Elisa Indah
NIM: 202004067
Elisa Indah
NIM 202004067
Oleh
Pembimbing
2
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Elisa Indah
NIM 202004067
Oleh
Pembimbing
3
LAPORAN PENDAHULUAN
POLYCYSTIC OVARY SYNDROME (PCOS)
1. DEFINISI
PCOS adalah kelainan heterogen yang ditandai dengan hiperandrogenisme dan
anovulasi kronis yang paling umum terjadi pada wanita usia reproduksi, dengan
prevalensi antara 5% dan 15%, tergantung pada kriteria diagnostik diterapkan (Lauritsen
MP 2014). PCOS pertama kali dijelaskan oleh Stein dan Leventhal sebagai sindrom
oligo-amenore dan ovarium polikistik yang bervariasi disertai dengan hirsutisme,
jerawat, dan obesitas (Stein IF 1935).
Pada saat ini, terdapat dua konferensi konsensus internasional yang telah
dikembangkan menjadi kriteria diagnostik PCOS pada orang dewasa dimana diperluas
definisi PCOS dengan memasukkan keberadaan PCOM (polycystic ovarian morphology)
sebagai kriteria diagnostik untuk PCOS (lihat Tabel 1). Kriteria Rotterdam adalah kriteria
yang terluas dan mencakup semua kombinasi yang tidak dapat dijelaskan oleh
manifestasi klinis atau biokimia hiperandrogenisme, bukti oligo-anovulasi, dan PCOM
(Consensus 2004). Androgen Kriteria Excess-PCOS Society (AE-PCOS) (2006)
mencakup hiperandrogenisme yang tidak dapat dijelaskan dengan baik oligo-anovulasi
atau PCOM (Johnson T 2008); hal ini memungkinkan diagnosis PCOS pada wanita
dengan hiperandrogenisme yang tidak memiliki gejala anovulasi ("PCOS ovulasi"),
dimana mencakup sekitar 10% kasus PCOS.
Table 1. Kriteria Diagnostik PCOS (Rosenfield & Ehrmann, 2016)
Kriteria Diagnostik Dewasa (Rotterdam)
Jika tidak, fenotipe alternatif yang tidak dapat dijelaskan:
1. Fenotipe 1 (PCOS klasik)
Bukti klinis dan/atau biokimia hiperandrogenisme
Bukti oligo-anovulasi
Bukti ultrasonografi ovarium polikistik
2. Fenotipe 2 (Kriteria NIH Esensial)
Bukti klinis dan/atau biokimia hiperandrogenisme
Bukti oligo-anovulasi
3. Fenotipe 3 (PCOS ovulasi)
Bukti klinis dan/atau biokimia hiperandrogenisme
Bukti ultrasonografi ovarium polikistik
4. Fenotipe 4 (PCOS nonhiperandrogenik)
Bukti oligo-anovulasi
4
Bukti ultrasonografi ovarium polikistik
Kriteria Diagnostik Remaja
Jika tidak, kombinasi yang tidak dapat dijelaskan dari:
1. Pola perdarahan uterus abnormal
Abnormal untuk usia atau usia ginekologi
Gejala persisten selama 1-2 tahun
2. Bukti hiperandrogenisme
Peningkatan testosteron persisten di atas norma orang dewasa di laboratorium referensi
yang andal adalah bukti terbaik
Hirsutisme sedang-berat adalah bukti klinis dari hiperandrogenisme
Modified from (Rosenfield 2015) Rosenfield, The diagnosis of polycystic ovary syndrome in
adolescents. Pediatrics. 2015;136:1154 –1165 (50).
5
c. Factor lingkungan postnatal
Resistensi insulin meliputi hyperinsulinemia, Tipe 2 DM dan obesitas postnatal
Hyperandrogenism (hiperpuberti)
Faktor pencetus dan risiko lainnya seeprti stimulasi LH yang berlebihan saat
pubertas, early puberty, premature adrenarche, serta remaja dengan epilepsy.
3. PATHOFISIOLOGI
Pada saat diagnosis ditegakkan, pathofisiologi PCOS muncul sebagai fenotipe yang
mencerminkan lingkaran setan yang berlangsung sendiri yang melibatkan disfungsi
neuroendokrin, metabolisme, dan ovarium. Selama bertahun-tahun, banyak hipotesis
telah diajukan mengenai asal fisiologis terdekat untuk PCOS. PCOS mencerminkan
interaksi antara beberapa protein dan gen yang dipengaruhi oleh faktor epigenetik dan
lingkungan (Gbr. 1).
Gambar 1. Faktor potensial yang terlibat dalam patofisiologi PCOS. Perubahan steroidogenesis,
folikulogenesis ovarium, fungsi neuroendokrin, metabolisme, sekresi insulin, sensitivitas insulin, fungsi
sel adiposa, faktor inflamasi, dan simpatis fungsi saraf berkontribusi pada patogenesis gangguan ini. Tidak
semua faktor berperan pada setiap individu. Faktor lingkungan seperti pilihan makanan, olahraga, dan
pengaruh pengganggu endokrin pengembangan fitur klinis. Beberapa peneliti telah mengidentifikasi lokus
yang menarik di dekat gen terlibat dalam sekresi gonadotropin, kerja gonadotropin, perkembangan folikel,
dan sensitivitas insulin (Ibáñez et al., 2017)
6
Factor-faktor diatas menyebabkan terjadinya hiperandrogenisme persisten
dikaitkan dengan gangguan umpan balik hipotalamus-hipofisis, hipersekresi LH,
luteinisasi sel granulosa prematur, pematangan oosit yang menyimpang, dan penghentian
prematur folikel primer yang diaktifkan. Kelebihan androgen, diamati pada sekitar 60-
80% pasien dengan PCOS, adalah fitur utama dari gangguan tersebut. Hirsutisme dan
hiperandrogenisme adalah manifestasi dari produksi androgen yang berlebihan.
Memang, hiperandrogenisme, biasanya ditunjukkan oleh peningkatan testosteron bebas
(tidak terikat) dalam sirkulasi, adalah kelainan yang paling umum diamati pada sindrom
dan memainkan peran peran utama dalam melanggengkan kontributor hormon yang
menyimpang pada patofisiologi PCOS. Konsentrasi androgen yang meningkat menekan
konsentrasi sex hormone-binding globulin (SHBG) yang berkontribusi terhadap
konsentrasi testosteron bebas yang lebih tinggi. PCOS mewakili contoh biologi pada
sistem dengan beberapa jaringan pensinyalan yang saling berhubungan, yang dalam
kasus individual mungkin tidak melibatkan semua jaringan.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis yang khas pada PCOS termasuk:
Hirsutisme
Jerawat inflamasi sedang atau parah, terutama jika tidak responsif terhadap terapi
topical
Adrenarche dini (PA) yang didefinisikan pada remaja perempuan sebagai munculnya
rambut kemaluan sebelum usia 8 tahun
Persistensi oligomenore, amenore sekunder (tidak adanya siklus selama lebih dari 3
bulan), atau amenore primer pada anak perempuan dengan pubertas lengkap, atau
menstruasi tidak teratur
Disfungsi ovulasi juga dapat muncul sebagai disfungsional perdarahan uterus (siklus
lebih pendek dari 21 hari atau berlangsung lama lebih dari 7 hari) atau anovulasi kronis
hingga infertilitas
7
Untuk penegakan diagnose PCOS pada remaja, gambaran klinis dapat di
kategorikan sebagai berikut:
Tabel 2. Penegakan diagnose PCOS pada remaja (Rosenfield & Ehrmann, 2016)
Wajib Opsional Tidak direkomendasikan Komen
1. Irregular menses/ 1. PCOM 1. Obesitas 1. Umumnya harus 2 thn
oligomenorrhea 2. Severe 2. Resistnesi insulin pasca menarche
2. Evidence cystic acne 3. Hyperinsulinemia 2. Harus
Hyperandrogenism: 4. Biomarkers mengesampingkan
Biochemical 5. Acanthosis nigricans gangguan
Clinical (mis., hiperandrogenisme
progressive lain (mis. NC-CAH,
hirsutism) sindrom Cushing)
Sedangkan pengertian haid tidak teratur pada remaja putri menurut (Teede et al.,
2020) adalah sebagai berikut:
Normal selama tahun pertama pascamenarche
Dari 1 hingga 3 tahun pascamenarke, <21 hari atau >45 hari
Dari 3 tahun pascamenarke hingga perimenopause, <21 hari atau >35 hari atau
kurang dari delapan siklus per tahun
Dari 1 tahun pascamenarche, >90 hari untuk setiap satu siklus
Amenore primer pada usia 15 tahun atau >3 tahun setelah thelarche
8
5. WOC
9
6. KOMORBIDITAS
Komorbiditas tambahan dapat terjadi pada remaja dengan PCOS yang mungkin
tidak tergantung pada status kelebihan berat badan. Komorbiditas ini termasuk gangguan
toleransi glukosa dan diabetes tipe 2 (Teede HJ 2018). Komorbiditas tambahan termasuk
penurunan kualitas hidup, depresi, kecemasan, gangguan makan dan gangguan makan,
dan perubahan citra tubuh (Trent ME 2002). Identifikasi IR, hiperinsulinemia, dan
obesitas mendorong upaya untuk menyelidiki dan memulai pengobatan komorbiditas
terkait seperti gangguan toleransi glukosa, diabetes mellitus tipe 2, dislipidemia, dan
sleep apnea. Skrining yang memadai untuk komorbiditas harus dipandu oleh gejala,
pemeriksaan klinis, dan faktor risiko pribadi dan keluarga tertentu. Ini harus diikuti
dengan manajemen yang tepat untuk menghindari komplikasi lebih lanjut (Styne et al.,
2017).
