TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Santales
Famili : Santalaceae
Genus : Santalum
Pohon cendana merupakan tumbuhan yang memiliki tinggi antara 12–15 meter,
dengan batang bulat agak berlekuk-lekuk berdiameter 20–35 cm, serta akar yang
Batangnya dilapisi dengan kulit kasar berwarna kelabu atau coklat tua, sedangkan
5
6
yang berwarna hijau dengan ukuran berkisar 4–8 cm × 2–4 cm. Daunnya
berbentuk oval atau lanset, berminyak dan mudah gugur. Bunganya berwarna
kuning, yang nantinya berubah menjadi merah gelap kecoklatan dan berbentuk
seperti payung menggarpu (cymose) atau malai (panicle) dengan panjang 2–3
(Riswan, 2001).
Cendana (Santalum album L.) pada mulanya diperkirakan berasal dari India,
namun pakar-pakar botani lebih menyakini bahwa pohon cendana berasal dari
kepulauan Indonesia, yakni pulau Timor dan Sumba, ditambahnya bukti dari
sejarah perdagangan kayu cendana di masa lampau ikut menunjang bahwa pohon
penyebarannya, pohon cendana tersebar secara alami di Jawa Timur, Sulawesi dan
Maluku. Pohon cendana dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 50 – 1200
Mdpl, dengan curah hujan antara 600 – 2000 mm per tahunnya dan pada suhu
dingin dan kering, serta intensitas cahaya matahari yang cukup (Dewi, 2014).
L.) telah digunakan semenjak 4000 tahun yang Ialu. Secara tradisional digunakan
nausea dan sakit perut. Jika digunakan sebagai masker pada wajah, dapat
digunakan sebagai pembasmi kuman pada saluran kencing dan sakit kencing
7
nanah. Selain itu kayunya dapat digunakan sebagai obat nyeri epigastrium, mual,
santalol dan β-santalol sebagai komponen utama, dengan turunan dan isomer
santalol lainnya sebagai komponen minor. Selain substansi minyak atsiri, Agusta
(2001) melaporkan bahwa kayu cendana mengandung zat warna yang disebut
2.2 Bakteri
Bakteri berasal dari kata Bakterion (bahasa yunani) yang berarti tongkat atau
termasuk dalam mikroorganisme bersel satu dan berkembang biak dengan cara
membelah diri (aseksual). Bakteri rata-rata memiliki lebar 0,5-1 mikron dan
mikroorganisme yang sangat kecil, sehingga untuk melihat bakteri perlu diwarnai,
bakteri gram positif dan gram negatif. Perbedaan bakteri gram positif dan gram
negatif dilihat dari perbedaan dinding selnya, pada bakteri gram positif lapisan
Sedangkan pada bakteri gram negatif lapisan peptidoglikan yang tipis dan terdapat
mekanik dan kimia (Rahmadani, 2015). Pada tabel 2.1 ditunjukkan ciri-ciri
Tabel 2.1 Ciri-ciri bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Perbedaan Relatif
Ciri
Gram Positif Gram Negatif
- Tebal (15-80nm). - Tipis (10-15nm).
Struktur dinding sel
- Berlapis tunggal (mono). - Berlapis tiga (multi).
- Kandungan lipid rendah (1- - Kandungan lipid tinggi (11-
4%). 22%).
- Peptidoglikan sebagai - Peptidoglikan terdapat di
Komposisi dinding lapisan tunggal, merupakan dalam lapisan kaku sebelah
sel komponen utama bakteri dan dalam, jumahnya sedikit
jumlahnya lebih dari 50% sekitar 10% berat kering.
berat kering sel bakteri. - Tidak memiliki asam tekoat.
- Memiliki asam tekoat.
Kerentanan
- Lebih rentan - Kurang rentan
terhadap penisilin
Pertumbuhan oleh
zat-zat warna dasar, - Pertumbuhan dihambat - Pertumbuhan tidak begitu
misalnya ungu dengan nyata. dihambat.
kristal
Persyaratan nutrisi - Relatif rumit - Relatif sederhana
Resistensi terhadap
- Lebih resisten - Kurang resisten
gangguan fisik
Sumber : Pelczar et al., 1986
9
Kingdom : Eubacteria
Divisi : Proterobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang
pendek, memilki ukuran 2,4µm dengan diameter 0,7µm dan lebar 0,4µm.
membentuk spora dan tidak tahan asam, sebagian besar bergerak menggunakan
flagel pentrikus (tersebar merata pada permukaan sel dan beberapa strain
mempunyai kapsul), dan bersifat patogen yang menyebabkan diare. Dinding sel
bakteri gram negatif tersusun atas membran luar, peptidoglikan dan membran
dalam, Peptidoglikan dalam bakteri gram negatif memiliki struktur yang lebih
Kingdom : Eubacteria
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
bulat dengan diameter 0,5 – 1,5 µm, selalu berpasangan dan tidak dapat bergerak.
teratur. Memiliki kokus tunggal, tidak motil dan tidak membentuk spora. Bakteri
substansi penting lainnya di dalam struktur dinding sel. Dinding sel pada bakteri
2.3 Antibakteri
hambat sebesar 0-9 mm memiliki daya hambat lemah, sedangkan pada 10-14 mm
kuat pada sel target dan tidak hilang melalui pengenceran yang tetap akan
membunuh sel. Sel yang mati tidak hancur dan tetap memiliki jumlah sel yang
Lisis dapat menurunkan jumlah sel dan juga kepadatan kultur (Madigan et al.
membran sel, berisikan peptidoglikan dan komponen yang lain. Sel yang aktif
pada amplop sel. Hal ini yang membuat senyawa antibakteri akan bereaksi dengan
satu atau banyak enzim yang dibutuhkan untuk proses sintesis, sehingga
(Talaro, 2008).
pemecahan protein dan basa nitrogen menyebabkan membran sel bakteri mati
(Talaro, 2008).
Sel tersusun oleh DNA, RNA dan protein yang merupakan material genetik
dengan menghalangi terikatnya RNA pada tempat spesifik ribosom selama proses
dapat menghambat sintesis protein dalam ribosom bakteri tanpa berpengaruh pada
13
Pembentukan DNA dan RNA membutuhkan proses yang cukup panjang dan
2.4.1 Alkaloid
alam dan hampir tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan. Semua golongan
alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang bersifat basa dan
alisiklik yang berasal dari asam ornitin dan lisin, alkaloid aromatis jenis
alkaloid aromatis jenis indol yang berasal dari triptofan (Robinson, 1995).
senyawa aromatik quartener dari alkaloid seperti barberine dan harmane yang
mengkhelat pada susunan DNA akan merusak pilin ganda (double helix) sehingga
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel
2.4.2 Flavonoid
mempunyai kerangka dasar karbon membentuk susunan C6-C3-C6, yang mana dua
gugus aril (C6) terikat pada suatu rantai propan (C3) (Cowan, 1999). Biosintesis
flavonoid melibatkan dua jalur biosintesis utama untuk cincin aromatik, meliputi
jalur shikimat dan jalur asetat-molanat. Cincin A pada struktur flavonoid berasal
dari jalur poliketida, yakni kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat,
sedangkan cincin B dan rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur
shikimat). Akibat berbagai perubahan, ketiga atom karbon dari rantai propan
dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi seperti ikatan rangkap dua, gugus
menjadi 3 yaitu, dengan menghambat sintesis asam nukleat yang mana cincin A
dan B memegang peran penting dalam proses interkelasi atau ikatan hidrogen
dengan menumpuk basa asam nukleat untuk menghambat pembentukan DNA dan
RNA. Letak gugus hidroksil di posisi 2',4' atau 2',6' dihidroksilasi pada cincin B
dan 5,7 dihidroksilasi pada cincin A yang berperan terhadap aktivitas antibakteri
dinding sel bakteri, mikrosom,dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid
Dalam menghambat fungsi membran sel, flavonoid dari ekstrak etanol daun
jarak pagar akan membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan
15
terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya
permebealitas membran sel dan menghambat ikatan enzim seperti ATP ase dan
(Cushnie, 2005).
2.4.3 Terpenoid
kelipatan lima, yang sebagian besar dibangun oleh dua atau lebih unit C5 yang
disebut unit isopren. Disebut unit isopren karena kerangka karbon C 5 ini sama
seperti senyawa isopren. Dari beberapa struktur senyawa terpenoid yang telah
secara teratur di mana ''kepala'' dari unit yang satu berikatan dengan ''ekor'' dari
unit yang lainnya. Keteraturan struktur terpenoid ini dirumuskan dalam suatu
aturan yang disebut kaidah isopren, yang menyatakan bahwa struktur molekul
terpenoid dibangun oleh dua atau lebih unit isopren yang saling berikatan ''kepala-
ke-ekor''. Kaidah ini merupakan ciri khas senyawa golongan terpenoid sehingga
senyawa terpenoid ada yang tidak mengikuti kaidah isopren ini (Robinson, 1995).
