ABSTRAK
Standardisasi dalam kefarmasian merupakan serangkaian parameter
prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait
paradigma mutu kefarmasian, mutunya memenuhi syarat standar (kimia, biologi
dan farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk
kefarmasian umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil parameter
spesifik dan non spesifik ekstrak daun sukun (A. altilis). Penelitian yang akan
dilakukan bersifat eksperimental berskala laboratorium. Hasil dari penelitian ini
yaitu ekstrak yang diperoleh memiliki persen rendemen sebesar 3,73%.
Pengukuran parameter spesifik diperoleh ekstrak berwarna hijau kehitaman,
kental memiliki bau khas dan memiliki rasa yang sedikit asam. Ekstrak daun
sukun mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan terpenoid. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh kadar senyawa larut dalam air 5,34% dan kadar senyawa larut
dalam etanol 109,55%. Pengukuran parameter non spesifik diperoleh susut
pengeringan 92,85%, kadar abu sebesar 3,29%, bobot jenis sebesar 1,27 g/mL,
dan kadar air sebesar 25,21%.
Kata kunci : Daun sukun (Artocarpus altilis), Standardisasi, Spesifik dan Non
spesifik
PENDAHULUAN
Obat tradisional Indonesia telah digunakan secara meluas oleh masyarakat
dalam rangka menjaga kesehatan dan mengatasi berbagai macam penyakit sejak
berabad-abad yang lalu. Mengingat telah meluasnya pemanfaatan obat herbal di
kalangan masyarakat Indonesia, maka ke depannya diperlukan pengembangan
dalam rangka pemanfaatan obat bahan alam untuk memperoleh substansi ilmiah
yang kuat. Upaya yang paling memungkinkan untuk mendukung eksistensi obat
tradisional ini tentu saja dengan penelitian-penelitian dan standardisasi sehingga
15
13
Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental berskala Laboratorium.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Februari hingga Juni 2023 yang
dilaksanakan di Laboratorium Biologi Farmasi dan Laboratorium Penelitian
Terpadu Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar
16
14
Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebasnya adalah ekstrak daun sukun dan variabel terikatnya adalah pengujian
ekstrak daun sukun secara spesifik dan non spesifik.
Prosedur Penelitian
Ekstraksi Sampel
Serbuk simplisia yang didapat ditimbang sebanyak 500 g lalu dimasukkan
ke dalam wadah maserasi dan ditambahkan etanol 96% sebanyak 5000 mL
sebagai pelarut. Perendaman dilakukan selama 3 hari dalam wadah maserasi yang
tertutup rapat selama proses maserasi berlangsung dan terlindung dari cahaya
sambil sesekali diaduk. Maserat yang dihasilkan kemudian disaring. Residu
diremaserasi menggunakan pelarut dan waktu yang sama. Maserat dikumpulkan
untuk dilakukan proses selanjutnya menggunakan rotavapor. Ekstrak ditimbang
lalu didapatkan hasil 18, 69 g dan disimpan di dalam desikator.
Uji Kandungan Kimia
Metode KLT
a. Pembuatan fase gerak
Pembuatan fase gerak dilakukan dengan menggunakan n-heksan 8 mL dan
etil asetat 2 mL pada perbandingan (5:1).
b. Penyiapan fase diam
Pada penyiapan fase diam ini digunakan plat KLT silica Gel F 254, plat KLT
di potong dengan ukuran 1×7 cm, kemudian di beri tanda batas bawah 2 cm dan
batas atas 1 cm di masing-masing plat.
Skrining Fitokimia
1. Identifikasi Alkaloid
Sampel ditotolkan pada plat KLT silika gel. Fase gerak yang digunakan
yaitu n-heksan dan etil asetat sebagai penampak bercak, kemudian disemprotkan
dragendroff, positif yang mengandung alkaloid jika terbentuk endapan jingga.
2. Identifikasi Flavonoid
Sampel ditotolkan pada plat KLT silika gel. Fase gerak yang digunakan
yaitu n-heksan dan etil asetat sebagai penampak bercak. Hasil positif adanya
kandungan senyawa flavonoid ditandai dengan terbentuknya bercak berwarna
kuning setelah disemprot dengan AlCl3 dan berwarna biru jika dilihat dibawah
sinar UV 254 nm (Sopiah et al., 2019).
3. Identifikasi saponin
Ekstrak 0,5 g dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan 10 mL air
panas, dinginkan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik. Positif mengandung
saponin jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm selama tidak kurang dari 10 menit
dan pada penambahan 1 tetes HCl 2N, busa tidak hilang (Maryam et al., 2020).
4. Identifikasi Tanin
Sampel ditotolkan pada plat KLT silika gel. Fase gerak yang digunakan
yaitu n-heksan dan etil asetat sebagai penampak bercak. Penyemprotan FeCl3 pada
tanin terhidrolisis ditunjukkan dengan terbentuknya bercak berwarna biru
kehitaman dan pada tanin terkondensasi ditunjukkan dengan terbentuknya bercak
16
15
16
16
W2 - W0
% Kadar abu total abu total = × 100%
W1
Keterangan:
W0 = Bobot krus kosong
W1 = Bobot ekstrak awal
W2 = Bobot krus + ekstrak setelah diabukan
Penetapan Bobot jenis
Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru didihkan pada suhu 25 °C.
Atur hingga suhu piknometer yang telah diisi dengan ekstrak hingga suhu 25 °C,
Buang kelebihan ekstrak cair dan ditimbang. Kurangkan bobot piknometer kosong
dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang
diperoleh dengan membagi bobot ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer
pada suhu 25 °C.
W2 - W0
% Bobot Jenis = x bj air
W1 - W0
Keterangan:
W1 = Bobot pikno + Air
W0 = Bobot piknometer kosong
W2 = Bobot pikno + ekstrak
Penetapan Kadar air
Penetapan kadar air dengan destilasi toluena. Toluena yang digunakan
dijenuhkan dengan air terlebih dahulu, setelah dikocok didiamkan, kedua lapisan
air dan toluena akan memisah, lapisan air dibuang. Kemudian ditimbang ekstrak
sebanyak 2g dan dimasukkan kedalam labu alas bulat dan ditambahkan toluena
yang telah dijenuhkan dengan air. Labu dipanaskan hati-hati selama 10 menit,
setelah toluena mulai mendidih, penyulingan diatur 2 tetes/detik, lalu 4 tetes/detik.
Setelah semua toluena mendidih dilanjutkan pemanasan selama 5 menit. Biarkan
tabung menerima dingin hingga suhu kamar. Volume air dibaca sesudah toluena
dan air memisah sempurna.
A−B
% Kadar air = X 100 %
A
Keterangan : A = Bobot ekstrak awal (g)
B = Bobot Ekstrak setelah pemanasan (g)
Analisis Data
Teknik Analisa dari penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.
Kualitatif dilakukan secara deskriptif berdasarkan pengamatan hasil yang
diperoleh dari tiap parameter standardisasi dan kuantitatif dilakukan dengan cara
tabulasi data yaitu data hasil pengamatan dan data perhitungan dimasukkan dalam
tabel.
16
17
16
18
hijau kehitaman, bau khas dan memiliki rasa yang sedikit asam. Menurut
penelitian (Prayoga, 2018) dari hasil pengamatan organoleptik menunjukkan
ekstrak daun sukun berbau aromatik. setelah pengujian spesifik organoleptik
dilanjutkan dengan uji kandungan kimia.
Uji kandungan kimia bertujuan untuk memberikan gambaran awal
komposisi kandungan kimia, berikut dapat dilihat pada tabel hasil uji kandungan
kimia daun sukun :
16
17
17
18
18
22
KESIMPULAN
Penelitian tentang standardisasi ekstrak daun sukun (Artocarpus Altilis)
secara spesifik dan non spesifik dapat disimpulkan bahwa ekstrak yang diperoleh
memiliki persen rendamen sebesar 3,73%. Pengukuran parameter spesifik
diperoleh ekstrak berwarna hijau kehitaman, kental memiliki bau khas dan
memiliki rasa yang sedikit asam. Ekstrak daun sukun mengandung senyawa
flavonoid, tanin, dan terpenoid/Steroid, kadar senyawa larut dalam air 5,34% dan
kadar senyawa larut dalam etanol 109,55%. Pengukuran parameter non spesifik
diperoleh susut pengeringan 92,85%, kadar abu sebesar 3,29%, bobot jenis
sebesar 1,27 g/mL, dan kadar air sebesar 54,78%.
22
23
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya
agar perlu dilakukan pengujian cemaran mikroba dan dilakukan replikasi pada
pengujian yang memerlukan bobot konstan.
Lampiran 3. Perhitungan
a. Nilai Rendemen Ekstrak Daun Sukun
Sampel Bobot simplisia (g) Bobot ekstrak (g) Rendamen (%)
Daun sukun 500 g 18,63 g 3,73 %
18,6 3
% rendemen = X 100 %
500
= 3,73%
b. Perhitungan Kadar Senyawa Larut Dalam Air
berat sari air 100
% Kadar senyawa larut dalam air = × × 100%
berat ekstrak 20
0,0 106903 100
% kadar senyawa larut air = × × 100%
1 20
= 0,0106903 × 5 × 100%
= 5,34%
c. Perhitungan Kadar Senyawa Larut Etanol
berat sari etanol 100
% Kadar senyawa larut dalam air = × × 100%
berat ekstrak 20
0,2191 100
% kadar senyawa larut etanol = × × 100%
1 20
= 0,2191 × 5 × 100%
= 109,55%
d. Perhitungan Susut Pengeringan
W2 - W0
% Susut pengeringan ¿ × 100%
W1
Keterangan:
W0 = Bobot cawan kosong (g)
W1 = Bobot ekstrak awal (g)
W2 = Bobot konstan cawan + residu (g)
23
24
Penimbangan I II III
Bobot cawan kosong 29,20 g 29,20 g 29,20 g
Bobot cawan ekstrak awal 1,12 g 1,12 g 1,12 g
Bobot konstan cawan + residu 30,26 g 30,25 g 30,24 g
30 ,26−29 , 20
% susut pengeringan I = × 100%
1, 12
= 94,64 %
30 ,25−29 , 20
% susut pengeringan II = × 100%
1, 12
= 93,75 %
30 ,24−29 , 20
% susut pengeringan III = × 100%
1 ,12
= 92,85 %
e. Perhitungan Penetapan Kadar Abu
W2 - W0
% Kadar abu total abu total = × 100%
W1
Keterangan:
W0 = Bobot krus kosong (g)
W1 = Bobot ekstrak awal (g)
W2 = Bobot krus + ekstrak setelah diabukan (g)
Penimbangan I II III IV
Bobot cawan kosong 36,17 g 36,17 g 36,17 g 36,17 g
Bobot cawan ekstrak awal 1,13 g 1,13 g 1,13 g 1,13 g
Bobot konstan cawan + residu 37,36 g 37,35 g 37,33 g 37,32 g
37 ,36−36 , 17
% Kadar abu I = × 100%
1 ,13
= 3,39 %
37 ,35−36 , 17
% Kadar abu II = × 100%
1, 13
= 3,37 %
37 ,33−36 , 17
% Kadar abu III = × 100%
1, 13
= 3,31 %
37 ,32−36 , 17
% Kadar abu IV = × 100%
1 , 13
= 3,29 %
f. Perhitungan Bobot Jenis
W2 - W0
Bobot Jenis = x Bobot Jenis Air
W1 - W0
24
25
Keterangan :
W1 = Bobot pikno + Air (g)
W0 = Bobot piknometer kosong (g)
W2 = Bobot pikno + ekstrak (g)
Bobot pikno kosong Bobot pikno + air Bobot pikno + ekstrak
20,05 g 37,86 g 43,01 g
43 , 01 g−20 , 05 g
Bobot Jenis = x 1 g/mL
37 , 86 g−20 , 05 g
22 ,76 g
= x 1 g/mL
17 , 81 g
= 1,27 g/mL
g. Perhitungan Kadar Air
A−B
% Kadar air = X 100 %
A
Keterangan : A = Bobot ekstrak awal (g)
B = Bobot Ekstrak setelah pemanasan (g)
2 ,3 g−1 , 04 g
% Kadar air = X 100 %
2 ,3 g
= 54,78%
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Badaring, D.R. (2020). Uji Ekstrak Daun Maja (Aegle marmelos L.) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus,
Indonesian Journal of Fundamental Sciences, 6(1).
Bambang, Afifah. 2015. Efek Antilitas Ekstrak Air Herba Pecut Kuda
(Stachytarpheta jamaicensis L.) pada Tikus Wistar Jantan. Fakultas
Farmasi; Bandung.
Dewi, R.S., Wahyuni, Pratiwi, E., Septi, M. (2019). Penggunaan Obat Tradisional
Oleh Masyarakat Di Kelurahan Tua Karya Kota Pekan Baru. Jurnal
penelitian farmasi indonesia 8(1).
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta
Maryam, F., Taebe, B. dan Toding, D.P. (2020). Pengukuran Parameter Spesifik
Dan Non Spesifik Ekstrak Etanol Daun Matoa (Pometia pinnata J.R &
26
27
Rukmi, I. (2009) . Simplisia jamu, Jumal Sains & Matematika (JSM), 17(2), pp.
82–89.
Sopiah, B., Muliasari, H. dan Yuanita, E. (2019). Skrining Fitokimia dan Potensi
AktivitaS Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Hijau dan Daun Merah
Kastuba, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 17(1).
Sumadji, A.R., Ganjari, E.L. dan Nugroho, A.C. (2022). Variasi Morfologi Sukun
(Artocarpus altilis). Jurnal Biologi dan pembelajarannya, pp. 76-85.
Senduk TW, Montolalu LA, Dotulong V. 2020. Rendemen ekstrak air rebusan
daun tua Mangrove (Sonneratia alba). Jurnal Perikanan dan Kelautan.
11(1):9-15.
Tri Wahyuni Maharani, E. (2014). Uji Fitokimia Ekstrak Daun Sukun Kering
(Artocarpus altilis) , Prosiding Seminar Nasional & Internasional.
27
28
Utami, Prapti. (2013). The Miracle of herbs, Agro Media Pustaka, Jakarta.
Utami., Y.P., Taebe, B., Fatmawati. (2016). Standardisasi Parameter Spesifik Dan
Non Spesifik Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba L.) Asal
Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan. Journal of
Pharmaceutical and Medicinal Sciences 1(2): pp 48-52.
28
29
29