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penegakan diagnosis dengan tanda dan gejala yang mengarah ke PCOS dimulai
dengan anamnesis yang menyeluruh termasuk riwayat keluarga, pemeriksaan fisik yang
lengkap, manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang termasuk:
1. Sonogram untuk mendeteksi adanya POM (Polycystic Ovarian Morphology), yaitu
pengukuran volume ovarium, jumlah dan ukuran folikel, dan dimensi uterus
mungkin berguna dalam evaluasi amenore, tetapi tidak diperlukan untuk diagnosis
PCOS pada remaja.
2. Biomarker PCOS yaitu penggunaan rasio AMH (anti-Müllerian hormone), T/DHT
(testosterone to dihydrotestosterone), dan protein spesifik atau microRNA sebagai
biomarker PCOS belum divalidasi pada remaja. Konsentrasi AMH sering
meningkat pada wanita dengan PCOS. Konsentrasi AMH mencerminkan cadangan
ovarium dan berkorelasi dengan jumlah folikel yang tumbuh (Pigny et al., 2003).
3. Insulin Resistance (IR), compensatory hyperinsulinemia, or obesity should not be
considered as diagnostic criteria for PCOS in adolescents
8. PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan farmakologis yang telah disetujui sejauh ini oleh FDA/EMA
untuk digunakan pada remaja dengan PCOS; namun, beberapa intervensi farmakologis
telah digunakan untuk mengelola gejala PCOS. Remaja yang mengalami gejala PCOS,
sebelum diagnosis dikonfirmasi, seringkali memerlukan penanganan gejala mereka. Pada
10
bagian berikut, pengobatan farmakologis dasar dan aditif dan potensi manfaatnya, serta
aspek reproduksi pada remaja PCOS dibahas. Dosis dan urutan kombinasi intervensi
perlu disesuaikan.
1). Baseline treatment
a). Pendidikan dan Konseling
Edukasi dan penyuluhan tentang kondisi tersebut sangat penting. Penjelasan
dan pembahasan PCOS harus peka budaya serta tepat, komprehensif, dan
disesuaikan dengan individu (Teede et al., 2020). Diskusi ini harus
menggunakan pendekatan empati, mempromosikan perawatan diri, dan
menyoroti kelompok dukungan sebaya, yang tersedia di banyak negara.
Konseling tentang masalah kesuburan itu penting, karena remaja dengan
PCOS lebih peduli daripada rekan-rekan mereka tentang kesuburan di masa
depan setelah diagnosis (Trent ME 2002).
b). Intervensi Gaya Hidup (lifetsyle)
Intervensi gaya hidup harus didasarkan pada kombinasi diet pembatasan
kalori, perawatan perilaku, dan olahraga. Gabungan penurunan berat badan
dan latihan fisik adalah terapi lini pertama pada anak perempuan yang
kelebihan berat badan dan obesitas. Mereka menurunkan kadar androgen,
menormalkan siklus menstruasi dan meningkatkan penanda kesehatan kardio-
metabolik. Remaja yang sangat gemuk merespons dengan buruk intervensi
gaya hidup. Pada anak perempuan dengan berat badan normal, peningkatan
aktivitas fisik efektif dalam mengurangi perkembangan sindrom metabolik.
Namun, manfaat penurunan berat badan eksklusif pada remaja ini tidak
didukung oleh RCT (Ibáñez et al., 2017).
c). Terapi Lokal/Kosmetik
Fotoepilasi adalah manajemen lini pertama hirsutisme lokal pada PCOS. Laser
dioda dan alexandrite lebih disukai. Laser alexandrite lebih unggul daripada
metode IPL dalam hirsutisme wajah. Eflornithine topikal direkomendasikan
sebagai adjuvant untuk fotoepilasi pada anak perempuan dengan hirsutisme
wajah yang resistan terhadap laser berusia 16 tahun atau lebih, atau sebagai
monoterapi pada mereka yang tidak diindikasikan untuk fotoepilasi.
Penggunaan finasteride topikal tidak dianjurkan berdasarkan data yang ada
(Ibáñez et al., 2017)
2). Farmasi Aditif
11
6. KOMORBIDITAS
Komorbiditas tambahan dapat terjadi pada remaja dengan PCOS yang mungkin
tidak tergantung pada status kelebihan berat badan. Komorbiditas ini termasuk gangguan
toleransi glukosa dan diabetes tipe 2 (Teede HJ 2018). Komorbiditas tambahan termasuk
penurunan kualitas hidup, depresi, kecemasan, gangguan makan dan gangguan makan,
dan perubahan citra tubuh (Trent ME 2002). Identifikasi IR, hiperinsulinemia, dan
obesitas mendorong upaya untuk menyelidiki dan memulai pengobatan komorbiditas
terkait seperti gangguan toleransi glukosa, diabetes mellitus tipe 2, dislipidemia, dan
sleep apnea. Skrining yang memadai untuk komorbiditas harus dipandu oleh gejala,
pemeriksaan klinis, dan faktor risiko pribadi dan keluarga tertentu. Ini harus diikuti
dengan manajemen yang tepat untuk menghindari komplikasi lebih lanjut (Styne et al.,
2017).
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penegakan diagnosis dengan tanda dan gejala yang mengarah ke PCOS dimulai
dengan anamnesis yang menyeluruh termasuk riwayat keluarga, pemeriksaan fisik yang
lengkap, manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang termasuk:
1. Sonogram untuk mendeteksi adanya POM (Polycystic Ovarian Morphology), yaitu
pengukuran volume ovarium, jumlah dan ukuran folikel, dan dimensi uterus
mungkin berguna dalam evaluasi amenore, tetapi tidak diperlukan untuk diagnosis
PCOS pada remaja.
2. Biomarker PCOS yaitu penggunaan rasio AMH (anti-Müllerian hormone), T/DHT
(testosterone to dihydrotestosterone), dan protein spesifik atau microRNA sebagai
biomarker PCOS belum divalidasi pada remaja. Konsentrasi AMH sering
meningkat pada wanita dengan PCOS. Konsentrasi AMH mencerminkan cadangan
ovarium dan berkorelasi dengan jumlah folikel yang tumbuh (Pigny et al., 2003).
3. Insulin Resistance (IR), compensatory hyperinsulinemia, or obesity should not be
considered as diagnostic criteria for PCOS in adolescents
8. PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan farmakologis yang telah disetujui sejauh ini oleh FDA/EMA
untuk digunakan pada remaja dengan PCOS; namun, beberapa intervensi farmakologis
telah digunakan untuk mengelola gejala PCOS. Remaja yang mengalami gejala PCOS,
sebelum diagnosis dikonfirmasi, seringkali memerlukan penanganan gejala mereka. Pada
10
bagian berikut, pengobatan farmakologis dasar dan aditif dan potensi manfaatnya, serta
aspek reproduksi pada remaja PCOS dibahas. Dosis dan urutan kombinasi intervensi
perlu disesuaikan.
1). Baseline treatment
a). Pendidikan dan Konseling
Edukasi dan penyuluhan tentang kondisi tersebut sangat penting. Penjelasan
dan pembahasan PCOS harus peka budaya serta tepat, komprehensif, dan
disesuaikan dengan individu (Teede et al., 2020). Diskusi ini harus
menggunakan pendekatan empati, mempromosikan perawatan diri, dan
menyoroti kelompok dukungan sebaya, yang tersedia di banyak negara.
Konseling tentang masalah kesuburan itu penting, karena remaja dengan
PCOS lebih peduli daripada rekan-rekan mereka tentang kesuburan di masa
depan setelah diagnosis (Trent ME 2002).
b). Intervensi Gaya Hidup (lifetsyle)
Intervensi gaya hidup harus didasarkan pada kombinasi diet pembatasan
kalori, perawatan perilaku, dan olahraga. Gabungan penurunan berat badan
dan latihan fisik adalah terapi lini pertama pada anak perempuan yang
kelebihan berat badan dan obesitas. Mereka menurunkan kadar androgen,
menormalkan siklus menstruasi dan meningkatkan penanda kesehatan kardio-
metabolik. Remaja yang sangat gemuk merespons dengan buruk intervensi
gaya hidup. Pada anak perempuan dengan berat badan normal, peningkatan
aktivitas fisik efektif dalam mengurangi perkembangan sindrom metabolik.
Namun, manfaat penurunan berat badan eksklusif pada remaja ini tidak
didukung oleh RCT (Ibáñez et al., 2017).
c). Terapi Lokal/Kosmetik
Fotoepilasi adalah manajemen lini pertama hirsutisme lokal pada PCOS. Laser
dioda dan alexandrite lebih disukai. Laser alexandrite lebih unggul daripada
metode IPL dalam hirsutisme wajah. Eflornithine topikal direkomendasikan
sebagai adjuvant untuk fotoepilasi pada anak perempuan dengan hirsutisme
wajah yang resistan terhadap laser berusia 16 tahun atau lebih, atau sebagai
monoterapi pada mereka yang tidak diindikasikan untuk fotoepilasi.
Penggunaan finasteride topikal tidak dianjurkan berdasarkan data yang ada
(Ibáñez et al., 2017)
2). Farmasi Aditif
11
a). Metformin
Metformin memiliki efek menguntungkan pada remaja yang kelebihan berat
badan atau obesitas dengan PCOS, tetapi hanya data jangka pendek yang
tersedia. Pada remaja non-obesitas dengan PCOS dan hiperinsulinemia,
metformin meningkatkan ovulasi dan kadar testosteron.
b). Anti-Androgens
Anti-androgen mengurangi fitur kelebihan androgen lebih dari metformin
dalam monoterapi. Spironolakton adalah yang paling umum digunakan
meskipun data tentang kemanjuran dibandingkan dengan flutamide terbatas.
Anti-androgen hanya boleh digunakan jika tindakan kontrasepsi dijamin.
c). Oral kontrasepsi pil
Tidak ada RCT berkualitas tinggi dari formulasi kontrasepsi pil khusus untuk
remaja dengan PCOS untuk membantu pengobatan dalam populasi remaja.
d). Terapi kombinasi
Jika tersedia, kombinasi dosis rendah tiga kali lipat dari insulin-sensitizing dan
obat generik anti-androgenik menormalkan risiko kardiovaskular dan
komposisi tubuh lebih dari kombinasi hanya metformin dan anti-androgen dan
menghasilkan pola androgen sirkulasi dan tingkat ovulasi pasca perawatan
yang lebih baik dari asupan kontrasepsi pil.
3). Aspek Reproduksi
a). Ovulasi
Pada beberapa remaja dengan atau berisiko PCOS, fungsi ovulasi normal
mungkin ada atau muncul seiring waktu dan muncul sebagai PCOS remaja
ovulasi.
b). Kontrasepsi
Ketidakteraturan menstruasi dan menorrhagia pada remaja dengan PCOS bisa
sulit dikelola tanpa intervensi hormonal. Oleh karena itu, kontraspsi pil
direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk remaja dengan PCOS
sesuai dengan pedoman yang diterbitkan (Legro et al., 2013). Penggunaan
kontrasepsi progestin saja, seperti depot medroxyprogesterone acetate,
dikaitkan dengan penambahan berat badan pada remaja dan kemungkinan
pengeroposan tulang, meskipun hal ini dapat dipulihkan (Bonny et al., 2006).
Terapi progestin saja tidak meningkatkan SHBG seperti halnya kontrasepsi pil
yang mengandung etinilestradiol. Alat kontrasepsi dalam rahim yang hanya
12
mengandung progestin dapat menjadi terapi lini pertama alternatif mengingat
dampak sistemik yang rendah dan efektivitas kontrasepsi yang tinggi secara
keseluruhan (Francis JKR 2017). Secara keseluruhan, ada kekurangan pilihan
pengobatan kontrasepsi RCT berkualitas tinggi untuk remaja dengan PCOS
untuk sepenuhnya menginformasikan pengambilan keputusan untuk
pengobatan pada populasi remaja.
4). Transisi
Terapi PCOS pada masa remaja harus bertujuan untuk mengurangi adipositas
hepato-viseral, meningkatkan kehilangan lemak sentral, dan dengan demikian,
melemahkan oligo-anovulasi pregestasional, dan mengurangi komplikasi
kehamilan seperti diabetes mellitus, preeklamsia, dan persalinan premature.
5). Screening
Sesuai manajemen setiap remaja, alat skrining HEEADDSS harus digunakan
(yaitu, H, lingkungan rumah; E, pendidikan dan pekerjaan; E, olahraga dan makan
sehat; A, aktivitas dan teman sebaya; D, obat-obatan, merokok, dan alkohol; D,
depresi dan ide bunuh diri; S, seksualitas dan kesehatan seksual; S, tidur). Rujukan
segera ke badan bantuan sosial, psikologi, dan konseling dengan adanya
komorbiditas psikososial diperlukan, karena komorbiditas ini akan mempengaruhi
kepatuhan terhadap intervensi apa pun.
9. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas klien yang meliputi nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, alamat, dan
data yang lain termasuk data penanggung jawab.
B. Pengkajian
1). Keluhan utama yang mungkin muncul dengan munculnya hirsutisme, berat badan
meningkat dalam kurun waktu tertentu, munculnya jerawat yang tidak terobati
dengan terapi topical, adrenarche dini yang didefinisikan pada remaja perempuan
sebagai munculnya rambut kemaluan sebelum usia 8 tahun, adanya persistensi
oligomenore, amenore sekunder (tidak adanya siklus selama lebih dari 3 bulan),
atau amenore primer pada anak perempuan dengan pubertas lengkap, atau
menstruasi tidak teratur, disfungsi ovulasi juga dapat muncul sebagai disfungsional
perdarahan uterus (siklus lebih pendek dari 21 hari atau berlangsung lama lebih
dari 7 hari) atau anovulasi kronis.
13
2). Riwayat penyakit sekarang yang meliputi sejak kapan munculnya gejala, jika ada
nyeri kaji tingkat nyeri PQRST.
3). Riwayat penyakit dahulu yang termasuk adakah riwayat menderita type 2 DM,
riwayat nutrisi prenatal, serta obesitas.
4). Riwayat penyakit keluarga adanya Type 2 DM, pre-intra natal malnutrisi
5). Riwayat kebidanan masa lalu yang meliputi riwayat haid, menarche, adrenarche
dini, dan keluhan menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan (kalau ada),
riwayat KB dan kelainan sistem reproduksi.
6). Riwayat psikososial termasuk kondisi emosi (perasaan), tingkat kecemasan, tidak
percaya diri, merasa rendah diri dan manrik dari lingkungan karena perubahan
bentuk tubuh (obesitas) dan munculnya jerawat dimuka serta hirsutisme.
7). Pola pemeliharaan kesehatan termasuk pola kebutuhan nutrisi, eliminasi,
istirahat/tidur, kebersihan diri, dan sosial ekonomi.
C. Pemeriksaan fisik
1 Pemeriksaan tanda-tanda vital dan keadaan umum
2 Pemeriksaan integument, rambut dan kuku
Adanya jerawat di muka, adanya pertumbuhan rambut abnormal di area dagu
bawah atau bawah telinga, dada, ketiak, leher serta payudara.
3 Pemeriksaan kepala dan leher
Ekspresi wajah tegang, terlihat cemas, leher adanya rambut
4 Pemeriksaan payudara dan ketiak
Bentuk payudara, adanya pertumbuhan rambut yang abnormal
5 Pemeriksaan toraks dan paru: tidak ada kelainan
6 Pemeriksaan jantung: tidak ada kelainan
7 Pemeriksaan abdomen: tidak ada kelainan
8 Pemeriksaan genitalia: bulu pubis lebih dari normal, periksa adanya menstruasi,
nyeri atau stenosis pada genitalia
9 Pemeriksaan anus: tidak ada kelainan
10 Pemeriksaan muskuloskeletal: tidak ada kelainan
11 Pemeriksaan neurologis: tidak ada kelainan
D. Diagnosa keperawatan dan rencana intervensi
1). Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri dan krisis maturasional
yang dibuktikan dengan merasa bingung, khawatir dengan akibat kondisi yang dihadapi,
14
sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tegang, sulit tidur, pusing, plapitasi, frekuensi nadi
meningkat, muka tampak pucat, kontak mata buruk dan suara bergetar.
Tujuan intervensi: Tingkat ansietas menurun
Kriteria hasil
Verbalisasi kebingungan menurun
Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
Perilaku gelisah menurun
Perilaku tegang menurun
Keluhan pusing menurun
Palpitasi menurun
Frekuensi nadi dan tekanan darah menurun
Pucat menurun
Konsentrasi membaik
Pola tidur membaik
Kontak mata dan orientasi membaik
Rencana intervensi:
a). Reduksi ansietas
1). Observasi
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (kondisi, waktu dan stressor)
Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Monitor tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
2). Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
Pahami situasi yang membuat ansietas
Dengarkan dengan penuh perhatian
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Motivasi mengidntifikasi situasi yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
3). Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
15
Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
Latih menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Latih teknik relaksasi
4). Kolaborasi
Pemberian obat anti ansietas, jika perlu
Rujuk ke psychologist
b). Terapi relaksasi
1). Observasi
Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi atau
gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif
Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Identifikasi kesediaan, kemampuan dan penggunaan teknik sebelumnya
Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
Monitor respon terhadap terapi relaksasi
2). Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahyaan suhu ruang
yang nyaman
Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
Gunakan reaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik dan tindakan
medik lainnya
3). Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis teknik relaksasi (music, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot progresif)
Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
16
2). Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh (obesitas, jerawat)
yang dibuktikan dengan mengungkapkan ketidaknormalan wajah dan bentuk tubuh, me
ngungkapkan kegemukan dan muka penuh dengan jerawat, khawatir dan malu terhadap
teman dan society, menarik diri dari pergaulan, menyembunyikan muka, dan
hubungan sosial berubah
Tujuan intervensi: Citra tubuh meningkat
Kriteria hasil
Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun
Verbalisasi kekhawatiran pada reaksi orang lain menurun
Melihat bagian tubuh membaik
Menyentuh bagian tubuh membaik
Rencana intervensi: Promosi citra tubuh
1). Observasi
Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
Identifikasi budaya, jenis kelamin dan umur terkait citra tubuh
Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakitbatkan isolasi sosial
Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
2). Terapiutik
Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
Diskusikan akibat perubahan pubertas dan kondisi penyakit
Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (pcos)
Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realitas
Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
3). Edukasi
Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
Anjurkan menggunakan alat bantu (kosmetik, face treatment dll)
Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (sebaya atau group yang
mempunyai penyakit yang sama)
Latih peningkatan penampilan diri (kosmetik, dandan)
Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok
17
Pigny, P., Merlen, E., Robert, Y., Cortet-Rudelli, C., Decanter, C., Jonard, S., & Dewailly, D.
(2003). Elevated Serum Level of Anti-Mullerian Hormone in Patients with Polycystic
Ovary Syndrome: Relationship to the Ovarian Follicle Excess and to the Follicular
Arrest. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 88(12), 5957–5962.
https://doi.org/10.1210/jc.2003-030727.
Rosenfield, R. L., & Ehrmann, D. A. (2016). The Pathogenesis of Polycystic Ovary Syndrome
(PCOS): The hypothesis of PCOS as functional ovarian hyperandrogenism revisited.
Endocrine Reviews, 37(5), 467–520. https://doi.org/10.1210/er.2015-1104.
Rosenfield, RL. 2015. "The Diagnosis of Polycystic Ovary Syndrome in Adolescents."
Pediatrics 136 (6): 1154-65. doi: https://doi.org/10.1542/peds.2015-1430.
Stein IF, Leventhal ML. 1935. "Amenorrhea associated with bilateral polycystic ovaries." Am
j Obstet Gynecol. 29: 181-191. https://ci.nii.ac.jp/naid/10012672330/.
Styne DM, Arslanian SA, Connor EL, Farooqi IS, Murad MH, Silverstein JH, Yanovski JA. 2017.
"Pediatric Obesity-Assessment, Treatment, and Prevention: An Endocrine Society
Clinical Practice Guideline." J Clin Endocrinol Metab. 102 (3): 709-757. doi:
https://doi.org/10.1210/jc.2016-2573.
Styne, D. M., Arslanian, S. A., Connor, E. L., Farooqi, I. S., Murad, M. H., Silverstein, J. H., &
Yanovski, J. A. (2017). Pediatric obesity-assessment, treatment, and prevention: An
endocrine society clinical practice guideline. Journal of Clinical Endocrinology and
Metabolism, 102(3), 709–757. https://doi.org/10.1210/jc.2016-2573.
Teede HJ, Misso ML, Costello MF, Dokras A, Laven J, Moran L, Piltonen T, Norman RJ,. 2018.
"Recommendations from the international evidence-based guideline for the
assessment and management of polycystic ovary syndrome." Clin Endocrinol (Oxf).
89 (3): 251-268. doi: https://doi.org/10.1111/cen.13795.
Teede, H. J., Misso, M. L., Costello, M. F., Dokras, A., Laven, J., Moran, L., Piltonen, T.,
Health, N., Public, M., Health, M., Wales, N. S., Endocrinology, R., & Centre, M.
(2020). Recomendaciones de la guía internacional basada en la evidencia para la
evaluación y el tratamiento del síndrome de ovario poliquístico. 110(3), 364–379.
https://doi.org/10.1016/j.fertnstert.2018.05.004.Recommendations
Trent ME, Rich M, Austin SB, Gordon CM. 2002. "Quality of life in adolescent girls with
polycystic ovary syndrome." Arch Pediatr Adolesc Med 156 (6): 556-560. doi:
https://doi.org/10.1001/archpedi.156.6.556.
Witchel, S. F., Oberfield, S. E., & Peña, A. S. (2019). Polycystic Ovary Syndrome:
Pathophysiology, Presentation, and Treatment with Emphasis on Adolescent Girls.
Journal of the Endocrine Society, 3(8), 1545–1573. https://doi.org/10.1210/js.2019-
00078.
20
1
FORMAT PENGKAJIAN
( KEPERAWATAN MATERNITAS / GINEKOLOGI )
A. IDENTITAS KLIEN
Biodata
a. Nama : Nn. XX
b. Umur : 16 tahun
c. Jenis Kelamin : perempuan
d. Alamat :-
e. Status perkawinan : tidak kawin
f. Agama :-
g. Pendidikan : SMA
h. Pekerjaan : Pelajar
i. No. Register :-
j. Tanggal MRS : 15.09.2021
k. Tanggal Pengkajian : 15.09.2021
l. Diagnosa Medis : PCOS (Polycystic Ovary Syndrome)
B. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
a. Keluhan saat MRS
Obesity dan amenorrhea
pasien mengalami amenorrhea sejak 4 bulan, sudah konsultasi dengan gynekologist di klinik,
diberikan obat hormon tetapi menstruasi belum datang hingga hari ini. Pasien juga mengeluh
munculnya jerawat serta bulu abnormal di bagian dagu dan dada, sudah berkonsultasi dengan
dermatologist dan diberikan cream untuk kulit muka tetapi jerawat tetap ada. Kondisi ini
menyebabkan pasien menjadi introvert, menarik diri dari pergaulan teman sekolah, mengurung diri
di kamar serta sering menangis. Klien terlihat sedih dan bingung. Klien juga mengatakan khawatir
dengan akibat dari kondisi yang dihadapi dimasa depan. Ibu pasien kemudian membawa pasien ke
rumah sakit.
2. ASI
3. Masalah
saat nifas
Pemenuhan
No Makan/Minum Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jumlah / Waktu Pagi : …………… Pagi : ……………….
4
Pemenuhan
No Sebelum Sakit Saat Sakit
Eliminasi BAB /BAK
Pagi : Pagi :
BAK: ............. BAK: .............
BAB: ............. BAB: ..............
Siang : Siang :
1 Jumlah / Waktu BAK:............ BAK: ............
BAB:............ BAB: ............
Malam : Malam :
BAK: ........... BAK: ............
BAB: ............ BAB: .............
2 Warna
3 Bau
4 Konsistensi
5 Masalah Eliminasi
Cara Mengatasi
6
Masalah
Pemenuhan Istirahat
No Di Rumah Di Rumah Sakit
Tidur
Pagi : ……….. Pagi : …………..
1. Jumlah / Waktu Siang : ……… Siang : ………..
Malam : ……… Malam : ……….
2. Gangguan Tidur
Upaya Mengatasi
3.
Gangguan tidur
Hal Yang Memper-
4.
mudah Tidur
Hal Yang Memper-
5.
mudah bangun
5
Pemenuhan Personal
No Sebelum Sakit Saat Sakit
Hygiene
Frekuensi Mencuci
1
Rambut
2 Frekuensi Mandi
3 Frekuensi Gosok Gigi
4 Keadaan Kuku
Aktivitas Yang
No Di Rumah Di Rumah Sakit
Dilakukan
1.
2.
2. Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi :
6
2. Sternomastoid ( + / – )
3. Kelenjar tiroid, pembesaran ( + / – )
4. Vena jugularis, pembesaran ( + / – )
PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK: Tidak ada kelainan
Inspeksi
Ukuran payudara ………., bentuk (simetris / asimetris), pembengkakan (+ /- ).
Kulit payudara : warna ………………., lesi ( + / – ), Areola : perubahan warna (+ / – ) warna:
...................................
Putting : ulkus ( + / – ), pembengkakan ( + / – ), cairan abnormal ( + / - )
Palpasi
Nyri tekan ( + / – ), kekenyalan (keras/kenyal/lunak), benjolan massa ( + / – )
Keluhan lain yang terkait dengan Pemeriksaan Payudara dan ketiak :……………………...
11. Penatalaksanaan
Nutritional therapist
Physiotherapist
Lifestyle intervention for weight reduction dan increase physical activities
Metformin 2.25 g/day (750 mg x 3 p.o)
Dydrogesterone (days 15-24 of the menstrual cycle)
Elisa Indah
10
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
pasien mengalami amenorrhea sejak 4 bulan, sudah konsultasi dengan gynekologist di klinik,
diberikan obat hormon tetapi menstruasi belum datang hingga hari ini. Pasien juga mengeluh
munculnya jerawat serta bulu abnormal di bagian dagu dan dada, sudah berkonsultasi dengan
dermatologist dan diberikan cream untuk kulit muka tetapi jerawat tetap ada. Kondisi ini
menyebabkan pasien menjadi introvert, menarik diri dari pergaulan teman sekolah, mengurung diri
di kamar serta sering menangis. Klien terlihat sedih dan bingung. Klien juga mengatakan khawatir
dengan akibat dari kondisi yang dihadapi dimasa depan. Ibu pasien kemudian membawa pasien ke
rumah sakit.
2. ASI
3. Masalah
saat nifas
Pemenuhan
No Makan/Minum Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jumlah / Waktu Pagi : …………… Pagi : ……………….
4
Pemenuhan
No Sebelum Sakit Saat Sakit
Eliminasi BAB /BAK
Pagi : Pagi :
BAK: ............. BAK: .............
BAB: ............. BAB: ..............
Siang : Siang :
1 Jumlah / Waktu BAK:............ BAK: ............
BAB:............ BAB: ............
Malam : Malam :
BAK: ........... BAK: ............
BAB: ............ BAB: .............
2 Warna
3 Bau
4 Konsistensi
5 Masalah Eliminasi
Cara Mengatasi
6
Masalah
Pemenuhan Istirahat
No Di Rumah Di Rumah Sakit
Tidur
Pagi : ……….. Pagi : …………..
1. Jumlah / Waktu Siang : ……… Siang : ………..
Malam : ……… Malam : ……….
2. Gangguan Tidur
Upaya Mengatasi
3.
Gangguan tidur
Hal Yang Memper-
4.
mudah Tidur
Hal Yang Memper-
5.
mudah bangun
5
Pemenuhan Personal
No Sebelum Sakit Saat Sakit
Hygiene
Frekuensi Mencuci
1
Rambut
2 Frekuensi Mandi
3 Frekuensi Gosok Gigi
4 Keadaan Kuku
Aktivitas Yang
No Di Rumah Di Rumah Sakit
Dilakukan
1.
2.
2. Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi :
6
2. Sternomastoid ( + / – )
3. Kelenjar tiroid, pembesaran ( + / – )
4. Vena jugularis, pembesaran ( + / – )
PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK: Tidak ada kelainan
Inspeksi
Ukuran payudara ………., bentuk (simetris / asimetris), pembengkakan (+ /- ).
Kulit payudara : warna ………………., lesi ( + / – ), Areola : perubahan warna (+ / – ) warna:
...................................
Putting : ulkus ( + / – ), pembengkakan ( + / – ), cairan abnormal ( + / - )
Palpasi
Nyri tekan ( + / – ), kekenyalan (keras/kenyal/lunak), benjolan massa ( + / – )
Keluhan lain yang terkait dengan Pemeriksaan Payudara dan ketiak :……………………...