SKRIPSI
Oleh :
NAZAR
1801011158
SKRIPSI
Oleh:
NAZAR
1801011158
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia Medan
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm), di Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia
Prodi S1 Farmasi.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan
pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim penelaah/penguji
3. Isi Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah tertulis atau di
publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya perbuat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi Akademi berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Nazar
1801011158
ABSTRACT
ABSTRAK
NAZAR
1801011158
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis, sehinga
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji aktivitas antibakteri Ekstrak
Etanol 70% Daun Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill.) I. M.
Johnst) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi dan
Escherichia coli” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program S1 Farmasi di Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Selama Proses penyususnan skripsi ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Dr. dr. Hj Razia Begum Suroyo, M.kes., M.sc., selaku Ketua Pembina
Yayasan Helvetia Medan.
2. Imam Muhammad, S.E, S.Kom, M.M M.Kes, selaku Ketua Yayasan
Institut Helvetia Medan
3. Drs. Dr. Ismail Efendi, M.si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
4. H. Darwin Syamsul, S.Si., Apt., Selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Keseheatan Helvetia Medan.
5. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Prodi S1 Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
6. Hendri Faisal, S.Si., M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah
menyediakan menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis selama penyususnan skripsi ini.
7. Tetty Noverita Khairani, S.Si., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang
telah menyediakan menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing
dan memberikan arahan kepada penulis selama penyususnan skripsi ini.
8. apt. Fahma Shufyani, S.Farm., M.Farm., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penyususnan skripsi ini.
9. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama
pendidikan.
10. Terisitimewa untuk kedua Orang tua saya, ibu saya Isnaini binti Wahab,
Alm ayah saya Azhar bin ahmad dahlan dan abang-abang saya beserta
keluarga tercinta yanag telah memberikan dukungan yang baik
dari segi moral, material dan do’a sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini.
11. Bagi teman-teman seperjuagan Program Studi Sarjana S1 Farmasi yang
telah membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempura,oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan
keritik dan saran yang bermanfaat dan bersifaat membagun sebagai upaya dalam
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaaf bagi semua
pihak, khusunya bagi penulis dan mahasiswa/mahasiswi Farmasi Institut Kesehata
Helvetia Medan.
Nazar
1801011158
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
Nama : Nazar
Tempat / Tanggal Lahir : Bener Meriah, 06 Maret 1999
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Anak Ke : 3 (tiga) dari 3 (tiga) Bersaudara
III. PENDIDIKAN
1. Tahun 2005-2011 : SD N Tawar Sedenge
2. Tahun 2011-2014 : SMP Negeri 1 Bandar
3. Tahun 2014-2017 : SMA Negeri 1 Bandar
4. Tahun 2018-2022 : S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRACT...............................................................................................
..................................................................................................i
ABSTRAK................................................................................................
.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................
...............................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................
.................................................................................................v
DAFTAR ISI............................................................................................
................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
................................................................................................ix
DAFTAR TABEL....................................................................................
.................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................
.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................
.......................................................................................4
1.3 Hipotesis..........................................................................
.......................................................................................5
1.4 Tujuan Penelitian.............................................................
.......................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian...........................................................
.......................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
LAMPIRAN ............................................................................................
........................................................................................68
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
obatan herbal telah mencapai hingga 65% dari populasi negara maju dan 80% dari
populasi negara berkembang (1). Tanaman obat sendiri memiliki ribuan jenis
spesies, dari total sekitar 40.000 jenis tumbuh-tumbuhan obat yang telah dikenal
90% dari tanaman obat yang terdapat di wilayah Asia. Dari jumlah tersebut, 25%
diantaranya atau sekitar 7.500 jenis sudah diketahui memiliki khasiat herbal atau
tanaman obat. Namun hanya 1.200 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan untuk
dalam rangka mencapai kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai
penyakit secara alami. Obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan bahan–
bahan alami murni, memiliki efek samping, tingkat bahaya dan resiko yang jauh
tersebut terlihat dari banyaknya tanaman obat yang dijadikan sediaan herbal.
Munculnya sediaan herbal berawal dari penelitian terhadap tanaman obat untuk
1
2
berlebih dalam darah, pepaya jepang juga dapat mencegah kerusakan sel dengan
bakteri ini hidup dan berkembang didalam usus manusia dan hewan. Bakteri ini
termasuk gram negatif yang bersifat motil dan memiliki kemampuan untuk
menginfeksi manusia atau binantang bila tertelan. Infeksi bakteri Salmonella ini
dari penyakit tersebut adalah Afrika, Asia, dan Amerika latin. Penyakit deman
16 juta kasus dan 600.000 pasien meninggal. Penularan demam typoid ini melalui
rute fecal-oral dimana perantaranya berupa makanan dan air yang terkontaminasi
(6). Salah satu pengobatan terhadap penyakit tipus adalah pengobatan dari bahan
enterik atau bakteri yang dapat hidup dan bertahan di dalam saluran pencernaan,
3
bakteri ini dapat menyebabkan penyakit diare pada manusia. Escherichia coli
tidak membentuk spora, dan merupakan flora alami pada usus mamalia. Beberapa
kelompok lain yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yang dikenal
sebagai E. coli patogen. Escherichia coli patogen pertama kali teridentifikasi pada
asupan gizi dan obat yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit yang
disebabkan oleh bakteri. Para peneliti juga mempelajari secara luas aktivitas
berjudul Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Dan Batang Tanaman Pepaya Jepang
aureus ATCC 29213. Penelitian yang dilakukan oleh Faisal Rahmadni Bertujuan
untuk menguji dan mengetahui apakah ekstrak tanaman pepaya jepang dapat
hasil penelitian menunjukan rata-rata zona bening yang terbentuk paling baik
4
adalah pada konsentrasi 60% dengan nilai rata rata pada ekstrak daun 5,98 mm
Rahma Yunita (2022). Yang berjudul Aktivitas Antibakteri Partikel Perak Ekstrak
dilakukan oleh Riska Hasanah Rahma Yunita yang bertujuan untuk mengetahui
Staphylococcus aureus. Daya hambat Partikel perak diperolah p< 0.05 dengan
kriteria zona hambat kuat terdapat pada formula 1 (1 mL : 6 mm) dengan rata
kriteria zona hambat sangat kuat pada formula 3 (3.5 mL : 3.5 mm) dengan rata
efektivitas antibakteri sebesar 65.45% yang tergolong sedang dan 83.78% yang
penelitian tentang mengenai Uji aktivitas Antibakteri ekstrak etanol 70% Daun
coli ?
1.3 Hipotesis
2. Konsentrasi yang paling baik dari ekstrak etanol 70% dalam menghambat
2. Untuk mengetahui konsentrasi yang paling baik dari ekstrak etanol 70%
1. Bagi Penelitian
coli.
2. Bagi Instansi
(Mill.) I. M. Johnst).
TINJAUAN PUSTAKA
perdu ini berasal dari semenanjung Yukatan di Meksiko, Amerika Tengah, dan di
sana dikenal dengan nama “chaya”. Di daerah asalnya, tanaman chaya dianggap
sangat berharga oleh masyarakat pedesaan dan digunakan untuk makanan dan
tanaman obat, serta untuk tanaman hias. Chaya telah dikonsumsi oleh orang-orang
dari suku Maya sejak zaman pra-Columbus dan hingga kini masih terus
dikonsumsi oleh masyarakat modern. Nama lain atau sinonim dari tanaman ini
chaya atau bayam pohon (Tree spinach), di Indonesia, chaya dikenal dengan nama
Johnst merupakan tanaman yang tergolong semak belukar yang memiliki tinggi
sekitar 6 meter, memiliki daun melengkung palmate dan memiliki bunga yang
berwarna putih. Memiliki panjang daun 32 cm dan lebar 30 cm, memilki petiole
(12).
9
10
Kingdon : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Cnidoscolus
Spesies : C.aconitifolius
dengan tanaman Chaya, di Indonesia tanaman ini dikenal degan sebutan pepaya
jepang, di daerah (Dataran Tinggi Tanah Gayo) tanaman ini dikenal dengan
11
sebutan Pertek jepang. Nama (sinonim) dari tanaman ini adalah Cnidoscolus
(Mill.) I. M. Johnst umumnya dikenal dengan nama chaya atau bayam pohon
(Tree spinach). Ada juga nama lain dari tanaman ini seperti Thread softly atau
semak yang tinggi yang bisa tumbuh hingga ketinggian 6 meter, namun biasanya
pemanenan daunnya sebagai sayuran. Tanaman ini adalah semak hijau berdaun
lobus melengkung, getah susu, dan bunga putih kecil pada cymes bercabang
dikotomis (15).
dengan jar – jari menyebar) daun lobed (memiliki lobus yang memancar dari titik
pusat). Bunga nya termasuk ke dalam uniseksual, artinya bunga jantan dan bunga
bunga berwarna putih dan daun serta batang nya berwarna hijau tua (16).
flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, steroid, fenol, fosfor, magnesium, seng, besi.
12
Tanaman pepaya jepang ini selain digunakan sebagai sayuran dapat juga
2.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alaami yang di gunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya
tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen, bagian tumbuhan, waktu
1. Sortasi Basah
Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar.
asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta
mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dan
2. Pencucian
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dan mata air, air sumur dan PDAM, karena air untuk mencuci sangat
mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang
digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan
simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut
zat mudah larut dalam airyang mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam
3. Penirisan
Setelah bahan dicuci bersih segera ditiriskan pada rak-rak yang telah diatur
permukaan bahan dan dilakukan sesegera mung kin sehabis pencucian. Selama
teduh dengan aliran udara cukup agar terhindar dari fermentasi dan pembusukan.
Setelah air yang menempel di permukaan bahan menetes atau menguap, bahan
4. Perajagan/pengubahan bentuk
waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga menyebabkan
dengan pisau, dengan alat mesin perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis
5. Pengeringan
tidak rusak dan dapat disimpan serta untuk menghentikan reaksi enzimatis dan
meneegah pertumbuhan kapang, jamur dan jasad renik lain Dikenal dua maeam
dan keringanginkan) dan pengeringan buatan (menggunakan oven, uap panas atau
alat pengering lain). Pengeringan alamiah dapat dilakukan melalui dua eara
pengeringan (24):
Cara ini dilakukan untuk menger ngkan bagian tanaman yang relatif keras
seperti kayu, kulit kayu dan biji serta bagian yang mengandung senyawa
aktif yang relatif stabil. Kelebihan Pengeringan ini yaitu mudah dan
b. Dengan diangin-anginkan
dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini dilakukan
untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun dan
6. Sortasi kering
dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong atau bahan yang rusak.
7. Penyimpaan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu
ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara
simplisia satu dengan lainnya. Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan
sebagai pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak bereaksi dengan
bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran
mikroba, kotoran, serangga, penguapan bahan aktif serta dari pengaruh cahaya,
2.3 Ektrak
adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara
16
Ektrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol
sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-
Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari
suatu serbuk simplisia, sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara dingin dan panas (28):
1. Cara Dingin
a. Maserasi
terlarut pada suhu kamar (270C). Ekstraksi secara maserasi dilakukan pada
tahan panas.
17
b. Perkolasi
selular simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang
2. Cara Panas
a. Soxhletasi
dalam sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam sel dan di luar sel.
tetesan yang akan terkumpul kembali. Bila larutan melewati batas lubang
pipa samping soxhlet maka akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang berulang
b. Refluks
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin
uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali
18
c. Digesti
pada suhu yang lebih tinggi dari suhu ruangan, yaitu secara umum
d. Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air (bejana
e. Dekokta
Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 900C selama ≥30 menit. Pelarut yang dipilih untuk
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang paling cocok, di luar
menjadi :
Sediaan ini liat dalam keadaan dingin tidak dapat dituang. Kandungan
19
2.4 Pelarut
zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu dan secara kuantitatif dapat
pula dinyatakan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk
membentuk dispersi molekul yang homogen. Larutan adalah campuran dari dua
atau lebih fase yang homogen secara fisika dan kimia. Larutan ideal merupakan
larutan yang tidak mengalami perubahan sifat dan tidak ada panas yang diserap
jenuh, larutan hampir jenuh, dan larutan jenuh. Kelarutan dinyatakan sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu. Interaksi zat
terlarut dengan pelarutnya didasarkan atas prinsip like dissolves like, di mana zat
ionik akan larut pada pelarut yang polar berdasarkan pemecahkan ikatan kovalen
senyawa. nonpolar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar melalui interaksi dipol
induksi (31).
20
molekul pelarut non polar. Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sifat
dari zat terlarut dan pelarut, penambahan kosolven, kelarutan zat, temperatur
dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan tersebut atau lingkungan (32).
Senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan ini adalah, alkaloid, flavonoid ,tanin,
1. Alkaloid
yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan
hewan. Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai
kegiatan fisiologi yang menonjol, jika digunakan secara luas dalam bidang
2. Flavonin (Fenolik)
ungu, merah, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. senyawa ini
terbuat dari gula sederhana dan memiliki cincin benzena, hidrogen, dan oksigen
Jadi pada fenolgugus OH langsung terikat pada inti benzene. Contohnya asam
fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin. Ada 3 golongan Fenol berdasarkan
a. Fenol Monovalent
Suatu senyawa fenol yang jika satu atom H pasa inti aromatic diganti oleh 1
gugus OH.
b. Fenol Divalent
Suatu senyawa fenol yang jika dua atom H pada inti aromatik diganti oleh 2
c. Fenol Trivalent
Suatu senyawa fenol yang jika tiga atom H pada inti aromatik diganti oleh
3 gugus OH.
22
3. Tanin
mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, Antibakteri dan
terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
(33).
4. Saponin
dari gula yang terhubung dengan triterpen atau steroid aglikon. Saponin dapat
pertumbuhan sel kanker, saponin sebagian besar terdapat dalam tanaman, baik
tanaman budidaya maupun tanaman liar. saponin memiliki berat molekul yang
relatif besar dan polaritas yang tinggi, karenanya isolasi saponin menimbulkan
tantangan tersendiri, masalah utama yang ada pada isolasi saponin adalah adanya
campuran kompleks dari senyawa lain yang mempunyai sifat seperti saponin (33).
2.6 Bakteri
mengkaji tentang virus, fungi, protozoa, dan alga. Bakteri merupakan organisme
yang memiliki dinding sel. Oleh karena itu, jika dikaji dari struktur selnya
dikaji dari kemampuan beberapa sel bakteri yang bergerak pindah tempat, maka
makhluk hidup dengan sistem 5 (lima) dunia menurut Whittaker pada tahun 1969,
pada memahami sel bakteri yang mencakup bentuk dan struktur halus
tersebut. Beberapa bakteri dapat menguntungkan, dan ada juga beberapa bakteri
yang merugikan bagi makhluk hidup lain. Oleh karena itu, dalam kehidupan
substrat yang disebut media. Agar bakteri dapat hidup dan berkembang dengan
faktor yang yang memungkinkan sel bakteri dapat tumbuh dengan baik. Media
pertumbuhan ini dirancang untuk tidak memungkinkan mikroba lain seperti fungi
untuk tumbuh di dalam media tersebut. Dengan demikian, maka dapat diperoleh
sel bakteri campuran atau spesies bakteri tertentu saja yang dapat tumbuh pada
Media selektif merupakan media cair yang ditambahkan zat tertentu untuk
bakteri tertentu mendapatkan bentuk yang khas. Media ini menumbuhkan bakteri
bulat, diameter 2-3 mm, warna hijau dengan kilap logam dan bintik biru kehijauan
di tengahnya (36).
mempunyai selektif tinggi untuk isolasi Salmonella sp. Salmomella shigella agar
adalah media selektif untuk mengisolasi kuman Salmonella sp, dan Shigella sp.
typhi adalah strain bakteri yang menyebabkan terjadinya demam tipoid, Kuman
Salmonella typhi adalah penyebab terjadinya demam tifoid. Demam tifoid dapat
dalam saluran cerna dan masuk ke peredaran darah hingga terjadi peradangan
pada usus halus dan usus besar, Bakteri ini masuk melalui mulut bersama
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut dan hanyut ke
saluran pencernakan, apabila bakteri berhasil mencapai usus halus dan masuk ke
Superkingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacterialis
Famili : Enterobactericeae
Genus : Salmonella
memiliki spora bergerak dengan flagel peritrik, bersifa intraseluler fakultatif dan
memiliki tiga antigen utama, Antigen O (antigen somatic), yaitu berada pada
lapisan luar tubuh bakteri, bagian ini memiliki struktur kimia lipopoli sakarida
(endotoksin), antigen ini tahan dengan suhu panas dan alkohol tetapi tidak tahan
fimbriae atau fili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein
dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan dengan panas diatas 60 oC,
asam serta alcohol, antigen Vi adalah polimer polisakarida bersifat asam yang
berada pada kapsul (envelope) dari bakteri sebagai pelindung bagi bakteri
Pada lingkungan yang baik bakteri dapat membelah diri tiap 20 menit. Pembuahan
seksual tidak dijumpaipada bakteri, tetapi terjadi pemindahan materi genetik dari
satu bakteri ke bakteri lain tanpa menghasilkan zigot. Peristiwa ini disebut proses
paraseksual. Ada tiga proses paraseksual yang telah diketahui, yaitu transformasi,
Demam typoid adalah penYakit demam akut yang disebabkan oleh bakteri
S. typhi, penyakit ini khusus menyerang manusia, bakteri ini ditularkan melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kotoran atau tinja dari seseorang
pengidap atau penderita demam typoid, bakteri S.typhi masuk melalui mulut dan
tubuh akan berusaha untuk mengeliminasinya, tetapi bila bakteri dapat bertahan
dan jumlah yang masuk cukup banyak, maka bakteri akan berhasil mencapai usus
halus dan berusaha masuk ke dalam tubuh yang akhirnya dapat merangsang sel
demam, perasaan lemah, sakit kepala, nafsu makan berkurang, sakit perut,
yaitu suatu penyakit infeksi sistemik dengan gambaran demam yang berlangsung
lama, adanya bakteremia disertai inflamasi yang dapat merusak usus dan organ-
Escherichia coli adalah bakteri flora normal yang sering dijumpai pada
usus manusia, bersifat unik karena dapat menyebabkan infeksi primer seperti diare
flagel dan berbentuk batang pendek atau biasa disebut kokobasil. Bakteri
kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop, data di sini didapat perkembangan
bakteri yang memiliki perkembangan sangat kecil yaitu dalam ukuran µm. Maka
batang, Escherichia coli yang non bersporulasi, mereka dapat tumbuh aerobik
nitrat. Meskipun sebagian besar strain Escherichia coli yang tidak berbahaya dan
yang hadir dalam usus manusia beberapa jam setelah melahirkan, strain
30
Escherichia coli tertentu dapat menghasilkan racun yang mematikan dan bisa
pada manusia, konsumsi sayuran yang tidak dicuci dengan benar dan daging yang
Domain : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Escherich dan diberi nama sesuai dengan nama penemunya. Escherichia coli
merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar dua micrometer dan
diamater 0.5 micrometer, volume sel Escherichia coli berkisar 0,6-0,7 m3 . Bakteri
ini dapat hidup pada rentang suhu 20-40 oC dengan suhu optimumnya pada 37 oC
utamanya adalah lipid dan protein, Membran sel merupakan barier dan berbentuk
31
lapisan tipis yang terletak di sebelah dalam dinding sel berlapis kapsul, Fungsi
membran sel yaitu mengatur keluar masuknya bahan makanan dan nutrisi bagi
bakteri (43).
Escherichia coli dapat hidup dan bertahan pada tingkat keasaman yang
tinggi di dalam tubuh manusia, Escherichia coli juga dapat hidup dan bertahan di
luar tubuh manusia yang penyebarannya melalui feses, kedua habitat hidup
habitat yang relatif stabil, hangat, bersifat anaerob, dan kaya nutrisi. Sementara
itu, di luar saluran pencernaan, kondisi lingkungan dapat sangat beragam, jauh
lebih dingin, aerobik, serta kandungan nutrisi yang lebih sedikit (8).
biner adalah proses pembelahan sel yang diawali dengan penggandaan kromosom,
menjadi dua bagian, maka akan terbentuk dinding pemisah sehingga dihasilkan
dua anak sel, proses pembelahan biner biasanya terjadi setiap 20 menit (8).
hewan, pada umumnya bakteri ini tidak berbahaya dan merupakan bagian penting
di saluran usus manusia yang sehat. namun, beberapa Escherichia coli bersifat
patogen yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare dan penyakit saluran usus
ditularkan melalui air atau makanan yang terkontaminasi, atau melalui kontak
Infeksi Escherichia coli disebabkan oleh makanan dan air minum yang
terkontaminasi, atau kontak langsung dengan seseorang yang sakit atau dengan
hewan yang membawa bakteri. Infeksi dapat disebabkan oleh daging sapi yang
tidak dimasak dengan benar, buah-buahan mentah dan sayuran mentah, air minum
yang tidak sehat, susu yang dipasteurisasi dan produknya dan kontak langsung
dengan hewan di kebun binatang petting atau peternakan, infeksi Escherichia coli
juga dapat menyebar dengan mudah dari orang ke orang, kebersihan dalam
persiapan dan penanganan makanan yang aman merupakan kunci untuk mencegah
Escherichia coli dapat menyebabkan infeksi pada traktus urinarius, juga dapat
2.9 Antibakteri
protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis
mengetahui struktur dan komposisi mikroba. Sebuah sel hidup yang normal
memiliki dinding sel, membran sitoplasma yang tersusun oleh sejumlah besar
protein yang salah satunya adalah enzim, asam nukleat dan senyawa lainnya.
yaitu :
34
hanya aktif pada sel yang sedang aktif membelah. Mekanisme ini
terdapat peptidoglikan.
yang dapat merusak sel hingga tidak dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi
ini.
1. Alkaloid
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian
sel (49).
2. Flavonoid
3. Saponin
4. Tanin
2.10 Ciprofloxacin
untuk melarutkan banyak zat kimia seperti garam-garam, gula, asam, beberapa
jenis gas dan banyak macam molekul organic sehingga aquadest disebut sebagai
37
pelarut universal, aquadest berada dalam keseimbangan dinamis antara fase cair
dan padat di bawah tekanan temperature standart, dalam bentuk ion, aquadest
dapat dideskripsikan sebagai asosiasi (ikatan antara sebuah ion hydrogen (H)
yang efektif dan efisien. Terdapat dua metode untuk menguji daya antimikroba,
Metode difusi dan metode dilusi terbagi menjadi beberapa metode, yaitu :
dibatasi hanya pada kondisi khusus. Uji dilusi kaldu tidak praktis dan
hanya digunakan jika dilusi dilakukan dalam tabung uji, tetapi tersedianya
rangkaian dilusi kaldu yang sudah jadi untuk berbagai macam obat alam
2. Metode Defusi
Cakram kertas saring yang berisi jumlah obat yang terukur ditempatkan
sekitar cakram ditentukan sebagai ukuran daya hambat obat melawan jenis
organisme uji tertentu. Metode ini subjektif pada berbagai faktor fisik dan
kimia selain interaksi sederhana antara obat dan organisme (misalnya sifat
yaitu cepat, mudah dan murah karena tidak memiliki alat khusus(53)
diperiksa lalu diinkubasikan pada suhu 35oC selama 18-24 jam, lalu
b. Metode perforasi yaitu media agar yang masih cair pada suhu 45-50oC
telah ditanami mikroba uji, lalu diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu
2.13 Sterilisasi
disebut dapat berupa kuman, virus, ricketsia maupun jamur. Jadi produk steril
telah bebas dari semua jenis mikroorganisme hidup. Istilah “hidup” perlu
diperhatikan karna ada produk steril yang masih mengandung tetapi telah mati,
gas khusus untuk produk steril hasil sterilisasi dengan penyaringan, sama sekali
terhadap bahan Antibakteri yang digunakan sebagai bahan uji dan dinyatakan
dengan luas zona hambat. Zona hambat yang terbentuk disekitar cakram kertas
(Dv-Dc) + (Dh-Dc)
Keterangan :
Dv : Diameter vertikal mm
Dh : Diameter Horizontal mm
Dc : Diameter cakram (-5 mm)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Design) bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dan variabel
terikat, tahapan penelitian berupa pengumpulan dan pengolahan sampel. Jenis dan
Konsentrasi plarut yang digunakan ialah etanol 70%, skrining fitokimia serta
cakram.
Sumatera Utara.
41
42
1. Objek Penelitian
3. Sampel Penelitian
seperangkat alat ratory evaporator, Erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass 500 ml
dan 100 ml, tabung reaksi, corong, cawan petri, jarum ose, kertas saring, bejana
pengaduk, mikroskop, dek glass, objek glass, spatula, penjepit tabung, aluminium
foil, kapas steril, perkamen kajang, benang wol, kasa steril, kertas saring.
1. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pepaya jepang
Asam klorida (HCL) 2N, pereaksi Besi (III) klorida ( FeCl3) 1%, pereaksi
Agar (MHA), etanol 70%. H₂SO₄ 1%, BaCl₂ 1%, NaCl 0,9%, Mueller
3. Bakteri uji
Bakteri uji yang akan digunakan yaitu bakteri Salmonella thypi (bakteri
3.5 Prosedur
3.5.1 Determinasi
(MEDA).
secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan serupa dari daerah
Johnst) dalam keadaan segar dikumpulkan dari Desa Helvetia Kota Medan,
aginkan selama kurang lebih 4-5 hari. Simplisia kering diblender kemudian
Jepang (56).
seperti bagian-bagain tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang
BTS−BS
×100 %
BTS
Keterangan :
BTS = Berat Tumbuhan Segar
BS = Berat Simplisia
1. Uji Alkaloid
penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk uji
kehitaman(58).
jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari tiga percobaan
diatas (58).
2. Uji Flavonoid
Uji flavonoid dilakukan dengan pereaksi asam sulfat (H2SO4). Hasil uji
positif apabila terjadi perubahan warna menjadi kuning, merah atau coklat.
3. Uji Saponin
kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm selama 10 menit.
4. Uji Tanin
tannin (58).
penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan sari larut dalam etanol, penetapan
kadar abu total dan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam dan
mikroskop (59).
1. Uji Mikroskopik
(Mill.) I. M. Johnst) di atas objek glass yang ditetesi kloralhidrat diamati di bawah
mikroskop untuk melihat fragmen pengenal dalam bentuk sel, isi sel atau jaringan
oven, dan timbangan. Cara penetapannya, yaitu: Timbang krus porselin yang telah
dipijar terlebih dahulu di dalam oven, masukkan lebih kurang 1-5 gram serbuk
porselin yang telah dipanaskan pada suhu 105º dan didinginkan. Dipanaskan
(59).
dan filtrat sebanyak 20 ml diuapkan sampai kering dalam cawan penguap berdasar
rata yang telah dikeringkan dan ditara. Panaskan pada suhu 105ºC sampai bobot
tetap (59).
mengunakan pelarut etanol 70% dalam erlemeyer sambil diaduk sesekali selama
disaring dan filtrat sebanyak 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan
penguap berdasar rata yang telah dikeringkan dan ditara. Panaskan pada suhu 105
Sebanyak 2-3 gram serbuk yang telah dihaluskan, dimasukkan dalam krus
porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus porselin dipijar
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total, didihkan dalam 25 ml
asam klorida 2 N encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
disaring dan dikumpulkan dengan menggunakan kertas saring bebas abu , cuci
dengan air panas, lalu dipindahkan kedalam krus dan dilakukan pemijaran sampai
3.750 ml pelarut etanol ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 5
hari, lalu disaring menggunakan kertas saring dan diperoleh maserat 1 dan residu.
selama 2 hari. Lalu disaring menggunakan kertas saring dan diperoleh maserat 2
menggunakan alat rotary evaporator dengan suhu 400C sampai diperoleh ekstrak
kental (31).
1. Sterilisasi Alat
Alat-alat gelas seperti tabung reaksi, cawan petri, gelas ukur, beaker glass,
tabung erlenmeyer, pinset yang akan digunakan dicuci lalu dikeringkan, dan
suhu 170℃ selama 1 jam. Media agar disterilisasi menggunakan autoklaf pada
suhu 121℃ selama 20 menit. alat dan bahan yang sudah di strilisasi dapat
2. Peremajaan Bakteri
Sebanyak satu koloni biakan murni bakteri uji yang didapat dari
Laboratorium Farmasi USU diambil dengan menggunakan ose steril dari kultur
(SSA) dan media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA), kemudian diinkubasikan
dalam inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Dilakukan pengamatan bakteri
erlenmeyer dengan aquades 1000 ml. Dipanaskan di atas hot plate sambil
2. Medium yang telah homogen disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C,
3. Media MHA dituangkan pada cawan petri steril, didiamkan pada suhu
kamar hingga memadat. Kemudian disimpan pada suhu 4ºC (di dalam
lemari es) (36).
dengan cara mengambil biakan bakteri dan dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9%
sebanyak 0,05 ml dimasukan kedalam tabung reaksi yang sudah berisi larutan
H2SO4 1%. Larutan ini dikocok sampai terbentuk larutan keruh, sampai
Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu kontrol negatif berupa
konsentrasi ekstrak yaitu 10%, 15%, dan 20%. Pembuatan konsentrasi 10% yaitu
0,1 g sampel ditambahkan 1 ml DMSO, 15% yaitu 0,15 g sampel ditambahkan 1,5
Larutan kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 tablet
10%, 15%, dan 20%. Pengujian dilakukan dengan menyiapkan suspensi bakteri
uji. Kemudian menyiapkan media Mueller Hinton Agar (MHA) dan 12 cawan
Setelah media Mueller Hinton Agar (MHA) yang sudah padat. Kemudian
diberi Blank disk yang telah direndam dengan ekstrak menggunakan mikropipet
dengan konsentrasi yang telah ditentukan 10%, 15% dan 20% dimasukkan ke
dalam permukaan media dengan jarak disk satu dengan yang lainnya 1-2 cm
dipinggir cawan petri. Sebagai kontrol positif (+) yaitu Ciprofloxacin dan DMSO
amati zona hambat yang terbentuk dan diukur diameter zona hambatnya dengan
jangka sorong secara vertical dan horizontal. Lakukan 3 kali pengulangan pada
(Dv-Dc) + (Dh-Dc)
Keterangan :
Dv : Diameter vertikal mm
Dh : Diameter Horizontal mm
Dc : Diameter cakram (-5 mm)
52
terjadi karena adanya berbagai senyawa metabolit sekunder dalam tanaman yang
(66).
aconitifolius (Mill.) I.M Johnst). Penelitiaan ini dilakukan pada bulan Agustus
53
54
yang terkandung dalam ekstrak etanol 70% daun pepaya jepang. Berdasarkan
hasil penelitian di ketahui bahwa ekstrak etanol 70% daun pepaya jepang
yang ditunjukan tabel 4.1 menunjukan bahwa daun pepaya jepang mengandung
berikut:
j Epidermis
Vakuola
lampiran 14.
56
Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Simplisia dan Ekstrak Daun Pepaya Jepang
Kadar Syarat menurut MMI
No Karakteristik
Simplisia (%)
1 Kadar abu total 9,70% ≤ 8%
2 Kadar abu tidak larut asam 1,05% ≤ 1%
3 Kadar sari larut air 38,18% ≥ 22%
4 Kadar sari larut etanol 12,90% ≥ 5%
5 Kadar air 7,18% ≤ 10%
Uji kadar air bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang
tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Uji kadar air serbuk pepaya jepang
dilakukan dengan metode gravimetri yang diperoleh hasil kadar air sebesar
7,18%. Hasil sesuai dengan persyaratan batas kadar air untuk serbuk adalah
≤10%. Penentuan kadar air juga terkait dengan kemurnian serbuk. Semakin
sedikit kadar air pada serbuk maka semakin kecil kemungkinan serbuk
didalam simplisia yang terlarut didalam air. Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa kadar sari yang larut dalam air pada simplisia daun pepaya jepang sebesar
38,18%. Nilai tersebut sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan yaitu harus
≥22%.
Begitu juga dengan nilai kadar sari larut etanol pada simplisia daun
terkandung kadar sari larut etanol sebesar 12,90%. Nilai tersebut sesuai dengan
yang ditetapkan, dimana kadar sari larut etanol harus memiliki nilai ≥5%. Dengan
Tujuan dari uji kadar abu total memberikan gambaran kandungan mineral
dalam serbuk. Persentasi kadar abu total pada simplisia daun pepaya jepang tidak
boleh lebih dari 8%. Hasil pengujian yang di peroleh kadar abu total sebesar
9,70%. Penetapan kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk mengetahui jumlah
kadar abu yang diperoleh dari faktor eksternal, berasal dari pengotor yang berasal
dari pasir atau tanah. Kadar abu tidak larut asam pada simplisia daun pepaya
jepang tidak boleh lebih dari 1%, hasil pengujian yang diperoleh yaitu 1,05%.
Penentuan Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% pepaya jepang
bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli dilakukan dengan metode difusi
agar dengan menggunakan kertas cakram. Zona diameter bening yang berada
Tabel 4.3. Hasil uji Aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% daun pepaya
jepang dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi
dan Escherichia coli.
Zona Hambat
Nilai
Pertumbuhan Kategori
rat-rata
Bakteri Formula Bakteri (mm) Zona
Zona
Pengulangan Hambat
Hambat
I II III
Salmonella F0 0 0 0 0 Tidak ada
typhi F1 8,1 7,25 7,5 7,6 Sedang
F2 8,9 8,7 8,2 8,6 Sedang
F3 10,4 9,9 10,4 10,2 Kuat
F4 23,75 23,1 24,15 23,6 Sangat kuat
Escherichia F0 0 0 0 0 Tidak ada
coli F1 6,4 6,8 7 6,7 Sedang
F2 7,4 7,9 8,05 7,7 Sedang
F3 9 8,25 8,45 8,5 Sedang
F4 21,2 21,2 21,2 21,2 Sangat kuat
Keterangan:
F0 : DMSO
F1 : Ekstrak Etanol Daun Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill.) I. M.
Johnst) 10%
F2 : Ekstrak Etanol Daun Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill.) I. M.
Johnst) 15%
F3 : Ekstrak Etanol Daun Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill.) I. M.
Johnst) 20%
F4 : Ciprofloxacin
tabel diatas. Dimana pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
pepaya jepang dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 20% masing-masing memiliki
rata- rata zona hambat terhadap bakteri Salmonella typhi. Diameter zona bening
yaitu: 10% (7,6 mm), 15% (8,6 mm), 20% (10,2 mm). Masing-masing
terbesar dihasilkan pada ekstrak dengan konsentrasi 20% pada bakteri Salmonella
59
typhi. Pada konsentrasi 10% dan 15% didapatkan hasil diameter zona hambat
kertas cakram pada masing-masing konsentrasi yaitu: 10% (6,7 mm), 15% (7,7
hal ini dapat diliaht dari tabel 4.3 diatas. Masing-masing diameter zona hambat
yang paling besar terbentuk pada perlakuan yang diberi kontrol positif, dari kedua
bakteri zona hambat tidak lebih besar dari kontrol positif. Pada bakteri Salmonella
typhi zona bening yang terbentuk oleh kontrol positif yaitu 23,6 mm, pada bakteri
Escherichia coli zona bening yang terbentuk oleh kontrol positif yaitu 21,2 mm.
Pada kedua bakteri yang di beri kontrol positif memiliki respon hambatan yang
flavonoid, saponin, dan tannin) dengan menggunakan jenis pelarut etanol, yang
Hasil analisis uji one way anova diameter zona hambat ekstrak etanol daun
pepaya jepang terhadap Bakteri Salmonella typhi dan Eschericia coli adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.4. Hasil analisis uji one way anova diameter zona hambat ekstrak etanol
daun pepaya jepang terhadap Bakteri Salmonella typhi dan Eschericia
coli
Hasil Uji
Intepretasi
No. Uraian Anova
Data
(Sig.)
1. Uji Aktivitas Antibakteri daun pepaya 0,000 Ada perbedaan
jepang terhadap bakteri Salmonella signifikan
typhi
2. Uji Aktivitas Antibakteri daun pepaya 0,000 Ada perbedaan
jepang terhadap bakteri Eschericia coli signifikan
Hasil uji beda dengan menggunakan uji one way anova didapatkan nilai p
= 0,000 (<0,05) pada bakteri Salmonella typhi dan nilai p = 0,000 (<0,05) pada
bakteri Eschericia coli yang brarti terdapat perbedaan nilai rata-rata pada setiap
perlakuan, maka selanjutnya dianalisa menggunakan uji berda lanjutan (post hoc
Tabel 4.5. Hasil analisis uji beda lanjutan (post hoc tukey HSD) diameter zona
hambat ekstrak etanol daun pepaya jepang terhadap bakteri
Salmonella typhi
Pembanding
Konsentrasi
Ciprofloxacin (sig.) DMSO (sig.)
10% 0,000 0,000
15% 0,000 0,000
20% 0,000 0,000
61
Hasil uji beda lanjutan pada aktivitas antibakteri daun pepaya jepang
terhadap bakteri Salmonella typhi diketahui bahwa nilai rata-rata zona hambat
seluruh konsentrasi berbeda signifikan terhadap DMSO dan Ciprofloxacin, hal ini
dibuktikan dengan nilai sig. terhadap DMSO dan Ciprofloxacin pada konsentrasi
10% = 0,000, 15% = 0,000 dan 20% = 0,000 (<0,05). Maka dapat disimpulkan
Salmonella typhi. Konsentrasi yang paling efektif adalah konsentrasi 20% karena
konsentrasi 20% memiliki rata-rata zona hambat tertinggi dan berbeda signifikan
terhadap kontrol negatif dan kontrol positif serta berbeda signifikan dengan
Tabel 4.6. Hasil analisis uji lanjutan post hoc tukey HSD diameter zona hambat
ekstrak etanol daun pepaya jepang terhadap bakteri Eschericia coli
Pembanding
Konsentrasi
Ciprofloxacin (sig.) DMSO (sig.)
10% 0,000 0,000
15% 0,000 0,000
20% 0,000 0,000
Hasil uji beda lanjutan pada aktivitas antibakteri daun pepaya jepang
terhadap bakteri Eschericia coli diketahui bahwa nilai rata-rata zona hambat
seluruh konsentrasi berbeda signifikan terhadap DMSO dan Ciprofloxacin, hal ini
dibuktikan dengan nilai sig. terhadap DMSO dan pada konsentrasi 10% = 0,000,
10% = 0,000, 15% = 0,000 dan 20% = 0,000 (<0,05). Maka dapat disimpulkan
Eschericia coli. Konsentrasi yang paling efektif adalah konsentrasi 20% karena
konsentrasi 20% memiliki rata-rata zona hambat tertinggi dan berbeda signifikan
terhadap kontrol negatif dan kontrol positif serta berbeda signifikan dengan
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
lanjut yaitu “Uji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun Pepaya Jepang
62
DAFTAR PUSTAKA
63
64
65. Munawir AM, Basir A. Uji Aktivitas Bakteri Salmonella Thypii pada
Sayuran Lalapan Kemangi (Ocimum Sanctum L) Secara In Vitro. UMI
67
Med J. 2021;6(2):129–36.
66. Gustiananda M. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Daun Pandan
Wangi (Pandanus amaryllifolius) dalam Menghambat Pertumbuhan
Pityrosporum ovale Sebagai Salah Satu Jamur Penyebab Ketombe. Skripsi
Pendidik Progr Stud S1 Farm Fak Farm dan Kesehat Inst Kesehat Helv
Medan. 2019;107.
68
Sortasi Basah
Ditimbang
Pencucian
Ditiriskan
dirajang
Pengeringan
Ditimbang
Penyerbukan
diayak
ditimbang
Penyimpanan
Lampiran 10. Skema Uji Skrining Fitokimia Simplisia
78
Lampiran 11. Skema Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
79
80
sesekali
aluminium foil
dan residu 2
evaporator
Hasiil
81
Isolat bakteri
37°C
Hasil
82
aquadest
Tabung Reaksi
0.5 ml BaCl2 1%
9,95 ml H2SO4 1%
- Divortex
Hasil
84
Hasil
10 ml NaCl 0,9%
Hasil
diukur diameternya.
0,1443
2. Kadar air = x 100% = 7,21%
2,0008
0,1418
3. Kadar air = x 100% = 7,09%
2.0008
0, 3829 100
1. Kadar sari larut dalam air = x x 100% = 38,29%
5, 0060 20
0, 3766 100
2. Kadar sari larut dalam air = x x 100% = 37,61%
5,0060 20
0,3868 100
3. Kadar sari larut dalam air = x x 100% = 38,64%
5,0050 20
38,18%
0,1430 100
1. Kadar sari larut dalam etanol = x x 100% = 14,30
5,0001 20
0,1145 100
2. Kadar sari larut dalam etanol = x x100% = 11,45%
5,0004 20
0,1295 100
3. Kadar sari larut dalam etanol = x x 100% = 12,95%
5,0000 20
0,1992
1. Kadar abu total = x 100% = 9,56%
2,0005
0,1929
2. Kadar abu total = x 100% = 9,64%
2,0005
0 , 1980
3. Kadar abu total = x 100% = 9,90%
2,0008
9,56% +9,64%+9,90%
% Rata-rata kadar abu total = = 9,70%
3
0, 0215
1. Kadar abu tidak larut asam = x 100% = 1,07%
2,0005
0,0213
2. Kadar abu tidak larut asam = x 100% = 1,06%
2,0005
0, 0205
3. Kadar abu tidak larut asam = x 100% = 1,02%
2,0008
1,07 % + 1,06 %+1,02%
% Rata-rata kadar abu tidak larut asam = = 1,05%
3
NO Parameter Hasil
1. Kadar Air 7,18%
2. Kadar Sari Larut Air 38,18%
3. Kadar Sari Larut Etanol `12,90%
4. Kadar Abu Total 9,70%
5. Kadar Abu Tidak Larut Asam 1,05%
89
Diketahui komposisi media MHA 38 g/1000 ml, jika dibuat dalam 100 ml,
adalah :
38 gram x 250 ml
𝑥= 1000 ml
= 9,5 gram
Berat Kering
1. Bobot Susut Pengeringan = x 100%
Berat Basah
700 gram
= x 100%
5000 gram
= 0,14 %
= 57g x 100%
500 g
=11,4%
.
91
20 g 1g
Konsentrasi 20% = = =
100 ml 5 ml DMSO
Jadi pembuatan larutan stok 20% Ekstrak etanol 70% daun Pepaya
Jepang dibuat dengan cara 1g ekstrak dilarutkan dalam 5 ml DMSO.
2. Konsentrasi 15%
V1M1
V1. 20%
30 g
V1 =
20 ml
3. Konsentrasi 10%
V1M1
V1. 20%
20 g
V1 =
20 ml
V1 = 1 ml ad dalam DMSO 2 ml
92
Lampiran 22. Hasil uji Aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% daun pepaya
jepang dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dan
Escherichia coli
Zona Hambat
Nilai
Pertumbuhan Kategori
rat-rata
Bakteri Formula Bakteri (mm) Zona
Zona
Pengulangan Hambat
Hambat
I II III
Salmonella F0 0 0 0 0 Tidak ada
typhi F1 8,1 7,25 7,5 7,6 Sedang
F2 8,9 8,7 8,2 8,6 Sedang
F3 10,4 9,9 10,4 10,2 Kuat
F4 23,75 23,1 24,15 23,6 Sangat kuat
Escherichia F0 0 0 0 0 Tidak ada
coli F1 6,4 6,8 7 6,7 Sedang
F2 7,4 7,9 8,05 7,7 Sedang
F3 9 8,25 8,45 8,5 Sedang
F4 21,2 21,2 21,2 21,2 Sangat kuat
Keterangan:
F0 : DMSO
F1 : Ekstrak Etanol Daun Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill.) I. M.
Johnst) 10%
F2 : Ekstrak Etanol Daun Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill.) I. M.
Johnst) 15%
F3 : Ekstrak Etanol Daun Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill.) I. M.
Johnst) 20%
F4 : Ciprofloxacin
93
Tests of Normalityb,c,d
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Salmonella Konsentrasi
,272 3 . ,947 3 ,554
typhi 10%
Konsentrasi
,276 3 . ,942 3 ,537
15%
Konsentrasi
,314 3 . ,893 3 ,363
20%
Kontrol (+) ,229 3 . ,981 3 ,739
Escherichia coli Konsentrasi
,253 3 . ,964 3 ,637
10%
Konsentrasi
,301 3 . ,912 3 ,424
15%
Konsentrasi
,285 3 . ,932 3 ,497
20%
a. Lilliefors Significance Correction
b. Salmonella typhi is constant when Formula = Kontrol (-). It has been omitted.
c. Escherichia coli is constant when Formula = Kontrol (+). It has been omitted.
