dalam batas normal
3) Klien tidak sesak lagi
Intervensi :
1) Kaji bunyi napas tidak normal
Rasional : mengetahui apakah ada suara tambahan atau tidak.
2) Memperbaiki kenyamanan fisik dengan memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien, pastikan bahwa istirahat sudah cukup
Rasional : mempercepat proses penyembuhan px
3) Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi.
Rasional : mempercepat penyembuhan px.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling
sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten.
Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (F VIII) atau faktor IX (F
IX), dikelompokkan sebagai hemofolia A dan hemofilia B. Kedua gen
tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif
terkait-X,
Gambaran klinis yang sering terjadi pada klien dengan hemofilia adalah
adanya perdarahan berlebihan secara spontan setelah luka ringan,
pembengkakan, nyeri, dan kelainan-kelainan degeneratife pada sendi, serta
keterbatasan gerak. Hematuria spontan dan perdarahan gastrointestinal juga
kecacatan terjadi akibat kerusakan sendi (Handayani, Wiwik, 2008).
19
20
3.2 Saran
Hemofilia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat di cegah maka untuk
penderita hemophilia kami sarankaan agar tetap sabar dan berusaha untuk
pengobatan rutin. Dan berusahasa agar menjaga kesehatan dan mencegah
dampak dari hemofilia.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aru et al. 2009. Ilmu Penyakit dalam Jilid II: Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Betz, Cecily L.. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik E/3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Sudoyo, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 Edisi 4. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit dalam Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia.
Muscari, Mary E.. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik, E/3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nur Arif Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC.Yogyakarta : Media
Action Publishing.
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
22
MAKALAH
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMOFILIA PADA ANAK
DI SUSUN OLEH :
KELOMPIK 9
DEWI YULIANA
SULATIE
NORLATIFA
SULISTIANINGSIH
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa atas rahmat dan hidayahnya
yang telah memberikan kami berbagai nikmat dalam menjalankan hidup ini,
sehingga kami merasa dimudahkan untuk menyelesaikan makalah kami ini.
Memang pada awalnya kami menemukan kesulitan-kesulitan dalam
menyelesaikan makalah ini, namun seiring berjalannya waktu, kami pun semakin
merasa bertanggung jawab untuk segera menyelesaikan makalah ini dengan cepat
dan baik, mengingat waktu yang dijadwalkan untuk segera menyelesaikan
makalah ini.
Penyusun,
ii
24
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
iii