Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II

LIGNUM

Dosen Pengampu : Rabima, S.Si, M.Farm, Apt

Disusun Oleh

NINDI ARNANDA

1843050082

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2020
I. Tujuan Praktiku

Dapat mengidentifikasi fragmen-fragmen spesifik sampel serbuk herba lignum yang


akan diamati.

II. Dasar Teori

Farmakognosi merupakan bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa,


sehingga ruang lingkupnya menjadi luas. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk
praktikum Farmakognosi hanya meliputi segi pengamatan makroskopis,
mikroskopis dan organoleptis yang seharusnya juga mencakup identifikasi, isolasi dan
pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila perlu
penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa.
Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan
dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistematikanya, maka
diperoleh bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini
dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap
pakai atau yang disebut dengan simplisia, disinilah keterkaitannya dengan
farmakognosi.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan
bahan yang dikeringkan.
Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen, atau kotoran hewan, tidak boleh
menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau
menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain, tidak boleh mengandung bahan lain yang
beracun dan berbahaya. Simplisia hewani harus bebas dari fragmen hewan asing atau
kotoran hewan, tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh
mengandung cendawan atau tanda-tanda pengotor lainnnya, tidak boleh
mengandung bahan lain yang beracun dan berbahaya. Simplisia harus bebas dari
pengotoran oleh tanah, batu, hewan, fragmen hewan, dan bahan asing lainnya (Depkes RI,
1995).
Pada umumnya proses pembuatan simplisia terdiri dari sortasi atau
pemilahan, pencucian, perajangan, atau pengirisan dan pengeringan. Penyortiran
dilakukan untuk memperoleh simplisia sesuai yang dikehendaki baik kemurnian
maupun kebersihannya. Tahap sortasi memerlukan ketelitian yang tinggi. Pencucian
bertujuan untuk menghilangkan kotoran kotoran yang melekat pada tanaman, yang akan
digunakan. Pencucian harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari terlarutnya zat
aktif.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan berkhasiat obat merupakan warisan
nenek moyang sejak dahulu kala. Tumbuhan obat digunakan dalam kurun waktu yang
cukup lama hampir di seluruh dunia. Di Indonesia obat tradisional yang berasal dari
tumbuhan berupa simplisia dan jamu yang dimanfaatkan sebagai obat untuk menjaga
kesehatan dan kecantikan.
Pemerian merupakan uraian tentang bentuk, bau, rasa, dan warna simplisia, jadi
merupakan informasi yang diperlukan pada pengamatan terhadap simplisia nabati
yang berupa bagian tanaman ( kulit, daun, akar, batang dan sebagainya).
Sedangkan pertelaan atau pemerian didiskripsikan dalam praktikum ini meliputi
tanaman atau tumbuhan asal, suku atau famili, bentuk sediaan dan pertelaan secara
organoleptis, ciri khas (bila ada), ukuran (bila perlu) seta gambar bagian-bagian sel yang
terdapat dalam simplisia secara mikroskopis.
Praktikum Farmakognosi II ini meliputi segi pengamatan makroskopis,
mikroskopis, organoleptis (Warna, Bau, Bentuk dan Rasa) dan kadar sari larut etanol,
kadar sarai larut air serta Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Metode mikroskopi merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi simplisia baik
dalam keadaan tunggal maupun campuran, baik berbentuk bahan utuh/rajangan maupun
serbuk. Dalam ruang lingkup praktikum ini mahasiswa (praktikan) diharapkan dapat atau
mampu memahami isi dan maksud diskripsi simplisia dalam buku resmi Materia
Medika Indonesia dan buku -buku lain yang terkait.
Simplisia nabati merupakan jumlah terbanyak yang digunakan untuk bahan obat.
Adapun beberapa parameter yang dilakukan sebagai standar mutu tanaman, meliputi
pemeriksaan simplisia secara mikroskopik untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang
diuji berupa serbuk dari simplisia. Dari pemeriksaan diperoleh pada anatomi daunnya
terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, trikoma, xilem, floem. Pada batang
terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, xilem, floem, berkas pengangkut tipe
kolateral. Pada akar terdapat epidermis, eksodermis, parenkim korteks, floem, dan xilem.
Pada penyiapan preparat untuk identifikasi secara mikroskopik, simplisia yang
berupa serbuk diletakkan pada objek glass dan ditetesi dengan larutan kloralhidrat,
kecuali pada amilum. Hal ini dikarenakan jika digunakan pada amilum dapat
mengakibatkan melarutkan amilum, oleh karena itu pada amilum digunakan larutan
iodium. Fungsi dari kloralhidrat itu sendiri adalah untuk mempermudah pengamatan
karena larutan ini dapat memisahkan fragmen-fragmen yang ada kemudian melisiskan sel,
sehingga kita dapat mengetahui bentuk spesifiknya.
Berdasarkan hal tersebut percobaan kali ini dilakukan Pengamatan secara
mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat
pembesarannyadisesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa serbuk.
Pemerian Mikroskopis Lignum
1. Sappan Lignum (Kayu secang)
Tanaman asal : Caesalpinia sappan L.
Familia : Caesalpiniaceae
Pemerian : Serbuk merah jingga kecoklatan, tidak berbau,
rasa agak kelat.
Mikroskopik :

Xilem : Jelas, radier dengan jari-jari xilem terdiri dari 1 sampai 3 baris sel yang
berisi butir pati kecil, tunggal dan berkelompok. Pembuluh kayu atau trakhea
umumnya berkelompok, kadang - kadang tunggal , dinding tebal, berlignin,
bernoktah berbentuk celah, lumen berisi zat yang, berwarna merah keunguan,
merah kekuningan sampai merah kecoklatan. Serabut xilem : Berkelompok, tersusun
radiaer, terdiri dari 5-40 serabut, dinding serabut tebal berlignin, lumen sempit.
2. Santali Lignum (Kayu Cendana)
Tanaman asal : Santalum album L.
Familia : Santalaceae
Pemerian : Serbuk coklat kekuningan, berbau harum dan rasa agak pahit (khas)
Mikroskopik : serbuk berwarna kuning, fragmen pengenal adalah berkas serabut
dengan seludang hablur kalsium okslat bentuk prisma, fragmen pembuluh kayu
berpenebal jala, Fragmen serabut umumnya panjang dan lumen jelas, serabut xylem
dengan jari-jari empelur, butir pati Tunggal.
3. Ligustrinae Lignum (Kayu bidara laut)
Tanaman asal : Strychnos lucida R.Br.
Familia : Loganiaceae
Pemerian : serbuk serutan kayu, kasar, warna bagian luar coklat bagian dalam putih
kecoklatan, tidak berbau, rasa pahit.
Mikroskopik :
Fragmen pengenal adalah Epidermis, kumpulan sklereid, parenkim korteks, parenkim
empelur, berkas pengangkutpenebalan tipe tangga, serabut sklerenkim.

Ligustrinae Lignum

Pemeriam Makroskopis (Rajangan) Lignum


1. Sappan Lignum
Sappan Caesalpinia  Caesalpiniac Warna
Lignum sappan eae orange
(Kayu kemerahan
Secang)
2.Ligustrinae Lignum
Ligustrinae Strychnos Loganiaceae Warna
Lignum lucida putih
(Kayu berserat ,
Bidara beda
Laut) dengan
secang,
secang
berwarna
merah
3. Santali Lignum
Santali Santalum Santalaceae Kayu
Lignum album berwarna
(Kayu coklat
Cendana) kekuninga
n, bau
harum dan
rasa agak
pahit
(khas)

Farmakognosi berasal dari bahasa yunani yang artinya Pharmakon adalah


obat dan gnosis adalah ilmu atau pengetahuan. Jadi pengertian farmakognosi adalah
ilmu atau pengetahuan tentang obat. Dalam farmakognosi, yang menjadi objek
diamati atau bahan yang diamati adalah bahan alam berupa tumbuhan. Tumbuhan
memiliki banyak kandungan yang bisa dimanfaatkan menjadi obat. Simplisia dalam
bahasa farmakognosi merupakan bahan yang kita amati dimana didalamnya
mempunyai komposisi senyawa bahan yang terkandung dari jenis tertentu.

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apa pun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan (FI edisi III). Simplisia terbagi menjadi tiga bagian yakni :
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan
eksudat tanaman (eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar dari tanaman
atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang
dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum merupakan
zat kimia murni).
2. Simplisia hewani yaitu simpisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat yang
dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari bumi, baik telah diolah atau
belum, tidak berupa zat kimia murni (Ditjen POM,1979).
Simplisia nabati, hewani dan pelican yang dipergunakan sebagai bahan
untuk meperoleh minyak atsiri, alkaloid, glikosida atau zat berkhasiat lainnya, tidak
perlu memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi yang bersangkutan.
Identifikasi simplisia dapat dilakukan berdasarkan uraian mikroskopis serta
identifikasi kimia berdasrakan kandungan senyawa yang terdapat didalamnya
(Anonim, 1995). Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk
simplisia, maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif.
Lignum adalah bagian kayu dan batang, Jaringan dari akar maupun batang
yang berada di sebelah dalam kambiun. Kayu diambil dari batabf atau cabang kelupas
kulitnya dan potongan kecil. Kignum secara botani adalah bagian xylem brkayu
namun sering keliru, misalnya Quassiae lignum juga mengandung kulit batang yang
tebal. Walaupun hanya sebagian kecil.

III. Alat dan Bahan

A. Alat
Mikroskop
Kaca Objek
Cover Glass
Pipet tetes
Spatula
B. Bahan
Aquadest
Xilol
Alkohol
Sampel serbuk simplisia
● Serbuk Kayu / bagian kayu dari Caesallpinia sappan
● Serbuk Kayu / bagian kayu dari Santalum album
● Serbuk Kayu / bagian kayu dari Strychnos ligustrina

IV. Cara Kerja


1) Siapkan Alat dan bahan yang di perlukan
2) Ekstrak kering bagian kayu Caesallpinia sappan yang telah di haluskan di
letakkan di atas kaca objek, lalu di amati dibawah mikroskop. Amati lalu catat
hasil pengamatan.
3) Ekstrak kering bagian kayu Santalum album yang telah di haluskan di
letakkan di atas kaca objek, lalu di amati dibawah mikroskop. Amati lalu catat
hasil pengamatan
4) Ekstrak kering bagian kayu Strychnos ligustrina yang telah di haluskan di
letakkan di atas kaca objek, lalu di amati dibawah mikroskop. Amati lalu catat
hasil pengamatan

V. Hasil Pengamatan

Pemerian Mikroskopis Lignum


1. Sappan Lignum (Kayu secang)
Tanaman asal : Caesalpinia sappan L.
Familia : Caesalpiniaceae
Pemerian : Serbuk merah jingga kecoklatan, tidak berbau,
rasa agak kelat.
Mikroskopik :
Xilem : Jelas, radier dengan jari-jari xilem terdiri dari 1 sampai 3 baris sel
yang berisi butir pati kecil, tunggal dan berkelompok. Pembuluh kayu atau
trakhea umumnya berkelompok, kadang - kadang tunggal , dinding tebal,
berlignin, bernoktah berbentuk celah, lumen berisi zat yang, berwarna
merah keunguan, merah kekuningan sampai merah kecoklatan. Serabut xilem :
Berkelompok, tersusun radiaer, terdiri dari 5-40 serabut, dinding serabut
tebal berlignin, lumen sempit.

2. Santali Lignum (Kayu Cendana)


Tanaman asal : Santalum album L.
Familia : Santalaceae
Pemerian : Serbuk coklat kekuningan, berbau harum dan rasa agak pahit
(khas)
Mikroskopik : serbuk berwarna kuning, fragmen pengenal adalah berkas
serabut dengan seludang hablur kalsium okslat bentuk prisma, fragmen
pembuluh kayu berpenebal jala, Fragmen serabut umumnya panjang dan lumen
jelas, serabut xylem dengan jari-jari empelur, butir pati Tunggal.
3. Ligustrinae Lignum (Kayu bidara laut)
Tanaman asal : Strychnos lucida R.Br.
Familia : Loganiaceae
Pemerian : serbuk serutan kayu, kasar, warna bagian luar coklat bagian dalam
putih kecoklatan, tidak berbau, rasa pahit.
Mikroskopik :
Fragmen pengenal adalah Epidermis, kumpulan sklereid, parenkim korteks,
parenkim empelur, berkas pengangkutpenebalan tipe tangga, serabut
sklerenkim.

Ligustrinae Lignum

Pemerian Makroskopis (Rajangan) Lignum


1. Sappan Lignum Sappan Caesalpinia  Caesalpiniac Warna
Lignum sappan eae orange
(Kayu kemerahan
Secang)

2.Ligustrinae Lignum
Ligustrinae Strychnos Loganiaceae Warna
Lignum lucida putih
(Kayu berserat ,
Bidara beda
Laut) dengan
secang,
secang
berwarna
merah
3. Santali Lignum
Santali Santalum Santalaceae Kayu
Lignum album berwarna
(Kayu coklat
Cendana) kekuninga
n, bau
harum dan
rasa agak
pahit
(khas)

