Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RASIONAL


Sub pokok bahasan : Resistensi Antibiotik dan Pemakaian Antibiotik
Secara Bijak
Sasaran : Masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Pasar ikan
Target : Masyarakat usia remaja hingga dewasa
Tanggal : 11, 17, 22, 23,24 Januari 2020
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Tempat : Rumah warga
Penyuluh : Sry Susilawaty, Amd. Farm
 
I. LATAR BELAKANG
Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Antibiotik harus digunakan secara benar dan sesuai
petunjuk tenaga kesehatan. Pengobatan infeksi dengan mengombinasikan
penggunaan antibiotik secara tidak tepat ternyata menimbulkan permasalah baru,
yaitu munculnya bakteri multiresisten. Resistensi antibiotik sekarang telah
menjadi perhatian global. Dalam beberapa tahun terakhir terdapat beberapa
insiden peningkatan resistensi antibiotik terhadap manusia. Efek dari resistensi
antibiotik dapat dirasakan secara langsung maupun terjadi beberapa saat
kemudian. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat di wilayah kerja UPTD.
Puskesmas Pasar Ikan mengenai penggunaan antibiotik yang rasional masih
kurang. Pemberdayaan masyarakat terutama oleh kader kesehatan perlu dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan antibiotik. Untuk itu
diperlukan adanya suatu penyuluhan terkait resistensi antibiotik dan penggunaan
antibiotik secara bijak sebagai salah satu langkah kongkrit untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dan mengendalikan resistensi bakteri terhadap
antibiotik.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Tujuan secara umum dari penyuluhan ini adalah untuk memberikan
pengetahuan mengenai resistensi antibiotik dan penggunaan antibiotik secara
bijak sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam
mengendalikan terjadinya resistensi antibiotik.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Adapun tujuan secara khusus yaitu memberikan edukasi terkait penyebab
terjadinya resistensi antibiotik serta edukasi terkait cara atau langkah
menggunakan antibiotik secara bijak kepada masyarakat di Desa Sidodadi Kota
Malang terutama yang tinggal di Perumahan Permata Jingga dalam kategori usia
remaja hingga dewasa sehingga meminimalisir terjadinya bakteri multiresisten
dan efek terapi dari antibiotik dapat tercapai.

I. PELAKSANA
1. Penyuluh : Ressiyanti, AMF

II. MATERI
Terlampir

III. MEDIA
Leaflet

IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

V. KEGIATAN PEMBELAJARAN

NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. 5 menit Pembukaan :
1. Memberi salam Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
3. Menyebutkan materi
/pokok bahasan yang akan
disampaikan

2. 10 menit Pelaksanakan : Menyimak dan


1. Menjelaskan materi memperhatikan
penyuluhan secara
berurutan dan teratur
2. Materi :
a. Pengertian antibiotik
b. Manfaat antibiotik
c. Efek samping
antibiotik
d. Jenis antibiotik
e. Cara menggunakan
antibiotik
f. Faktor pemicu

3. 10 menit Evaluasi : Menyimak dan


1. Menyimpulkan inti mendengarkan
penyuluhan
2. Menyampaikan secara
singkat materi penyuluhan
3. Memberikan
kesempatan kepada peserta
untuk bertanya
4. Memberikan
kesempatan kepada peserta
peserta untuk menjawab
pertanyaan yang
dilontarkan

5. 5 menit Penutup : Menjawab salam


1. Menyimpulkan materi
penyuluhan yang telah di
samapaikan
2. Menyampaikan
terimah kasih atas
perhatian dan waktu yang
telah di berikan kepada
peserta
3. Mengucapkan salam

IV. MATERI PENYULUHAN


Antibiotik merupakan bahan kimiawi yang dihasilkan oleh organisme
seperti bakteri dan jamur, yang dapat mengganggu mikroorganisme lain. Biasanya
bahan ini dapat membunuh bakteri (bakterisidal) atau menghambat pertumbuhan
bakteri (bakteriostatik) atau mikroorganisme lain. Beberapa antibiotik bersifat
aktif terhadap beberapa spesies bakteri (berspektrum luas) sedangkan antibiotik
lain bersifat lebih spesifik terhadap spesies bakteri tertentu (berspektrum sempit)
(Bezoen dkk, 2001).
Antibiotik tidak saja digunakan untuk keperluan pengobatan dan terapi
manusia, tetapi juga digunakan dalam bidang peternakan dan pertanian. Dampak
dari pengunaan antibiotik yang berlebih terjadinya seleksi bakteri yang resistan
terhadap antibiotik dan terjadinya transfer dari satu jenis bakteri ke bakteri lain
(Parker, 1982).
Resistensi bakteri terhadap antibiotik menimbulkan berbagai permasalahan
dan merupakan ancaman global bagi kesehatan. Hal ini terjadi karena
penggunaan antibiotik relatif tinggi yang berdampak pada morbiditas, mortalitas,
serta dampak ekonomi dan sosial yang tinggi. Dengan kejadian resistensi
antibiotik, potensi antibiotik akan berkurang dalam mengobati infeksi dan
penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Salah satu solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah penggunaan antibiotik yang bijak dan rasional
sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas, khususnya penyakit infeksi
(Baroroh dkk., 2012).
Fakta di masyarakat Indonesia sebelum tahun 2000-an, terjadi di klinik
umum dan puskesmas yang meresepkan antibiotik pada penyakit flu yang
sebenarnya disebabkan virus sebagai sesuatu yang menyedihkan, karena pasien
tidak dibekali dengan anjuran penggunaan yang tepat. Sekitar tahun 2002, mulai
ada kesadaran ditandai dengan poster di Puskesmas berisi tentang bahaya
resistansi akibat kesalahan penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang
sebelumnya terkesan royal mulai saat itu menjadi dibatasi dan tenaga medis pun
memberi saran anjuran penggunaan resep antibiotik.
Sejak tahun 2011, WHO mengkampanyekan tema “Antimicrobacterial
Resistance and it’s Global Spread”, hingga saat ini terus digalakkan kampanye
dan sosialisasi pengobatan secara rasional yang meliputi pengobatan tepat, dosis
tepat, lama penggunaan yang tepat serta biaya yang tepat.
Faktor Penyebab Meningkatnya Resistansi terhadap Antibiotik
Resistansi bakteri terhadap antibiotik muncul karena banyak mekanisme
dan cenderung semakin rumit pendeteksiannya. Berbagai mekanisme genetik ikut
terlibat termasuk di antaranya mutasi kromosom, ekspresi gen – gen resisten
kromosom laten, didapatkan resistansi genetik baru melalui pertukaran DNA
langsung, atau melalui mekanisme yang disebut transformasi, transduksi dan
konjugasi.
Penyebab utama resistansi antibiotika adalah penggunaannya yang meluas
dan irasional. Sekitar 80% konsumsi antibiotik dipakai untuk kepentingan
manusia dan sedikitnya 40% berdasar indikasi yang kurang tepat, misalnya infeksi
virus. Terdapat beberapa faktor yang mendukung terjadinya resistansi, antara lain
(Bisht et al, 2009):
1. Penggunaannya yang kurang tepat (irrasional) : terlalu singkat, dalam dosis
yang terlalu rendah, diagnosa awal yang salah.
2. Pengetahuan pasien yang kurang tentang penggunaan antibiotika
Kecenderungan pasien dengan kemampuan financial yang baik akan
meminta diberikan terapi antibiotik yang paling baru dan mahal meskipun
tidak diperlukan. Bahkan pasien membeli antibiotika sendiri tanpa
peresepan dari dokter (self medication). Sedangkan pasien dengan
kemampuan financial yang rendah seringkali tidak mampu untuk
menuntaskan regimen terapi.
3. Jumlah resep yang diberikan klinisi meningkat ketika diagnose awal belum
pasti.
4. Perilaku hidup sehat : terutama bagi tenaga kesehatan, misalnya mencuci
tangan setelah memeriksa pasien atau desinfeksi alat-alat yang akan dipakai
untuk memeriksa pasien.
5. Penggunaannya untuk hewan dan binatang ternak : antibiotik juga dipakai
sebagai suplemen rutin untuk profilaksis atau merangsang pertumbuhan
hewan ternak. Bila dipakai dengan dosis subterapeutik, akan meningkatkan
terjadinya resistansi.
6. Promosi komersial dan penjualan besar-besaran oleh perusahaan farmasi
serta didukung pengaruh globalisasi, memudahkan jumlah antibiotika yang
beredar mudah diakses masyarakat luas.
7. Kurangnya penelitian yang dilakukan para ahli untuk menemukan
antibiotika baru.
8. Lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam distribusi dan
pemakaian antibiotika. Misalnya, pasien dapat dengan mudah mendapatkan
antibiotika . Selain itu juga kurangnya komitmen dari instansi terkait baik
untuk meningkatkan mutu obat maupun mengendalikan penyebaran infeksi
(Kemenkes RI, 2011).
Upaya untuk menekan laju antibiotik perlu dilakukan sebab membuat
antibiotik saja butuh waktu puluhan tahun, jika antibiotik tidak segera
dikendalikan maka diprediksi akan menjadi pembunuh terbesar di tahun 2050.
Upaya cara mencegah terjadinya resistansi bakteri terhadap antibiotik
berpengaruh (Bisht et al, 2009) :
1. Mendorong penggunaan antibiotik secara rasional (antibiotik hanya
diberikan untuk indikasi yang jelas).
2. Mengurangi penggunaan yang tidak perlu, baik untuk profilaksis, maupun
terapi, terakhir, proses seleksi antibiotik termasuk dosis, frekuensi, dan lama
pemberian harus dilakukan secara lebih seksama untuk meningkatkan
efektivitas antibiotik dalam menanggulangi inveksi.
3. Edukasi dan training pasien juga merupakan hal penting untuk dilakukan.
Pesan akan diterima dengan baik apabila disampaikan oleh pemimpin lokal
atau orang yang dianggap. Pesan dapat disampaikan melalui berbagai media
misalnya melalui iklan di televisi, radio, koran. Perlu disebarluaskan bahwa
tidak semua jenis penyakit dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik.
Kalaupun perlu, pemakaian antibiotik harus sesuai dengan instruksi dokter
baik dosis maupun rentang terapinya.
4. Perlunya sosialisasi generasi muda sejak dini terhadap bahaya resistansi
antibiotik melalui pembelajaran di kelas, kegiatan PMR, KIR, sosial media
yang sering di akses oleh kalangan muda.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RASIONAL


Sub pokok bahasan : Resistensi Antibiotik dan Pemakaian Antibiotik
Secara Bijak
Sasaran : Masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Pasar ikan
Target : Masyarakat usia remaja hingga dewasa
Tanggal : 03, 09, 10, 16, 21 Januari 2020
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Tempat : Rumah warga
Penyuluh : Ressiyanti, AMF
 
I. LATAR BELAKANG
Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Antibiotik harus digunakan secara benar dan sesuai
petunjuk tenaga kesehatan. Pengobatan infeksi dengan mengombinasikan
penggunaan antibiotik secara tidak tepat ternyata menimbulkan permasalah baru,
yaitu munculnya bakteri multiresisten. Resistensi antibiotik sekarang telah
menjadi perhatian global. Dalam beberapa tahun terakhir terdapat beberapa
insiden peningkatan resistensi antibiotik terhadap manusia. Efek dari resistensi
antibiotik dapat dirasakan secara langsung maupun terjadi beberapa saat
kemudian. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat di wilayah kerja UPTD.
Puskesmas Pasar Ikan mengenai penggunaan antibiotik yang rasional masih
kurang. Pemberdayaan masyarakat terutama oleh kader kesehatan perlu dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan antibiotik. Untuk itu
diperlukan adanya suatu penyuluhan terkait resistensi antibiotik dan penggunaan
antibiotik secara bijak sebagai salah satu langkah kongkrit untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dan mengendalikan resistensi bakteri terhadap
antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai