Penyusun :
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2021
STANDARISASI BAHAN ALAM UJI MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS
SIMPLISIA
Kelompok 1
A. TUJUAN
Melakukan standarisasi bahan baku obat bahan alam.
B. DASAR TEORI
Standarisasi dalam kefarmasian merupakan serangkaian parameter, prosedur dan cara
pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian,
mutu dalam artian memenuhi standar (kimia, biologi dan farmasi), termasuk jaminan
(batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya. Pengertian standarisasi
juga berarti proses menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak atau produk ekstrak)
mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam
formula) terlebih dahulu. Standarisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang
seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut (BPOM,
2005). Pemerintahan RI melalui Depkes-BPOM mulai mengintensifkan pembuatan
standart dan acuan standardisasi bahan obat alam. Persyaratan mutu simplisia dan ekstrak
sejumlah tanaman tertera dalam buku Farmakope Herbal Indonesia (FHI), Ekstra
Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia. Materia Medika Indonesia (MMI)
yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengawasan Obat Tradisional yang memuat persyaratan
baku mutu bahan alam meliputi standardisasi simplisia dan ekstrak baik secara kualitatif
(macam-macam senyawa metabolit sekunder) maupun kuantitatif (jumlah kadar senyawa
metabolit sekunder). Standardisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang
seragam yang akhirnya menjamin efek farmakologi tanaman tersebut. Standarisasi
tanaman segar dilakukan untuk mengkarakterisasi dan mengidentifikasi tanaman tersebut
agar dapat dibedakan dari tanaman lainnya. Standardisasi bahan baku obat tradisional,
baik berupa simplisia maupun ekstrak merupakan titik awal yang menentukan kualitas
suatu produk. Hal tersebut di dukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, tentang fitofarmaka, yang berarti diperlukan adanya pengendalian mutu
simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan galenik (BPOM RI,
2005). Prospek dan pekerjaan standarisasi bahan obat alam merupakan isu besar dan
tantangan besar hingga tahuntahun mendatang.
Makroskopik bertujuan untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran, dan warna
simplisia yang diuji. Pelaksanaannya dapat tanpa alat atau dengan kaca pembesar. Daun
tebal dapat diamati dengan menggunakan simplisia yang telah dikeringkan, sedangkan
daun tipis sebaiknya menggunakan simplisia yang telah direndam. Data makroskopik
daun antara lain: (1) Helai daun terdiri dari bentuk, Ujung daun, Pangkal daun,
Permukaan daun, Pinggir daun, Tulang daun, Ukuran, Warna; (2) Tangkai daun; (3) Bau
dan rasa.
Uji histokimia merupakan salah satu metode pewarnaan jaringan untuk
mendeteksi adanya senyawa kimia di dalam jaringan. Uji histokimia dilakukan dengan
menggunakan reagen pewarna yang sesuai dengan senyawa yang ingin dideteksi
(Horobin, 1982). Uji histokimia dapat mendeteksi gula reduksi dengan reagen Fehling
(larutan A copper sulphate 7,9% dan larutan B-pottasium sodium 34,6% dan sodium
hydroxide 1%, diikuti proses pemanasan). Hasil positif gula reduksi ditandai dengan
STANDARISASI BAHAN ALAM UJI MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS
SIMPLISIA
Kelompok 1
warna jingga pada jaringan. Keberadaan lipid dan amilum dapat dideteksi dengan reagen
Sudan B.
Bahan :
1. Simplisia Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Burm. f Nees.)
2. Simplisia Daun Sirsak (Annona muricata)
3. Simplisia Rimpang Temulawak (Curcuma zanthorrizha)
4. Air
D. CARA KERJA
Uji Makroskopis
Menyiapkan alat dan bahan simplisia herba sambiloto, simplisia daun sirsak, dan
simplisia rimpang temulawak
Mengamati secara organoleptis (bau dan rasa simplisia) setelah bahan terkena udara
selama 15 menit. Waktu 15 menit dihitung setelah wadah yang berisi tidak lebih dari
25 g bahan dibuka. Untuk wadah yang berisi lebih dari 25 g bahan penetapan
dilakukan setelah lebih kurang 25 g bahan dipindahkan ke dalam cawan penguap 100
ml. Organoleptis dinyatakan dengan pernyataan “tidak berbau”, “praktis tidak
berbau”, “bau khas lemah”, “bau khas”, atau lainnya.
STANDARISASI BAHAN ALAM UJI MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS
SIMPLISIA
Kelompok 1
Mengamati secara morfologi, ukuran, dan warna simplisia herba sambiloto, daun sirsak,
dan rimpang temulawak tanpa alat atau dengan kaca pembesar.
Mengambil data simplisa herba sambiloto, daun sirsak, dan rimpang temulawak
secara makroskopik.
Uji Mikroskopis
Menyiapkan alat mikroskop, pipet tetes, deglass, object glass, dan air.
Mengambil dan menuangkan sedikit serbuk simplisia herba sambiloto, daun sirsak,
dan rimpang temulawak di atas object glass.
STANDARISASI BAHAN ALAM UJI MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS
SIMPLISIA
Kelompok 1
Uji Histokimia
a. Daun Jambu Biji
Menuangkan sedikit sampel simplisia daun jambu biji ke atas objek glass
b. Rimpang Kunyit
E. HASIL/DATA
Mikroskop : 40 X Mikroskop : 40 X
Uji : Amilum/Pati Uji : Flavonoid berupa Quercetin
Reagen : Kloralhidrat Reagen : Kloralhidrat
Hasil Uji : + Hasil Uji : +
Keterangan : Setelah ditetesi dengan Keterangan : Setelah ditetesi dengan Reagen
Reagen Kloralhidrat dan diamati pada Kloralhidrat dan diamati pada mikroskop
mikroskop hasil yang didapatkan berupa hasil yang didapatkan yaitu terlihat epidermis
warna kehijauan pada peridom parenkim atas dan epidermis bawah serta hablur
berisi butir pati dan parenkim dengan sel kalsium oksalat.
sekresi. Sumber :
Sumber : https://www.youtube.com/watch?
v=k8wmhcSU5gA&t=27s
https://www.youtube.com/watch?
v=k8wmhcSU5gA&t=27s
STANDARISASI BAHAN ALAM UJI MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS
SIMPLISIA
Kelompok 1
F. PEMBAHASAN
Praktikum online kali ini adalah standarisasi bahan alam uji makroskopis dan
mikroskopis simplisia dari Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Burm. f Nees.),
Daun Sirsak (Annona muricata) dan Simplisia Rimpang Temulawak (Curcuma
zanthorrizha).
Pertama yaitu melakukan uji Makroskopik bertujuan untuk mencari kekhususan
morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang diuji, setelah menyiapkan alat-alat dan
bahan yang akan digunaka dalam pengujuan kemudian Mengamati secara organoleptis
bau dan rasa simplisia setelah bahan terkena udara selama 15 menit. Waktu 15 menit
dihitung setelah wadah yang berisi tidak lebih dari 25 g bahan dibuka. Untuk wadah yang
berisi lebih dari 25 g bahan penetapan dilakukan setelah lebih kurang 25 g bahan
dipindahkan ke dalam cawan penguap 100 ml. Organoleptis dinyatakan dengan
pernyataan “tidak berbau”, “praktis tidak berbau”, “bau khas lemah”, “bau khas”, atau
lainnya. Kemudian Mengamati secara morfologi, ukuran, dan warna simplisia herba
sambiloto, daun sirsak, dan rimpang temulawak tanpa alat atau dengan kaca pembesar.
Pengujian kedua yaitu uji Mikroskopik bertujuan mencari unsur anatomi jaringan
yang khas dan mengetahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik.
Langkah pertama menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian
menuangkan sedikit serbuk simplisia herba sambiloto, daun sirsak, dan rimpang
temulawak di atas object glass kemudian Menambahkan air sebanyak 1 tetes pada
sampel, air berfungsi sebagai pengencer agar sampel yang diamati dapat terlihat,
kemudian tutup dengan deglass. Mengamati sampel simplisia dibawah mikroskop dengan
perbesaran 40 X 10.