16
transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer
yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Porin yang merupakan pintu
karena telah dirusak, sehingga sel bakteri akan kekurangan nutrisi, yang
yang terdapat pada peptidoglikan dinding sel bakteri. Mekanisme terpenoid dalam
dengan sisi aktif dari residu enzim autolisin, sehingga proses pertumbuhan sel,
2.4.4 Steroid
didasarkan pada efek fisiologis yang dapat ditimbulkan. Ditinjau dari segi
struktur, perbedaan antara berbagai kelompok ini ditentukan oleh jenis substituen
R1, R2, dan R3 yang terikat pada kerangka dasar sedangkan perbedaan antara
senyawa yang satu dengan senyawa lainnya dari satu kelompok ditentukan oleh
panjangnya rantai karbon substituen, gugus fungsi yang terdapat pada substituen,
17
jumlah dan posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan rangkap pada kerangka dasar
membran sel, yang diikuti dengan peningkatan membran fosfolipid yang bersifat
2.4.5 Fenol
dengan satu atau lebih substituen hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut
dalam air karena umumnya senyawa ini seringkali berikatan dengan gula sebagai
dideteksi dengan menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol
dalam larutan cuplikan yang memberikan warna hijau, merah, ungu, biru, atau
proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada konsentrasi tinggi, fenol
2014).
18
2.4.6 Tanin
dengan berat molekul antara 500 hingga 28.000 dan ditemukan pada bagian
tanaman kuncup, batang, daun, buah dan akar (Cowan, 1999). Tanin dibagi
hidrofobik (Cowan, 1999). Tanin dari daun teh (Camellia sinesis), mengandung (-
senyawa tersebut dapat berikatan dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan
jika salah satu dari senyawa tersebut digabung dengan antibiotik β-Laktam
senyawa EGCg atau EGg akan menghambat aktivitas enzim penisilinase yang
2.4.7 Saponin
aglikon berupa steroid dan titerpen. Glikosilasi biasanya terjadi pada posisi C-3.
Saponin adalah senyawa yang dapat menimbulkan busa jika dikocok dalam air
19
(karena sifatnya yang menyerupai sabun, maka dinamakan saponin). Busa yang
yaitu rantai sapogenin nonpolar dan rantai samping polar yang larut dalam air.
Saponin dapat menyebabkan hemolisis pada sel darah merah, dikarenakan saponin
sel bakteri, hal ini dikarenakan saponin memiliki komponen aktif aglikon yang
zat antibakteri akan masuk ke dalam sel dan mengganggu metabolisme sel hingga
yang dihasilkan.
20
b. Metode E-test
metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antibakteri dari
konsentrasi terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media yang
yang dibuat dengan cara memotong media agar pada bagian tengah secara
Merupakan metode yang serupa dengan disc diffusion, namun pada metode
ini dibuatkan sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme.
Selanjutnya pada sumur tersebut, diberi agen antibakteri yang akan diuji.
dari terendah hingga tertinggi dicampur dengan media agar, lalu dimasukan ke
dalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring. Kemudian ditambahkan
X.Y
=
C
yang mana :
C : konsentrasi agen antibakteri pada total volume media (mg/mL atau µg/mL)
pengujian pada metode dilusi cair dengan cara membuat beberapa seri
pengenceran agen antibakteri pada medium cair yang dicampur dengan mikroba
uji. Larutan uji yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba pada
penambahan mikroba uji atau agen antibakteri dan diinkubasi selama 18 – 24 jam.
Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai KMB.
Merupakan metode yang serupa dengan metode dilusi cair, namun pada
Keuntungan metode ini adalah pada konsentrasi tertentu, agen antibakteri yang
berkas elektron dan diubah menjadi ion-ion bermuatan positif yang bertenaga
tinggi (ion-ion molekuler atau ion-ion induk), yang dapat pecah menjadi ion-ion
yang lebih kecil (ion-ion pecahan atau ion-ion anak). Lepasnya elektron dari
molekul menghasilkan radikal kation dan proses ini dapat dinyatakan sebagai
yang dapat berupa ion pecahan dan radikal kation (Sastrohamidjojo, 2001).
M+ → m1+ + m2
oleh pembelokan dalam medan magnetik yang dapat berubah sesuai dengan massa
dan muatan mereka, dan menimbulkan arus (arus ion) pada kolektor yang
molekul tak bermuatan (m2) atau radikal (m.2) tidak dapat dideteksi dalam
sampel yang berbentuk cairan disuntikkan ke dalam ruang injeksi dengan jarum
injeksi melalui klep khusus. Kemudian sampel akan terbawa oleh gas pembawa
melalui kolom dan di dalam kolom, sampel akan dipisahkan satu dengan yang