Anda di halaman 1dari 13

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA RASIONAL

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia

oleh,
Intan Purnamasari
2004010120

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERJUANGAN
TASIKMALAYA
LEMBAR PENERIMAAN

Makalah ini telah diterima pada hari…..tanggal…..

oleh
Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Agi Muhamad Ginanjar ,M.Pd.


NIDN 0003088603
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Penggunaan Antibiotik Secara Rasional” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas karya tulis ilmiah pada mata kuliah bahasa Indonesia. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang penggunaan antibiotik
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Agi Ginanjar,M.Pd selaku
dosen mata kuliah Bahasa Indonesa yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 08 Januari 2021

Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan obat secara rasional di masyarakat merupakan salah satu hal penting

untuk membangun pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pengobatan yang tidak rasional

selama ini telah memberikan dampak negatif berupa pemborosan dana, efek samping

dari penggunaan obat yangkurang tepat akan menyebabkan terjadinya resistensi,

interaksi obat yang berbahaya, dapat menurunkan mutu pengobatan dan mutu pelayanan

kesehatan. Untuk meningkatkan kerasionalan obat pada masyarakat hingga mutu

pelayanan kesehatan yang optimal maka perlu dilakukan pengelolaan obat secara

rasional dan sistematis (Yuliastuti dkk., 2013).

Pemberian antibiotik merupakan pengobatan utama dalam pelaksanaan penyakit

infeksi. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi

yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain (Setiabudy dan Gan,

1995).

Adapun manfaat penggunaan antibiotik untuk melawan infeksi tidak perlu

diragukan lagi,akan tetapi apabila penggunanan antibiotik dipakai secara berlebihan

akan segera diikuti dengan munculnya kuman yang kebal terhadap antibiotik, sehingga
manfaatnya akan berkurang. Terlebih lagi jika terjadinya multidrug resistance akan

menyebabkan masalah yang sulit diobati oleh pasien.Hal ini muncul sebagai akibat

pemakaian antibiotik yang kurang tepat, baik untuk dosis, macam dan lama pemberian

sehingga kuman akan menjadi resistensi

Antibiotik merupakan golongan obat keras yang hanya bisa didapatkan dengan

resep dokter dan diperoleh di apotek. Jika dalam penggunaan antibiotik tidak pernah

memperhatikan dosis, pemakaian dan peringatan maka dapat menimbulkan efek yang

berbahaya bagi tubuh (Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasiona. Penggunaan

antibiotik akan menguntungkan dan memberikan efek bila diresepkan dan dikonsumsi

sesuai dengan aturan.Namun, sekarang ini antibiotik telah digunakan secara bebas

dan luas oleh masyarakat tanpa mengetahui dampak dari pemakaian tanpa

aturan.Penggunaan tanpa aturan mengakibatkan keefektifan dari antibiotik akan

berkurang (Bellissimo-Rodrigues, 2008).

Suatu pengobatan dikatakan rasional apabila memenuhi beberapa kriteria antara

lain tepat diagnosis, tepat indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat

cara pemberian, tepat interval waktu pemberian,tepat lama pemberian, waspada

terhadap efek samping, tepat penilaian kondisi pasien. Obat yang diberikan harus

efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta tersedia setiap saat dengan harga yang
terjangkau, tepat informasi, tepat tindak lanjut, tepat penyerahan obat, pasien patuh

dalam pengobatan (Kemenkes RI, 2011).

Penggunaan antibiotik yang rasional perlu dilandasi dengan adanya pengetahuan

tentang antibiotik, pengetahuan ini penting karena berpengaruh terhadap keberhasilan

terapi antibiotik dan mencegah menyebarnya resistensi bakteri (Grigoryan et al.,

2007).

Uraian latar belakang masalah

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas,penulis merumuskan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan antibiotik

2.Bagaimana penggunaan antibiotikyang benar untuk masyarakat

C. Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah diatas,makalah ini disusun dengan tujuan untuk

mengetahui dan mendeskripsikan:

1. pengertian antibiotik
2. resistensi dan penggunaan antibiotik terhadap tubuh

3. penggunaan antibiotik yang benar.

D. Kegunaan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis

maupun secara praktis.Secara teoritis makalah ini brguna sebagai pengembangan

konsep penggunaan antibiotik.Secara praktis makalah ini diharapan bermanfaat bagi:

1. penulis,memberikan informasi untuk menambah wawasan


2. pembaca,untuk mengtahui dan menambah wawasan cara menggunakan antibiotik
yang benar
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Antibiotik
Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan Oleh mikroorganisme (bakteri,
jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu proses
biokimia mikroorganisme lain. Istilah” antibiotic” sekarang meliputi senyawa
sintetik seperti sulfonamida dan kuinolon yang bukan merupakan produk
mikroba.Sifat antibiotik adalah harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi
mungkin,artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk mikroba tetapi
relatif tidak toksik untuk hopes
Antibiotik juga zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai
kemampuan dalam larutan encer untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh
mikroorganisme,contohnya penisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan
lainlain.Antibiotik yang relatif non toksis bagi pejamunya digunakan sebagaiagen
kemoterapetik dalam pengobatan penyakit infeksi pada manusia,hewan dan
tanaman.Istilah ini sebelumnya digunakan terbatas pada zat yang dihasilkan oleh
mikroorganisme, tetapi penggunaan istilah ini meluas meliputi senyawa sintetik dan
semisintetik dengan aktivitas kimia yang mirip, contohnya sulfonamida, kuinolon
dan fluorikuinolon (Setiabudy,2010)
Antibiotik juga substansi yang dihasilkan oleh berbagai spesies mikroorganisme
(bakteri, fungi,actinomycetes) yang menekan pertumbuhan mikroorganisme lain
dan akhirnya menghancurkannya.Saat ini istilah antibiotik termasuk di dalamnya
antibakteri sintetik seperti sulfonamide dan quinolin yang bukan merupakan
produk mikroba. Antibiotik berbeda dalam hal fisik, kimia dan sifat Farmakologi,
spektrum antibakteri dan mekanisme kerjanya. Pengetahuantentang mekanisme
molekular replikasi bakteri, jamur dan virus membantu upaya menemukan senyawa
yang dapat menghambat daur hidup.
Jadi,dapat dikatakan antibiotik dihasilkan dari mikroorganisme seperti bakteri dan
jamur yang dapat menghambat atau membunuh suatu proses mikroorgnisme lain
yang meliputi senyawa sintetik serti sulfonamide dan quinolin yang bukan
merupakan mikroba,contoh antibiotic seperti penisilin.

B. Resistensi dan Mekanisme Antibiotik Terhadap Tubuh


Pemberian antibiotik berspektrum luas serta kombinasinya yang secara rutin
merupakan penatalaksanaan penyakit infeksi oleh para klinisi, merupakan salah satu
faktor penunjang terjadinya perubahan pola bakteri penyebab infeksi dan pola
resistensi terhadap berbagai antibiotik. Mortalitas dan morbiditas yang tinggi pada
penderita dengan infeksi serius yang dirawat di rumahsakit adalah tantangan
terbesar yang dihadapi para klinisi di rumahsakit dalam mengobati penyakit infeksi
(Jones,1996).
Tempat kerja antibiotik pada dinding sel bakteri adalah lapisan peptidoglikan.
Lapisan ini sangat penting dalam mempertahankan kehidupan bakteri dari
lingkungan yang hipotonik, sehingga kerusakan atau hilangnya lapisan ini akan
menyebabkanhilangnya kekauan dinding sel dan akan mengakibatkan kematian
(Neu dan Gootz,2011).
Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu
a..Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel
bakteriterdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu komples polimer mukopeptida
(glikopeptida).Obat ini dapat melibatkan otolisin bakteri (enzim yang
mendaur ulang dinding sel) yang ikut berperan terhadap lisis sel. Antibiotik
yang termasuk dalam kelompok ini seperti beta-laktam (penisilin,sefalosporin,
monobaktam,karbapenem,
b. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein. Sel bakteri mensintesis
berbagai protein yang berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA dan
RNA.Penghambatan terjadi melalui interaksi dengan ribosom bakteri.Yang
termasuk dalam kelompok ini misalnya aminoglikosid,
kloramfenikol,tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin),
klindamisin,mupirosin, dan spektinomisin.Selain aminoglikosida, pada
umumnya antibiotik ini bersifat bakteriostatik.
c.Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat, misalnya
trimetoprim dan sulfonamid.Pada umumnya antibiotik ini bersifat
d.Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat, misalnya
kuinolon,nitrofurantoin.
e.Mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri. Antibiotika yang termasuk
adalah polimiksin.Berdasarkan spektrum kerjanya, antibiotik terbagi atas
duakelompok besar, yaitu antibiotik dengan aktivitas spektrum luas
(broadspectrum) dan aktivitas spektrum sempit (narrow spectrum). (Kasper et.
al., 2005, Setiabudy, 2011)

Antibiotik telah terbukti bermanfaat bagi kehidupan manusia sejak mulai awal
ditemukannya sampai sekarang. Namun penggunaannya yang terus menerus
meningkat dapat menimbulkan berbagai masalah. Masalah terpenting adalah
timbulnya galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat
menyebabkan pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efisien atau
bahkan menjadi lebih mahal. Selain hal tersebut di atas masalah lain yang timbul
adalah efek samping obat yang cukup serius dan dampak yang paling buruk adalah
bila kemudian tidak ada lagi antibiotik yang dapat digunakan dan mampu untuk
eradikasi bakteri penyebab infeksi sehingga dapat mengancam jiwa penderita.
C. Penggunaan Antibiotik yang Benar
Penggunaan antibiotik yang rasional didasarkan pada pemahaman dari
banyak aspek penyakit infeksi.Faktor yang berhubungan denganpertahanan tubuh
pasien,identitas, virulensi dan kepekaan mikroorganisme, armakokinetika
farmakodinamika dari antibiotik perlu diperhatikan(Gould IM, et. al., 2005).
Pada fasilitas pelayanan kesehatan, antibiotik digunakan pada keadaan seperti
terapi empiris,terapi definitif, Terapi profilaksis (Gyssens, 2005; Kemenkes
RI.,2011)
1. Terapi empiris.
Pemberian antibiotika untuk mengobati infeksi aktif padapendekatan buta
diidentifikasi dan antibiotik yang sensitif ditentukan.Tujuan pemberian antibiotik
untuk terapi empiris adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri
yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelumdiperoleh hasil pemeriksaan
mikrobiologi.Indikasi pemberian antibiotik pada terapi empiris adalahditemukan
sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteritertentu yang paling
sering menjadi penyebab infeksi.Rute pemberian pada antibiotik oral seharusnya
menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi.Pada infeksi sedang sampai berat
dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral.durasi pemberian
pada antibiotic mpiris diberikan untuk jangka waktu 48-72jam.
2. . Terapi definitif.
Pemberian antibiotik untuk mikroorganisme spesifik yang menyebabkan
infeksi aktif atau laten. Penggunaan antibiotik untukterapi definitif adalah
penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri
penyebab dan pola resistensinya.Tujuan
pemberian antibiotik untuk terapi definitif adalah eradikasi atau penghambatan
pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan hasil
pemeriksaan mikrobiologi.Indikasi pemberian antibiotik pada terapi definitif adalah
sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi.
Rute pemberian adalah antibiotik oral seharusnya menjadi
pilihan pertama untuk terapi infeksi.Pada infeksi sedang sampai berat
dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral.Jika kondisi
pasien memungkinkan, pemberian antibiotik parenteral harus segera
diganti dengan antibiotik peroral.Durasi pemberian antibiotik definitif
berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai diagnosis
awal yang telah dikonfirmasi.
3. Terapi profilaksis
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah timbulnya
infeksi.Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca
operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda
infeksi dengan tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi.
Diharapkan pada saat operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah
mencapai kadar optimal yang efektif untuk menghambat pertumbuhan
bakteri.

Anda mungkin juga menyukai