Didapatkan 2 sumber data yaitu data dari Farmakope herbal Indonesia Edisi II
Tahun 2017 (Hal. 453 dan 454) dan data dari sumber lain (skripsi dan jurnal), hasil yang
pertama yaitu simplisia Sambiloto data diambil dari FHI menunjukan bahwa Simplisia
sambiloto memiliki batang yang tidak berambut, persegi empat. Daun berupa lembaran,
melekuk bentuk lonjong sampai lanset, rapuh tipis, tidak berambut, pangkal daun runcing,
tepi rata, ujung runcing sampai meruncing. Tipe buah kotak, bentuk jorong, pangkal dan
ujung tajam, terdapat sudut-sudut buah, kadang-kadang pecah secara membujur. Biji agak
keras dengan tonjolan. Daun berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan. Buah hijau tua
STANDARISASI BAHAN ALAM UJI MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS
SIMPLISIA
Kelompok 1
hingga hijau kecoklatan. Biji coklat muda, tidak berbau, rasa pahit. Dari sumber lain yaitu
Skripsi Penetapan Parameter Standar Simplisia Dan Ekstrak Etanol Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata Burm. f Nees.) didapatkan Daun sambiloto berbentuk lanset
sampai bentuk lidah tombak dengan duduk daun bersilang berhadapan, panjang 2-7 cm
dan lebar 1-3 cm, tidak berambut, pangkal daun runcing, tepi daun rata, permukaan atas
berwarna hijau atau hijau kecoklatan, permukaan bawah berwarna hijau pucat, tangkai
daun pendek. Batang tidak berambut tebal 2-6 mm, berbentuk persegi empat, dan bagian
atas batang memiliki sudut agak berusuk. Bunga kecil berbibir tabung dan berwarna
putih, panjang 3-4 mm, dan berambut, Buah berbentuk jorong dengan pangkal dan ujung
tajam, bagian tengahnya beralur, panjang 2 cm dan lebar 4 mm, permukaan kulit buah
berwana putih atau putih kelabu. Biji agak keras, panjang 1,5-3 mm dan lebar 2 mm,
permukaan luar berwarna coklat muda bertonjol-tonjol.
Secara mikroskopis tanaman Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Burm. f
Nees.) memiliki epidermis bawah dengan stomata dan rambut kelenjar. Memiliki
epidermis atas dengan sistolit, rambut penutup, dan berkas pengangkut dengan penebalan
tipe tangga. (FHI Edisi II, 2017) dari data lain Pada daun sambiloto memiliki epidermis
atas terdiri atas satu lapis sel berbentuk polygonal, tetapi tidak mempunyai stomata, dan
terdapat sistolit berbentuk jorong atau bulat telur panjang. Rambut kelenjar banyak,
rambut penutup sedikit. Pada epidermis bawah banyak ditemukan stomata tipe bidiasitik
dan diasitik, rambut kelenjar dan litosis lebih banyak. Berkas pembuluh tipe bikolateral.
Pada batang terdapat epidermis yang terdiri dari satu lapis sel, rambut kelenjar, dan
lotosis. Dibawah epidermis ada jaringan kolenkim, parenkim korteks, xylem, floem,
kambium, dan empulur. Pada batang sambiloto masih terdapat warna hijau karena masih
mengandung kloroplas yang disebut klorenkim.
Simplisia kedua yaitu Simplisia Daun Sirsak (Annona muricata) dari data FHI
menjelaskan bahwa Daun sirsak secara makroskopis berupa helaian daun tunggal, bentuk
lonjong atau memanjang, pangkal runcing, tepi rata, melengkung ke dalam, ujung
meruncing, pertulangan daun menyirip, ibu tulang daun tampak jelas, permukaan bawah
lebih kasar, permukaan atas lebih gelap; warna hijau kecokelatan; bau khas; tidak berasa.
Sedangkan data dari sumber lain menunjukan hampir sama dengan yang ada di FHI dan
menjelaskan bahwa permukaan daun sirsak licin. Secara mikroskopis daun sirsak
memiliki Fragmen pengenal adalah epidermis atas dengan palisade, epidermis bawah
dengan stomata, berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga, dan unsur-unsur xilem
STANDARISASI BAHAN ALAM UJI MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS
SIMPLISIA
Kelompok 1
dengan noktah. sedangkan data pada sumber lain hasil mikroskopis daun sirsak terdiri
dari Epidermis atas yang merupakan lapisan penutup di permukaan daun, Jaringan
Palisade atau jaringan tiang yang berada pada mesofil daun langsung berada di bawah
epidermis atas, Stomata tipe anomositik yang merupakan celah dalam epidermis yang
jumlah sel tetangganya tiga atau lebih satu sama lain sukar dibedakan, Parenkim
bernoktah yang memiliki fungsi dalam fotosintesis, penyimpanan bahan, parenkim dapat
juga berbentuk struktur tambahan seperti jaringan sekresi, Serabut merupakan sel
berbentuk isodiametric, berdinding tebal, dan umumnya berlignin, Rambut penutup yang
merupakan modifikasi epidermis tapi bukan berupa sel sekresi dan Pembuluh kayu
dengan penebalan.
Simplisia ketiga yaitu Rimpang Temulawak (Curcuma zanthorrizha), Menurut
FHI secara makroskopis rimpang temulawak berupa irisan rimpang, keping tipis, bentuk
bulat dan agak jorong, ringan, keras, mudah patah, permukaan luar berkerut, warna coklat
kuning hingga coklat, bidang irisan melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering dengan
tonjolan melingkar pada batas antara korteks dengan silinder pusat, korteks sempit,
berkas patah berdebu, warna kuning jingga hingga coklat jingga terang, bau khas
aromatik, rasa tajam dan pahit, sedangkan menurut sumber lain makroskopis rimpang
temulawak memiliki keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan,keras, rapuh,mgaris
tengah sampai 6 cm, tebal2 mm sampai 5 mm, permukaan luar berkerut, warna coklat
kuning sampai coklat, bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak
beraturan, tidak rata" sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat
dengan korteks, korteks sempit, tebal 3 mm sampai 4 mm. Warna kuning jungga sarnpai
coklat jingga terang. Secara mikroskopis Fragmen pengenal adalah amilum, parenkim
korteks, sklerenkim, berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga, dan jaringan gabus
(FHI,2017) sedangkan menurut sumber lain temulawak secara mikroskopis memiliki
epidermis bergabus, terdapat sedikit rambut yang berbentuk kerucut, bersel l. Hipedermis
agak menggabus, di bawahnya terdapat periderm yang kurang berkembang. Korteks dan
silinder pusat parenkimatik, terdiri dari sel parenkim berdinding tipis, berisi butir pati;
dalam parenkim tersebar banyak sel minyak berisi minyak berwarna kuning dan zat
benvarna jingga, juga terdapat idioblas berisi hablur kalsium oksalat berbentuk jarum
kecil. Butir pati berbentuk pipih, bulat panjang sampai bulat telur memanjang, panjang
butir 20 pm - 70 pm, lebar 5 pm sampai 30 pm, tebal 3 pm sampai 10 pm, lamela jelas,
hilus di tepi. Berkas pembuluh tipe kolateral, tersebar tidak beraturan pada parenkim
STANDARISASI BAHAN ALAM UJI MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS
SIMPLISIA
Kelompok 1
korteks dan pada silinder pusat; berkas pembuluh di sebelah dalam endodermis tersusun
dalam lingkaran dan letaknya lebih berdekatan satu dengan yang lainnya; pembuluh
didampingi oleh sel sekresi, panjang sampai 200 pm, berisi zat berbutir berwarna coklat
yang dengan besi (III) klorida menjadi lebih tua.
Praktikum kali ini akan membahas tentang uji histokimia uji ini bertujuan untuk
mengetahui berbagai macam zat kandungan Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui
berbagai macam zat kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi
spesifik, zat-zat kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi
spesifik, zat-zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga
mudah di deteksi. tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga mudah di
deteksi.(Anonim, 1978)
Amylum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu Amylum
adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian besar tumbuhan
terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amylum sebagian besar tumbuhan
terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amylum terdiri dari 2 macam
polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa terdiri dari 2 macam
polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa yaitu amilosa dan
amilopektin. Sedangkan folium adalah simplisia kering yang yaitu amilosa dan
amilopektin. Sedangkan folium adalah simplisia kering yang diambil pada bagian
daunnya saja.
Pada uji histokimia kali ini tanaman yang digunakan yaitu Rimpang Kunyit
(Curcuma longa Linn.) dan daun Jambu Biji (Psidium guajava). Pada uji histokimia
Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) yang pertama dilakukan meletakkan sedikit
sampel simplisia Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) yang berupa amilum ke atas
objek glass, kemudian teteskan sedikit pereaksi klorohidrat, tutup menggunakan deglass
lalu amati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x. Setelah diamati pada amilum
Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) berwarna kehijauan pada Peridom parenkim
berisi butir pati dan parenkim dengan sel sekresi. Pada uji histokimia daun Jambu Biji
(Psidium guajava) yang pertama dilakukan meletakkan sedikit sampel simplisia Jambu
Biji (Psidium guajava) yang berupa amilum ke atas objek glass, kemudian teteskan
sedikit pereaksi klorohidrat, tutup menggunakan deglass lalu amati menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 40x. Setelah diamati pada simplisia Jambu Biji (Psidium
guajava) terdapat epidermis atas dan epidermis bawah serta hablur kalsium oksalat.
STANDARISASI BAHAN ALAM UJI MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS
SIMPLISIA
Kelompok 1
G. KESIMPULAN
Berdasarkan FHI dan sumber lain dapat diketahui bahwa secara makroskopis
Simplisia Herba Sambiloto memiliki daun berbentuk lanset sampai bentuk lidah tombak
dengan duduk daun bersilang berhadapan, tidak berambut, pangkal daun runcing, tepi
daun rata, permukaan atas berwarna hijau atau hijau kecoklatan, permukaan bawah
berwarna hijau pucat, tangkai daun pendek. Daun sirsak secara makroskopis berupa
helaian daun tunggaln warna kehijauan sampai hijau kecoklatan, bentuk lonjong atau
memanjang, pangkal runcing, tepi rata, melengkung ke dalam, ujung meruncing,
pertulangan daun menyirip, ibu tulang daun tampak jelas, permukaan bawah lebih kasar.
Rimpang Temulawak memiliki keping tipis, bentuk bulat dan agak jorong, ringan, keras,
mudah patah, permukaan luar berkerut, warna coklat kuning hingga coklat, bidang irisan
berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan.
Sedangkan secara mikroskopis Simplisia Herba Sambiloto (Andrographis paniculata
Burm. f Nees.) mempunyai epidermis atas terdiri atas satu lapis sel berbentuk polygonal,
memiliki sistolit, rambut penutup, dan berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga.
Secara mikroskopis daun sirsak memiliki epidermis atas dengan palisade, epidermis
bawah dengan stomata, berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga, dan unsur-
unsur xilem dengan noktah. Rimpang temulawak secara mikroskopis memiliki epidermis
bergabus, terdapat sedikit rambut yang berbentuk kerucut, bersel l, hipedermis agak
menggabus, di bawahnya terdapat periderm yang kurang berkembang, fragmen pengenal
adalah amilum, parenkim korteks, sklerenkim, berkas pengangkut dengan penebalan tipe
tangga.
Pada uji histokimia simplisia yang digunakan yaitu Jambu Biji (Psidium guajava) dan
Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) berupa amilum. Pereaksi yang digunakan pada
uji ini yaitu klorahidrat dan di amati pada mikroskop dengan prbesaran 40x dan hasil
yang didapatkan dari simplisia Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) yaitu berwarna
kehijauan pada Peridom parenkim berisi butir pati dan parenkim dengan sel sekresi.
Sedangkan dari simplisia Jambu Biji (Psidium guajava) terdapat epidermis atas dan
epidermis bawah serta hablur kalsium oksalat.
STANDARISASI BAHAN ALAM UJI MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS
SIMPLISIA
Kelompok 1
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi II.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. hlm 378-379.
Emma Y.S. 2007. Penetapan Parameter Standar Simplisia Dan Ekstrak Etanol Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata Burm. f Nees.). Skripsi. Tidak diterbitkan.
Fakultas Farmasi. Universitas Airlangga. Surabaya.
BPOM RI, 2005, Standarisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Salah Satu Tahapan
Penting dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia, Info POM, 6 (4), Badan POM RI,
Jakarta.
[Dirjen POM RI] Direktorat Jendral POM., 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Hal. 9-11, 17
Ikawati M., Wibowo A.E., Sri N., Octa U., Adelina R., Farmasi F. and Gadjah U., 1993,
Pemanfaatan Benalu Sebagai Agen Antikanker, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.