Anda di halaman 1dari 8

STUDI KASUS

Farmasi Praktis III

ANJAR PUTRI WIJAYANTI


24185650A
01 Permasalahan Kasus
Permasalaahan pada kasus yaitu dilihat dari pemeriksaan Bawasda Pemerintah Propinsi
bulan Juni 2017 ditemukan obat rusak dan kadaluwarsa senilai Rp. 82.210.626,00. Adanya
penumpukan sejumlah obat, obat yang tidak diresepkan tinggi dan stock out tinggi. Waktu
pengadaan obat cukup lama (1-3 bulan), frekuensi pengadaan obat kecil (1-2) kali setahun,
prosedur pengadaan melalui beberapa tahapan yang baku. Hal tersebut mengakibatkan
penumpukan obat yang tinggi (tahun 2015; 2016; 2017 nilainya 54%; 46%; 30%), obat
tidak diresepkan tinggi (tahun 2015; 2016; 2017 nilainya 29,01%; 26,02 %; 16,59%), stock
out obat lama (15-276 hari), obat rusak/ kadaluarsa tinggi (tahun 2015; 2016; 2017 nilainya
21,81%; 28,02%; 26,69%), dan nilai TOR setiap tahun rendah (tahun 2015; 2016; 2017
nilainya 3,44; 3,71; 3,88).
Solusi
 Proses seleksi perlu memperhatikan obat yang akan dilakukan perencanaan seperti, jenis obat yang
mau dipilih harus seminimal mungkin dan menghindari kesamaan obat agar tidak terjadinya over
stock atau stok yang berlebihan.
 Pembelian obat se-efektif mungkin sehingga dapat mengurangi tingkat stock out obat
 Memilih obat berdasarkan formularium rumah sakit agar obat mudah dikenali, menguntungkan,
dan kalau bisa obat prduksi local agar pengiriman cepat dan penyimpanan pengiriman terjamin.
 Dalam perencanaan dan pengadaan, melihat data obat tahun sebelumnya sehingga tidak terjadinya
penyetokan obat yang sama dalam jumlah yang besar.
 Melakukan pengadaan obat yang sekiranya benar-benar dibutuhkan saja sehingga tidak mubazir
 Meletakkan obat yang tingkat kadaluarsanya rcepat didepan obat yang kadaluarsanya lebih lama
sehingga meminimalisir banyaknya stok obat yang tidak digunakan yang menyebabkan kadaluarsa.
 Melakukan evaluasi untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan benar-benar berjalan atau
tidak.
02 Metode apakah
digunakan
Metode perencanaan yang digunakan yaitu metode
konsumsi, dikarenakan Rumah Sakit A menggunakan
data obat sebelumnya sebagai acuan pertimbangan
perencaanan obat selanjutnya.
Tujuan
03 Perencanaan
Tujuan melakukan perencanaan yaitu untuk menghindari
kekosongan obat berdasarkan data konsumsi, epidemiologi
dan kombinasi keduanya. Selain itu untuk menentukan
jumlah periode pengadaan, pemilihan obat yang effisien,
tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu.
04 Metode Yang Cocok
Metode yang tepat dalam pengadaaan barang sesuai kasus tersebut yaitu pelelangan sederhana.
Berdasarkan Perpres No 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pasal 1
ayat 25 berbunyi “Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).”
Pada kasus tersebut pengadaan untuk tahun 2018 yang dilakukan merupakan pengadaan obat
tambahan dari perencanaan sebelumnya dengan total pengadaan sekitar Rp. 89.459.000,00
(delapan puluh sembilan empat ratus lima puluh sembilan juta rupiah) sehingga memenuhi
syarat dari pelelangan sederhana (paling tinggi dua ratus juta rupiah)
05 Keuntungan metode pelelangan
sederhana yaitu :
Pengadaan barang dapat dilakukan paling tinggi dua ratus juta rupiah (Perpres
No 54 Tahun 2010, Pasal 37 Ayat 1 Point a) sehingga dengan harga <200 juta
rupiah dapat melakukan pengadaan barang.

Pelelangan Sederhana diumumkan sekurang-kurangnya di website K/L/D/I, dan


papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta Portal Pengadaan Nasional
melalui LPSE, sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat dan
memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya (Perpres No 54 Tahun 2010, Pasal 37
Ayat 3) sehingga dengan mudah serta banyak pilihan untuk menemukan
penyedia barang yang sesuai dengan keinginan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai