Abstrak
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis terluas di dunia. Hal
tersebut menyebabkan Indonesia kaya akan keanekaragaman flora dan fauna.
Keanekaragaman tersebut menghasilkan beragam budaya, tradisi, dan kearifan lokal. Salah
satu kearifan lokal masyarakat di Sumatera Barat adalah penggunaan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati yang ada di sekitarnya sebagai obat berbagai penyakit. Jenis tanaman
obat yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah jenis tanaman akar kuning (Arcangelisia
flava Merr.). Penelitian ini adalah penelitian pendidikan yang dilakukan menggunakan
pendekatan etnosains yang diangkat dari pengetahuan asli masyarakat setempat. Penelitian ini
bertujuan untuk merekonstruksi pengetahuan dari sudut pandang budaya/pandangan
masyarakat dalam bidang kesehatan, yang nantinya akan menjadi sebuah pengetahuan
dengan penjelasan ilmiahnya. Data diperoleh melalui observasi langsung ke lokasi penelitian
mengenai pengetahuan masyarakat asli tentang tanaman Akar Kuning dan juga berdasarkan
data hasil uji laboratorium tentang aktivitas antibakteri yang dilakukan di laboratorium
biologi Universitas Negeri Semarang. Semua data yang didapatkan akan dianalisis dan juga
diperkuat dengan berbagai sumber. Analisis menyimpulkan bahwa tanaman Akar Kuning
(Arcangelisia flava Merr.) mengadung senyawa bioaktif yang berperan sebagai antibakteri,
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini dibuktikan dengan data diameter
zona hambat yang dihasilkan saat uji laboratorium memperlihatkan hasil bahwa ekstrak
tanaman Akar Kuning (Arcangelisia flava Merr.) berada pada range sedang-kuat sebagai
antibakteri yang mampu menghambat aktifitas Bacillus subtilis dan Escheria coli.
I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan tropis terluas di dunia [1]. Dengan
keberadaan hutan tropis tersebut menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati
tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara megabiodiversity di dunia, baik flora maupun
fauna [2]. Penyebaran dari flora dan fauna yang dimiliki oleh Indonesia ini mencapai wilayah
yang sangat luas dan ada juga beberapa jenis yang bersifat endemik, artinya jenis tersebut
hanya dapat tumbuh atau ditemukan di suatu tempat.
Keragaman etnis di Indonesia telah menghasilkan beragam budaya, tradisi, dan kearifan
lokal. Salah satu kearifan lokal tersebut adalah penggunaan keanekaragaman di sekitarnya
sebagai obat berbagai penyakit [3]. Selama ini khasiat dari beragam tanaman sudah diketahui
dan telah digunakan secara turun temurun oleh masyarakat sebagai tanaman obat yang berkha
siat menyembuhkan berbagai penyakit. Hanya saja masyarakat belumlah mengetahui zat apa
saja yang terkandung pada tanaman tersebut. Penelitian dan riset ilmiah dilakukan agar
khasiat dan pemanfaatan tanaman obat di Indonesia tidak hanya sekedar pengetahuan tentang
khasiatnya saja tetapi lebih jauh dengan pembuktian kandungan senyawa-senyawa dalam
tanaman tersebut, sehingga dapat dikembangkan dalam industri farmasi.
Salah satu jenis tanaman obat yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah jenis tanaman
akar kuning (Arcangelisia flava Merr.) yang banyak tumbuh di Hutan cagar alam Rimbo Pant
i. Sebetulnya tanaman Akar kuning ini merupakan tanaman endemis dari Kalimantan
terutama dikenal memiliki banyak potensi farmakologi, termasuk sebagai antivirus [4].
Kegunaan tanaman akar kuning (Arcangelisia flava Merr.) bagi masyarakat ialah sebagai
obat sakit kuning, anti malaria, obat kanker. Dalam pemakaiannya, masyarakat biasa
mengkonsumsi sekali sehari sampai penyakit yang diderita sembuh, apabila sakitnya sudah
termasuk parah, dapat meminumnya 2 kali sehari. Aturan ini berlaku untuk semua penyakit.
Tanaman akar kuning mengandung berbagai senyawa bioaktif, satu salah satu yang paling
terkenal adalah berberine. Akar kuning merupakan tumbuhan liana, panjang sampai 20 m,
hidup pada dataran rendah sampai 800 m di atas permukaan laut (dpl). Daunnya tebal dan
kuat seperti kulit, berbentuk oval, tumpul tidak tajam, lebar daun 7 cm sampai 20 cm,
permukaan atas mengkilap dan tangkainya panjang. Bunganya berumah dua dengan ukuran
kecil-kecil tersusun dalam rangkaian berupa glabrous 20 cm sampai 50 cm, tajuk bercuping
putih kehijauan atau putih kekuningan, kayunya berwarna kuning [5]. Penggunaan kayu akar
kuning oleh masyarakat, yaitu rebusan batang untuk mengobati penyakit kuning, pencernaan,
cacingan, demam, dan sariawan. Buahnya yang berwarna kuning, dapat digunakan untuk
membius ikan[1].
Penelitian ini menggunakan pendekatan etnomedisin yaitu persepsi dan konsepsi masyarakat
lokal dalam memahami kesehatan atau penelitian yang membahas sistem medis tradisional
[6]. Tujuan dilakukan penelitian etnomedisin ini ialah untuk melihat dari sudut pandang
budaya/pandangan masyarakat dalam bidang kesehatan, yang nantinya akan direkonstruksi
menjadi sebuah pengetahuan dengan penjelasan ilmiahnya. Kebutuhan untuk merekonstruksi
pengetahuan masyarakat adat dikenal sebagai rekonstruksi pengetahuan ilmiah [7].
Studi etnomedisin merupakan salah satu cara untuk mendokumentasikan dan mengumpulkan
informasi tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat oleh masyarakat di Sumatera
Barat. Artikel ini akan mengungkapkan apa studi etnomedisin di Indonesia dan metode
penelitiannya. Diharapkan tulisan ini akan dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam
pengembangan penelitian etnomedisin di Indonesia.
Pendokumentasian pemanfaatan tumbuhan obat ini berpacu dengan waktu. Hal ini
disebabkan karena terjadinya pemanenan sumberdaya hayati yang berlebihan
(overeksploitasi) dan tentu saja berdampak terhadap hilangnya keanekaragaman hayati yang
ada di Indonesia. Kartawinata (2010) menyatakan bahwa laju kehilangan spesies sejalan
dengan laju kehilangan pengetahuan lokal [8].
1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Penelitian
kualitatif ini menggunakan pendekatan etnosains [7], digunakan untuk merekonstruksi dan
menjelaskan pengetahuan ilmiah berdasarkan kepercayaan masyarakat tentang tanaman Akar
Kuning (Arcangelisia flava Merr.) sebagai obat berbagai penyakit. Etnosains kurang lebih
berarti pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau lebih tepat lagi suatu suku bangsa
atau kelompok sosial tertentu, dan kemudian diangkat menjadi sebuah penatahuan ilmiah
yang sudah tebukti.
3. Analisis data
Data penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan narasumber dianalisis. Data
tersebut kemudian direkonstruksi berdasarkan Hempel (2014) [12]. Untuk memperkuat
rekonstruksi, diperlukan data hasil uji bioaktivitas ekstrak terhadap Bacillus subtilis dan
Escherichia coli. Lalu kesimpulan dibuat berdasarkan hasil percobaan.
1. Namal lokal dari Akar Akar Kuning (Arcangelisia Flava Merr) Akar Kuning (Arcangelisia Flava
kuning Merr) mengandung senyawa
kimia, antara lain saponin,
2. Karakteristik tanaman Daun: bulat lonjong dengan tulang daun flavonoid dan tanin, selain itu
Akar Kuning menjari lima pada pangkalnya akarnya juga mengandung
Warna Daun : hijau glikosida dan alkaloid, terutama
Bunga : muncul diketiak daun dan golongan isokuinolin, yaitu
dibatang berberin, jatrorizin, dan palmatin.
Warna Bunga : berwarna kuning. Terdapat juga beberapa alkaloid
Akar : akarnya merambat keatas dan minor seperti kolumbamin
melilit bagian batangnya. dehidrokoridalmin, homoaromolin
3. Kegunaan tanaman Sebagai obat sakit kuning, anti malaria,
dan talifendin, serta diterpen
akar kuning bagi obat kanker.
fibraleusin, dan fibraurin memiliki
masyarakat
Masyarakat biasanya untuk pemakaian beberapa aktivitas seperti
nya adalah sekali sehari sampai penyakit antifungal, antiasma, antibakteri,
sembuh, apabila sakitnya sudah termasuk anti tumor, anti malaria dan juga
parah, dapat meminum 2 kali sehari. anti inflamasi (Singh, A., S.
Aturan ini berlaku untuk semua penyakit. Duggal, N. Kaur & J. Singh. 2010)
Hasil wawancara seperti yang disajikan pada Tabel 1 menjelaskan bahwa masyarakat meng
konsumsi Akar Kuning dengan cara menyeduh atau merebus bagian batang dan
meminumnya sebagai teh. Teh hasil ekstrak tanaman Akar Kuning ini memiliki warna
kuning. Secara konteks ilmiah, proses ini disebut sebagai proses maserasi. Untuk mengobati s
akit perut takaran air rebusan akar kuning ini diminum setiap hari sampai sembuh.
Pada penelitian sebelumnya, didapatkan hasil bahwa Akar Kuning (Arcangelisia Flava Merr)
mengandung senyawa kimia,antara lain saponin, flavonoid dan tanin, selain itu akarnya juga
mengandung glikosida dan alkaloid, terutama golongan isokuinolin, yaitu berberin, jatrorizin,
dan palmatin.Terdapat juga beberapa alkaloid minor seperti kolumbamindehidrokoridalmin,
homoaromolin dan talifendin, serta diterpenfibraleusin, dan fibraurin memiliki beberapa
aktivitas seperti antifungal, antiasma, antibakteri, antitumor, antimalaria dan juga
antiinflamasi[13].
Di Indonesia, tumbuhan ini memiliki berbagai nama, antara lain taliuning, oyodsirawan, dan
katola[14]. Umumnya masyarakat Asia Tenggara menggunakan tanaman ini sebagai obat trad
isional, diantaranya untuk mengobati penyakit gangguan pencernaan dan sebagai antidiare da
n anti bakteri yang signifikan bakteri[15].
Di daerah Sulawesi Tenggara, rebusan batang A.flava ini digunakan sebagai antidiare yang
sangat terlihat khasiatnya. Hal ini disebebkan oleh senyawa kimia yang terkandung di dalam
A. flava tersebut, yaitu glikosida dan alkaloid, terutama golongan isokuinolin, yaitu berberin,
jatrorizin, dan palmatin.[13].
Lebih lanjut lagi, peneliti dari Taiwan melaporkan bahwa berberin, jatrorizin, dan palmitin
terkandung di dalam ekstrak etanol MahoniaoiwakensisHayata, terbukti menghambat
inflamasi pada hewan uji yang diinduksi asam asetat, formalin, dan karagenan[16],
Prosedur uji fitokimia meliputi beberapa tahap. Pertama, identifikasi alkaloid menggunakan
reagen Mayer dan Dragendorf. Ekstrak, sebagai hasil isolasi menggunakan pelarut metanol,
dikocok. Jika endapan / kabut putih atau endapan oranye-merah terbentuk setelah reagen
Dragendoft ditambahkan, itu berarti bahwa ekstrak Akar Kuning (Arcangelisia flava Merr.)
mengandung Alkaloid. Kedua, identifikasi steroid dan terpenoid menggunakan Liberman
Buchard. Jika kabut merah atau keunguan-merah terbentuk, maka isolat Akar Kuning
(Arcangelisia flava Merr.) mengandung terpenoid, dan jika kabut hijau atau kebiruan-hijau
terbentuk, isolat Akar Kuning (Arcangelisia flava Merr.)menahan steroid. Ketiga, tes
flavonoid dengan memasukkan beberapa tetes fraksi air isolat Akar Kuning (Arcangelisia
flava Merr.) ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan bubuk logam Mg dan beberapa
tetes HCl pekat. Jika berubah warna dari merah muda menjadi merah (kecuali untuk
isoflavon), maka isolat membawa Flavonoid. Keempat, identifikasi fenolik dengan
menambahkan beberapa tetes fraksi air isolat Akar Kuning (Arcangelisia flava Merr.)ke
dalam tabung reaksi, kemudian memasukkan beberapa tetes FeCl3. Jika berubah menjadi biru
atau keunguan-biru, isolat tersebut dinyatakan sebagai fenolik-positif. Terakhir, identifikasi
saponin dengan memasukkan 1 mL fraksi air isolat Akar Kuning (Arcangelisia flava
Merr.)ke dalam tabung reaksi kemudian dikocok selama 1-2 menit. Jika busa temporal (yang
berlangsung sekitar 5 menit) terbentuk, maka isolat tersebut positif-saponin.
Uji aktivitas antibakteri dilakukan 2 kali pengulangan terhadap bakteri Bacillus subtilis dan
Escherichia coli. Pengamatan dilakukan pada tiga campuran akar kuning, yaitu akar kuning
air, akar kuning metanol 70 %, dan akar kuning benzena. Pada sampel akar kuning air
memiliki diameter hambat terhadap Bacillus subtilis sebesar 9 mm dan 11 mm dan terhadap
bakteri Escherichia coli sebesar 9,75mm dan 7,75 mm. Selanjutnya pada sampel akar kuning
metanol 70% didapatkan diameter hambat terhadap Bacillus subtilis sebesar 14,5 mm 10,5
mm sedangkan diameter hambat terhadap Escherichia coli sebesar 9,5 mm dan 8,5 mm. Dan
terakhir pada sampel akar kuning benzene memiliki diameter hambat terhadap Bacillus
subtilis sebesar 12,75 mm 10,75 mm sedangkan diameter hambat terhadap Escherichia coli
sebesar 10,5 mm dan 11 mm. Nilai daya hambat yang dihasilkan pada setiap sampel memiliki
makna tersendiri. Lebar diameter zona hambat yang terbentuk dapat dijadikan sebagai
parameter untuk melihat kekuatan senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak akar
kuning.
Dilihat dari Tabel 2, untuk sampel akar kuning air memiliki aktivitas antibakteri kuat
terhadap Bacillus subtilis dan memiliki aktivitas antibakteri sedang terhadap bakteri
Escherichia coli. Selanjutnya untuk sampel akar kuning metanol 70% memiliki aktivitas
antibakteri kuat terhadap Bacillus subtilis dan memiliki aktivitas antibakteri sedang terhadap
bakteri Escherichia coli. Dan terakhir untuk sampel akar kuning benzene memiliki aktivitas
antibakteri kuat, baik terhadap Bacillus subtilis maupun terhadap Escherichia coli.
Berdasarkan tabel kategori diameter zona hambat, dapat dikatakan bahwa semakin lebar zona
hambat yang terbentuk mengindikasikan semakin besar kekuatan senyawa bioaktif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri [17]. Menurut Setiabudy, suatu bahan antibakteri tertentu
aktivitasnya dapat meningkat bila kadar antibakterinya ditingkatkan melebihi kadar hambat
minimum.[18]
Diketahui bahwa batang dari tanaman akar kuning ini mengandung senyawa alkaloid
protoberberin yang terdiri dari berberin dan palmatin. Alkaloid protoberberin dinyatakan aktif
sebagai antibiotik dalam melawan bakteri Gram positif maupun Gram negatif, dimana pada
penelitian yang bertindak sebagai gram positif adalah Bacillus subtilis dan yang bertindak
sebagai gram negatif adalah Escherichia coli [19]. Senyawa alkaloida (berberin dan
kolumbin) dapat mengganggu terbentuknya jembatan silang komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian pada sel tersebut [20]. Itulah penjelasan ilmiah berangkat dari
kepercayaan masyarakat selama ini yang meyakini bahwa tanaman Akar Kuning berfungsi
sebagai obat untuk berbagai penyakit.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ekstrak tanaman Akar Kuning
(Arcangelisia flava Merr.) memiliki senyawa bioaktif yang berperan sebagai antibakteri dan
dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Terima kasih kepada Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia untuk menyediakan
anggaran melalui skema Penelitian Utama Pendidikan Tinggi tahun 2020-2022.
REFERENSI
[1] Matsjeh, S. (2009). Pemanfaatan Bahan AlamNabati Yang Berpotensi Sebagai Bahan
Baku Senyawa Obat. Makalah pembicara tamu Seminar Nasional di Fakultas Farmasi
Universitas Tanjungpura, 16 Februari 2009.
[2] Subiandono E, Heriyanto NM. Kajian Tumbuhan Obat Akar Kuning (Arcangelisia flava
Merr.) di Kelompok Hutan Gelawan, Kabupaten Kampar, Riau. Buletin Plasma Nuftah.
2009;15:43-4.
[3] Amir, H., Murcitro, B. A., &Kassim, M. (2017). The Potential Use Of Phaleria
macrocarpa Leaves Extract As An Alternative Drug For Breast Cancer Among Women
Living In Poverty. Asian Journal For Poverty Studies 3(2) , 138 - 145.
[4] Sudarsono, Setyowati EP. Pengaruh ekstrak batang larut air kayu kuning (Arcangelisia
flava L. Merr) terhadap penghambatan pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231 dan
Trichophyton mentagrophytes in vitro. Biologi Kedokteran & Kimia Produk Alami 2014;
3 (1): 15-9.
[5] Widyatmoko, D. and F. Zick. 1998. The flora of Bukit TigaPuluh National Park,
Kerumutan Sanctuary and Mahato Protective Reserve, Riau, Indonesia. Indonesia Botanis
Gardens in collaboration with Yayasan Sosial Chevron dan Texmaco Indonesia.
[6] Bhasin, V., Ethno.Med., (2017), 1 (1), 1-20.
[7] Sudarmin, Zaenuri, Sumarni, W. (2019). Pengembangan Model Pembelajaran Sains
Berbasis Kearifan Lokal. Laporan Penelitian. Universitas Negeri Semarang.
[8] Kartawinata, K. (2010). Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem
Indonesia. Dalam: Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture X. LIPI. 23 Agustus 2010.
Jakarta.