Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“Resistensi Antibiotik dan Pemakaian Antibiotik Secara Bijak”

Disusun Oleh:
Cardio Qitfirul Dahlan

NIM P2.06.20.2.17.007

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
CIREBON
2020
SAP (Satuan Acara Penyuluhan)

Pokok bahasan/topik : Resistensi Antibiotik dan Pemakaian Antibiotik Secara

Bijak

Sub pokok bahasan : Antibiotik

Sasaran :Keluarga An. M

Tempat :Ruang Anak Ade Irma Suryani RSUD Arjawinangun .

Hari/tanggal : 6 April 2020.

Waktu : Jam 09.00 s.d 09.45 WIB (45 menit)

Penyuluh/pelaksana : Cardio Qitfirul Dahlan (Mahasiswa D3 Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Wilayah Cirebon).

I. Tujuan Instruksional Umum


Tujuan secara umum dari penyuluhan ini adalah untuk memberikan

pengetahuan mengenai resistensi antibiotik dan penggunaan antibiotik secara bijak

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup anak dalam mengendalikan terjadinya

resistensi antibiotik.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Adapun tujuan secara khusus yaitu memberikan edukasi terkait penyebab

terjadinya resistensi antibiotik serta edukasi terkait cara atau langkah

menggunakan antibiotik secara bijak kepada keluarga dan orang tua An.M sehingga
meminimalisir terjadinya bakteri multiresisten dan efek terapi dari antibiotik dapat

tercapai.

III. Materi ( dilampirkan )


IV. Metode
Acara penyuluhan ini menggunakan metode ceramah dan diskusi.
V. Media / Alat Pengajaran dan Sumber
Leaflet .
VI. Kegiatan Penyuluhan / KBM

No Tahapan Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran Waktu


1. Pembukaan - Memberi salam - Menjawab salam 5 menit
- Perkenalan - Mendengarkan dan
- Menjelaskan TIU dan TIK memperhatikan
- Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
- Review/apersepsi

2. Inti - Menjelaskan materi - Mendengarkan 20 menit


- Melakukan simulasi dan - Memperhatikan
demostrasi langsung - Berpartisipasi aktif
- Memahami materi
3. Evaluasi - Review materi - Menjawab 15 menit
- Review simulasi dan - Melakukan simulasi
demostrasi dan demostrasi
langsung
4. Penutup - Mengucapkan salam - Memperhatiakan dan 5 menit
penutup menjawab salam

VII. Evaluasi
Jenis Evaluasi : Pertanyaan Terbuka
Bentuk : Lisan
Waktu : Setelah dilakukan Penyuluhan
Soal :
1) Apakah definisi dan kegunaan dari antibiotik?
2) Apakah pentingnya mengetahui cara menggunakan antibiotik dengan
benar?
3) Bagaimana cara menggunakan antibiotik dengan benar?
4) Berapa lama durasi penggunaan antibiotik dengan benar

VIII. Referensi sumber :


Baroroh, Hanif Nasiatul, dkk. 2012. Peningkatan Pengetahuan Masyarakat

Melalui Edukasi tentang Penggunaan Antibiotik Bijak dan Rasional. ad-

Dawaa Jour.Pharm.Sci. Vol 1. No 1.

Bisht, et al. 2009. Antibiotic resistance- A global issue of concern. Asian

jurnal of pharmaceutical. Vol. 2.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015

Tentang Program Pengendalian Resisten

WHO Chronicle. Antibiotic Resistance in Pathogenic Bacteria., 36 (5) :

191–196.

IX. Lampiran : Materi


Antibiotik merupakan bahan kimiawi yang dihasilkan oleh organisme

seperti bakteri dan jamur, yang dapat mengganggu mikroorganisme lain.

Biasanya bahan ini dapat membunuh bakteri (bakterisidal) atau menghambat

pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) atau mikroorganisme lain. Beberapa


antibiotik bersifat aktif terhadap beberapa spesies bakteri (berspektrum luas)

sedangkan antibiotik lain bersifat lebih spesifik terhadap spesies bakteri

tertentu (berspektrum sempit) (Bezoen dkk, 2001).

Antibiotik tidak saja digunakan untuk keperluan pengobatan dan terapi

manusia, tetapi juga digunakan dalam bidang peternakan dan pertanian.

Dampak dari pengunaan antibiotik yang berlebih terjadinya seleksi bakteri

yang resistan terhadap antibiotik dan terjadinya transfer dari satu jenis bakteri

ke bakteri lain (Parker, 1982).

Resistensi bakteri terhadap antibiotik menimbulkan berbagai

permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan. Hal ini

terjadi karena penggunaan antibiotik relatif tinggi yang berdampak pada

morbiditas, mortalitas, serta dampak ekonomi dan sosial yang tinggi. Dengan

kejadian resistensi antibiotik, potensi antibiotik akan berkurang dalam

mengobati infeksi dan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Salah

satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan

antibiotik yang bijak dan rasional sehingga dapat mengurangi morbiditas dan

mortalitas, khususnya penyakit infeksi (Baroroh dkk., 2012).

Fakta di masyarakat Indonesia sebelum tahun 2000-an, terjadi di klinik

umum dan puskesmas yang meresepkan antibiotik pada penyakit flu yang

sebenarnya disebabkan virus sebagai sesuatu yang menyedihkan, karena


pasien tidak dibekali dengan anjuran penggunaan yang tepat. Sekitar tahun

2002, mulai ada kesadaran ditandai dengan poster di Puskesmas berisi tentang

bahaya resistansi akibat kesalahan penggunaan antibiotik. Penggunaan

antibiotik yang sebelumnya terkesan royal mulai saat itu menjadi dibatasi dan

tenaga medis pun memberi saran anjuran penggunaan resep antibiotik.

Sejak tahun 2011, WHO mengkampanyekan tema “Antimicrobacterial

Resistance and it’s Global Spread”, hingga saat ini terus digalakkan

kampanye dan sosialisasi pengobatan secara rasional yang meliputi

pengobatan tepat, dosis tepat, lama penggunaan yang tepat serta biaya yang

tepat.

Faktor Penyebab Meningkatnya Resistansi terhadap Antibiotik

Resistansi bakteri terhadap antibiotik muncul karena banyak

mekanisme dan cenderung semakin rumit pendeteksiannya. Berbagai

mekanisme genetik ikut terlibat termasuk di antaranya mutasi kromosom,

ekspresi gen – gen resisten kromosom laten, didapatkan resistansi genetik

baru melalui pertukaran DNA langsung, atau melalui mekanisme yang disebut

transformasi, transduksi dan konjugasi.

Penyebab utama resistansi antibiotika adalah penggunaannya yang

meluas dan irasional. Sekitar 80% konsumsi antibiotik dipakai untuk

kepentingan manusia dan sedikitnya 40% berdasar indikasi yang kurang tepat,
misalnya infeksi virus. Terdapat beberapa faktor yang mendukung terjadinya

resistansi, antara lain (Bisht et al, 2009):

1. Penggunaannya yang kurang tepat (irrasional) : terlalu singkat, dalam

dosis yang terlalu rendah, diagnosa awal yang salah.

2. Pengetahuan pasien yang kurang tentang penggunaan antibiotika

Kecenderungan pasien dengan kemampuan financial yang baik akan

meminta diberikan terapi antibiotik yang paling baru dan mahal meskipun

tidak diperlukan. Bahkan pasien membeli antibiotika sendiri tanpa

peresepan dari dokter (self medication). Sedangkan pasien dengan

kemampuan financial yang rendah seringkali tidak mampu untuk

menuntaskan regimen terapi.

3. Jumlah resep yang diberikan klinisi meningkat ketika diagnose awal belum

pasti.

4. Perilaku hidup sehat : terutama bagi tenaga kesehatan, misalnya mencuci

tangan setelah memeriksa pasien atau desinfeksi alat-alat yang akan

dipakai untuk memeriksa pasien.

5. Penggunaannya untuk hewan dan binatang ternak : antibiotik juga dipakai

sebagai suplemen rutin untuk profilaksis atau merangsang pertumbuhan

hewan ternak. Bila dipakai dengan dosis subterapeutik, akan meningkatkan

terjadinya resistansi.
6. Promosi komersial dan penjualan besar-besaran oleh perusahaan farmasi

serta didukung pengaruh globalisasi, memudahkan jumlah antibiotika yang

beredar mudah diakses masyarakat luas.

7. Kurangnya penelitian yang dilakukan para ahli untuk menemukan

antibiotika baru.

8. Lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam distribusi dan

pemakaian antibiotika. Misalnya, pasien dapat dengan mudah mendapatkan

antibiotika . Selain itu juga kurangnya komitmen dari instansi terkait baik

untuk meningkatkan mutu obat maupun mengendalikan penyebaran infeksi

(Kemenkes RI, 2011).

Upaya untuk menekan laju antibiotik perlu dilakukan sebab membuat

antibiotik saja butuh waktu puluhan tahun, jika antibiotik tidak segera

dikendalikan maka diprediksi akan menjadi pembunuh terbesar di tahun 2050.

Upaya cara mencegah terjadinya resistansi bakteri terhadap antibiotik

berpengaruh (Bisht et al, 2009) :

1. Mendorong penggunaan antibiotik secara rasional (antibiotik hanya

diberikan untuk indikasi yang jelas).

2. Mengurangi penggunaan yang tidak perlu, baik untuk profilaksis,

maupun terapi, terakhir, proses seleksi antibiotik termasuk dosis,

frekuensi, dan lama pemberian harus dilakukan secara lebih seksama


untuk meningkatkan efektivitas antibiotik dalam menanggulangi

inveksi.

3. Edukasi dan training pasien juga merupakan hal penting untuk

dilakukan. Pesan akan diterima dengan baik apabila disampaikan oleh

pemimpin lokal atau orang yang dianggap. Pesan dapat disampaikan

melalui berbagai media misalnya melalui iklan di televisi, radio, koran.

Perlu disebarluaskan bahwa tidak semua jenis penyakit dapat

disembuhkan dengan pemberian antibiotik. Kalaupun perlu, pemakaian

antibiotik harus sesuai dengan instruksi dokter baik dosis maupun

rentang terapinya.

Anda mungkin juga menyukai