Pembahasan
lignum adalah bagian kayu dan batang Guajucum officinalne L. Suku
Zygohyllaceae. Jaringan dari akar maupun batang yang berada di sebelah dalam
kambium. Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya dan potong-potong
kecil. Lignum : wood, kayu. Secara botani adalah bagian xilem yang berkayu. Namun
sering keliru, misalnya Quassiae Iignum juga mengandung kulit batang yang tebal,
walaupun hanya sebagian kecil.
Identifikasi secara makroskopis bertujuan untuk mengidentifikasi bau bentuk dan
warna simplisa. Pada identifikasi secara mikroskopik untuk sappan lignum fragmen
yang diamati adalah jari jari empulur yang terdapat zat warna jingga oranye, dan pada
Santali lignum fragmen yang diamati adalah berkas serabut dengan seludang hablur
kalsium oksalat berbentuk prisma, fragmen pembuluh kayu berpenebal jala, fragmen
serabut umumnya panjang dan lumen jelas, serabut xilem dengan jari jari empulur,
butir pati tunggal
Berdasarkan hasil identifikasi makroskopis yang dilakukan, sappan lignum
memiliki bau khas lemah, warna coklat kemerahan dan bentuk seperti serutan kayu
sedangkan pada simpilisia Santali lignum memiliki bau khas aromatik, bentuk kayu
keras dan warna coklat susu. Berdasarkan hasil identifikasi secara mikroskopis sappan
lignum fragmen yang ditemukan adalah serat sklerenkim saat pengamatan serbuk
didapatkan warna serbuk coklat kemerahan
Pada Hasil identifikasi makroskopis Santali Lignum di peroleh bahwa Santali
lignum merupakan Kayu berwarna coklat kekuningan, bau harum dan rasa agak pahit
(Khas). Saat mengidentifikasi Santali lignum secara mikroskopik didapatkan fragmen
pengenal berupa hablur kalsium okasalat dan serabut. Saat pengamatan sacara
makroskopik Santali lignum memiliki warna coklat susu.
Identifikasi makroskopis Ligustrinae Lignum di peroleh bahwa Ligustrinae
lignum berwarna putih berserat , beda dengan secang, secang berwarna merah.
Sedangkan pada identifikasi Mikroskopik di dapat hasil berupa Fragmen pengenal
adalah Epidermis, kumpulan sklereid, parenkim korteks, parenkim empelur, berkas
pengangkutpenebalan tipe tangga, serabut sklerenkim.
Bagian-bagian kayu dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Kulit luar merupakan lapisan luar yang sudah mati. Fungsinya sebagai pelindung
kayu terhadap serangan dari luar, misalnya: iklim, serangan serangga, jamur, dan
sebagainya.
2. Kulit dalam bersifat hidup dan tipis. Fungsinya sebagai jalan zat yang
mengandung gizi dari akar ke daun.
3. Kambium merupakan jaringan tipis dan bening yang terletak antara kulit dalam
dan kayu gubal ke arah melingkar dari pohon. Fungsinya ke arah luar membentuk
kulit baru yang rusak, ke arah dalam membentuk kayu gubal baru.
4. Kayu gubal merupakan bagian kayu muda, terdiri dari sel-sel yang masih hidup
dan yang terletak di sebelah dalam kambium. Fungsinya sebagai penyalur cairan
dan tempat penimbunan zat-zat yang mengandung gizi. Kayu gubal adalah bagian
kayu yang tumbuh cepat dan mempunyai lapisan yang agak tebal. Warnanya
biasanya lebih terang dibandingkan kayu teras.
5. Kayu teras merupakan bagian kayu tua, terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui
perubahan sel hidup pada renggat kayu yang paling dalam. Hal ini disebabkan tidak
berfungsinya kayu gubal sebagai penyalur cairan dalam proses kehidupan. Kayu
teras lebih awet karena sel-selnya sudah tua sehingga dinding sel tebal dan kuat.
Sel-sel sudah berisi zat ekstraksi yang dapat menambah keawetan kayu.
6. Hati merupakan bagian kayu yang terletak di pusat. Hati berasal dari kayu awal,
yang dibentuk oleh kambium dan bersifat rapuh serta lunak.
7. Renggat (lingkaran tahun) menunjukkan perkembangan kayu dari musim
kemarau ke musim hujan dan sebaliknya. Renggat dapat digunakan untuk
mengetahui umur sebatang pohon.
8. Jari-jari terdapat dari luar ke dalam, berpusat pada sumbu batang. Fungsinya
menyampaikan zat bergizi dari kulit dalam ke bagian-bagian dalam dari pohon.
Jari-jari teras tidak sama pada setiap pohon.

VI. Kesimpulan
Tiap lignum secara makroskopik memiliki karakteristik warna, bentuk dan bau
yang berbeda sehingga mudah untuk dikenali secara organoleptis. Secara
mikroskopik lignum memiliki fragmen pengenal yang hampir sama satu sama lain,
cukup susah untuk mendapatkan fragmen pengenal simplisia khusus yang membuat
masing-masing lignum lebih mudah untuk dikenali. Setiap jenis lignum memiliki
kandungan zat kimia organik dan minyak atsiri yang berbeda yang akan
menghasilkan hasil pengamatan secara kimiawi yang khas dan berbeda pada masing-
masing lignum.

Daftar Pustaka
Depkes RI, 1977,Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, DepartemenKesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, DepartemenKesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1980, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, DepartemenKesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, DepartemenKesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Badan POM RI,2008, Taksonomi Koleksi Tanaman Obat KebunTanamanObat
Citeureup, Global Express, Jakarta.
Depkes RI, 2009, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi Pertama,Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dalimartha, Setiawan. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 1. Trubus
Agriwidya. Jakarta.

http://cungiplong.blogspot.com/2017/02/simplisia-lignum.html di akses pada 27 April


2020 pukul 17.09

https://www.slideshare.net/Ms_ariie/bulbus-cormus-tuber-caulis-lignum di akses
pada 27 April 2020 pukul 19.34

Anda mungkin juga menyukai