d. Escherichia coli is constant when Formula = Kontrol (-). It has been omitted.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Salmonella typhi Between Groups 883,409 4 220,852 1612,061 ,000
Within Groups 1,370 10 ,137
Total 884,779 14
Escherichia coli Between Groups 709,629 4 177,407 2463,991 ,000
Within Groups ,720 10 ,072
Total 710,349 14
Multiple Comparisons
Tukey HSD
95% Confidence
Mean Interval
Dependent Difference Std. Lower Upper
Variable (I) Formula (J) Formula (I-J) Error Sig. Bound Bound
Salmonella Konsentrasi Konsentrasi
-,98333 ,30221 ,053 -1,9779 ,0113
typhi 10% 15%
Konsentrasi
-2,61667* ,30221 ,000 -3,6113 -1,6221
20%
Kontrol (+) -16,05000 ,30221
*
,000 -17,0446 -15,0554
Kontrol (-) 7,61667* ,30221 ,000 6,6221 8,6113
Konsentrasi Konsentrasi
,98333 ,30221 ,053 -,0113 1,9779
15% 10%
Konsentrasi
-1,63333* ,30221 ,002 -2,6279 -,6387
20%
Kontrol (+) -15,06667 ,30221
*
,000 -16,0613 -14,0721
Kontrol (-) 8,60000* ,30221 ,000 7,6054 9,5946
94
Konsentrasi Konsentrasi
2,61667* ,30221 ,000 1,6221 3,6113
20% 10%
Konsentrasi
1,63333* ,30221 ,002 ,6387 2,6279
15%
Kontrol (+) -13,43333 ,30221
*
,000 -14,4279 -12,4387
Kontrol (-) 10,23333* ,30221 ,000 9,2387 11,2279
Kontrol (+) Konsentrasi
16,05000* ,30221 ,000 15,0554 17,0446
10%
Konsentrasi
15,06667* ,30221 ,000 14,0721 16,0613
15%
Konsentrasi
13,43333* ,30221 ,000 12,4387 14,4279
20%
Kontrol (-) 23,66667 ,30221
*
,000 22,6721 24,6613
Kontrol (-) Konsentrasi
-7,61667 ,30221
*
,000 -8,6113 -6,6221
10%
Konsentrasi
-8,60000* ,30221 ,000 -9,5946 -7,6054
15%
Konsentrasi
-10,23333* ,30221 ,000 -11,2279 -9,2387
20%
Kontrol (+) -23,66667 ,30221
*
,000 -24,6613 -22,6721
Escherichia Konsentrasi Konsentrasi
-1,05000 ,21909
*
,005 -1,7710 -,3290
coli 10% 15%
Konsentrasi
-1,83333* ,21909 ,000 -2,5544 -1,1123
20%
Kontrol (+) -14,46667* ,21909 ,000 -15,1877 -13,7456
Kontrol (-) 6,73333* ,21909 ,000 6,0123 7,4544
Konsentrasi Konsentrasi
1,05000 ,21909
*
,005 ,3290 1,7710
15% 10%
Konsentrasi
-,78333* ,21909 ,032 -1,5044 -,0623
20%
Kontrol (+) -13,41667* ,21909 ,000 -14,1377 -12,6956
Kontrol (-) 7,78333* ,21909 ,000 7,0623 8,5044
Konsentrasi Konsentrasi
1,83333 ,21909
*
,000 1,1123 2,5544
20% 10%
Konsentrasi
,78333* ,21909 ,032 ,0623 1,5044
15%
Kontrol (+) -12,63333* ,21909 ,000 -13,3544 -11,9123
Kontrol (-) 8,56667* ,21909 ,000 7,8456 9,2877
Kontrol (+) Konsentrasi
14,46667 ,21909
*
,000 13,7456 15,1877
10%
Konsentrasi
13,41667* ,21909 ,000 12,6956 14,1377
15%
Konsentrasi
12,63333* ,21909 ,000 11,9123 13,3544
20%
Kontrol (-) 21,20000 ,21909
*
,000 20,4790 21,9210
Kontrol (-) Konsentrasi
-6,73333 ,21909
*
,000 -7,4544 -6,0123
10%
Konsentrasi
-7,78333* ,21909 ,000 -8,5044 -7,0623
15%
Konsentrasi
-8,56667* ,21909 ,000 -9,2877 -7,8456
20%
Kontrol (+) -21,20000 ,21909
*
,000 -21,9210 -20,4790
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Salmonella typhi
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Formula N 1 2 3 4
Kontrol (-) 3 ,0000
95
Escherichia coli
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Formula N 1 2 3 4 5
Kontrol (-) 3 ,0000
Konsentrasi 10% 3 6,7333
Konsentrasi 15% 3 7,7833
Konsentrasi 20% 3 8,5667
Kontrol (+) 3 21,2000
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
96
Lampiran 28. Proses Pembuatan Simplisia dan Maserasi Daun Pepaya Jepang
(Conidoscolus aconitifolius (Mill.) I.M Johnst)
e. Proses Maserasi
104
f. Maserat
Identifikasi
Hasil
No Golongan Perlakuan Gambar Keterangan
Uji
Senyawa
1 Alkaloid Sampel + Terbentuk
dilarutkan endapan
dengan HCl 0,1 putih
N + pereaksi
Mayer
menghasilkan
warna endapan
putih
Sampel + Terbentuk
dilarutkan endapan
dengan HCl 0,1 coklat hitam
N + pereaksi
Bouchardat
menghasilkan
warna endapan
coklat hitam
Sampel + Terbentuk
dilarutkan endapan
dengan HCl 0,1 merah bata
N + pereaksi
Dragendorf
menghasilkan
warna endapan
merah bata
Epidermis
Vakuola
109
13,1 + 13,1
2
= 8,1 mm
Konsentrasi 15%
13,9 + 13,9
2
= 8,9 mm
Konsentrasi 20 %
15,4 + 15,4
2
= 10,4 mm
110
Pengulangan 2
Konsentrasi 10%
12,4 + 12,1
2
= 7,25 mm
Konsentrasi 15%
13,7 + 13,7
2
= 8,7 mm
Konsentrasi 20 %
15,1 + 14,7
2
= 9,9 mm
111
Pengulangan 3
Konsentrasi 10%
12,5 + 12,5
2
= 7,5 mm
Konsentrasi 15%
13,2 + 13,2
2
= 8,2 mm
Konsentrasi 20 %
15,5 + 15,3
2
= 10,4 mm
112
11,3 + 11,5
2
= 6,4 mm
Konsetrasi 15%
13,5 + 11,3
2
= 7,4 mm
Konsetrasi 20 %
14,0 + 14,0
2
= 9 mm
113
Pengulangan 2
Konsentrasi 10%
11,8 + 11,8
2
= 6,8 mm
Konsentrasi 15%
13,0 + 12,8
2
= 7,9 mm
Konsentrasi 20 %
13,3 + 13,2
2
= 8,25 mm
114
Pengulangan 3
Konsentrasi 10%
11,9 + 12,1
2
= 7 mm
Konsentrasi 15%
13,1 + 13,0
2
= 8,05 mm
Konsentrasi 20 %
13,6 + 13,3
2
= 8,45 mm
115
28,8 + 28,7
2
= 23,75 mm
Pengulangan 2
27,7 + 28,5
2
= 23,1 mm
Pengulangan 3
29,0 + 29,3
2
= 24,15 mm
116
26.2 + 26,2
2
= 21,2 mm
Pengulangan 2
26.2 + 26,2
2
= 21,2 mm
Pengulangan 3
26.2 + 26,2
2
= 21,2 mm
117
Salmonella typhi
Escherichia coli
118
Lampiran 36. gabungan bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli control
positif dan negatif.
Salmonella typhi
Escherichia coli
119
Lampiran 37. Hasil Peremajaan Bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli